PROPOSAL JIKOM 2018-2019 Gasal-1
PROPOSAL JIKOM 2018-2019 Gasal-1
KOORDINATOR :
Ns. Eni Hidayati, S.Kep, M.Kep, Sp. Kep. Jiwa
“….(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah, ingatlah hanya
dengan mengingat Allah hati menjadi tentram”(QS.Ar-Ra’d(13):28)
“ Dan jiwa serta penyempurnaannya (Ciptaan-Nya) (7) Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasihan dan ketaqwaanya(8) sesungguhnya beruntunglah orang-oarang yang mensucikan jiwa itu (9) Dan
sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya (10)” (QS. As-Syams (91): 7-10)
Upaya penanganan gangguan jiwa dengan strategi langsung ke masyarakat telah dimulai
dengan dilakukannya coaching di beberapa wilayah yang lebih dulu untuk membantu
menangani masalah psikologis yang terganggu. Kegiatan tersebut mendapatkan respon yang
positif dari masyarakat yang mendapatkan terapi perawatan. Berawal dari hal ini maka
dirasakan bahwa program tersebut telah memberikan kemanfaatan yang nyata bagi
masyarakat. Untuk itu maka akan lebih sempurna dan luas kemanfaatnnya apabila kegiatan
ini diintegrasikan dan dilaksanakan pada unit kesehatan yang lebih dekat dan menjadi ujung
tombak program kesehatan yang paling mudah dijangkau masyarakat yaitu Puskesmas.
Diharapkan jika para petugas dan staf yang berada di lingkungan Puskesmas ini memiliki
pengetahuan dan skill yang memadai dalam mengelola kasus gangguan jiwa maka akan
menekan terjadinya angka gangguan jiwa. Untuk itu perlu dilakukan pendidikan tambahan
bagi staf atau pelatihan tentang kesehatan jiwa, hingga mampu melakukan deteksi dini
keluarga gangguan, bagaimana mengelola kasus gangguan jiwa bahkan melakukan kegiatan
promotif atau rehabilitatif yang membuat masyarakat menjadi bagian keberlangsungan
kesembuhan pasien atau masyarakat mandiri.
Upaya dalam membentuk masyarakat yang mandiri dalam kesehatan jiwa merupakan salah
satu solusi. Masyarakat mandiri adalah masyarakat yang sadar, mau, dan mampu melakukan
upaya-upaya dalam kesehatan jiwa. Upaya nyata program promotif dan prefentiv adalah
implementasinya bukan di rumah sakit tetapi di lingkungan masyarakat (community-based
psychiatric service) dalam bentuk pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat. Salah satu
bentuk pelayanan yang dapat membantu masyarakat untuk menangani masalah ini adalah
melalui Pengembangan Program Kesehatan Jiwa di Puskesmas dengan membentuk rintisan
Desa Siaga Sehat Jiwa.
B. RENCANA KEGIATAN
Rencana kegiatan pengembangan program kesehatanan jiwa meliputi:
1. Manajemen kesehatan jiwa komunitas
a. Perencanaan pelayanan kesehatan jiwa komunitas di desa sehat jiwa
b. Pengorganisasian pelayanan kesehatan jiwa komunitas di desa sehat jiwa
c. Pengarahan pelayanan kesehatan jiwa komunitas di desa sehat jiwa
d. Monitoring, evaluasi dan analisa data
2. Pemberdayaan kader kesehatan jiwa
3. Kemitraan lintas sektor dan program
4. Manajemen kasus kesehatan jiwa
5. Pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa
6. Melakukan pengiriman staf/petugas mengikuti pendidikan atau pelatihan kesehatan jiwa
7. Sistem Asuhan Keperawatan:
a. Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan
b. Proses keperawatan
1) Pengkajian
2) Perencanaan
3) Intervensi
4) Implementasi tindakan keperawatan
5) Evaluasi
6) Sistem dokumentasi asuhan keperawatan
8. Pendidikan Kesehatan kepada Keluarga
C. METODE
Program pengembangan kesehatan jiwa ini akan dilaksanakan dalam beberapa metode atau
kegiatan dengan rancangan waktu yang berbeda. Adapun kegiatan tersebut yaitu :
1. Pelatihan untuk dokter dan perawat puskesmas
2. Pelatihan dan rekruitment kader sehat jiwa
3. Monitoring dan evaluasi kegiatan
4. Pendidikan/penyuluhan penanganan kasus gangguan jiwa pada keluarga
5. Pembentukan kelompok swabantu pasien atau keluarga gangguan jiwa di komunitas
6. Terapi kelompok untuk klien gangguan jiwa
7. Terapi kelompok resiko / psikososial
8. Pendidikan kesehatan kelompok sehat jiwa
D. MEDIA/ ALAT
Alat yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan yaitu Laptop/komputer, printer, kertas HVS,
LCD, Modul, Alat tulis, alat peraga, gambar, buku kerja kader, buku kerja perawat, raport
kader, leaflet/brosus tentang kesehatan jiwa.
E. NARA SUMBER
Tim pengembang program kesehatan jiwa yang terdiri dari Tenaga kesehatan dari Dinas
Kesehatan, Rumah Sakit Jiwa, Puskesmas, dan Institusi Pendidikan (UNIMUS).
F. WAKTU DAN TEMPAT
Waktu dan tempat pelaksanaan program adalah sebagai berikut :
NO JUMLAH MAHASISWA
WAKTU Klpk RW 1 KET
RW 5 RW 8
1 6 5
Periode 1:
2 7 5
3 12-17 Desember 2018
16 5
4 8 5
5 Periose 2: 14 5 5
6 31 Des – 5 Januari 2019 15
7 2 5
8 Periode 3: 4 5
9 28 Januari-2 februari 2019 9 5
10 Periode 4: 1 5
11 3 5
25-30 Maret 2-19
12 Periode 5: 12 5
13 8-13 April 2019 13 5
14 5 5
15 Periode 6: 10 5
16 25-29 Juni 2019 11 5
Jumlah 30
25
Mahasiswa 25
G. PESERTA
Pengembangan program kesehatan jiwa: Desa Siaga Sehat Jiwa ini melibatkan banyak
bidang, mulai dari staf/petugas kesehatan di tingkat dinas kabupaten, dokter, perawat
puskesmas, kader sehat jiwa, keluarga pasien dan pasien gangguan jiwa itu sendiri. Selain itu,
pelaksanaan pengembangan Desa Siaga Sehat Jiwa akan diprakarsai bersama melalui
koordinasi kegiatan praktek jiwa komunitas yang melibatkan mahasiswa dengan mendapat
bimbingan dari institusi pendidikan terkait.
H. JADWAL PROGRAM
Plan of action program selama setahun sebagai berikut :
No Kegiatan Institusi Gel 1 Gel 2 Gel 3 Gel 4 Gel 5 Gel 6
1 Perijinan dan sosialisasi √
2 Pengkajian awal √
3 MMD 1 √ √
4 Pelatihan Kader Sehat Jiwa √ √
5 Deteksi dini √ √
6 Pembentukan pengurus DSSJ √ √
7 Implementasi √ √ √ √ √ √
8 Peresmian DSSJ √
I. OUTCOME PROGRAM
Program pengembangan kesehatan jiwa di Puskesmas: DSSJ diharapkan akan menghasilkan
outcome sebagai berikut :
1. Terbentuknya Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ)
2. Teridentifikasi jumlah keluarga sehat, resiko, dan gangguan jiwa
3. Meningkatnya pengetahuan keluarga sehat terhadap stimulasi kesehatan jiwa
4. Meningkatnya pengetahuan keluarga risiko terhadap pencegahan gangguan jiwa
5. Meningkatnya pengetahuan keluarga gangguan jiwa terhadap perawatan pasien jiwa
6. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang peningkatan, pencegahan dan
penanganan kesehatan jiwa
7. Meningkatnya kemandirian pasien gangguan jiwa