Anda di halaman 1dari 15

Nama : Bella Stevanny

NIM : 04011281621154
Kelompok : B8
Kelas : Beta

ANALISIS MASALAH TUTORIAL I SKENARIO D BLOK 22

1. A male newborn was delivered at private clinic, assisted by midwife. The baby was not
cried spontaneously after birth. The midwife cleared the baby’s airway using manual
suction and stimulate the baby by patting his feet. The midwife said Apgar score 1 for 1st
minute and 2 for 5th minutes and 5 at 10th minute. The baby had difficulity while
breathing, and had grunting. The midwife then reffered him to Moh Hoesin Hospital.
c. Apa makna klinis dari “The midwife cleared the baby’s airway using manual
suction and stimulate the baby by patting his feet”?
Hal yang dilakukan bidan pada kasus sudah benar yaitu membersihkan jalan napas
dan memberi rangsang taktil.
 Tujuan dilakukan manual suction adalah untuk membuka jalan nafas agar bayi
dapat bernafas secara adekuat dan terjadinya pertukaran oksigen yang baik dan
untuk membersihkan jalan nafas pada bayi (mengangkat sekresi yang menghambat
(obtruksi) jalan nafas) dengan menggunakan alat pengisap atau kateter pengisap
dimulai dengan mengisap mulut terlebih dahulu kemudian bagian hidung supaya
tidak terjadi aspirasi dan dilakukan tidak lebih dari 5 detik.
 Sedangkan tujuan menepuk kaki bayi adalah sebagai rangsangan taktil yaitu salah
satu prosesur merangsang bayi baru lahir untuk bernapas spontan dan teratur
(airway), cara yang benar tentang rangsangan taktil adalah :
1. Dengan cara menyentil telapak kaki.
2. Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan
Rangsangan yang kasar keras tidak akan banyak menolong dan malahan dapat
membahayakan bayi

d. Bagaimana cara penilaian Apgar score dan interpretasi pada kasus?


Menit ke- APGAR Score Derajat Asfiksia
1 1 Berat
5 2 Berat
10 5 Sedang

Makna klinis nilai APGAR 1 menjadi 5 menunjukkan bahwa bayi mengalami


perbaikan setalah diberi rangsangan taktil. Sebelumnya terjadi sumbatan di
saluran napas bayi karena aspirasi mekonium sehingga bayi saat dilahirkan
tidak menangis secara spontan. Setelah dibersihkan jalan napasnya dengan
manual suction dan dirangsang taktil oleh bidan, bayi mulai menangis dan
obstruksi saluran napasnya teratasi.
Hipotesis: Ny.Y, 66 tahun, dibawa anak dan suaminya ke dokter karena sering lupa dan tidak
mengenali orang-orang terdekat, kemungkinan disebabkan oleh demensia vaskuler pasca-
stroke.
a. Apa saja diagnosis banding kasus?
Bronkopneumonia Sepsis neonatorum Sindrom Aspirasi
Mekonium (SAM)

Terjadi karena daya tahan Ibu mengalami Cukup/lebih bulan


tubuh bayi belum sempurna korioamnitis

Napas cuping hidung Ketuban pecah >18 jam Takipnea


sebelum persalinan

Sianosis sekitar mulut dan Takikardi janin Grunting


hidung >180x/menit

Nafas dangkal dan cepat Early onset Warna kulit kehijauan


menyebabkan distress karena bercampur dengan
pernapasan dengan mekonium
pneumonia dan sepsis

Chest indrawing Terjadi ketika bayi Chest indrawing


terhisap cairan amnion
yg sdh terinfeksi pada
saat persalinan
pervaginam

Grunting, takipnea, chest Tercampur ketuban dengan


indrawing mekonium sebelum
kelahiran
b. Bagaimana algoritma penegakan diagnosis dari kasus tersebut?

Bagan 1. Algoritme transmisi bakteri materno - fetal


Bagan 2. Algoritme pendekatan infeksi bakteri pada neonatus

Diagnosis infeksi neonatal


Diagnosis infeksi neonatal didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan klinis, dan
pemeriksaan penunjang (laboratorium). Salah satu panduan yang digunakan untuk
mendiagnosis infeksi neonatal bahkan yang berlanjut menjadi sepsis seperti yang tertera
dibawah ini:

Gambar 2 : Manifestasi Infeksi Neonatal


Diagnosis laboratorium
a. Diagnosis pasti infeksi neonatal ditegakkan berdasarkan biakan darah, cairan
serebrospinal, urin, dan infeksi lokal
b. Diagnosis tidak langsung:
 Jumlah leukosit, hitung jenis, leukopenia <5000 /mm3, leukositosis >12000/mm3,
hanya bernilai untuk sepsis awitan lambat \
 Neutropenia (<1500/mm3 ), neutrofilia
 Kesulitan bernapas (misalnya, apnea, napas lebih dari 30 kali per menit, retraksi
dinding dada, grunting pada waktu ekspirasi, sianosis sentral)
 Kejang
 Tidak sadar
 Suhu tubuh tidak normal (tidak normal sejak lahir dan tidak memberi respons
terhadap terapi atau suhu tidak stabil sesudah pengukuran suhu normal selama tiga
kali atau lebih, menyokong diagnosis sepsis)
 Persalinan di lingkungan yang kurang higienis (menyokong kecurigaan sepsis)
Kondisi memburuk secara cepat dan dramatis (menyokong kecurigaan sepsis)
 Tremor
 Letargi atau lunglai
 Mengantuk atau aktivitas berkurang
 Iritabel atau rewel
 Muntah (menyokong kecurigaan sepsis)
 Perut kembung (menyokong kecurigaan sepsis)
 Tanda klinis mulai tampak sesudah hari ke empat (menyokong kecurigaan sepsis)
 Air ketuban bercampur mekonium
 Malas minum sebelumnya minum dengan baik (menyokong kecurigaan sepsis)
(<7000/mm3) hanya bernilai untuk sepsis awitan lambat
 Rasio I:T ( >0,18 )
 Trombositopenia (<100,000/mm3)
 C-reactive protein positif (>6 mg/L), merupakan nilai prognostik
 ESR (erytrocyte sedimentation rate) atau microESR pada dua minggu pertama
(nilai normal dihitung pada usia hari ketiga)
 Haptoglobin, fibrinogen dan leukocyte elastase assay
 Pengecatan gram cairan aspirat lambung positif (bila >5 neutrophils/LPB) atau
ditemukan bakteri
 Pemeriksaan fibonektin
 Pemeriksaan sitokin, interleukin-1, soluble interleukin 2receptor, interleukin-6,
dan tumour necrosis factor –α, dan deteksi kuman patogen GBS & ECK 1 dengan,
pemeriksaan latex particle agglutination dan countercurrent
immunoelectrophoresis
 Polymerase chain reaction suatu cara baru untuk mendeteksi DNA bakteri.
 Prokalsitonin merupakan petanda infeksi neonatal awitan dini dan lambat,
memberikan hasil yang cukup baik pada kelompok risiko tinggi.
 Pada neonatus yang sakit berat, kadar prokalsitonin merupakan petanda infeksi
yang lebih baik dibanding C- reactive protein dan jumlah leukosit. Kadar
prokalsitonin 2 mg/ml mungkin sangat berguna untuk membedakan penyakit
infeksi bakterial dari virus pada neonatus dan anak.

Clinical Criteria for Severe Bacterial Infection


WHO Handbook Integrated Management of Childhood Illnesses, 2000
• Respiratory rate > 60 breaths per minute
• Severe chest indrawing
• Nasal flaring
• Grunting
• Bulging fontanelle
• Convulsions
• Pus draining from ear
• Redness around umbilicus extending to the skin
• Temperature > 37.7 C (or feels hot) or < 35.5C (or feels cold)
• Lethargic or unconscious
• Reduced movements
• Not able to feed
• Not attaching to the breast
• No sucking at all

Sindrom Aspirasi Mekonium


Diagnosis ditegakkan berdasarkan keadaan berikut:
 Sebelum bayi lahir, alat pemantau janin menunjukkan bardikardia (denyut jantung yang
lambat)
 Ketika lahir, cairan ketuban mengandung mekonium (berwarna kehijauan)
 Bayi memiliki nilai Apgar yang rendah.
 Dengan bantuan laringoskopi, pita suara tampak berwana kehijauan.
 Dengan bantuan stetoskop, terdengar suara pernafasan yang abnormal (ronki kasar).
 Pemeriksaan lainnya yang biasanya dilakukan:
‣ Analisa gas darah (menunjukkan kadar pH yang rendah, penurunan pO2 dan
peningkatan pCO2)
‣ Rontgen dada (menunjukkan adanya bercakan di paru-paru).
‣ Pada kasus SAM, setelah kondisi bayi cukup stabil, pemeriksaan radiologis otak
seperti MRI, CT scan, atau USG cranial, diindikasikan jika pemeriksaan neurologis
bayi menunjukkan adanya kelainan.
‣ Radiografi dada menunjukkan hiperinflasi dengan perselubungan yang merata. Hasil
temuan menunjukkan area atelectasis dengan area udara terperangkap. Kebocoran
udara sering terjadi menyebabkan terjadinya pneumothoraks, pneumomediastinum,
pneumopericardium, dan/atau pulmonary interstitial emphysema. Efusi pleura juga
bisa terjadi.
Evaluasi Laboratorium untuk Distres Pernafasan pada Bayi Baru Lahir
Tes Indikasi
Kultur darah Dapat menunjukan adanya bakteremia, tetapi hasil baru dapat
diperoleh setelah ± 48 jam
Gas darah Digunakan untuk menilai derajat hipoksemia (jika sampel diambil
dari darah arteri) atau kondisi asam basa (jika sampel diambil dari
kapiler)
Glukosa darah Hipoglikemia dapat menyebabkan atau memicu takipnea
Radiografi dada Digunakan untuk membedakan berbagai jenis distres pernapasan
Hitung darah Leukositosis atau bandemia yang menunjukkan stress atau infeksi
lengkap dan Neutropenia yang berhubungan dengan infeksi bakteri
hitung jenis Kadar hemoglobin yang rendah menunjukkan anemia
Kadar hemoglobin tinggi terjadi pada polisitemia
Kadar platelet yang rendah terjadi pada sepsis
Pungsi lumbal Jika terduga meningitis
Pulse oximetry Digunakan untuk mendeteksi hipoksia dan dibutuhkan untuk
oksigen tambahan
Ketuban Pecah Dini
a) Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan PHnya.
1) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru,
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
2) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
b) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit (Manuaba, 2009).
Bronkopneumonia
 Chest x-ray  dilakukan untuk memastikan diagnosis bronkopneumonia pada bayi
sekaligus mengetahui derajat keparahan penyakit tersebut sehingga dapat membantu
dalam penilaian prognosis. Gambaran radiologi khas pada bronkopneumonia adalah
honey comb appearance.

 Kultur darah  dilakukan untuk memastikan jenis agen penginfeksi penyebab


korioamnionitis, bronkopneumonia, dan sepsis. Spesimen diambil dari darah bayi dan
darah ibu. Setelah memastikan jenis agen penginfeksi, dokter dapat memberikan
antibiotik yang sesuai dalam menatalaksana pasien ini.
 Pungsi lumbal  dilakukan untuk mengetahui luasnya penyebaran infeksi di tubuh bayi.
Dengan melakukan pungsi lumbal, dapat diketahui apakah infeksi telah menyebar
hingga ke otak. Tes ini juga dapat membantu dalam membuat prognosis.
 Complete Blood Count  dilakukan untuk memastikan tanda-tanda infeksi. Beberapa
komponen darah yang perlu diperhatikan adalah Hb, WBC, hitung jenis.
Pada bronkopneumonia, pemeriksaan laboratoriumnya adalah:
1) Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/ mm3 dengan
pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan dengan infeksi
virus atau mycoplasma.
2) Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.
3) Peningkatan LED.
4) Kultur dahak dapat positif pada 20 – 50% penderita yang tidak diobati. Selain kultur
dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab)
5) Analisa gas darah (AGDA) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia. Pada stadium
lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.
 CRP  digunakan untuk menilai perkembangan infeksi dan fungsi hati. Pemeriksaan
dapat dilakukan dengan ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay). CRP (C-
Reactive Protein/ protein fase akut) merupakan protein yang disintesis di hati yang
berperan dalam keadaan inflamasi. Pada dasarnya, CRP akan berikatan dengan
phosphocholine yang merupakan produk bakteri maupun sel-sel yang telah rusak. CRP
akan mengikat sel yang mengekspresikan phosphocholine (opsonin) untuk kemudian
menarik (chemotacting factor) sel-sel radang lainnya ke tempat terjadinya inflamasi.
Konsentrasi normal dalam serum manusia normal adalah kurang dari 10 mg/L dengan
sedikit peningkatan pada proses penuaan. Kadar yang lebih tinggi dapat ditemukan pada
keadaan hamil, inflamasi ringan, infeksi virus (10–40 mg/L), infeksi bakteri (40–200
mg/L), infeksi bakteri parah dan luka bakar (>200 mg/L).
 Gula darah  dilakukan untuk memastikan bahwa lemahnya bayi dalam kasus ini tidak
disebabkan oleh hipoglikemia. Selain itu, pemeriksaan gula darah juga dapat membantu
penatalaksanaan agar memberikan infus yang tepat untuk bayi.
 Analisis gas darah: hipoksia, asidosis metabolik, asidosis laktat
FIRS/SIRS (Fetal inflammatory response syndrome/ Sindroma respon inflamasi janin)
Bila ditemukan dua atau lebih keadaan: laju napas >60 x/menit atau <30 x/menit atau
apnea dengan atau tanpa retraksi dan desaturasi oksigen, suhu tubuh tidak stabil (< 360C
atau > 37,50C), waktu pengisian kapiler > 3 detik, hitung leukosit <4.000 x 109/L atau
>34.000 x 109/L.
 Terduga/Suspek Sepsis
Adanya satu atau lebih kriteria FIRS disertai gejala klinis infeksi.
 Terbukti/Proven Sepsis
Adanya satu atau lebih kriteria FIRS disertai bakteremia/kultur darah positif.

c. Apa diagnosis kerja dari kasus tersebut?


A male newborn, aterm 39 wga, LBWI 2300 g, was delivered spontaneously with
asphyxia (APGAR score: 1) and respiratory distress ec meconium aspiration syndrome
complicated with neonatal sepsis and HIE.

d. Bagaimana epidemiologi dari kasus tersebut?


Sindrom Aspirasi Mekonium
Kejadian MAS merupakan masalah yang paling sering dihadapi spesialis anak dan
spesialis kebidanan. Di Amerika Serikat diperkirakan 520.000 (12% dari kelahiran hidup)
dipersulit dengan adanya pewarnaan AKK dan 35% diantaranya akan berkembang
menjadi MAS (sekitar 4% dari kelahiran hidup). Sekitar 30% neonatus dengan MAS akan
membutuhkan ventilasi mekanik, 10% berkembang menjadi pneumotoraks, dan 4%
meninggal. Enampuluh enam persen dari seluruh kasus hipertensi pulmonal persisten
berkaitan dengan MAS.

Bronkopneumonia
Studi otopsi neonatal telah menunjukkan bahwa infeksi intrauterindan onset awal
pneumonia terjadi pada 10-38% dari bayi yang lahir meninggal dan 20-63% dari bayi
lahir hidup yang kemudian meninggal.Penyelidikan awal terhadap penyebab kematian
bayi di48 jam pertama kehidupan ditemukan pneumonia dalam 20-38% kasus,dengan
insiden tertinggi pada kelompok social ekonomi rendah. Berat lahir dan onset usia sangat
menentukanrisiko kematian akbiat pneumonia. tingkat kasus kematian yanglebih tinggi
untuk bayi berat badan lahir rendah, infkesi intrauterinedan onset awal pneumonia.
Epidemiologi dari postpartum terutama pada onset akhirpada umumnya cenderungterkait
dengan infeksi nosokomial, seperti bakteri pathogen yang berasal dari chorioamniotitis
atau intervensi medis.
Pneumonia yang didapat dalam komunitas merupakan salah satu infeksi yang paling
serius pada masa kanak-kanak, yang menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas yang
signifikan di Amerika. Di Eropa dan Amerika Utara dalam setahun didapatkan anak-anak
dibawah umur 5 tahun ditemukan 34-40 kasus per1000 penduduk. Meskipun ada
beberapa definisi untuk pneumonia, namun defenisi yang paling umum diterima adalah
adanya demam, gejala pernapasan akut, atau keduanya, ditambah bukti foto thorax
dimana didapatkan infiltrat pada parenkim paru.

e. Apa etiologi dari dari kasus tersebut?


Pada umumnya, mikroorganisme penyebab infeksi pada bayi baru lahir dan neonatal
adalah Streptococcus grup B, E. coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus faecalis,
Staphylococcus epidermidis, Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA),
Enterobacter, Candida albicans, Streptococcus pyogenes, Klebsiella sp, dan
Pseudomonas sp.

f. Apa faktor risiko dari kasus?


FR mayor :
- KPD >18 jam,
- ibu demam >38oC,
- korioamnionitis, ketuban bau,
- DJJ >160x/menit.
FR minor:
- KPD >12 jam,
- Ibu demam >37.5oC,
- Apgar score rendah menit pertama <5, menit kelima <7,
- BBLR <2500gr,
- kehamilan kembar,
- prematur,
- keputihan,
- ibu dicurigai ISK.
Faktor risiko KPD:
 Inkompetensi serviks (leher rahim)
 Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
 Riwayat KPD sebelumya
 Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
 Kehamilan kembar
 Trauma
 Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
 Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Faktor risiko MAS (Meconium Aspiration Syndrome):
 Kehamilan postterm
 Hipertensi maternal
 DJJ abnormal
 Profil biofisik ≤6
 Preeklampsia
 DM maternal
 SGA
 Korioamnionitis
Faktor risiko sepsis pada bayi baru lahir:
 Faktor maternal terdiri dari:
- Ruptur selaput ketuban yang lama (>18 jam untuk Early Onset, >72 jam untuk Late
Onset)
- Persalinan prematur
- Amnionitis klinis
- Demam maternal
- Manipulasi berlebihan selama proses persalinan
- Persalinan yang lama
 Pengaruh lingkungan yang dapat menjadi predisposisi bayi yang terkena sepsis, tetapi
tidak terbatas pada buruknya praktek cuci tangan dan teknik perawatan, kateter
umbilikus arteri dan vena, selang sentral, berbagai pemasangan kateter selang
trakeaeknologi invasive, dan pemberian susu formula.
 Faktor penjamu meliputi jenis kelamin laki-laki, bayi prematur, berat badan lahir
rendah, dan kerusakan mekanisme pertahanan dari penjamu.
Faktor risiko bronkopneumonia:
 Riwayat kelahiran
Persalinan lama
Persalinan dengan tindakan
Ketuban pecah dini
Air ketuban bau dan kental
 Riwayat kehamilan
Infeksi TORCH
Ibu menderita eklampsi
Ibu mempunyai penyakit bawaan
g. Bagaimana patogenesis-patofisiologi?
Sejak masa kehamilan sampai ketuban pecah, janin relatif terlindungi dari flora
mikroba ibu oleh membran/dinding korioamniotik, plasenta, dan faktor antibakteria
dalam air ketuban.
Beberapa tindakan medis yang mengganggu integritas isi rahim seperti
amniosintesis, cervical cerclage, pengambilan contoh vili korialis transservikal, atau
pengambilan contoh darah perkutaneus, dapat memudahkan organisme normal kulit atau
vagina masuk sehingga menyebabkan amnionitis dan infeksi sekunder pada janin.
Bila ketuban pecah lebih dari 24 jam, bakteri vagina dapat bergerak naik dan
pada beberapa kasus menyebabkan inflamasi pada membran janin, tali pusat, dan
plasenta. Infeksi pada janin dapat disebabkan oleh aspirasi air ketuban yang terinfeksi,
dapat mengakibatkan neonatus lahir mati, persalinan kurang bulan, atau sepsis neonatal.
Organisme yang paling sering ditemukan dari air ketuban yang terinfeksi adalah bakteri
anaerobik, streptokokus kelompok B, Eschericia coli, dan mikoplasma daerah genital.
Infeksi pada ibu saat proses kelahiran terutama infeksi genital adalah jalur utama
transmisi maternal dan dapat berperan penting pada kejadian infeksi neonatal. Infeksi
hematogen transplasental selama atau segera sebelum persalinan (termasuk saat pelepasan
plasenta) dapat terjadi walau infeksi lebih mungkin terjadi saat neonatus melewati jalan
lahir.
Banyak komplikasi penyakit dan gangguan kandungan yang terjadi sebelum dan
sesudah proses persalinan yang berkaitan dengan peningkatan risiko infeksi pada
neonatus baru lahir.
Komplikasi ini meliputi persalinan kurang bulan, ketuban pecah dini yang
berkepanjangan, inersia uterin dengan ekstraksi forseps tinggi, dan demam pada ibu. Saat
bakteri mencapai aliran darah, sistem monosit-makrofag dapat menyingkirkan organisme
tersebut secara efisien dengan opsonisasi oleh antibodi dan komplemen sehingga
bakteriemi hanya terjadi singkat. Bakteremia tergantung dari usia pasien, virulensi dan
jumlah bakteri dalam darah, status nutrisi dan imunologis, waktu dan asal intervensi
terapi, menyebabkan respon inflamasi sistemik dari sumber infeksi berkembang luas.
Mekonium diduga sangat toksik bagi paru karena berbagai macam cara. Sulit
menentukan mekanisme mana yang paling dominan dalam suatu saat. Mekanisme
terjadinya SAM diduga melalui mekanisme, obstruksi mekanik saluran napas,
pneumonitis kimiawi, vasokonstriksi pembuluh darah vena, dan surfaktan yang inaktif.
Obstruksi mekanik
Mekonium yang kental dan liat dapat menyebabkan obstruksi mekanik total atau
parsial. Pada saat bayi mulai bernapas, mekonium bergerak dari saluran napas sentral ke
perifer. Partikel mekonium yang terhirup ke dalam saluran napas bagian distal
menyebabkan obstruksi dan atelektasis sehingga terjadi area yang tidak terjadi ventilasi
dan perfusi menyebabkan hipoksemia. Obstruksi parsial menghasilkan dampak katup–
bola atau ball-valve effect yaitu udara yang dihirup dapat memasuki alveoli tetapi tidak
dapat keluar dari alveoli. Hal ini akan mengakibatkan air trappingdi alveoli dengan
gangguan ventilasi dan perfusi yang dapat mengakibatkan sindrom kebocoran udara dan
hiperekspansi. Risiko terjadinya pneumotoraks sekitar 15%-33%.

Pneumonitis
Mekonium diduga mempunyai dampak toksik secara langsung yang diperantarai
oleh proses inflamasi. Dalam beberapa jam neutrofil dan makrofag telah berada di dalam
alveoli, saluran napas besar dan parenkim paru. Dari makrofag akan dikeluarkan sitokin
seperti TNF α, TNF-1b, dan interleukin-8 yang dapat langsung menyebabkan gangguan
pada parenkim paru atau menyebabkan kebocoran vaskular yang mengakibatkan
pneumonitis toksik dengan perdarahan paru dan edema. Mekonium mengandung berbagai
zat seperti asam empedu yang apabila dijumpai dalam air ketuban akan menyebabkan
kerusakan langsung pembuluh darah tali pusat dan kulit ketuban, serta mempunyai
dampak langsung vasokonstriksi pada pembuluh darah umbilical dan plasenta.

Vasokonstruksi pulmonal
Kejadian SAM berat dapat menyebabkan komplikasi hipertensi pulmonal
persisten. Pelepasan mediator vasoaktif seperti eikosanoids, endotelin-1, dan
prostaglandin E2 (PGE2), sebagai akibat adanya mekonium dalam air ketuban diduga
mempunyai peran dalam terjadinya hipertensi pulmonal persisten.

h. Bagaimana tatalaksana?
 Stabil : Aktif/vizorous, tanpa distress pernafasan.
Bayi lahir aterm melalui MSAF (Meconium Staining Amniotic Fluid) tanpa
adanya riwayat infeksi maternal streptokokus grup B atau infeksi lainnya, yang
terlihat aktif saat lahir dan tidak memiki manifestasi distres pernafasan, dapat
diijinkan tinggal bersama dengan ibunya sebagai bayi kelahiran normal setelah
dilakukan perawatan kamar persalinan rutin. Aspirasi gastrik rutin pada bayi baru
lahir dengan MSAF tidak memiliki keuntungan untuk menghindari MAS. Pengobatan
dengan antibiotik tidak diindikasikan pada bayi ini.
Antibiotik diindikasikan jika ada faktor resiko atau diduga adanya infeksi dari
pemeriksaan laboratorium (seperti, korioamnionitis, ketuban pecah berkepanjangan,
oligohidramnion, abnormal FHR, postmaturitas). Antibiotik spektrum luas digunakan
yaitu ampicilin dan gentamisin. Pengobatan dengan antibiotik harus dihentikan jika
dalam 48 jam kultur darah negatif dan bayi asimtomatik. Jika kultul darah positif,
antibiotik dapat dilanjutkan sampai 7 hari.
 Mild MAS
Bayi dengan distress pernafasan ringan, takipneu, sianosis ringan, dan retraksi
harus dibawa ke NICU untuk pengobatan dan observasi.
a. Bayi harus ditempatkan diruangan isolasi, atau dibawah penghangat bayi, dan saturasi
oksigen harus dimonitor berkesinambungan.
b. Oksigen harus diberikan dengan “hood” atau kanula nasal untuk menjaga saturasi
oksigen 92% - 97%. Bayi biasanya membutuhkan FiO2 < 0,40 untuk durasi singkat
48 sampai 72 jam. Selagi distress pernafasan mulai meningkat/membaik, FiO2 harus
diturunkan 5% pada waktunya, selagi ditoleransi, tergantung pada pembacaan
oksimeter pulsasi.
c. Dukungan nutrisi, cairan IV harus diberikan mulai pada hari 1. Pada hari berikutnya,
diganti dengan nasogastrik atau pemberian makan secara oral, selagi toleransi, harus
diperhatikan jika status pernafasan bayi meningkat. Jika pemberian makan tidak
adekuat, cairan IV harus ditingkatkan untuk mencapai kebutuhan harian.
Hipogilkemia dapat terlihat pada bayi IUGR dan bayi dengan hipoksik berat.
Memberikan cairan IV mengandung glukosa diindikasi sampai memperbaiki kondisi
hipoglikemia.
d. Pemberian antibiotik dengan syarat diatas.
e. Biasanya bayi dengan kategori ini sembuh dalam 3 sampai 5 hari. Bagaimanapun, jika
gejala distress sedang muncul, disamping penanganan diatas, pasien harus ditransfer
ke NICU level II atau lebih tinggi untuk penganan lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai