Anda di halaman 1dari 6

Nama : Eko Rananda

NPM : 1615051025
TUGAS ELEKTROMAGNETIK
1. Metode Very Low Frequency (VLF)

Metode VLF-EM merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk
menggambarkan rapat arus induksi yang terdapat di bawah permukaan bumi. Metode ini
pertama kali diperkenalkan oleh Ronka pada tahun 1971. Metoda ini memanfaatkan
gelombang elektromagnetik dengan frekwensi 5-30 kHz. Metode ini memanfaatkan medan
elektromagnetik yang dibangkitkan pemancar-pemancar gelombang radio VLF berdaya besar
yang dioperasikan untuk kepentingan militer, terutama untuk berkomunikasi dengan kapal
selam.
Medan magnetik dan medan listrik yang dibangkitkannya disebut sebagai medan primer.
Medan primer membangkitkan medan sekunder sebagai akibat adanya arus induksi yang
mengalir pada benda-benda konduktor di dalam tanah. Medan sekunder yang timbul
bergantung pada sifat-sifat medan primer, sifat listrik benda-benda di dalam tanah dan
medium sekitarnya, serta bentuk dan posisi benda-benda tersebut. Pada daerah pengamatan
VLF dilakukan pengukuran terhadap resultan medan primer dan medan sekunder, dimana
perubahan resultan kedua medan tersebut tergantung pada perubahanmedan sekunder.
Sehingga bentuk, posisi, dan sifat listrik benda-benda di bawah daerah pengamatan dapat
diperkirakan. Metode VLF ini secara umum digunakan untuk penelitian geologi yang bersifat
dangkal.
Untuk metode VLF ada dua mode yaitu mode tilt angle dengan parameter yang dipakai
adalah sudut tilt dan parameter resistivitas sedangkan mode resistivitas dengan
parameter tahanan jenis medium dan sudut fase medium. Komponen yang diukur dalam VLF
adalah tilt angle α yaitu sudut utama polarisasi ellip dari horizontal (dalam derajat atau
persen), dan eliptisitas Ɛ adalah perbandingan antara sumbu kecil terhadap sumbu besarnya
(dalam persen). Tilt angle α dan eliptisitas Ɛ, berkaitan dengan komponen Ɛ mirip dengan
bagian quadrature (komponen imaginer) dari komponen vertikal. Kedua parameter tersebut
diukur dalam prosentase terhadap medan primer horizontal.
METODE VERY LOW FREQUENCY
 Pengolahan Data VLF
Data yang telah terambil meliputi data elektromagnetik yang didapatkan dalam pengukuran.
Data pengukuran tersebut merupakan superposisi antara sinyal yang berasal dari anomali dan
gangguan (noise) dari struktur lokal yang tidak diharapkan. Terdapat empat jenis koreksi dalam
pengolahan data VLF-EM, yaitu :
 Koreksi Moving Average Filter
Dengan asumsi gelombang yang diterima oleh VLF-EM adalah frekuensi rendah dan
noise eksternal juga mempengaruhi pengukuran, maka filter moving average digunakan
untuk menghilangkan noise frekuensi tinggi. Oleh karena itu, sinyal yang disaring benar-
benar merupakan anomali bahan konduktif di bawah permukaan.
 Filter Flaser
Dengan menggunakan filter ini, titik potong dari anomali menjadi optimal (mencapai
puncaknya), maka hasil filter ini akan membuat proses analisis lebih mudah. Filter Fraser
diaplikasikan untuk setiap lintasan dengan menempatkan lokasi pengukuran pada (x, y)
dan anomali di (z), karena itu kontur dapat dibuat. Kontur menunjukkan anomali tersebar
di suatu daerah. Interpretasi menggunakan data sebelum filter Fraser akan sulit, karena
kesulitan untuk menentukan titik perubahan yang tidak terfokus pada satu titik, selain itu,
jika daerah tersebut memiliki banyak bahan konduktif, titik perubahan akan lebih sulit
untuk ditentukan. Setelah dilakukan filter Fraser anomali menjadi lebih jelas. Namun
untuk mendapatkan hasil interpretasi yang lebih baik dapat dibantu menggunakan data
lain seperti (quadrature, titlt-angle, atau total-field).
 Filter Karous-Hjelt
Interpretasi kualitatif VLF-EM dapat dilakukan dengan menggunakan filter Karous-
Hjelt. Penerapan hasil filter ini berupa distribusi kerapatan arus yang dapat member
informasi mengenai daerah konduktif.

 Interpretasi Data VLF


Setelah dilakukan pengolahan data hingga dilakukan berbagai filter-filter yang
diperlukan makan hasil yang didapatkan berupa grafik frekuensi
pengukuran atau dalam bentuk kontur/citra 2D untuk dapat dilakukan interpretasise
telah itu. Dalam melakukan interpretasi data VLF dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu :
 Interpretasi dari Derivatif Fraser
Interpretasi yang dilakukan dari hasil derivative koreksi Fraser Filter.
 Interpretasi Perkiraan Langsung
Interpretasi yang dapat dlakukan dengan memperkirakan langsung dari hasil
pengukuran yang telah didapatkan. Interpretasi cara ini dapat
dikatakan tidak akurat karena masih banyak noise yang belum dikoreksi pada data
yang telah didapat.
 Interpretasi dengan Filter Linier Karous Hjelt
Interpretasi yang dilakukan dengan melihat hasil filter Linier karous hjelt. Hasil yang
didapatkan lebih baik dari sebelumnya karena telah dilakukan beberapa kali pemfilteran.
 Interpretasi terhadap data VLF dapat dilakukan dengan perangkat lunak
Interpretasi yang dlakukan dengan perangkat lunak biasanya lebih mudah dan lebih
akurat.

INTERPRETASI DATA METODE VLF

2. Metode Magnetotelurik

Metoda magnetotellurik (MT) merupakan salah satu metode eksplorasi geofisika yang
memanfaatkan medan elektromagnetik alam. Medan EM tersebut ditimbulkan oleh berbagai
proses fisik yang cukup kompleks sehingga spektrum frekuensinya sangat lebar (10-5 Hz –
104Hz). Kebergantungan fenomena listrik - magnet terhadap sifat kelistrikan terutama
konduktivitas medium (bumi) dapat dimanfaatkan untuk keperluan
eksplorasi menggunakan metoda MT. Hal ini dilakukan dengan mengukur secara
simultan variasi medan listrik (e) dan medan magnet (H) sebagai fungsi
waktu. Informasi mengenai konduktivitas medium yang terkandung dalam
data MT dapat diperoleh dari penyelesaian persamaan Maxwell menggunakan model-
model yang relatif sederhana.

Pada dekade 50-an untuk pertama kali hal tersebut dilakukan dan dibahas secara terpisah
oleh Tikhonov (1950),Rikitake (1946), Price (1950), Kato dan Kikuchi (1950), Cagniard
(1953) dan Wait (1954) yang kemudian menjadi dasar metoda MT. Dengan demikian
metoda ini masih relatif baru jika dibandingkan dengan metoda geofisika lainnya.

Metode Magnetotellurik adalah suatu metode yang bersifat pasif yang memanfaatkan
tahanan jenis bawah permukaan. Medan EM yang digunakan mempunyai frekuensi yang
panjang sehingga mampu menyelidiki keadaan permukaan dari kedalamaan puluhan hingga
ribuan meter. Sumber medan EM yaitu aktivitas petir (>1Hz), resonansi lapisan iomosfer
bumi (<1Hz), dan bintik hitam matahari (<<1Hz).

 Prinsip Kerja

Proses induksi elektromagnetik yang terjadi pada anomaly permukaan bawah. medan EM
yang menembus bawah permukaan akan menginduksi anomaly konduktif bawah permukaan
bumi sehingga menghasilkan E dan magnetic sekunder yang kemudian direkam oleh alat
magnetotellurik. Kontras resistivitas antara atmosfer dan permukaan bumi menunjukan
bahwa gelombang EM merambat vertical ke bawah permukaan. Berdasarkan sifat
penjalaran, kedalaman penetrasi bergantung pada frekuensi dan resistivitas. Material yang
resistivitas lebih kecil mempunyai daya tembus yang lebih kecil sedangkan medan EM yang
mempunyai frekuensi lebih tinggi mempunyai daya tembus yang tinggi.

METODE MAGNETOTELURIC

 Pengolahan Data

Data magnetotellurik yang didapatkan dari akuisisi di lapangan adalah berupa seri waktu
(time series). Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data magnetotellurik (MT) adalah
sebagai berikut :
1) Pra pengolahan Data

Pada tahap ini, data mentah yang telah direkam mengalami


proses editing dan demultiplexing untuk menggabungkan data dari setiap kanal yang sa
ma (elektrik atau magnetik) untuk masing-masing-
jangkah frekuensi (LF, MF dan HF). Data tersebut adalah keluaran dari sensor elektrik
dan magnetik yang masih berupa harga tegangan listrik terukur. Proses gain recovery
ditujukan untuk mengembalikanfaktor perbesaran atau amplifikasi yang telah digunakan.
Disamping itu, pada proses tersebut harga tegangan listrik terukur dikonversikan ke
dalam satuan yang biasa digunakan (mV/km untuk medan listrik dan nano Tesla atau
gamma untuk medan magnet).

2) Pengolahan Data
Seleksi data dalam domain waktu dapat dilakukan secara manual
(seleksi visual) maupun otomatis dengan menetapkan nilai minimal korelasi data yang
dapat diterima. Korelasi yang dimaksud adalah korelasi silang (cross-correlation) antara
medan listrik dan medan magnet yang saling tegak-lurus. Hasilnya dalam bentuk seri waktu
(time series) disimpan dalam file.

3) Analisa Tensor
Jika medium homogen atau berlapis horizontal (1-D) maka Zxx = Zyy = 0 dan Zxy = -Zyx =
Z, dimana Z adalah impedansi yang diperoleh dari komponen horisontal medan listrik dan
medan magnet yang saling tegak lurus. Dengan kata lain, hubungan
antara komponenhorisontal medan listrik dan medan magnet tidak lagi dinyatakan oleh
suatu tensor melainkan suatu bilangan skalar kompleks.Untuk medium 2-D dengan sumbu x
atau sumbu y searah dengan jurus (strike) maka Zxx = Zyy = 0, namun Zxy ≠ -Zyx. Secara
matematis, kita bisa menghitung tensor impedansi yang seolah-oleh diperoleh dengan
sistem koordinat pengukuran lain melalui rotasi. Hal ini san-gat berguna karena arah jurus
struktur tidak diketahui saat pengukuran dilakukan. Jika sumbu x dalam sistem koordimat
pengukuran searah dengan
jurus maka elemen tensor hasil rotasi Zxy dan Zyx merupakan im-pedansi yang
berkaitan dengan pengukuran medan listrik sejajar jurus atau TE-
mode (Transverse Electric) dan tegak lurus jurus atau TM-mode (Transverse Magnetic).

 Pemodelan dan interpretasi Data

1) Pemodelan 1D
Model 1-D merupakan model yang sederhana, dalam hal ini tahan-an-jenis hanya bervariasi
terhadap kedalaman. Parameter dalam model 1-D adalah tahanan-jenis dan ketebalan tiap
lapisan. Model 1D.
Model 1D direpresentasikan oleh model berlapis horisontal, yaitu model yang terdiri dari
beberapa lapisan dimana tahanan-jenis pada setiap lapisannya ada-lah homogen. Pemodelan
menggunakan model 1-D hanya dapat diterapkan pada data yang memenuhi kriteria data 1-D.

Dengan demikian, dengan menganggap asumsi mewakili kecenderungan lokal atau struktur
secara garis besar, misalnya impedansi invarian dan impedansi dari TE-mode. Pemodelan 1-
D menggunakan kurva sounding TE-mode didasarkan atas anggapan bahwa pengukuran
medan listrik searah jurus tidak terlalu dipengaruhi oleh diskontinuitas lateral tegak lurus.

2) Pemodelan 2-D
Parameter model 2-D adalah nilai tahanan jenis dari tiap blok yang
berdimensi lateral (x) dan dimensi vertikal (z). Algoritma non-linier conjugate gradient
(NLCG) digunakan untuk memperoleh solusi yang meminimumkan fungsi objektif
ψ,Pemodelan inversi dengan algoritma NLCG yang dijelaskan oleh Rodi dan Mackie (2001)
diaplikasikan pada program WinGlink.

3) Metode Inversi Bostick

Metoda inversi Bostick (Jones, 1983) merupakan cara yang cepat dan mudah untuk
memperkirakan variasi tahanan-jenis terhadap kedal-aman secara langsung dari kurva
sounding tahanan-jenis semu. Metode ini diturunkan dari hubungan analitik antara tahanan
jenis, frekuensi dan kedalaman investigasi atau skin depth. Namun perlu diingat bahwa me-
toda ini bersifat aproksimatif sehingga hanya dapat dilakukan sebagai usaha pemodelan dan
interpretasi pada tahap pendahuluan. Dalam me-toda inversi kuadrat terkecil (least-square),
model awal dimodifikasi secara iteratif hingga diperoleh model yang responsnya cocok
dengan data. Adanya aproksimasi atau linearisasi fungsi non-linier antara data dan
parameter model menyebabkan metode tersebut sangat sensitif terhadap pemilihan model
awal. Oleh karena itu model awal biasanya ditentukan dari hasil pemodelan tak langsung atau
hasil inversi Bostick. Kecenderungan terakhir menunjukkan bahwa metode inversi tidak
hanya ditujukan untuk menentukan satu model saja melainkan sejumlah
besar model yang memenuhi kriteria data (misalnya, metode Monte-Carlo). Estimasi
statistik dari model-model yang diperoleh digunakan
untuk menentukan solusi metoda inversi. Kecenderungan baru tersebut terutama
ditunjang dengan tersedianya komputer pribadi (PC) dan workstations yang dilengkapi
dengan processor berkecepatan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai