Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TUGAS KECIL

EL3201 SISTEM INSTRUMENTASI


SENSOR LVDT (Linear Variable Differential Transformer)

Disusun oleh:

M. Fadel 13115032

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO SEKOLAH TEKNIK


ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI
SUMATERA 2018
Abstrak
Pada perkuliahan instrumentasi, sensor adalah hal yang paling utama. Berbagai jenis sensor
saat ini sudah sangat banyak sekali seiring perkembangan zaman. Pada kesempatan kali ini,
pada perkuliahan system instrumentasi, mahasiswa melakukan percobaan sensor LVDT.
Percobaan yang dilakukan bertujuan untuk memahami karakteristik dan system kerja dari
sesnsor LVDT. Dari hasil yang didapatkan, bahwa perubahan posisi batangan besi (core)
mempengaruhi tengangan output dari masing-masing coil. Hasil yang didapat direpresentasikan
dalam bentuk grafik.

1 Latar Belakang

Ketergantungan masyarakat dan industri di seluruh dunia akan ketersediaan pengukuran


yang akurat terus-menerus meningkat. Akses pengukuran yang akurat sangat penting untuk
memenuhi indikasi dan persyaratan untuk proses kontrol pada industri, peralatan pabrik,
peralatan rumah tangga, sistem otomotif dalam pesawat dan produk konsumen. Berbagai
teknologi digunakan untuk parameter- parameter, sensor secara spesifik diperlukan untuk
memenuhi persyaratan pabrik. Sensor digunakan dalam mobil untuk mengukur kinerja dari
parameter- parameter yang terkait, termaksud posisi throttle (mengatur kecepatan fluida), suhu,
komposisi gas buangan, tinggi suspensi, posisi pedal, posisi gigi transmisi dan kecepatan
kendaraan. L VDT (Linear V ariable Differential Transformer) merupakan salah satu jenis sensor
perpindahan. Sensor LVDT

ini bekerja jika sudah ada pengkondisi sinyal. Untuk membuat signal conditioning ada yang
memakai chip yang sudah jadi, memakai EL- 35 seri, memakai OP Amp dan ada yang
menggunakan AD598. Karena harga sensor LVDT (Linear Variable Differential Transformer)
yang sudah memiliki pengkondisi sinyal mahal maka penulis membuat sinyal conditioning yang
sederhana dengan menggunakan chip-chip sederhana yang ada di Indonesia. Proses perancangan
yang dilakukan meliputi perancangan catu daya dan perancangan pengkondisi sinyal.

2 Tujuan
Percobaan LVDT ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Memahami karakteristik dan prinsip kerja LVDT


2. Mengetahui implementasi LVDT
3.  Pembuatan signal conditioning sederhana untuk LVDT ( Linear Variable Diffrential 
Transformer). 
4. Signal conditioning untuk sensor L VDT ini diharapkan dapat digunakan untuk 
pengembangan pada aplikasi tertentu. 
3 Alat dan Bahan
Pada percobaan ini dibutuhkan beberapa alat dan bahan pendukung. Berikut ini adalah alat
dan bahan yang digunakan :
a) LVDT
b) Osiloskop
c) Generator Sinyal
d) Multimeter Digital
e) Kabel Buaya-Banana
f) Kabel Buaya-Buaya

4 Prosedur Penggunaan Alat


Untuk dapat melakukan percobaan dengan menggunakan sensor LVDT dapat dilakukan
langkah-langkah berkut ini :

5 Teori Dasar
Linear Variable Differential Transformer (LVDT) merupakan salah satu alat ukur
simpangan yang mempunyai ketelitian sampai orde micrometer, LVDT tersusun dari satu
kumparan primer dan dua kumparan sekunder, kumparan terpasang secara melingkar di
sepanjang inti silinder ferromagnet. Tegangan AC mengalir pada primer sehingga karena
prinsip induksi maka secara proporsional terjadi induktansi di sekundernya dengan
jangkauan frekuensi 1-10kHz. Selama inti bergerak maka akan terjadi perubahan nilai pada
tegangan sekunder. Kumparan sekunder dihubungkan secara terbalik seri, sehingga tegangan
keluarannya berbeda antar sekundernya.

Struktur internal transformator terdiri dari gulungan primer yang berpusat di antara
sepasang gulungan sekunder yang identik, yang secara simetris berjarak sekitar primer.
Kumparan dililitkan pada bentuk berlubang satu bagian dari polimer diperkuat kaca termal
yang stabil, yang dienkapsulasi terhadap kelembaban, terbungkus perisai magnet
permeabilitas tinggi, dan kemudian diamankan di dalam rumah baja tahan karat silinder.
Rakitan koil ini biasanya merupakan elemen stasioner dari sensor posisi

Gambar 1 Besi Silinder (core)

A. Konstruksi LVDT

Gambar 2 Skematik LVDT


Fitur Utama Konstruksi adalah seperti, Transformator terdiri dari gulungan primer
P dan dua gulungan sekunder S1 dan S2 pada bekas silinder (yang berongga di alam dan
akan mengandung inti). Kedua gulungan sekunder memiliki jumlah putaran yang sama
dan secara identik ditempatkan pada kedua sisi belitan primer Gulungan utama
dihubungkan ke sumber AC yang menghasilkan fluks di celah udara dan tegangan
diinduksi dalam gulungan sekunder. Inti besi lunak yang bergerak ditempatkan di dalam
bekas dan perpindahan yang akan diukur terhubung ke inti besi. Inti besi umumnya
memiliki permeabilitas tinggi yang membantu dalam mengurangi harmonisa dan
sensitivitas LVDT yang tinggi. LVDT ditempatkan di dalam rumah stainless steel karena
akan memberikan pelindung elektrostatik dan elektromagnetik. Kedua gulungan sekunder
dihubungkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan keluaran adalah selisih tegangan
dua gulungan.

A. Prinsip Kerja LVDT

Sebagai primer dihubungkan ke sumber AC sehingga arus bolak-balik dan voltase


diproduksi di sekunder LVDT. Output pada S1 sekunder adalah e1 dan pada S2 sekunder
adalah e2. Jadi output diferensialnya adalah,
eout = e1 – e2

Persamaan ini menjelaskan prinsip Operasi LVDT.

Kini tiga kasus muncul sesuai lokasi inti yang menjelaskan kerja LVDT yang dibahas di
bawah ini,

Gambar 3 Hubungan Posisi Core Dengan Tengangan Output

KASUS I Bila inti berada pada posisi nol (tanpa perpindahan) Bila intinya berada pada
posisi nol maka fluks yang dihubungkan dengan kedua gulungan sekunder sama sehingga
ggl induksi sama pada kedua gulungan. Jadi untuk tidak ada perpindahan nilai keluaran
adalah nol sama seperti e1 dan e2 keduanya sama. Jadi hal itu menunjukkan bahwa tidak
terjadi perpindahan.

KASUS II Bila inti dipindahkan ke posisi nol ke bawah (Untuk perpindahan ke arah atas
titik acuan) Dalam hal ini fluks yang dihubungkan dengan gulungan sekunder S1 lebih
banyak dibandingkan dengan fluks yang terhubung dengan S2. Karena e1 ini akan lebih
seperti e2. Karena tegangan keluaran ini positif.
KASUS III Bila inti dipindahkan ke posisi bawah Null (untuk perpindahan ke titik acuan
ke bawah). Dalam hal ini besarnya e2 akan lebih banyak dari pada e1. Karena keluaran
ini akan negatif dan menunjukkan output ke titik acuan ke bawah.

4 Hasil dan Analisis

A. Rangkaian Percobaan 1

Gambar 4 Rangkaian Percobaan 1

Pada rangkaian diatas diberikan Vs dengan spesifikasi berikut ini

Frekuensi : 50 Hz

Vpp : 1 Vpp

Sinyal Output : Sinusoidal

didapatkan hasil sebagai berikut :


Table 1 Hasil Rangkaian Percobaan 1

Jarak (cm) V1 V2

0 1.537 0.202

0.5 1.394 0.194

1 1.256 0.201

1.5 1.138 0.233

2 1.052 0.306

2.5 0.986 0.457

3 0.926 0.619

3.5 0.855 0.766

4 0.763 0.889

4.5 0.652 0.981

5 0.515 1.053

5.5 0.375 1.112

6 0.267 1.179

6.5 0.212 1.277

7 0.195 1.37
Pada table diatas, didapatkan representasi dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Frekuensi 5 kHz
1,8
1,6
1,4
1,2
Tegangan (V)

1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7
V1 1,54 1,39 1,26 1,14 1,05 0,99 0,93 0,86 0,76 0,65 0,52 0,38 0,27 0,21 0,2
V2 0,2 0,19 0,2 0,23 0,31 0,46 0,62 0,77 0,89 0,98 1,05 1,11 1,18 1,28 1,37

A. Rangkaian Percobaan 2

Gambar 5 Rangkaian Percobaan 2


Pada rangkaian diatas diberikan Vs dengan spesifikasi berikut ini

Frekuensi : 50 Hz, 1 kHz, 5 kHz, 10 kHz

Vpp : 1 Vpp

Sinyal Output : Sinusoidal

didapatkan hasil sebagai berikut :

Table 2 Untuk Frekuensi 50 Hz

Jarak (cm) V

0 0.746

0.5 0.859

1 0.953

1.5 0.6

2 0.587

2.5 0.484

3 0.354

3.5 0.215

4 0.088

4.5 0.381

5 0.641

5.5 0.851

6 0.98

6.5 1.119

7 1.243
Pada table diatas, didapatkan representasi dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Frekuensi 50 Hz
1,4

1,2

1
Tegangan (V)

0,8

0,6

0,4

0,2

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7
Column1 0,75 0,86 0,95 0,6 0,59 0,48 0,35 0,22 0,09 0,38 0,64 0,85 0,98 1 1

Table 3 Frekuensi 1 kHz

Jarak (cm) V

0 2.225

0.5 2.072

1 1.843

1.5 1.588

2 1.325

2.5 1.018

3 0.642

3.5 0.247

4 0.226
4.5 0.592

5 0.923

5.5 1.129

6 1.559

6.5 1.717

7 1.994

Pada table diatas, didapatkan representasi dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Frekuensi 1 kHz
2,5

2
Tegangan (V)

1,5

0,5

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7
Series 1 2,23 2,07 1,84 1,59 1,33 1,02 0,64 0,25 0,23 0,59 0,92 1,13 1,56 1,72 1,99

Table 4 Frekuensi 5 kHz

Jarak (cm) V

0 1.447

0.5 1.319

1 1.157
1.5 1.001

2 0.876

2.5 0.532

3 0.454

3.5 0.124

4 0.101

4.5 0.364

5 0.572

5.5 0.804

6 0.975

6.5 1.137

7 1.257

Pada table diatas, didapatkan representasi dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Frekuensi 5 kHz
1,6

1,4

1,2
(V)

1
Tegangan

0,6
0,8

0,4

0,2

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7
Series 1 1,45 1,32 1,16 1 0,88 0,53 0,45 0,12 0,1 0,36 0,57 0,8 0,98 1,14 1,26
Table 5 Frekuensi 10 kHz

Jarak (cm) V

0 1.301

0.5 1.182

1 1.055

1.5 0.823

2 0.765

2.5 0.562

3 0.332

3.5 0.100

4 0.124

4.5 0.208

5 0.516

5.5 0.720

6 0.83

6.5 1.021

7 1.102
Pada table diatas, didapatkan representasi dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Frekuensi 10 kHz
1,4

1,2

1
Tegangan (V)

0,8

0,6

0,4

0,2

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7
Series 1 1,3 1,18 1,06 0,82 0,77 0,56 0,33 0,1 0,12 0,21 0,52 0,72 0,83 1,02 1,1

5 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Posisi core mempengaruhi tegangan output pada masing-masing lilitan (coil)

2. Posisi tegangan input pada coil mempengaruhi terjadinya fluks medan magnet dan
mempengaruhi tegangan ouput pada masing-masing coil.

3. Fluks pada suatu kumparan naik dan yang lainnya turun sehingga tegangan yang
dihasilkan pada sekunder sebanding dengan perubahan posisi inti magnet.

4. Perubahan induksi magnet dari kumparan primer ke dua kumparan sekunder dalam
keadaan setimbang.

6 Daftar Pustaka
[1]. Rangan, C.S , G.R. Sarma, V.S.V. Mani. 1983. INSTRUMENTATION: Devices and
Systems. Mc-Graw Hill Publishing Company Limited.

[2]. Cooper, William D. 1994. Electronics Instumentation and Measurement Techniques, 2nd Ed.

Anda mungkin juga menyukai