Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Direktorat Jendral Perkebunan, Kementrian Pertanian, 2011 mengatakan bahwa
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian utama Indonesia yang telah
berkembang dari 300.000 hektar perkebunan yang menghasilkan 720.000 ton kelapa sawit
mentah di tahun 1980, menjadi 8,9 juta hektar yang menghasilkan 23 juta ton CPO di
tahun 2011. Indonesia saat ini merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia,
tercatat pada tahun 2011 terdapat sekitar 608 pabrik pengolahan kelapa sawit. Industri
kelapa sawit yang semakin berkembang dengan cepat menuntut adanya praktik
pertanian,industri, dan sustainability yang lebih baik.
Berikut adalah industri kelapa sawit yang mengolah CPO yang menerima kredit
carbon di Indonesia pada tahun 2014 di antaraya Milano Pinang Awam berlokasi di
Sumatra utara dengan pengurangan karbon 33,390 ton 𝐶𝑂2 pertahun, Victorindo Alam
Lestari berlokasi di Sumatra utara dengan pengurangan karbon 39,218 𝐶𝑂2 pertahun,
Tolan Tiga Indonesia berlokasi di Sumatra utara dengan pengurangan karbon 31,757 𝐶𝑂2
pertahunya, Permata Hijau Sawit berlokasi di Sumatra utara dengan pengurangan karbon
sebesar 38,424 𝐶𝑂2 pertahunya, Bakrie Pasaman Sumatra barat dengan pengurangan
karbon sebesar 10,094 𝐶𝑂2 pertahunya, Sumbartama Nusapertiwi berlokasi di jambi
dengan pengurangan karbon sebesar 15,743 𝐶𝑂2 pertahunya, Sirau berlokasi di aceh
dengan pengurangan karbon sebesar 16,470 𝐶𝑂2 pertahunya, Pinago Utama Sgihwaras
berlokasi di Sumatra selatan dengan pengurangan karbon sebesar 54,312 𝐶𝑂2 pertahunya,
Musim Mas Pangkalan Lesung berlokasi di Riau dengan pengurangan karbon sebesar
52,397 𝐶𝑂2 pertahunya (Rahayu dkk, 2016).
Namun dari semua itu timbul permasalahan baru yaitu makin banyaknya limbah
yang di hasilkan. Satu ton tandan buah segar (TBS) dapat di konversi menjadi 0,2 ton CPO
(Crude Palm Oil), sementara 0,66 ton akan di konversikan menjadi limbah cair pabrik
kelapa sawit. Limbah tersebut dapat di manfaatkan menjadi bio gas. Karena kandungan
utama dari biogas adalah metana. Pemanfatan gas metana sebagai bahan bakar memiliki
nilai ekonomis dan dapat menekan tingkat rasio zat gas rumah kaca (CFC). Biogas
merupakan kontributor utama bagi perubahan iklim global. Biogas biasanya terdiri dari

I-1
50–75% metana (CH4), 25–45% karbon dioksida (CO2), dan sejumlah kecil gas-gas
lainya, jika pengolahan POME tidak terkendali, metana dalam biogas terlepas langsung ke
atmosfer. Sebagai gas rumah kaca (GRK), metana mempunyai efek 21 kali lebih besar
dibandingkan dengan CO2. Jika kita tidak segera mengubah perilaku hidup maka di masa
depan penduduk Bumi akan menghadapi perubahan iklim dan cuaca ekstrim yang
merugikan manusia.
Peningkatan suhu beberapa derajat saja mampu menyebabkan kekeringan hebat
diberbagai belahan dunia, naiknya permukaan laut dan kepunahan masal berbagai
spesiesMaka dengan penggunaan gas metana dapat menghambat penggunaan bahan bakar
dari sumber tidak terbarukan (bahan bakar fosil). Penangkapan metana dan pengubahan
biogas menawarkan salah satu energy alternatif sekaligus menghasilkan energy terbarukan.
Dan tentunya pemanfaatan biogas limbah cair Palm Oil Mill Effluent (POME) pabrik
kelapa sawit ini tidak tergantung oleh cuaca(Pane Perkasa N,E, dkk 2016 ).
Pembangkit listrik tenaga biogas mengambil manfaat dari proses penguraian alami
untuk membangkitkan listrik. Limbah cair organik yang dihasilkan selama produksi kelapa
sawit merupakan sumber energi besar yang belum banyak dimanfaatkan di Indonesia.
Mengubah POME menjadi biogas untuk dibakar dapat menghasilkan energi sekaligus
mengurangi dampak perubahan iklim dari proses produksi minyak kelapa sawit, potensi
daya dari konversi POME menjadi biogas yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit
berdasarkan kapasitas PKS, kapasitas PKS dengan jumlah TBS 30 ton perjam
menghasilkan POME perharinya sebesar 400 𝑚3 dan potensi daya yang dihasilkan sebesar
1,1 MW, sementara pada kapasitas produksi TBS 45 ton perjamnya menghasilkan POME
600 𝑚3 perharinya dan potensi daya yang dihasilkan sebesar 1,6 MW, dan pada
pengolahan TBS sebanyak 60 ton perjam menghasilkan POME perharinya sebesar 800
perharinya dan memiliki potensi daya sebesar 2,1 MW, ini berdasarkan asumsi setiap ton
TBS menghasilkan 0,7 𝑚3 limbah cair, PKS beroperasi 20 jam perhari, konsentrasi COD
55.000 mg/l (Rahayu dkk, 2016).
PT. Inti Indosawit Subur (Asian Agri) Pmks Ukui Satu kabupaten Pelalawan Profinsi
Riau yang bergerak dalam bidang memproduksi minyak mentah (CPO) yang
mengembangkan pembangkit listrik tenaga biogas menggunakan Palm Oil Mill Effluent
(POME), dengan prinsip prinsip keamanan dan keslamatan kerja, sehingga menjadi tempat
yang tepat untuk mempelajari mengenai topik ini. Oleh karena itu penulis memilih Pmks
Ukui-1 PT. Inti Indosawit Subur (Asian Agri ) pelalawan, sebagai tempat melaksanakan

I-2
kerja praktek. Dengan demikian saya dapat mengetahui dengan jelas tentang teknologi
penerapan sistem pembangkit listrik tenaga biogas menggunakan limbah cair kelapa sawit,
kususnya topik yang penulis ajukan yaitu Analisis kualitas Bahan Bakar Terhadap Kinerja
Gas Engine Pada Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Palm Oil Mill Effluent (Pome).

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas ditemukanlah beberapa rumusan masalah sebagaiberikut:
1. Bagaimana prinsip kerja dari PLTBg ?
2. Proses apa saja yang terjadi dalam konversi POME menjadi biogas?
3. Kualitas bahan bakar terhadap kinerja generator?
4. Berapa efesiensi generator yang dihasilkan di PLTBg?

1.3 Batasan masalah


Pada penulisan laporan ini, penulis hanya membahas mengenai Analisa kualitas
bahan bakar terhadap kinerja generator yang akan mempengaruhi tingkat efesiensi
generator pada pembangkit listrik tenaga biogas Palm Oil Mill Effluent (POME), dengan
cara mengamati, menelaah dan mencatat hasil yang didapat dari pengoprasian PLTBg yang
memanfaatkan energi baru terbarukan yakni limbah cair kelapa sawit, setelah mendapatkan
data dan informasi yang telah didapatkan, kemudian data tersebut disusun sedemikian rupa
hingga menjadi sebuah laporan kerja praktek yang jelas.

1.4 Tujuan
Laporan kerja praktek ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
pembangkit listrik tenaga biogas dari limbah cair pabrik kelapa sawit adapun tujuan dari
kerja praktek yang dilakukan penulis diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Memahami pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan yakni biogas
dari limbah cair pengolahan minyak kelapa sawit yang dipelajari selama teori
dalam perkuliahan.
2. Memahami dan menganalisa proses konversi energi limbah biomasa menjadi
energi listrik dan memahami prinsip kerja PLTBg
3. Memahami kualitas ba han bakar dan efesiensi dari generator.

I-3

Anda mungkin juga menyukai