Gastroenteritis (Kelompok II)
Gastroenteritis (Kelompok II)
Puji syukur kita panjatkan pada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat
dan Hidayah-Nya hingga kami dapat menyelesaikan PKK II dengan judul:
Asuhan Keperawatan Gangguan Pencernaan Pada An. M. A Dengan
Gastroenteritis Akut Di ruang perawatan Melati BLUD Rumah Sakit Benyamin
Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2018.
Studi kasus yang diajukan sebagai salah satu tugas dari praktik klinik
keperawatan di BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh. Dalam proses pembuatan
hingga penyelesaian PKK II ini tidak lepas dari bantuan dan motivasi yang telah
diberikan berbagai pihak dengan segala kerendahan dan keihklasan hati kami
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada:
1. Ibu Dra. Hj. Mardiana Wahab M.Kes selaku Direktur Akper Pemkab Kolaka
yang telah membimbing dan mengarahkan kami selama kegiatan praktik
klinik keperawatan.
2. Bapak Ns. Paskalis Lukimon S,Kep dan Ibu Ns. Nuhra S.Kep selaku
pembimbing institusi dan Ibu Ns. Marhani S.Kep sebagai CI Lahan yang
telah membimbing kami dan memberikan motivasi serta masukan untuk
penulisan seminar PKK II ini.
3. Bapak ibu dosen serta seluruh Staf AKPER USN KOLAKA yang telah
memberikan motivasi selama mengikuti kegiatan PKK II.
4. Keluarga An. M. A yang telah bekerja sama selama Praktik Klinik
Keperawatan II (PKK II).
Kami menyadari sepenuhnya atas kekurangan yang terdapat dalam seminar
PKK II ini, untuk itu kami mengharapkan saran kritikan yang membangun demi
penyempurnaan studi kasus ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kelompok II
terutamanya. Semoga Allah SWT selalu memebrikan rahmat dan hidayahnya
kepada kita semua. Amiin.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penulisan 5
A. Pengkajian 21
B. Diagnosa Keperawatan 31
C. Intervensi Keperawatan 32
D. Implementasi Keperawatan 35
E. Evaluasi Keperawatan 43
2
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastroenteritis atau diare sampai saat ini masih merupakan masalah
kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju.
Menurut Suharyono (2008) gastroenteritis akut didefinisikan sebagai buang
air besar dengan tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari
normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Sedangkan menurut Priyanto (2008)
gastroenteritis kronik yaitu yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Gastroenteritis atau diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari
penyebab gastroenteritis yang terbanyak adalah gastroenteritis infeksi.
Gastroenteritis atau diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri, dan parasit.
Menurut Word Health Organization (WHO), di negara maju walaupun sudah
terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden
gastroenteritis atau diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah
kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya
dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita
gastroenteritis atau diare infeksi. Tingginya kejadian gastroenteritis di negara
Barat ini oleh karena foodborne infections dan waterborne infections yang
disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus
aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic
Escherichia coli (EHEC) (Sinaga, 2009).
Di Indonesia dari 2.812 pasien gastroenteritis atau diare yang disebabkan
bakteri yang datang kerumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta,
4
Jawa, Sumatra yang dianalisa dari 2004 s/d 2005. Menurut Mary Phillips
(2010) penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikuti dengan Shigella
spp, Salmonella spp, V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter
Jejuni, V. Cholera non-01, dan Salmonella paratyphi A.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan materi ini adalah:
1. Bagaimana konsep medis gastroenteritis?
2. Bagaimana konsep askep gastroenteritis?
3. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada An. M. A di ruang perawatan
Melati BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan materi ini adalah agar penulis mampu
melakukan asuhan keperawatan gangguan sistem pencernaan pada An. M.
A dengan Gastroenteritis menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam studi kasus ini adalah agar penulis dapat:
a. Melakukan pengkajian pada An. M. A dengan gangguan sistem
pencernaan (Gastroenteritis).
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada An. M. A dengan gangguan
sistem pencernaan (Gastroenteritis)
c. Menyusun intervensi keperawatan pada An. M. A dengan gangguan
sistem pencernaan (Gastroenteritis).
d. Melaksanakan implementasi pada An. M. A dengan gangguan sistem
pencernaan (Gastroenteritis) sesuai dengan intervensi yang telah
disusun.
5
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan pada An. M. A
dengan gangguan sistem pencernaan (Gastroenteritis).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
6
a) Palatum
Terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras) yang
tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris
dan lebih kebelakang yang terdiri dari 2 palatum. Palatum mole
(palatum lunak) terletak dibelakang yang merupakan lipatan
menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan
selaput lendir.
b) Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja
otot lidah ini dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi atas 3
bagian yaitu : Radiks Lingua = pangkal lidah, Dorsum Lingua =
punggung lidah dan Apek Lingua + ujung lidah. Pada pangkal
lidah yang kebelakang terdapat epligotis. Punggung lidah (dorsum
lingua) terdapat puting-puting pengecapatau ujung saraf pengecap.
Fenukun Lingua merupakan selaput lendir yang terdapat pada
bagian bawah kira-kira ditengah-tengah, jika tidak digerakkan ke
atas nampak selaput lendir.
c) Kelenjar Ludah
Merupakan kelenjar yang mempunyai ductus bernama ductus wartoni
dan duktus stansoni. Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar ludah
bawah rahang (kelenjar submaksilaris) yang terdapat di bawah
tulang rahang atas bagian tengah, kelenjar ludah bawah lidah
(kelenjar sublingualis) yang terdapat di sebelah depan di bawah
lidah.
Di bawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah
lidah di sebut koronkula sublingualis serta hasil sekresinya berupa
kelenjar ludah (saliva). Di sekitar rongga mulut terdapat 3 buah
kelenjar ludah yaitu kelenjar parotis yang letaknya dibawah depan
dari telinga di antara prosesus mastoid kiri dan kanan os
7
mandibular, duktusnya duktus stensoni, duktus ini keluar dari
glandula parotis menuju ke rongga mulut melalui pipi (muskulus
buksinator). Kelenjar submaksilaris terletak di bawah rongga
mulut bagian belakang, duktusnya duktus watoni bermuara di
rongga mulut bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar ludah di
dasari oleh saraf-saraf tak sadar.
d) Otot Lidah
Otot intrinsik lidah berasal dari rahang bawah (m mandibularis,
oshitoid dan prosesus steloid) menyebar kedalam lidah
membentuk anyaman bergabung dengan otot instrinsik yang
terdapat pada lidah. M genioglosus merupakan otot lidah yang
terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam yang
menyebar sampai radiks lingua.
2. Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit.
3. Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat dengan
kolumna vertebralis, di belakang trakea dan jantung. Esofagus
melengkung ke depan, menembus diafragma dan menghubungkan
lambung. Jalan masuk esofagus ke dalam lambung adalah kardia.
4. Gaster ( Lambung )
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak
terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah
8
diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fudus
uteri.
5. Intestinum minor ( usus halus )
Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada
pylorus dan berakhir pada seikum, panjang + 6 meter. Lapisan usus halus
terdiri dari :
a. lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar (m.sirkuler)
b. otot memanjang ( m. Longitudinal ) dan lapisan serosa (sebelah
luar ).
Pergerakan usus halus ada 2, yaitu
a. Kontraksi pencampur (segmentasi)
Kontraksi ini dirangsang oleh peregangan usus halus yaitu desakan kimus
b. Kontraksi Pendorong
Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik. Aktifitas
peristaltik usus halus sebagian disebabkan oleh masuknya kimus ke
dalam duodenum, tetapi juga oleh yang dinamakan gastroenterik
yang ditimbulkan oleh peregangan lambung terutama di hancurkan
melalui pleksus mientertus dari lambung turun sepanjang dinding
usus halus. Perbatasan usus halus dan kolon terdapat katup ileosekalis
yang berfungsi mencegah aliran feses ke dalam usus halus. Derajat
kontraksi sfingter iliosekal terutama diatur oleh refleks yang
berasal dari sekum. Refleksi dari sekum ke sfingter iliosekal ini di
perantarai oleh pleksus mienterikus. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat diserahkan ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir(yang
melumasi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-
pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan
9
sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula, dan lemak. Iritasi
yang sangat kuat pada mukosa usus,seperti terjadi pada beberapa
infeksi dapat menimbulkan apa yang dinamakan ”peristaltic
rusrf” merupakan peristaltik sangat kuat yang berjalan
jauh pada usus halus dalam beberapa menit.
Intesinum minor terdiri dari :
a. Duodenum ( usus 12 jari )
Panjang + 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiru. Pada
lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini
terdapat selaput lendir yang membuktikan di sebut papila vateri. Pada
papila veteri ini bermuara saluran empedu ( duktus koledukus ) dan
saluran pankreas ( duktus pankreatikus ).
b. Yeyenum dan ileum
Mempunyai panjang sekitar + 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah
yeyenum dengan panjang ± 2-3 meter dan ileum dengan panjang ± 4 –
5 meter. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen
posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas
dikenal sebagai mesenterium. Akar mesenterium memungkinkan
keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesentrika
superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan
peritoneum yang membentuk mesenterium. Sambungan antara
yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah
ileum berhubungan dengan seikum dengan seikum dengan perataraan
lubang yang bernama orifisium ileoseikalis, orifisium ini di perkuat
dengan sfingter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula
seikalis atau valvula baukini. Mukosa usus halus. Permukaan epitel
yang sangat luas melalui lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan
pencernaan dan absorbsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan
submukosa yang dapat memperbesar permukaan usus. Pada
10
penampangan melintang vili di lapisi oleh epiel dan kripta yang
menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan enzim yang
memegang peranan aktif dalam pencernaan.
11
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam rongga
pelvis sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S. Ujung bawahnya
berhubung dengan rectum.
B. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus
halus yang di tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat
kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala
keseimbangan elektrolit ( cecyly, Betz.2002).
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada
lambung dan usus yang di tandai berak-berak encer 5 kali atau lebih.
Gastroenteritis adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari dapat
atau tanpa lender dan darah ( Murwani. 2009).
12
2. Etiologi
Faktor penyebab gastroenteritis adalah:
1) Faktor infeksi
a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama gastroenteritis pada anak, meliputi
infeksi internal sebagai berikut:
● Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella,
capylabactor, versinia aoromonas dan sebagainya.
● Infeksi virus : entero virus ( v.echo, coxsacria, poliomyelitis)
● Infeksi parasit : cacing ( ascaris, tricuris, oxyuris,
srongyloidis, protozoa, jamur).
b. infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti : OMA,
tonsilitis, bronkopneumonia, dan lainnya.
2) faktor malabsorbsi:
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa,
dan sukrosa), mosiosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa, dan
galatosa).
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3) Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
4) Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).
(Mansjoer arief, 2000)
3. Patofisiologi
13
Berdasarkan Hasan (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan
timbulnya diare adalah:
1) Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi rongga
usus.
2) Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat di serap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
3) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya jika
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
4. Manifestasi klinis
1) Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin
sering
2) Muntah (umumnya tidak lama)
3) Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
4) Kram abdomen, tenesmus
5) Membrane mukosa kering
6) Fontanel cekung (bayi)
7) Berat badan menurun
8) Malaise
14
(Cecyly, Betz.2002)
5. Komplikasi
1) Dehidrasi
2) Renyatan Hiporomelik
3) Kejang
4) Bakterikimia
5) Malnutrisi
6) Hipoglikimia
7) Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
5) Kebutuhan dasar
a. Pola Eliminasi
Mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari konsistensi encer
15
b. Pola Nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan BB
c. Pola Istirahat dan Tidur
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan
rasa tidak nyaman
d. Pola Aktifitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat
disentri abdomen
6) Pemeriksaan Penunjang
a. Darah : Ht meningkat, leukosit menurun
b. Feses : Bakteri atau parasit
c. Elektrolit : Natrium dan Kalium menurun
d. Urinalisa : Urin pekat, BJ meningkat
e. Analisa Gas Darah : Antidosis metabolik (bila sudah
kekurangan cairan)
7) Data Fokus
a) Subjektif
● Kelemahan
● Diare lunak s/d cair
● Anoreksia mual dan muntah
● Tidak toleran terhadap diit
● Perut mulas s/d nyeri (nyeri pada kuadran kanan bawah,
abdomen tengah bawah)
● Haus, kencing menurun
b) Objektif
● Lemah, gelisah
● Penurunan lemak / masa otot, penurunan tonus
16
● Penurunan turgor, pucat, mata cekung
● Nyeri tekan abdomen
● Urine kurang dari normal
● Hipertermi
● Hipoksia / Cyanosis
● Mukosa kering
● Peristaltik usus lebih dari normal
2. Pathway
17
18
3. Diagnosa
1) Diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan,
psikologis.
2) Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
sekunder akibat diare
3) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen
sekunder akibat gastroentritis
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak
adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi, mual / muntah
5) Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder
terhadap dehidrasi.
4. Intervensi
1) Diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan, psikologis.
Tujuan : mencapai BAB normal
Kriteria hasil:
− Penurunan frekuensi BAB sampai kurang 3x.
− Feses mempunyai bentuk
Intervensi :
a. Kaji faktor penyebab yang mempengaruhi diare
Rasional: Untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan
b. Ajarkan pada klien penggunaan yang tepat dari obat-obatan
antidiare
Rasional: supaya klien tahu cara penggunaan obat anti diare
c. Pertahankan tirah baring
Rasional: Tirah baring dapat mengurangi hipermotiltas usus
d. Colaborasi untuk mendapat antibiotik
Rasional : bila penyebab diare kuman maka harus diobati
19
2) Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
sekunder akibat diare
Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
KH:
− turgor baik
− CRT < 2 detik
− Mukosa lembab
− Tidak pucat
Intervensi:
a. Kaji tanda-tanda dehidrasi
Rasional: untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan mencagah syok
hipovolemik
b. Monitor intake cairan dan output
Rasional: untuk mengetahui balance cairan
c. Anjurkan klien untuk minum setelah BAB minum banyak
Rasional: untuk mengembalikan cairan yang hilang
d. Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit
Rasional: untuk mempertahankan cairan.
20
a. Kaji karakteritas dan letak nyeri
Rasional: untuk menentukan tindakan dalam mengatur nyeri
b. Ubah posisi klien bila terjadi nyeri, arahkan ke posisi yang paling
nyaman
Rasional: posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri
c. Beri kompres hangat diperut
Rasional: untuk mengurangi perasaan keras di perut
d. Kolaborasi untuk mendapatkan obat analgetik
Rasional: untuk memblok syaraf yang menimbulkan nyeri
21
5) Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder
terhadap dehidrasi
Tujuan : mempertahankan norma termia
KH:
− Suhu dalam batas normal 36,2 – 37,60C
Intervensi
a. Monitor suhu dan tanda vital
Rasional: untuk mengetahui vs klien
b. Monitor intake dan output cairan
Rasional: untuk mengetahui balance
c. Beri kompres
Rasional: supaya terjadi pertukaran suhu, sehingga suhu dapat turun
d. Anjurkan untuk minum banyak
Rasional: untuk mengganti cairan yang hilang
e. Colaborasi pemberian obat penurun panas sesuai indikasi
Rasional: untuk menurunkan panas
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Data Demografi
A. Biodata Klien
Nama : An. M. A
Usia : 25 Bulan (13 Juni 2016)
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : jln. Kayangan
Suku : Tolaki
Agama : Islam
Diagnosa Medis : Gastroenteritis Akut
No. Medical Record : 113700
Tanggal Masuk : 06 Agustus 2018 (09:00)
Tanggal Pengkajian : 06 Agustus 2018 (12:30)
B. Identitas orang tua
1. Ayah
Nama : Tn. A
Usia : 33 tahun
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
2. Ibu
Nama : Ny. I
Usia :23 Tahun
23
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : IRT
24
3) Penolong Persalinan : Bidan
c. Penyakit yang pernah dialami : Demam
d. Kecelakaan yang pernah dialami : Jatuh
e. Riwayat alergi :-
B. Tanda-Tanda Vital
Suhu : 39,3oC
Nadi : 128 X/menit
Pernapasan : 26 X/menit
C. Sistem Pernapasan
Hidung tampak simetris. Tidak terdapat pernapasan cuping hidung.
Tidak terdapat sekret pada jalan napas. Gerakan dada simetris
kiri-kanan. Tidak terdapat retraksi dinding dada. Frekuensi
pernapasan 26X/menit.
D. Sistem Kardiovaskular
Konjungtiva tidak anemis. Arteri carotis teraba kuat. Capillary refill
time 2 detik. Tidak terdapat sianosis
E. Sistem Pencernaan
25
Sklera tidak ikterik. Mukosa bibir kering. Kemampuan menelan baik.
Perut Tampak kembung.
F. Sistem Saraf
Status mental: orientasi baik, dapat mengenali lingkungan sekitar.
Kesadaran kompos menetis. GCS: E:4, M:5, V:6. Fungsi motorik
baik. Fungsi sensorik baik.
G. Sistem Muskuloskeletal
Tidak terdapat kekakuan pada seluruh otot. Tidak terdapat fraktur
ataupun dislokasi pada tulang dan sendi. Pada tangan kanan tampak
terpasang infus KA-EN 3B, 20 tetes/menit (mikro). 500 ml.
H. Sistem Integumen
Rambut berwarna hitam dan panjang. Kulit teraba panas. Turgor kulit
berkurang. Kulit bersih. Kuku pendek.
I. Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran pada kelenjar.
J. Sistem perkemihan
Urine berwarna kuning.
K. Sistem Imun
Tidak terdapat alergi terhadap cuaca, debu atau obat-obatan
26
VII. Pola Aktivitas Sehari-Hari
27
kadang coklat, konsistensi BAK 4 kali. Warna
lunak. kuning.
BAK:
frekuensi BAK 4-5 kali
sehari. Warna putih
kadang juga kuning.
28
MCHC 36,3 32.0 – 37.0
X. Data Tambahan
- Ibu pasien mengatakan anaknya demam
Subjektif Objektif
29
- Ibu pasien mengatakan - BB: 10 KG
anaknya muntah setelah makan
- TB: 88 CM
nasi kuning dan minum teh
kotak. - Pasien tampak lemah
- Ibu pasien mengatakan hari ini
- Turgor kulit berkurang
anaknya muntah 4 kali.
- Ibu pasien mengatakan - Mata agak cekung.
muntahan anaknya berupa
makanan yang baru saja - Kulit teraba panas.
ditelan.
- Pasien tampak kurus.
- Ibu pasien mengatakan
anaknya muntah sejak - Perut tampak kembung.
kemarin.
- Mukosa bibir kering.
- Nutrisi:
t sakit: - Urine berwarna kuning.
fsu makan menurun. Pasien muntah
- Feses berwarna kuning, encer.
setiap selesai makan. Frekuensi
makan 3-4 kali sehari. Menu
nasi, ikan, sayur. 1 porsi kecil
tidak dihabiskan.
- Eliminasi:
t sakit:
B: BAB sebanyak 3 kali. Warna
kuning, encer.
30
toleransi makanan urangan volume cairan
- Ibu pasien
mengatakan luks gastrointestinal
anaknya
muntah-muntah. tput cairan berlebih
- Ibu pasien (muntah)
mengatakan hari ini
anaknya muntah 4 urunan volume cairan
kali.
- Ibu pasien Dehidrasi
mengatakan
muntahan anaknya rangan volume cairan
berupa makanan
yang baru saja
ditelan.
- Pasien tampak
lemah
- Mukosa bibir
kering
- Turgor kulit
menurun
- Mata agak cekung
- Urine berwarna
kuning
- BB: 10 KG
- TB: 88 CM
31
toleransi makanan Hipertermia
- Ibu pasien
mengatakan luks gastrointestinal
anaknya demam
put cairan berlebihan
- Kulit teraba panas.
- Tanda-tanda vital: Dehidrasi
9,3OC
28X/menit.
6X/menit. mulasi hipotalamus
Hipertermia
32
- Ibu pasien
mengatakan
muntahan anaknya
berupa makanan
yang baru saja
ditelan.
- Nutrisi:
t sakit:
fsu makan menurun.
Pasien muntah
setiap selesai
makan. Frekuensi
makan 3-4 kali
sehari. Menu nasi,
ikan, sayur. 1 porsi
kecil tidak
dihabiskan.
- BB: 10 KG
- TB: 88 CM
- Pasien tampak
lemah.
- Pasien tampak kurus
- Perut tampak
kembung.
- Mukosa bibir
kering.
- Urine berwarna
kuning.
33
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
melalui muntas
2. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan makanan tidak adekuat
34
C. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
melalui muntah
35
3. Anjurkan pasien untuk minum 3. Penin
ia Hasil: air banyak. meng
- Suhu dalam menin
rentang asupa
normal. 4. Meng
4. Anjurkan pasien untuk
- Akral teraba Meni
menggunakan pakaian yang
hangat. evavo
tipis.
5. Obat
5. Kolaborasi pemberian
suhu
antipiretik.
sintet
hipot
36
D. Implementasi Keperawatan
angan volume cairan n/06/08/2018 15:15 ukur tanda tanda vital dengan cara meletakk
berhubungan dengan Palpasi pada arteri radialis. Dan inspeksi p
kehilangan cairan (pernapasan).
melalui muntah sil:
- S: 39,3 o C
- N: 128X/menit
- P: 26X/menit
15:20 observasi tanda tanda dehidrasi dengan cara
memeriksa turgor kulit dan inspeksi pada
sil:
- BB: 10 KG
- Turgor kulit kurang
- Mata tampak cekung
15:22 ukur masukan dan haluaran cairan dengan c
jumlah air yang di minum dan yang dikelu
dan BAB.
sil:
- Ibu pasien mengatakan jumlah air
rumah sakit sejak jam 9 pagi tadi s
37
- Ibu pasien mengatakan anaknya m
sekitar 1 gelas.
15:25 - BAB & BAK sekitar 1 gelas.
anjurkan kepada ibu pasien unutk memberik
cukup sesuai kebutuhan anaknya, yaitu se
16:30
erikan oralit kepada pasien sebanyak 1 bun
air sebanyak 200 ml. Dan menganjurkan k
memberikan kepada anaknya setelah BAB
18:00 ml)
ganti cairan infus: KA-EN 3B 500 ml. 20 te
38
anjurkan kepada ibu pasien untuk memberik
15:25 cukup sesuai kebutuhan anaknya, yaitu se
sil: ibu pasien mengerti dan melaksanakan
15:26 anjurkan ibu pasien untuk memakaikan pak
sil: Ibu pasien melaksanakan instruksi
erikan obat antipiretik dengan cara memasu
16:40 kedalam intravena melalui selang infus se
kseimbangan nutrisi: 06/08/2018 15:15 ukur tanda tanda vital dengan cara meletakk
kurang dari kebutuhan Palpasi pada arteri radialis. Dan inspeksi p
tubuh. (pernapasan).
sil:
- S: 39,3 o C
- N: 128X/menit
- P: 26X/menit
15:35 mbang berat badan pasien
sil: 10 KG
15:25 anjurkan kepada ibu pasien untuk memberik
lunak seperti bubur.
sil: Ibu pasien tampak memahami instruksi
15:25 anjurkan ibu pasien agar makanan yang dib
makanan yang hangat
sil: Ibu pasien tampak memahami instruksi
15:25 anjurkan ibu pasien untuk memberikan anak
Hasil: ibu pasien tampak paham
39
Hipertermia /07/08/2018 09:00 ukur tanda tanda vital dengan cara meletakk
Palpasi pada arteri radialis. Dan inspeksi p
(pernapasan).
sil:
- S: 38,9 o C
- N: 100X/menit
- P: 26X/menit
09:10 erikan kompres air hangat dengan cara mel
setelah di rendam pada air hangat dan dipe
sil: Kompres terpasang kemudian dilanjutk
09:11 anjurkan kepada ibu pasien untuk memberik
cukup sesuai kebutuhan anaknya, yaitu se
sil: ibu pasien mengerti dan melaksanakan
09:12 anjurkan ibu pasien untuk memakaikan pak
sil: Ibu pasien melaksanakan instruksi
dakseimbangan nutrisi: /07/08/2018 09:00 ukur tanda tanda vital dengan cara meletakk
Kurang dari Palpasi pada arteri radialis. Dan inspeksi p
kebutuhan tubuh (pernapasan).
sil:
- S: 38,9 o C
- N: 100X/menit
- P: 26X/menit
09:1 mbang berat badan pasien
sil: 10,2 KG
09:02 anjurkan kepada ibu pasien untuk memberik
lunak seperti bubur.
40
sil: Ibu pasien tampak memahami instruksi
09:03 anjurkan ibu pasien agar makanan yang dib
makanan yang hangat
sil: Ibu pasien tampak memahami instruksi
09:011 anjurkan ibu pasien untuk memberikan anak
Hasil: ibu pasien tampak paham
41
kseimbangan nutrisi: 08/08/18 22:37 ukur tanda tanda vital dengan cara meletakk
kurang dari kebutuhan Palpasi pada arteri radialis. Dan inspeksi p
tubuh. (pernapasan).
sil:
- S: 38,5 o C
- N: 128X/menit
- P: 26X/menit
22:50 mbang berat badan pasien
sil: 10,2 KG
22:50 anjurkan kepada ibu pasien untuk memberik
lunak seperti bubur.
sil: Ibu pasien tampak memahami instruksi
22:51 anjurkan ibu pasien agar makanan yang dib
makanan yang hangat
sil: Ibu pasien tampak memahami instruksi
22:51 anjurkan ibu pasien untuk memberikan anak
Hasil: ibu pasien tampak paham
E. Evaluasi Keperawatan
urangan volume cairan a, 07 agustus 9:00 S: Ibu pasien mengatakan anakanya masih mu
2018 berupa makanan. BAB 2 kali.
O:
- BB: 10,2 KG
- Turgor kulit kembali dalam 2 detik
- Mata tidak cekung
kurangan volume cairan teratasi
42
ervensi dihentikan.
kseimbangan nutrisi: a, 07 Agustus 9:00 pasien mengatakan anaknya muntah 3 kali. Has
kurang dari kebutuhan 2018
tubuh. - BB: 10,2 KG
- TB: 88 CM
- Pasien tampak kurus
- Pasien tampak lemah
tidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuha
njutkan intervensi
43
DIAGNOSA ARI/TGL AM EVALUASI
kseimbangan nutrisi: , 08 Agustus 2:37 pasien mengatakan anaknya muntah 4 kali hari
kurang dari kebutuhan 2018 han warna putih berupa makanan.
tubuh.
- BB: 10,2 KG
- TB: 88 CM
- Pasien tampak kurus
- Pasien tampak lemah
tidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuha
njutkan intervensi
han nutrisi kurang dari s, 09 Agustus 4:50 pasien mengatakan anaknya muntah 2 kali seja
kebutuhan tubuh 2018 berupa makanan.
- BB: 10,3 KG
- TB: 88 CM
- Pasien tampak kurus
- Pasien tampak lemah
tidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuha
44
ervensi dihentikan
45
BAB IV
A. Tahap Pengkajian
Dalam pengkajian kami melakukan pengkajian sesuai teori yaitu
mulai dari pengumpulan data, pengelompokan data, dan analisa data yang
diperoleh dari klien, keluarga, dan catatan medik juga hasil pemeriksaan
laboratorium. Keluhan utama yang ditemukan melalui pengkajian yang
dilakukan terhadap klien sebagian besar sesuai dengan teori yakni
muntah,demam,dan nafsu makan menurun.
Data pengkajian fisik sesuai dengan teori dimana klien tampak lemah,
Pasien tampak kurus, Kesadaran compos mentis, BB: 10 kg, TB: 88 cm.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa di alami penderita gastroenteritis menurut
Cyndi Smith Greenbery, (1992)adalah:
1. Diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan, psikologis.
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
sekunder akibat diare.
46
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen
sekunder akibat gastroentritis.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak
adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi, mual / muntah.
5. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap
dehidrasi.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang kami temukan pada An. M. adalah:
1. Kekurangan volume cairan
2. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap
dehidrasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.
C. Intervensi Keperawatan
Pada tahap ini penulis menyusun intervensi sesuai dengan masalah
atau diagnose keperawatan yang muncul pada An. M. A dan semua yang telah
direncanakan dapat dilaksanakan. Terlaksananya semua intervensi yang telah
ditetapkan sebelumnya disebabkan karena beberapa faktor pendukung antara
lain :
1. Penerimaan keluarga untuk mau bekerja sama dengan baik dalam
merencanakan asuhan keperawatan. Hal ini dibuktikan dengan keterlibatan
diri dalam pelaksanaan keperawatan klien.
2. Dukungan dari perawat ruangan dan pembimbing sehingga sangat
membantu penulis dalam membuat rencana dan melaksanakan asuhan
keperawatan.
D. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan intervensi yang telah diterapkan sebelumnya. Semua intervensi yang
telah ditetapkan dapat diimplementasikan dan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada Anak M. A peran keluarga sangat membantu.
E. Evaluasi Keperawatan
47
Evaluasi yang dilakukan oleh penulis didasarkan pada tujuan dan
kreteria hasil yang telah ditetapkan pada saat penyusunan intervensi. Pada
tahap evaluasi tidak semua masalah teratasi dalam waktu yang sama. Hal ini
dapat terlihat berdasarkan penjelasan sebagai berikut :
1. Kekurangan volume cairan teratasi pada hari selasa, 7 agustus 2018 yang
ditandai dengan, mata tidak cekung, turgor kulit kembali dalam 2 detik.
2. Hipertermi teratasi pada hari kamis, 9 Agustus 2018 ditandai dengan kulit
teraba hangat, suhu 36,9 o C.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan pada tanggal 9 Agustus 2018
ditandai dengan Pasien tampak kurus dan Pasien tampak lemah.
48
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kasus gastroenteritis kalau tidak segera ditangani akan
mengancam keselamatan klien misalnya, jika terjadi dehidrasi akan
menyebabkan syok hipovolemik, serta dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan hai ini disebabkan oleh kurangnya makanan yang tidak dapat
diserap oleh tubuh dan kurangnya masukan makanan yang masuk dalam
tubuh. Oleh karena itu peran perawat dalam menangani klien dengan
gangguan gastroenteritis adalah dengan memonitor intake dan output klien,
monitor tanda-tanda vital, monitor asupan makanan dan diet klien,
menyarankan pada klien untuk banyak minum, menjaga personal hygiene,
dan menjaga lingkungan agar tetap nyaman dan tenang
B. Saran
Semoga, apa yang kita pelajari dalam tulisan ini dapat kita pelajari
dengan sungguh-sungguh, dan dapat kita terapkan dengan baik. Demikianlah
tulisan tentang sistem pencernaan ini kami buat, semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua baik kami yang membuat maupun anda yang
membaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
49
DAFTAR PUSTAKA
Huda Amin, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Yogyakarta. Media Action
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
50