Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Demam tifoid ialah suatu sindroma sistemik penyakit infeksi akut pada usus
halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. [1]
Etiologi dari demam tifoid adalah Salmonella typhi, termasuk dalam genus
Salmonella yang tergolong dalam family Enterobacteriaceae. Salmonella bersifat
bergerak, berbentuk batang, tidak membentuk spora, tidak berkapsul, gram (-). (2)
Kejadian demam tifoid di negara maju rendah, di AS adalah 0,2 per 100.000.
Di Eropa 4-15 per 100.000, sedangkan di negara berkembang masih sangat tinggi
yaitu 500 per 100.000. Manusia adalah sebagai sumber penularan yang utama.
Cara penularan pada umumnya adalah melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi.(2)
Secara garis besar, gejala yang timbul pada demam tifoid adalah demam satu
minggu atau lebih, gangguan saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran. Selain itu, lidah tampak kering, dilapisi selaput tebal, di bagian
belakang tampak lebih pucat, di bagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Bila
penyakit makin progresif, maka akan terjadi deskuamasi epitel sehingga epitel
lebih prominen. Roseola spot dapat terjadi pada akhir minggu pertama dan awal
minggu kedua. (1)
Hingga saat kloramfenikol masih merupakan baku emas (gold standard)
dalam pengobatan demam tifoid. Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50-100
mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian. Pemberian diteruskan selama 14 hari atau
sampai 5-7 hari bebas demam. Obat lain yang dapat digunakan adalah ampicillin,
amoksisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 dosis, Kotrimoxazole 6mg/kgBB/hari,
Ceftriaxone 80mg/kgBB/hari, Cefixime 10mg/kgBB/hari, Kortikosteroid
diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran Dexametason dengan
dosis 1-3mg/kgbb/hari intravena, dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik. (3)
Prognosis pasien demam tifoid tergantung pada umur anak, kondisi kesehatan
sebelum sakit, serotipe Salmonella dan komplikasi yang terjadi. Di negara maju
angka kematian adalah <1%, sedangkan di negara berkembang bisa >10%. (3)

1
KASUS

IDENTITAS
Nama penderita : An. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 4 Tahun
Tanggal masuk RS : 22 Desember 2015
ANAMNESIS (Disampaikan oleh ibunya)
Keluhan Utama : Panas
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien masuk dengan keluhan panas. Panas dirasakan sejak 14 hari sebelum
masuk rumah sakit. Panas dirasakan setiap hari, naik turun, dan terutama
dirasakan pada malam hari. Kejang tidak ada. Batuk (+) sejak 1 minggu yang lalu,
lendir (-), beringus tidak ada, mimisan tidak ada. Pasien mengeluh muntah
sebanyak 1 kali sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, tidak menyembur, berisi
makanan yang dimakan, darah tidak ada. BAB tidak lancar, terakhir kali BAB 2
hari sebelum masuk rumah sakit sebanyak 1 kali, konsistensi BAB 2 hari biasa,
tidak ada nyeri perut saat BAB. BAK lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama tidak ada.
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:
Sumber air di lingkungan tempat tinggal pasien adalah air PDAM. Air yang
dikonsumsi sehari-hari adalah dari air galon.
Kemampuan dan Kepandaian anak:
Pasien membalikkan badan saat usia 6 bulan, duduk saat usia 8 bulan, berdiri
saat 10 bulan, berdiri 1 tahun. Tidak ada keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan.

Anamnesis Makanan:
ASI diberikan sampai usia 2 tahun. 6 bulan mulai diberikan bubur saring,
makanan keluarga diberikan saat 1 tahun. Pasien sering makan jajanan.
Riwayat kehamilan dan persalinan :
Kunjungan ANC rutin setiap bulan selama kehamilan, lahir spontan dirumah
dengan berat badan lahir 2800 gram ditolong oleh bidan.

2
Riwayat Imunisasi :
Imunisasi dasar lengkap

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Apatis
2. Pengukuran
Tanda vital : TD : 100 / 70 mmHg
Nadi : 100 kali/menit, reguler, kuat angkat
Suhu : 39,5° C
Respirasi : 40 kali/menit
Berat badan : 12,5 kg
Tinggi badan : 90 cm
Status gizi : Z-Score antara (0) dan (-1) SD (Gizi baik)
3. Kulit : Warna : Sawo matang
Sianosis : tidak ada
Turgor : cepat kembali
Kelembaban : cukup
Kepala: Bentuk : Normocephal
Rambut : Warna hitam, tampak kering, tidak mudah
dicabut, tebal, alopesia (-)
Mata : Palpebra : edema (-/-)
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Refleks cahaya : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Pupil : Bulat, isokor
Exophthalmus : (-/-)
Cekung : (-/-)
Telinga : Sekret : (-/-)
Hidung : Pernafasan cuping hidung : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
Sekret : tidak ada
Mulut : Bibir : mukosa bibir kering, tidak hiperemis
Gigi : tidak ada karies
Gusi : tidak berdarah
Lidah : kotor (+), tepi hiperemis (+), tremor (+)
4. Leher :
 Pembesaran kelenjar leher : -/-
 Faring : tidak hiperemis
 Tonsil : T1/T1 tidak hiperemis
5. Toraks :
a. Dinding dada/paru :

3
Inspeksi : Bentuk : simetris
Dispnea : tidak ada
Retraksi : tidak ada
Palpasi : Vokal fremitus: simetris ki=ka
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : Suara Napas Dasar : Bronchovesikuler +/+
Suara Napas Tambahan : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan : SIC IV linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC V linea midclavicula sinistra
Auskultasi : Suara dasar : S1 dan S2 murni, regular
Bising : tidak ada
6. Abdomen :
Inspeksi : Kesan datar
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Timpani (+)
Asites (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Organomegali (-)
7. Ekstremitas : Akral hangat, edem tidak ada
8. Genitalia : tidak ada kelainan
9. Otot-otot : Atrofi (-)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM TANGGAL 21 Desember 2015

4
Hasil Rujukan Satuan

HEMATOLOGI

Hemoglobin 11,2 5,0-14,5 g/dl

Leukosit 7,30 5,0-14,5 ribu/ul

Eritrosit 4,58 3,95-5,26 Juta/ul

Hematokrit 36,7 34-50 %

Trombosit 394 150-440 Ribu/ul

MCV,MCH,MCHC

MCV 80,0 75-87 Fl

MCH 24,4 24-30 Pg

MCHC 30,4 31-37 %


Jenis Pemeriksaan Hasil Keterangan
Reaksi Widal
- Salmonella typhi O 1/160
- Salmonella typhi H Negatif
- Salmonella paratyphi AH Negatif
- Salmonella paratyphi BH Negatif
Malaria Tidak ditemukan Mikroskopis

RESUME
Pasien masuk dengan keluhan febris yang dirasakan sejak 14 hari sebelum
masuk rumah sakit. Febris bersifat remiten. Epistaksis (-), batuk (+) sejak 1
minggu yang lalu, sekret (-), rhinorea (-). Pasien mengeluh vomitus sebanyak 1
kali sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, tidak menyembur, berisi makanan
yang dimakan. Defekasi tidak lancar, terakhir kali defekasi 2 hari sebelum masuk
rumah sakit sebanyak 1 kali, konsistensi biasa, tidak ada nyeri perut saat defekasi.
Mikturisi lancar.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran apatis, gizi baik. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah
100/70 mmHg, nadi 100x/menit, reguler, kuat angkat, respirasi 40x/menit, suhu
39,5oC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan mukosa bibir kering, lidah kotor dan
rambut kering. Pemeriksaan thorax dan abdomen dalam batas normal.

5
DIAGNOSA KERJA
Demam Tifoid
DIAGNOSA BANDING
Malaria
TERAPI
- IVFD Ringer Laktat 18 tetes per menit
- Injeksi Ceftriaxone 400 mg/12 jam/iv
- Paracetamol syrup 120 mg/5 ml, 4 x 1 cth
- Dexamethasone 2mg/8jam/iv
- Puyer batuk 3 x 1 pulv :
Salbutamol 1 mg
Ambroxol 6 mg
Histapan 15 mg
- Bed Rest Total
- Diet makanan lunak, tinggi serat

FOLLOW UP
Tanggal 23/12/2015
S : Panas (+), batuk(+), sakit perut (-), belum bab sejak 3 hari yang lalu, BAK
lancar.
O: Tanda vital : Keadaan umum : Sakit sedang
Tingkat kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 88 kali/menit, reguler, kuat angkat
Suhu : 37,8° C
Respirasi : 28 kali/menit
Kepala – leher : Mukosa bibir kering, lidah kotor (+), tremor (+)
Dada : dalam batas normal
Abdomen : peristaltik (+), kesan normal
Genitalia : tidak ada kelainan
Ekstremitas : tidak ada kelainan
Otot : dalam batas normal

6
A: Demam tifoid
P: IVFD Ringer Laktat 18 tetes per menit
Injeksi Ceftriaxone 400 mg/12 jam/iv
Injeksi Dexamethasone 2mg/8jam/iv
Paracetamol syrup 120 mg/5 ml, 3 x 1 cth (KP)
Puyer batuk 3 x 1 pulv
Bed Rest total
Makanan lunak + tinggi serat
Tanggal 24/12/2015 :
S : Panas (-), bebas panas 1 hari, batuk sesekali, sakit perut (-), BAB (+) biasa
BAK lancar .
O: Tanda vital : Keadaan umum : Sakit sedang
Tingkat kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 78 kali/menit, reguler, kuat angkat
Suhu : 37,1° C
Respirasi : 32 kali/menit
Kepala – leher : Mukosa bibir kering, lidah kotor (+), lidah tremor (-)
Dada : dalam batas normal
Abdomen : Auskultasi: peristaltik (+), kesan normal
Genitalia : tidak ada kelainan
Ekstremitas : tidak ada kelainan
Otot : dalam batas normal
A: Demam tifoid
P : IVFD Ringer Laktat 12 tetes per menit
Injeksi Ceftriaxone 400 mg/12 jam/iv
Injeksi Dexamethasone 2mg/8jam/iv (KP)
Paracetamol syrup 120 mg/5 ml, 3 x 1 cth (KP)
Puyer batuk 3 x 1 pulv
Bed Rest total
Makanan lunak
Tanggal 25/12/2015 :
S : Panas (-), bebas panas 2 hari, sakit perut (-), BAB (+) biasa BAK (+) lancar.
O: Tanda vital : Keadaan umum : Sakit sedang
Tingkat kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit, reguler, kuat angkat
Suhu : 36,8° C
Respirasi : 32 kali/menit
Kepala – leher : Mukosa bibir kering, lidah kotor (-), lidah tremor (-)
Dada : dalam batas normal
Abdomen : Auskultasi: peristaltik (+), kesan normal
Genitalia : tidak ada kelainan
Ekstremitas : tidak ada kelainan

7
Otot : dalam batas normal
A: Demam tifoid
P : IVFD Ringer Laktat 12 tetes per menit
Injeksi Ceftriaxone 400 mg/12 jam/iv
Cefixime 2 x ½ cth
Paracetamol syrup 120 mg/5 ml, 3 x 1 cth (KP)
Puyer batuk 3 x 1 pulv
Bed Rest Total
Makanan lunak

* Pasien pulang atas permintaan orang tua

DISKUSI

8
Demam tifoid adalah suatu sindrom klinik terutama disebabkan oleh
Salmonella typhi. Demam tifoid termasuk salah satu demam enterik dan
merupakan manifestasi terbanyak dari Salmonellosis. Jenis lain dari demam
enterik adalah demam paratifoid yang disebabkan oleh Salmonella paratyphi A,
Salmonella schottmuelleri (semula Salmonella paratyphi B), dan Salmonella
hirschfeldii (semula Salmonella paratyphi C). Demam tifoid memberikan gejala
yang lebih berat dibandingkan dengan lainnya.(2) (4)
Bakteri Salmonella masuk bersama makanan/minuman. Setelah berada dalam
usus halus, bakteri mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama
Plak Peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan
dan nekrosis lokal, bakteri melalui pembuluh limfe masuk ke dalam sirkulasi
darah (bakteremia primer) menuju organ retikuloendotelial system (RES) terutama
hati dan limpa. Di organ ini, bakteri difagosit oleh sel-sel fagosit RES dan bakteri
yang tidak difagosit akan berkembang biak dan masuk kembali ke dalam sirkulasi
darah dan menyebar ke seluruh tubuh (bakteremia sekunder), dan sebagian bakteri
masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya bakteri
tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan
menyebabkan reinfeksi di usus. Dalam masa bakteremia ini, bakteri mengeluarkan
endotoksin yang susunan kimianya sama dengan antigen somatik
(lipopolisakarida), yang semula diduga bertanggung jawab terhadap terjadinya
gejala- gejala dari demam tifoid.(1)
Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pada usia sekolah dan adolesen, gejala awal penyakit tidak begitu jelas. Mula-
mula gejalanya adalah demam, lesu, anoreksia, mialgia, sakit kepala, dan sakit
perut yang berlangsung 2-3 hari. Mula-mula dapat terjadi diare atau dapat pula
terjadi konstipasi. Mual muntah pada minggu ke-3 menandakan adanya
komplikasi. Suhu badan naik secara remiten dan makin meningkat dalam 1
minggu, kemudian menetap pada suhu 400C, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua, penderita terus

9
berada dalam keadaan demam. Pada minggu kedua suhu bertahan tinggi, dan
gejala yang ada tampak makin berat. Anak tampak sakit akut dengan disorientasi,
letargi, delirium dan stupor. Pada minggu ketiga suhu badan berangsur - angsur
turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga. (6)
Pada kasus ini, dari anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami febris
sejak 14 hari sebelum masuk rumah sakit, terutama dirasakan pada malam hari.
Pasien juga mengalami gangguan gastrointestinal berupa muntah dan konstipasi.
Dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa pasien suka mengkonsumsi jajanan.
Hal ini dapat menjadi faktor risiko terjadinya demam tifoid pada anak ini.
Pada pemeriksaan fisik anak dengan demam tifoid gejala yang didapatkan
adalah anak tampak sakit sedang atau berat, kesadaran apatis, suhu tubuh
meningkat, lidah berselaput putih yang disertai tremor, bercak merah
makulopapular (rose spot) di dinding dada, perut dan kadang teraba pembesaran
hati. Roseola lebih sering terjadi pada akhir minggu pertama dan awal minggu
kedua. Roseola merupakan suatu nodul kecil sedikit menonjol dengan diameter 2-
4 mm, berwarna merah pucat serta hilang pada penekanan. Roseola ini merupakan
emboli bakteri yang di dalamnya mengandung bakteri Salmonella, dapat
ditemukan di bokong, ataupun bagian fleksor lengan atas. Lidah tifoid biasanya
terjadi beberapa hari setelah panas meningkat dengan tanda-tanda antara lain,
lidah tampak kering dengan bagian belakang tampak lebih pucat, di bagian ujung
dan tepi tampak kemerahan. Bila penyakit makin progresif, maka akan terjadi
deskuamasi epitel sehingga papilla lebih prominen. Pada abdomen mungkin
ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar
disertai nyeri tekan abdomen. Biasanya didapatkan keluhan konstipasi atau
bahkan dapat terjadi diare. (1)(3)
Dari pemeriksaan fisik pada kasus didapatkan status kesadaran pasien apatis,
rambut pasien kering dan bibir kering. Lidah kotor (+) tremor (+). Tanda-tanda
demam tifoid lainnya tidak ditemukan pada pemeriksaan fisik. Dari pemeriksaan
fisik dapat dicurigai adanya demam tifoid, namun masih perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis.

10
Diagnosis pasti demam tifoid ditegakkan bila hasil biakan darah positif.
Biakan darah dalam minggu pertama memperlihatkan Salmonella positif pada 40-
60% kasus, sedangkan biakan urin dan tinja positif setelah minggu pertama, dan
biakan tinja kadang-kadang sudah positif pada masa inkubasi. Biakan sumsum
tulang adalah pemeriksaan yang paling sensitif yaitu positif pada 85-90% dan
kurang dipengaruhi oleh pemberian antibiotika sebelumnya. Namun untuk
melakukan pemeriksaan biakan memerlukan waktu beberapa hari, maka
diperlukan pemeriksaan yang lebih cepat, yaitu pemeriksaan antibodi monoklonal.
Pemeriksaan reaksi rantai polymerase yang dalam beberapa jam dapat diperoleh
hasil. Pemeriksaan serologi terhadap antigen O, H, dan Vi dari Salmonella dengan
uji widal tidak banyak membantu dalam menetapkan diagnosis, karena kurangnya
sensitivitas pada pemeriksaan ini. Pada demam tifoid sering disertai anemia ringan
sampai sedang, dapat ditemukan gambaran eritrosit normositik normokrom, yang
diduga merupakan efek toksik supresi terhadap sumsum tulang atau karena
terjadinya perdarahan usus. Hitung leukosit bisa normal ataupun leukositosis.
Kemungkinan ditemukannya biakan positif pada sumsum tulang adalah 84%,
darah 44%, feses 65%, cairan duodenum 42%. Hasil pemeriksaan biakan positif
dari sampel darah penderita digunakan untuk menegakkan diagnosis, sedangkan
hasil pemeriksaan biakan negative dua kali berturut-turut pemeriksaan feses atau
urin digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah sembuh atau belum ada
karier.
Pada saat ini, ada beberapa teknik baru untuk mendeteksi adanya antibodi
terhadap Salmonella typhi pada serum penderita dan adanya antigen Salmonella
typhi di dalam darah dan urine, antara Lain dengan Hemaglutination Inhibition
Test, ELISA, Complemen fixation Test. (1)(3)
Pemeriksaan laboratorium pada pasien ini leukosit dalam batas normal dan
pada pemeriksaan widal didapatkan titer Salmonella typhi O +1/160. Hasil
pemeriksaan widal pada pasien ini positif, pada pasien ini ditegakkan diagnosis
demam tifoid berdasarkan temuan klinis dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan widal memiliki sensitivitas yang

11
rendah, sehingga pada beberapa pasien dengan klinis demam tifoid, hasil
pemeriksaan widalnya dapat negatif.

Penatalaksanaan demam tifoid terbagi atas 3, yaitu perawatan, diet dan obat-
obatan. Penderita demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi,
observasi serta pengobatan. Penderita harus istirahat 5-7 hari bebas panas. Tirah
baring (istirahat mutlak) dilakukan di tempat tidur dan letak baring harus sering
diubah. Lamanya tirah baring berlangsung sampai 5 hari bebas demam,
dilanjutkan dengan mobilisasi secara bertahap sebagai berikut:
1. Hari 1: Duduk 2 x 15 menit
2. Hari 2: Duduk 2 x 30 menit
3. Hari 3: Jalan dan pulang
Seandainya selama mobilisasi bertahap ada kecerendungan suhu meningkat,
maka istirahat mutlak diulangi kembali. (7)
Pada penderita dengan kesadaran yang menurun harus diobservasi agar tidak
terjadi aspirasi. Diet pada demam tifoid perlu juga mendapat perhatian khusus.
Diet pada demam tifoid adalah menggunakan makanan lunak, biasanya diawali
dengan diet bubur saring. (1)
Hingga kini kloramfenikol masih merupakan pengobatan lini pertama pada
kasus demam tifoid. Dosis yang dianjurkan adalah 50-100 mg/kg/hari selama 10-
14 hari. Tiamfenikol mempunyai efek yang sama dengan kloramfenikol.
Komplikasi hematologi pada tiamfenikol lebih jarang dilaporkan. Dosis oral yang
dianjurkan adalah 50-100 mg/kg/hari, selama 10-14 hari. Pilihan lain adalah
ampisilin, amoksisilin (100 mg/kg/hari secara oral dalam 3 sampai 4 dosis), dan
kotrimoxazole 6mg/KgBB/hari, Ceftriaxone 80mg/kgBB/hari, Cefixime

12
10mg/kgBB/hari, Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan
kesadaran Deksametason dengan dosis 1-3mg/kgbb/hari intravena, dibagi 3 dosis
hingga kesadaran membaik.
Pada anak dengan gangguan penyerta seperti malnutrisi berat, pemberian
antibiotik dapat diperpanjang menjadi 21 hari untuk mengurangi komplikasi.
Pada pasien ini dapat diberikan kloramfenikol ataupun tiamfenikol yang
merupakan obat antibiotik utama untuk menangani demam tifoid. Antipiretik
dapat pula diberikan untuk menangani demam yang terjadi pada pasien ini.
Sedangkan penatalaksanaan non medikamentosa yang dapat diberikan adalah diet
makanan lunak, disertai tirah baring (Bed Rest Total) sampai 5-7 hari bebas panas.
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian :
a. Komplikasi yang terjadi pada saluran perncernaan : perdarahan, perforasi ,
peritonitis.
b. Komplikasi diluar saluran pencernaan : ensefalopati, kolesistitis,
meningitis, miokarditis, dan karier kronik. (1)
Pada kasus ini tidak ada penyulit ataupun komplikasi yang terjadi.
Prognosis pasien dengan tifoid tergantung pada terapi segera, usia penderita,
keadaan kesehatan sebelumnya, dan munculnya komplikasi. Di negara maju,
dengan antimikroba yang tepat, angka mortalitas dibawah 1%. Pada anak
(4)(9)
kemungkinan terjadi pneumonia lebih tinggi daripada dewasa. Pada kasus ini
prognosis pasien tergolong bonam (baik), sebab tidak ditemukan adanya
komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

13
1. Rampengan, TH, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak ed. 2. Jakarta: EGC,
2007.
2. Widagdo. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta:
Sagung Seto, 2011.
3. Widagdo. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak Dengan Demam. Jakarta:
Sagung Seto, 2011.
4. Ashkenazi, S, Cleary, TG, Infeksi Salmonella, in: Nelson (Ed), Ilmu
Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Volume II. Jakarta: EGC, 2000 : 965-73.
5. Pusponegoro, H. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I. Jakarta:
Balai penerbit IDAI, 2009.
6. Soedarmo, S.S.P. Garna, H. Hadinegoro, S.R. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak Infeksi dan Penyakit Tropis edisi 1. Jakarta: Balai penerbit IDAI, 2002.
7. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNHAS, SMF Anak RS DR. Wahidin
Sudirohusodo. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Makassar. Hal. 5-
6.
8. Chambers, HF, Inhibitor Sintesis Protein dan Berbagai Senyawa Antibakteri,
in: Hardman, JG, Limbird, LE (Eds). Goodman & Gilman Dasar Dasar
Farmakologi Terapi Edisi 10 Volume 2. Jakarta: EGC, 2008.
9. Adisasmito AW. Penggunaan Antibiotik Pada Terapi Demam Tifoid Anak di
RSAB Harapan Kita. Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006:174-180.

14

Anda mungkin juga menyukai