Disusun oleh:
M. Fadel 13115032
1 Latar Belakang
ini bekerja jika sudah ada pengkondisi sinyal. Untuk membuat signal conditioning ada yang
memakai chip yang sudah jadi, memakai EL- 35 seri, memakai OP Amp dan ada yang
menggunakan AD598. Karena harga sensor LVDT (Linear Variable Differential Transformer)
yang sudah memiliki pengkondisi sinyal mahal maka penulis membuat sinyal conditioning yang
sederhana dengan menggunakan chip-chip sederhana yang ada di Indonesia. Proses perancangan
yang dilakukan meliputi perancangan catu daya dan perancangan pengkondisi sinyal.
2 Tujuan
Percobaan LVDT ini memiliki tujuan sebagai berikut :
5 Teori Dasar
Linear Variable Differential Transformer (LVDT) merupakan salah satu alat ukur
simpangan yang mempunyai ketelitian sampai orde micrometer, LVDT tersusun dari satu
kumparan primer dan dua kumparan sekunder, kumparan terpasang secara melingkar di
sepanjang inti silinder ferromagnet. Tegangan AC mengalir pada primer sehingga karena
prinsip induksi maka secara proporsional terjadi induktansi di sekundernya dengan
jangkauan frekuensi 1-10kHz. Selama inti bergerak maka akan terjadi perubahan nilai pada
tegangan sekunder. Kumparan sekunder dihubungkan secara terbalik seri, sehingga tegangan
keluarannya berbeda antar sekundernya.
Struktur internal transformator terdiri dari gulungan primer yang berpusat di antara
sepasang gulungan sekunder yang identik, yang secara simetris berjarak sekitar primer.
Kumparan dililitkan pada bentuk berlubang satu bagian dari polimer diperkuat kaca termal
yang stabil, yang dienkapsulasi terhadap kelembaban, terbungkus perisai magnet
permeabilitas tinggi, dan kemudian diamankan di dalam rumah baja tahan karat silinder.
Rakitan koil ini biasanya merupakan elemen stasioner dari sensor posisi
A. Konstruksi LVDT
Kini tiga kasus muncul sesuai lokasi inti yang menjelaskan kerja LVDT yang dibahas di
bawah ini,
KASUS I Bila inti berada pada posisi nol (tanpa perpindahan) Bila intinya berada pada
posisi nol maka fluks yang dihubungkan dengan kedua gulungan sekunder sama sehingga
ggl induksi sama pada kedua gulungan. Jadi untuk tidak ada perpindahan nilai keluaran
adalah nol sama seperti e1 dan e2 keduanya sama. Jadi hal itu menunjukkan bahwa tidak
terjadi perpindahan.
KASUS II Bila inti dipindahkan ke posisi nol ke bawah (Untuk perpindahan ke arah atas
titik acuan) Dalam hal ini fluks yang dihubungkan dengan gulungan sekunder S1 lebih
banyak dibandingkan dengan fluks yang terhubung dengan S2. Karena e1 ini akan lebih
seperti e2. Karena tegangan keluaran ini positif.
KASUS III Bila inti dipindahkan ke posisi bawah Null (untuk perpindahan ke titik acuan
ke bawah). Dalam hal ini besarnya e2 akan lebih banyak dari pada e1. Karena keluaran
ini akan negatif dan menunjukkan output ke titik acuan ke bawah.
A. Rangkaian Percobaan 1
Frekuensi : 50 Hz
Vpp : 1 Vpp
Jarak (cm) V1 V2
0 1.537 0.202
1 1.256 0.201
2 1.052 0.306
3 0.926 0.619
4 0.763 0.889
5 0.515 1.053
6 0.267 1.179
7 0.195 1.37
Pada table diatas, didapatkan representasi dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Frekuensi 5 kHz
1,8
1,6
1,4
1,2
Tegangan (V)
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7
V1 1,54 1,39 1,26 1,14 1,05 0,99 0,93 0,86 0,76 0,65 0,52 0,38 0,27 0,21 0,2
V2 0,2 0,19 0,2 0,23 0,31 0,46 0,62 0,77 0,89 0,98 1,05 1,11 1,18 1,28 1,37
A. Rangkaian Percobaan 2
Vpp : 1 Vpp
Jarak (cm) V
0 0.746
0.5 0.859
1 0.953
1.5 0.6
2 0.587
2.5 0.484
3 0.354
3.5 0.215
4 0.088
4.5 0.381
5 0.641
5.5 0.851
6 0.98
6.5 1.119
7 1.243
Pada table diatas, didapatkan representasi dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Frekuensi 50 Hz
1,4
1,2
1
Tegangan (V)
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7
Column1 0,75 0,86 0,95 0,6 0,59 0,48 0,35 0,22 0,09 0,38 0,64 0,85 0,98 1 1
Jarak (cm) V
0 2.225
0.5 2.072
1 1.843
1.5 1.588
2 1.325
2.5 1.018
3 0.642
3.5 0.247
4 0.226
4.5 0.592
5 0.923
5.5 1.129
6 1.559
6.5 1.717
7 1.994
Pada table diatas, didapatkan representasi dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Frekuensi 1 kHz
2,5
2
Tegangan (V)
1,5
0,5
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7
Series 1 2,23 2,07 1,84 1,59 1,33 1,02 0,64 0,25 0,23 0,59 0,92 1,13 1,56 1,72 1,99
Jarak (cm) V
0 1.447
0.5 1.319
1 1.157
1.5 1.001
2 0.876
2.5 0.532
3 0.454
3.5 0.124
4 0.101
4.5 0.364
5 0.572
5.5 0.804
6 0.975
6.5 1.137
7 1.257
Pada table diatas, didapatkan representasi dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Frekuensi 5 kHz
1,6
1,4
1,2
(V)
1
Tegangan
0,6
0,8
0,4
0,2
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7
Series 1 1,45 1,32 1,16 1 0,88 0,53 0,45 0,12 0,1 0,36 0,57 0,8 0,98 1,14 1,26
Table 5 Frekuensi 10 kHz
Jarak (cm) V
0 1.301
0.5 1.182
1 1.055
1.5 0.823
2 0.765
2.5 0.562
3 0.332
3.5 0.100
4 0.124
4.5 0.208
5 0.516
5.5 0.720
6 0.83
6.5 1.021
7 1.102
Pada table diatas, didapatkan representasi dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Frekuensi 10 kHz
1,4
1,2
1
Tegangan (V)
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7
Series 1 1,3 1,18 1,06 0,82 0,77 0,56 0,33 0,1 0,12 0,21 0,52 0,72 0,83 1,02 1,1
5 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :
2. Posisi tegangan input pada coil mempengaruhi terjadinya fluks medan magnet dan
mempengaruhi tegangan ouput pada masing-masing coil.
3. Fluks pada suatu kumparan naik dan yang lainnya turun sehingga tegangan yang
dihasilkan pada sekunder sebanding dengan perubahan posisi inti magnet.
4. Perubahan induksi magnet dari kumparan primer ke dua kumparan sekunder dalam
keadaan setimbang.
6 Daftar Pustaka
[1]. Rangan, C.S , G.R. Sarma, V.S.V. Mani. 1983. INSTRUMENTATION: Devices and
Systems. Mc-Graw Hill Publishing Company Limited.
[2]. Cooper, William D. 1994. Electronics Instumentation and Measurement Techniques, 2nd Ed.