Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN HIPERTENSI

DI WILAYAH RW. 002 RT. 020


PUSKESMAS BANJARMASIN INDAH

Tanggal 12 Agustus 2017


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pre Ners V
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Sari Mulia Banjarmasin

DISUSUN OLEH:
Muhammad Rizki Alfian
14.IK.404

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2016-2017
LEMBAR PESETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Ny. Y dengan HIPERTENSI
WILAYAH RW. 002 RT. 020 PUSKESMAS BANJARMASIN INDAH

Tanggal 12 Agustus 2017

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

Siti Raudaniah, S.Kep.,Ns Umi Hanik Fetriah, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIP.19830417.200903.2.009 NIK. 19.44.2009.06
LEMBAR PESETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Ny. Y dengan HIPERTENSI
WILAYAH RW. 002 RT. 020 PUSKESMAS BANJARMASIN INDAH

Tanggal 12 Agustus 2017


Oleh:
Noor Laila Sari (14.IK.407)
Angkatan VI

Dengan Ini Disahkan Sebagai Laporan Kegiatan


Praktik Keperawatan Keluarga

Banjarmasin, 12 Agustus 2017


Mengetahui,
Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

Siti Raudaniah, S.Kep.,Ns Umi Hanik Fetriah, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIP.19830417.200903.2.009 NIK. 19.44.2009.06

Menyetujui,
Program Studi Pofesi Ners
Ketua

Dini Rahmayani, Sk.Kep.,Ns.,MPH


NIK.19.44.2004.008
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum, seseorang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90
mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah,M. 2012). Seseorang dinyatakan mengalami
penyakit hipertensi bila tekanan sistolik mencapai diatas 140 mmHg dan tekanan
diastolik di atas 90 mmHg (Junaidi, 2010).

B. Etiologi
Berdasarkan faktor penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer.
Penyebab dari hipertensi ini belum diketahui, namun faktor risiko yang
diduga kuat adalah karena beberapa faktor berikut ini (Riyadi,S. 2011) :
a. Keluarga dengan riwayat hipertensi
b. Pemasukkan sodium berlebih
c. Konsumsi kalori berlebih
d. Kurangnya aktivitas fisik
e. Pemasukkan alkohol berlebih
f. Rendahnya pemasukkan potasium
g. Lingkungan
Faktor-faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi
esensial diantaranya ( Ardiansyah,M. 2012) :
a. Genetik
b. Jenis kelamin
c. Diet tinggi garam atau kandungan lemak
d. Berat badan atau obesitas
e. Gaya hidup mengkonsumsi alkohol dan merokok
2. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal.
Penyebab dari hipertensi jens ini secara spesifik seperti ; penggunaan
ekstrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan (Riyadi,S. 2011).

C. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon,
renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama.
Pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume
cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
Kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan
tekanan darah (Dita, 2010).
Pathways

Umur Gaya Hidup Jenis Kelamin Obesitas Keturunan

Elastesitas
arteriosklerosis

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penymbatan pembuluh darah

vasokontriksi

Ggn sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh Darah Retina

Resistensi Suplai Vasokontriksi sistemik koroner Spsme


pembuluh O2 pembuluh arteriole
darah otak darah ginjal
vasokontriksi
Diplopia
sinkop Blood Iskemi
Nyeri flow Afterload miocard

Resti
Ggn. Pola Ggn. Perfusi Respon Nyeri injuri
tidur jaringan RAA
Curah
jantung fatigue Intoleransi
Retensi Na Rangsang aktivitas
aldosteron
edema
Gambar : 1 Pathway hipertensi
Sumber : Judith, 2002
D. Manifestasi Klinis
Biasanya tanpa ada gejala atau tanda-tanda yang spesifik. Pada kasus hipertensi
berat, gejala yang mungkin dialami klien antara lain adalah ( Riyadi,S. 2011) :
1. Sakit kepala
2. Pendarahan hidung
3. Vertigo
4. Mual muntah
5. Perubahan penglihatan
6. Kesemutan pada kaki dan tangan
7. Sesak napas
8. Kejang atau koma
9. Nyeri dada

E. Klasifikasi
1. Hipertensi primer, adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
(hipertensi esensial). Terjadi peningkatan kerja jantung akibat penyempitan
pembuluh darah tepi. Sebagian besar (90
95%) penderita termasuk hipertensi primer.
2. Hipertensi sekunder, merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
sistemik lain, misalnya gangguan hormon (Gushing), penyempitan pembuluh
darah utama ginjal (stenosis arterirenalis, akibat penyakit ginjal
(glomerulonefritis), dan penyakit sistemik lainnya (lupus nefritis). Jumlah
hipertensi sekunder kurang dari 5% penduduk dewasa di Amerika .
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO 2013
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik(mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal tinggi 130 - 139 85-89
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

Tabel 1. Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) Menurut WHO.

Kategori. IMT (kg/m2).

Berat badan kurang. < 18,5.

Kisaran normal. 18,5-24,9.

Berat badan lebih. > 25.

Pra-Obes. 25,0-29,9.

Obesitas tingkat 1. 30,0-34,9.

Obesitas tingkat 2. 35,0-39,0.

Obesitas tingkat 3. > 40.


F. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari hipertensi yang dapat terjadi seperti :
a. Jantung
Jantung dapat dirusak oleh tekanan darah tinggi yang lama tidak diobati.
Pada awalnya jantung mengatasi ketegangan karena harus menghadapi
tekanan darah tinggi dengan meningkatnya kerja otot sehingga membesar
agar dapat memompa lebih kuat. Pompa jantung yang mulai macet, tidak
dapat lagi mendorong darah untuk beredar ke seluruh tubuh dan sebagian
darah menumpuk pada jaringan. Zat gizi dan oksigen diangkut oleh darah
melalui pembuluh darah. Persoalan akan timbul bila terdapat halangan atau
kelainan di pembuluh darah, yang berarti kurangnya suplai oksigen dan zat
gizi untuk menggerakan jantung secara normal (Maulana, 2008).
b. Ginjal
Hipertensi yang berkelanjutan menebalkan pembuluh darah pada ginjal
sehingga menganggu mekanisme yang sangat halus yang menghasilkan urin.
Salah satu gejala utama kerusakan ginjal yang disebabkan oleh tekanan
darah tinggi adalah berkurangnya kemampuan untuk menyaring darah (Tom
Smith, 1998).
c. Stroke
Hipertensi dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding
pembuluh darah sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan
pembuluh darah akan mudah pecah. Pada kasus seperti itu, biasanya
pembuluh darah akan pecah akibat lonjakan tekanan darah yang terjadi
secara tiba-tiba. Pecahnya pembuluh darah di otak dapat menyebabkan sel-
sel otak yang seharusnya mendapatkan asupan oksigen dan zat gizi yang
dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan zat gizi dan
akhirnya mati (Auryn, 2007).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan

H. Penatalaksanaan
1. Tatalaksana Pengendalian Hipertensi (Pradana, 2012) adalah :
a. Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial, diintervensi
dengan kebijakan publik, serta dengan meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat mengenai perilaku hidup sehat dalam
pengendalian hipertensi.
b. Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi seimbang dan
aktifitas fisik agar terhindar dari obesitas untuk mencegah timbulnya
faktor risiko menjadi lebih buruk dan menghindari terjadi rekurensi
(kambuh) faktor risiko. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah :
c. Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan yang
diperlukan. Kematian mendadak yang menjadi kasus utama diharapkan
berkurang dengan dilakukannya pengembangan manajemen kasus dan
penanganan kegawatdaruratan disemua tingkat pelayanan dengan
melibatkan organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana
pelayanan yang dibutuhkan dalam pengendalian hipertensi.
2. Farmakologi
Terapi obat pada penderita hipertensi dapat dimulai dengan salah satu obat
berikut (Ardiansyah,M. 2012):
a. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dengan dosis tunggal pada pagi
hari (pada hipertensi dalam keadaan kehamilan, hanya digunakan bila
disertai hemokonsentrasi atau udem paru).
b. Reserpin 0,1-0.25 mg/hari sebagai dosis tunggal.
c. Propanolol mulai dari 10 mg 2xsehari yang dapat dinaikkan 20 mg
2xsehari (kontraindikasi untuk penderita asma).
d. Captropil 12,5-25 mg sebanyak 2-3xsehari (kontra indikasi pada
kehamilan selama janin hidup dan penderita asma).
e. Nifedepin mulai dari 5mg 2xsehari, bisa dinaikkan 10mg 2xsehari.
3. Non Farmakologi
Langkah awal biasanya adalah denganmengubah pola hidup penderita, yakni
dengan cara (Ardiansyah,M. 2012) :
a. Menurunkan berat badan sampai batas ideal.
b. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau kadar
kolesterol darah tinggi.
c. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3gr natrium atau
6gr natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium dan kalium yang cukup).
d. Mengurangi konsumsi alkohol.
e. Berhenti merokok.
f. Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat (penderita hipertensi esensial
tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali).
4. Penatalaksanaan dengan terapi modalitas
Pengaruh Variasi Dosis Semangka Kuning (Citrullus Vulgaris Schard) Terhadap
Tekanan Darah Lansia di Panti Wreda Bala Keselamatan Bugangan Semarang.
Pemberian semangka kuning kepada sampel selama 7 hari berturut-
turut dapat menurunkan tekanan darah sistolik sampel rata-rata sebesar 2,66
mmHg dan tekanan darah diastolik ratarata sebesar 2 mmHg. Variasi dosis
pemberian semangka kuning yaitu 150 g, 250 g, dan 350 g)akan memberikan
pengaruh penurunan yang berbeda terhadap tekanan darah lansia di Panti
Wreda Bala Keselamatan Bugangan Semarang (Caturwati, I.,et.al 2015).

I. Pengkajian keperawatan
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum :
b. Kesadaran :
c. Tanda-tanda vital :
TD :
N :
S :
R :
Pemeriksaan Head To Toe
a. Kepala : mesochepal
b. Rambut : bersih, beruban dan potongan pendek
c. Mata : reflek terhadap cahaya baik
d. Hidung : bersih, tidak ada polip
e. Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen
f. Mulut dan gigi : mulut bersih, kemampuan bicara baik
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
h. Torak
Inspeksi : Bentuk simetris, bergerak dengan mudah saat
respirasi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Perkusi diatas permukaan paru dalam keadaan
Normal
Auskultasi : Paru-paru dalam keadaan normal, yaitu
terdapat 3 tipe suara :
a) Bronchial
b) Bronchovaskuler
c) Vaskuler
i. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Auskulturasi : Bising usus 22 x /menit
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
j. Genetalia : berjenis kelamin Perempuan, dan terpasang
DC
k. Kulit : bersih, turgor jelek
l. Ekstremitas : - atas
: kekuatan otot lemah, tangan kanan terpasang
infuse RL 20 Tpm
- bawah : tidak ada edema
0 : Lumpuh total
4444 4444 1 : Ada kontraksi
4444 4444 2 : Dapat bergerak dengan tahanan
3 : Dapat menahan tahanan ringan
4 : Dapat melawan grafitasi
5 : Dapat menahan tahanan berat
Diagnosa Keperawatan yang Muncul diantaranya :
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload,
vasokonstriksi, iskemiamiokard.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan Oksigen.
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala.
5. Resti injuri berhubungan dengan penurunan lapang pandang.
6. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan adanya
keluhan nyeri.
7. Perilaku kesehatan cenderung berisiko
J. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
1. Resiko tinggi Afterload tidak meningkat, tidak 1. Monitor TD, suhu, nadi dan RR.
terhadap terjadi vaso konstriksi, tidak 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah.
penurunan curah terjadi iskemia miokard. 3. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan.
jantung Kriteria Hasil : 4. Monitor status kardiovaskuler.
berhubungan Tanda vital dalam rentang 5. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit.
dengan afterload, normal (tekanan darah, nadi, 6. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
vasokonstriksi, respirasi), dapat mentoleransi 7. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat
iskemia miokard. aktivitas, tidak ada kelelahan, tidur/kursi
tidak ada edema paru, perifer, 8. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
dan tidak ada asites, tidak ada 9. Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung
penurunan kesadaran. dan leher.
10. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, dan aktivitas
pengalihan.
11. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan
darah
12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
13. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
2. Intoleransi Aktivitas pasien terpenuhi. 1. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
aktivitas Kriteria Hasil : dilakukan.
berhubungan Klien dapat berpartisipasi dalam 2. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
dengan aktivitas fisik yang di inginkan / dengang kemampuan fisik, psikologi dan sosial.
kelemahan diperlukan tanpa adanya 3. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti
umum, peningkatan tekanan darah, kursi roda.
ketidakseimbanga status respirasi : pertukaran gas 4. Bantu klien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
n suplai dan dan ventilasi adekuat. dalam beraktivitas.
kebutuhan 5. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang.
Oksigen. 6. Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual.
7. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat.
3. Potensial Sirkulasi tubuh tidak terganggu. 1. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.
perubahan perfusi Kriteria Hasil : 2. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur,
jaringan: serebral, Pasien mendemonstrasikan duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia.
ginjal, jantung perfusi jaringan yang membaik 3. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.
berhubungan seperti ditunjukkan dengan : TD 4. Amati adanya hipotensi mendadak.
dengan gangguan dalam batas yang dapat 5. Ukur masukan dan pengeluaran.
sirkulasi. diterima, tidak ada keluhan sakit 6. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.
kepala, pusing, nilai-nilai 7. Hindari kelelahan.
laboratorium dalam batas
normal.
4. Gangguan pola Nyeri kepala hilang 1. Kaji pola aktivitas
tidur berhubungan Kriteria Hasil : 2. Ajarkan pasien untuk melakukan aktivitas ringan
dengan nyeri pasien tidak lagi mengeluhkan 3. Bantu pasien untuk merubah posisi secara berkala
kepala. nyeri di bagian kepala 4. Ciptakan suasana yang aman dan nyaman
5. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi obat dan menentukan
aktivitas sementara
5. Resti injuri 1. Orientasi lingkungan dengan situasi
berhubungan 2. Anjurkan pasien untuk mempelajari kembali ADL
dengan penurunan 3. Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang
lapang pandang. dapat menimbulkan kecelakaan
A 4. Awasi atau temani pasien saat melakukan aktivitas
5. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sederhana
6. Nyeri akut untuk mengurangi rasa nyeri 1. Pertahankan tirah baring pada fase akut
berhubungan Kriteria Hasil : pasien tidak 2. Lakukan tindakan distraksi dan relaksasi, ciptakan
dengan iskemik merasakan nyeri yang berlebihan lingkungan yang tenang
jaringan ditandai 3. Minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat
dengan adanya meningkatkan nyeri seperti batuk panjang, membungkuk,
keluhan nyeri. dll
a. 4. Kolaborasi pemberian analgesik.
7. Perilaku Keluarga mampu mengenal 1. Keluarga mampu mengenal masalah individu dan
kesehatan masalah kelompok
cenderung Dengan kriteria hasil : 2. Pengajaran proses penyakit yang dialami
berisiko Berpartisipasi dalam 3. Pengajaran proses pengobatan yang ditentukan
berhubungan memutuskan perawatan 4. Keluarga mampu membuat keputusan dalam membangun
dengan kurang kesehatan, meningkatkan status harapan kesehatan keluarga
efektifnya koping kesehatan keluarga, 5. Peningkatan ketelibatan keluarga dalam proses kesehatan
keluarga memodifikasi lingkungan 6. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan dalam
dengan proses informasi, dan hal konsultasi, rujukan, dan bantuan sistem kesehatan.
mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta : DIVA


Press.
Auryn, Virzara. 2007. Mengenal dan Memahami Stroke. Katahati. Jogjakarta.
Caturwati, Indah.,et.al.2015. Pengaruh Variasi Dosis Semangka Kuning (Citrullus
Vulgaris Schard) Terhadap Tekanan Darah Lansia di Panti Wreda Bala
Keselamatan Bugangan Semarang : Program Studi Gizi Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Depertemen Kesehatan RI. (2010). Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga
dalam http://www.depkes.go.id/index.php
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar
2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Dhuha, S. (2011). Astaga Prevalensi Hipertensi di Indonesia Sangat Tinggi dalam
http://www.today.co.id.read/2011/02/26/13140/astaga_prevalensi hipertensi di
indonesia sangat tinggi
Dita, A. 2010. Gejala dan Mekanisme Hipertensi. Available: http://arumdita.
blogspot.com. Diakses tanggal 20 Mei 2015.
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jgizi/article/view/1757. diakses tanggal 20
Agustus 2017
Indonesian Society of Hypertension, INASH Scientific Meeting Ke-8 dan Tips
Hipertensi INASH : Hipertensi Menduduki Penyebab Kematian
Pertama di Indonesia, 2014..
Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. (2002) Buku Saku DIAGNOSIS
KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC
Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti,
S,Kep. EGC. Jakarta
Junaidi, I (2010). Hipertensi Pengenala Pencegahan dan Pengobatan. PT Bhuana Ilmu
Populer. Jakarta
Maulana, Mirza. 2008. Penyakit Jantung. Katahati. Jogjakarta.
Nurarif, Amin Huda danKusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA jilid 1. Jakarta : Mediaction
Pradana, Tedjasukmana. 2012. Tatalaksana Hipertensi. CDK-192/ vol. 39 no.
4,Jakarta.
Riyadi, Sujono. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Setyono, Joko. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.
Suyono, Slamet,dkk. 2004. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
WHO. 2013. Q&As on hypertension. Available: http://www.who.int.

Anda mungkin juga menyukai