Anda di halaman 1dari 10

RESPON FISIOLOGI TERHADAP STRESS

Individu secara keseluruhan terlibat dalam merespon dan mengadaptasi stres. Namun
demikian, sebagian besar dari riset tentang stres berfokus pada respons psikologis atau
emosional dan fisiologis, meski dimensi ini saling tumpang tindih dan berinteraksi dengan
dimensi lain.

Ketika terjadi stres seseorang menggunakan energi fiologis dan psikologis untuk
berespon dan mengadaptasi. Besarny energi yang dibutuhkan dan keefektifkan dari upaya
untuk mengadaptasi tergantung pada intensitas, cakupan, dan durasi stresor dan besarnya
stresor lainnya. Respon stres adalah adaptif dan protektif, dan karakteristik dan respon ini
adalah hasil dari respons neuroindokrim yang terintegrasi.

Respons Fisiologis.

Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap
stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).

Karakteristik Respons stres.

· Respons stres adalah alamiah, protektif, dan adaktif.

· Terdapat respons normal terhadap stresor: stresor yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari meningkatkan ekskresi katekolamin, yang menyebabkan peningkatan dalam
frekuensi jantung dan tekanan darah.

· Stresor fisik dan emosional mencatuskan respons serupa (spesifisitas versus


nonspesifisitas). Kebesaran dan polanya mungkin berbeda.

· Terdapat keterbatasan dalam kemampuan untuk mengompensasi.

· Besar dan durasi stresor mungkin sedemikian besarnya sehingga mekanisme


homeostasis untuk penyesuaian gagal, yang menyebabkan kematian.

· Pemajanan berulang terhadap stimuli mengakibatkan perubahan adaptif: yaitu, kadar


enzim tirosin hidrolase jaringan meningkat, yang mengakibatkan peningkatan kapasitas bagi
tubuh untuk menghasilkan nonepinefrin dan epinefrin.

· Terdapat perbedaan individual dalam merespon terhadap stresor yang sama.

1. Local Adaptation Syndrom (LAS)

Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk
pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya
berjangka pendek.

Karakteristik dari LAS :

1. respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system.
2. respon bersifat adaptif diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.

3. respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.

4. respon bersifat restorative.

Sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang
diuraikan dibawah ini :

a. Respon inflamasi.

respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya
pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses
penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase :

· Fase pertama :
adanya perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah
ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kini,histamin, sel darah putih. Kinin
berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leucosit dan cairan yang
lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.

· Fase kedua :
pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain
yang dihasilkan ditempat cedera.

· Fase ketiga :
Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.

b. Respon refleks nyeri.

respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan lebih
lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.

Bagaimana dengan GAS. Gas merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres.
Respon yang terlibat didalamanya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di
beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.

2. General Adaptation Syndrom (GAS)

Gas adalah respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon ini melibatkan
beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf otonom dan sistem endokrim. Beberapa buku
ajaran menyebut GAS sebagai sistem neuroendokrim. GAS terdiri atas reaksi peringatan,
terhadap resistens, dan terhadap kehabisan tenaga.

a. Reaksi Alarm ( Waspada).

Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi
stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis.
Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan
gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala
stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun.

Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan
hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk
bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk
menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin
mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan
ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.

Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “respons melawan
atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih
menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.

b. Reaksi Resistance (Melawan)

Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan


masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis
sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab
stress. Bila teratasi gejala stress menurun atau normal tubuh kembali stabil, termasuk
hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya
beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak.
Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase
kehabisan tenaga.

c. Reaksi Exhaustion (Kelelahan)

Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya.
Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti
sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat
lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian. Tahap ini cadangan energi
telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak
mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak
pada kematian individu tersbut.

Respon Tubuh terhadap Stres

Respon neurotransmitter 3

Stresor mengaktifkan sistem noradrenergik di otak (paling jelas di locus ceruleus) dan
menyebabkan pelepasan katekolamin dari sistem saraf otonom. Stresor juga mengaktifkan
sistem serotonergik di otak, seperti yang dibuktikan dengan meningkatnya pergantian
serotonin. Stres juga meningkatkan neurotransmisi dopaminergik pada jaras mesofrontal.
Neurotransmitter asam amino dan peptidergik juga terlibat di dalam respon stres. Sejumlah
studi menunjukkan bahwa corticotrophin-releasing factor (CRF) (sebagai neurotransmitter,
bukan sebagai pengatur hormonal fungsi aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal), glutamat
(melalui reseptor N-metil-D-aspartat [NMDA]) dan gama aminobutiric acid (GABA)
semuanya memainkan peranan penting di dalam menimbulkan respon stres atau mengatur
sistem yang berespon terhadap stres lainnya seperti sirkuti otak dopaminergik dan
noradrenergik.

Respon endokrin3

Sebagai respon terhadap stres, CRF disekresikan dari hipotalamus ke sistem hipofisial-
hipofisis-portal. CRF bekerja di hipofisis anterior untuk memicu pelepasan hormon
adrenokortokotropin (ACTH). Setelah dilepaskan, ACTH bekerja di korteks adrenal untuk
merangsang sintesis dan pelepasan glukokortikoid. Glukokortikoid sendiri memiliki jutaan
efek di dalam tubuh, tetapi kerjanya dapat dirangkum dalam istilah singkat untuk
meningkatkan penggunaan energi, meningkatkan aktivitas kardiovaskuler (di dalam respon
fight or flight), dan menghambat fungsi seperti pertumbuhan, reproduksi, dan imunitas.

Aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal merupakan pelaku pengendali umpan balik negatif yang


ketat melalui produk akhirnya sendiri (ACTH dan kortisol) di berbagai tingkat, termasuk
hipofisis anterior, hipotalamus, dan region otak suprahipotalamik seperti hipokampus. Di
samping CRF, berbagai secretagogue (zat yang merangsang pelepasan ACTH) dikeluarkan
dan dapat memintas pelepasan CRF serta bekerja langsung untuk memulai kaskade
glukokortikoid. Contoh secretagogue termasuk katekolamin, vasopressin, dan oksitosin.
Yang menarik, stresor berbeda (stres dingin lawan hipotensi) memicu pola pelepasan
secretagogue yang berbeda, juga menunjukkan bahwa gagasan respons stres yang sama
terhadap stresor umum adalah terlalu disederhanakan.

Respon imun3

Bagian dari respon stres terdiri atas inhibisi fungsi imun oleh glukokortikoid. Inhibisi dapat
mencerminkan kerja kompensasi aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal untuk mengurangi efek
fisiologis stres lainnya. Sebaliknya stres juga dapat menyebabkan aktivasi imun melalui
berbagai jalur. CRF sendiri dapat merangsang pelepasan norepinefrin melalui reseptor CRF
yang terletak di locus cereleus yang mengaktifkan sistem saraf simpatis, baik sentral maupun
perifer, serta meningkatkan pelepasan epinefrin dari medulla adrenal. Di samping itu,
terdapat hubungan langsung neuron norepinefrin yang bersinaps pada sel target imun.
Dengan demikian, di dalam menghadapi stresor, juga terdapat aktivasi imun yang dalam
termasuk pelepasan faktor imun humoral (sitokin) seperti IL-1 dan IL-6. Sitokin dapat
meyebabkan pelepasan CRF lebih lanjut yang di dalam teori berfungsi untuk meningkatkan
efek glukokortikoid sehingga membatasi sendiri aktivasi imun.

Noorhana. Stress dan Mekanisme Adaptasi. Slide Kuliah Modul Saraf dan Jiwa, FKUI 2010.

2. Maramis, Willy F. dan Albert A. Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. Ke-2. Surabaya:
Airlangga University Press, 2009: 83-101

3. Kaplan Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry.Ed.
Ke-7. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2000.
LAS
Tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stress. Respons
setempatini termasuk pembekuan darah, penyembuhan luka, akomodasi mata
terhadap cahaya,dan respon terhadap tekanan.Semua bentuk LAS mempunyai karakteristik
berikut :
a.Respon yang terjadi adalah setempat : respon ini tidak melibatkan seluruh
sistem tubuh.
b.Respon adalah adaptif, berarti bahwa stressor diperlukan untuk menstimulasinya.
c.Respon adalah berjangka pendek, respon tidak terdapat terus menerus.
d.R e s p o n a d a l a h r e s t o r a t i f , b e r a r t i b a h w a L A S m e m b a n t u d a l a m
m e m u l i h k a n homeostatis region atau bagian tubuh.Dua respon setempat yaitu
respon reflek nyeri dan respon inflamasi, di uraikansebagai contoh LAS.
Perawat menghadapi respon ini di banyak lingkungan perwatan kesehatan.
1)Respon reflek nyeri.
Respon reflek nyeri adalah respon setempat dari sistem sara p pusat terhadap
nyeri.Respon ini adalah respon adaptif dan melindungi jaringan dari kerusakan lebih
lanjut.R e s p o n m e l i b a t a k a n r e s e p t o r s e n s o r i s , s a r a p s e n s o r i s y a n g
m e n j a l a r k e m e d u l a spinalis, neuron penghubung dalam medula spinalis, saraf motorik
yang menjalar darimedula spinalis, dan otot efektif. Misalnya, sebut saja di bawah
sadar, yaitu suatureflek menghindarkan tangan dari permukaan yang panas.
2)Respon inflamasi

Respon inflamasi distimuli oleh trauma atau infeksi. Respon ini


memusatkani n f l a m a s i , s e h i n g g a d e n g a n d e m i k i a n m e n g h a m b a t
p e n y e b a r a n i n f l a m a s i d a n meningkatkan penyembuhan. Respon inflamasi
dapat menghasilkan nyeri setempat, pembengkakan, panas, kemerahan, dan perubahan
fungsi. Respon inflamasi terjadidalam tiga fase:2 . 1 ) f a s e p e r t a m a m e n c a k u p
perubahan dalam sel-sel dan sistem sirkulasi. Padaa w a l n y a ,
meyempitan pembuluh darah terjadi pada tempat cedera
u n t u k mengendalikan perdarahan. Kemudian di lepaskan histamin pada tempat
cedera,meningkatkan aliran darah ke area cidera dan meningkatakan juml ah sel
darah putih untuk melawan infeksi. Hampir secara bersamaan dilepaskan kinin
untuk meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga memungkinkan masuknya
protein,cairan, leukosit ketempat yang mengalami cidera. Pada titik ini aliran
darahsetempat menurun, menjaga leukosit ditempat cidera untuk melawan infeksi.2.2) fase
kedua ditandai oleh pelepasan eksudat dari luka. Eksudat adalah kombinasicairan, sel-sel,
dan bahan lainnya yang dihasilkan ditempat cidera. Tipe dan jumlah eksudat
beragam dari satu cidera ke jenis cidera lain dan dari satu orangke orang lainnya. Eksudat
biasanya dilepaskan ditempat cidera, yang mungkin luka terpotong, lecet, atau insisi
bedah.2 . 3 ) F a s e t e r a k h i r a d a l a h p e r b a i k a n j a r i n g a n o l e h r e g e n e r a s i a t a u
p e m b e n t u k a n jaringan parut. Renegenerasi menggantikan sel-sel yang rusak dengan sel-
selidentis atau sel-sel serupa. Pembentukan jaringan parut mewaspadakan perawat bahwa
tubuh mengadaptasi cidera setempat. Selama adaptasi, respon inflamasimelindungi tubuh dari
infeksi dan meningkatkan penyembuhan.

GAS
GAS adalah respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress.
R e s p o n i n i melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf otonom dan sistem
endokrin.Gas terdiri atas reaksi penringatan, tahap resisten, dan tahap kehabisan tenaga.
a.Reaksi Alaram atau Peringatan
Reaksi alarm melibatkan mengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh
d a n pikiran untuk mengahadapi stresor. Kadar hormon meningkat untuk meningkatkan
volume darah dan dengan demikian menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon
lainnya dilepaskan untuk meningkatkan kadar glukosa darahuntuk menyiapkan energi untuk
keperluan adaptasi. Meningkatkan kadar hormonl a i n s e p e r t i e p i n e f r i n d a n
n o r e p i n e f r i n m e n g a k i b a t k a n p e n i n g k a t a n f r e k u e n s i jantung, meningkatkan
aliran darahke otot, meningkatkan ambilan oksigen, danmemperbesar kewaspadaan
mental.Aktivitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan
responm e l a w a n a t a u m e n g h i n d a r . C u r a h j a n t u n g , a m b i l a n o k s i g e n , d a n
f r e k u e n s i pernafasan meningkat ; pupil mata berdilatasi untuk menghasilkan bidang
visualyang lebih besar, dan frekuensi jantung meningkat untuk menghasilkan
energyl e b i h b a n y a k . P e r u b a h a n l a i n n y a y a n g t e r j a d i m e n y i a p k a n
i n d i v i d u u n t u k bertindak. Dengan peningkatan kewaspadaan dan energy mental ini,
seseorangdisiapkan untuk melawan atau menghindari stressor.S e l a m a r e a k s i a l a r m
i n d i v i d u d i h a d a p k a n p a d a s t r e s s o r s p e s i f i k . R e s p o n s fisiologis
individu adalah mendalam, melibatkan system tubuh utama, dan dapat berlangsung dari
hitungan waktu dari menit sampai jam, kemungkinan jugam e r u p a k a n a n c a m a n
t e r h a d a p h i d u p . J i k a s r e s o r t e r u s m e n e t a p s e t e l a h r e a k s i peringatan,
individu berkembang ke fase kedua dari GAS, yaitu resisten.
b.Tahap Resisten
Dalam tahap resisten, tubuh kembali menjadi stabil, kadar hormone,
frekuensi jantung, tekanan darah dan curah jantung kembali ketingkat normal.
Individu berupaya untuk mengadaptasi terhadap stressor. Jika stress dapat diatasi, tubuhakan
memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Namun demikian, jika stressor tetap
terus menetap, seperti pada kehilangan darah terus menerus, penyakit
yangm e l u m p u h k a n , p e n y a k i t m e n t a l p a r a h j a n g k a p a n j a n g , d a n
ketidakberhasilanm e n g a d a p t a s i , m a k a i n d i v i d u m e m a s u k i t a h a p
k e t i g a d a r i g a s y a i t u t a h a p kehabisan tenaga.
c.TahapKehabisanTenaga
Tahap kehabisan tenaga terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi melawan stress
danketika energi yang diperlukan untuk mempertahankan adaptasi sudah meni. Tubuh pis.
Respon fisiologis menghebat, tetapi tingkat energy individu terganggu danadaptasi etrhadap
rstressor hilang. Tubbuh tidak mampu untuk mempertahankandirinya terhadap dampak
skematian.tressor, regulasi fisiologis menghilang, dan jika stress berlanjut dapat
terjadiAdaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah
dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari,
promosikesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau
komunitasterhadap stress.
RESPON FISIOLOGIS TERHADAP STRES
Riset klasik yang dilakukan oleh selye (1946-1976) telah mengidentifikasidua respon
fisiologis terhadap stress : sindrom adaptasi local (LAS) dan sindrom adaptasi umum(GAS).
LAS adalah respons dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stress karena
trauma, penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya.GAS adalah respons pertahanan dari
keseluruhan tubuh terhadap stress.Respons stress adalah alamiah,protektif, dan
adaptif. Terdapat responsnormal terhadap stressor; stressor yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari m e n i n g k a t k a n e k s r e s i k a t e k o l a m i n , ya n g
m e n y e b a b k a n p e n i n g k a t a n d a l a m frekuensi jantung dan tekanan darah.Stressor
fisik dan emosional mencetuskan respons serupa (spesifisitas v e r t u s
nonspesifisitas) kebesaran dan pola mungkin berbeda.
T e r d a p a t keterbatasan dalam kemampuan untuk mengkompensasi.
B e s a r d a n d u r a s i stressor mungkin sedemikian besarnya sehingga mekanisme
homeostatis untuk penyusuaian gagal. Yang menyebabkan kematian. Pemajanan berulang
terhadapstimuli mengakibatkan perubahan adaptif yaitu, kadar enzim tirosin
hidrolase jaringan meningkat, yang menyebabkan peningkatan kapasitas bagi tubuh
untuk menghasilkan nonepinefrin dan epinefrin. Terdapat perbedaan individual
dalam berespons terhadap stressor yang sama.
G. Adaptasi,Dimensi Adaptasi, Bentuk-bentuk Adaptasi,
h o m e o s t a t i s , equilibrium, respon psikologis terhadap stress.
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubahdalam berespon
terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan
sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga ataukomunitas terhadap stress. Ada
banyak bentuk adaptasi.
a.Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun
d e m i k i a n mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan
dimensilainnya.
b.Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dane k s t e r n a l
m e n y e b a b k a n p e n y i m p a n g a n k e s e i m b a n g a n o r g a n i s m e . D e n g a n demikian
adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang o p t i m a l .
Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis
u n t u k perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian
atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd danBrookman, 1992).c . S t r e s o r
yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek,
s e p e r t i demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak
tubuh.Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons
terhadapstressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang
dibutuhkan.Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.
SURATMIN

SURATMIN

Nglundo , 06 Januari 2018


Mengetahui Ketua BUMDES
Kepala Desa Nglundo NGLUNDO MAKMUR

MOH . ANSORI SURATMIN

Anda mungkin juga menyukai