Anda di halaman 1dari 3

Menggiatkan Pendidikan Literasi (di) Era Revolusi Industri 4.

oleh
Andri Hardiyana*

Dunia pendidikan di tanah air kini sedang mengalami tantangan dan masalah yang
kompleks. Hal ini ditandai dengan semakin cepatnya perubahan zaman menuju pada kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi dalam setiap lini kehidupan. Perkembangan teknologi yang
semakin canggih tersebut, yang saat ini dinamakan dengan revolusi industri 4.0. Oleh karena
itu, era yang berkemajuan tersebut dituntut segala hal yang harus dipersiapkan dalam
menyongsong perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satunya adalah terkait
dengan kualitas pendidikan. Pendidikan yang bermutu menjadi sarana untuk dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan yang
mumpuni untuk hidup di era kompetitif.
Sekait dengan hal itu, menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Salah satu upaya meningkatkan pendidikan yang bermutu yaitu dengan menggiatkan
gerakan literasi pada dunia pendidikan secara merata dan integratif mulai dari pendidikan anak
usia dini sampai pendidikan tinggi. Gerakan literasi merupakan ikhtiar untuk dapat memajukan
peradaban dunia melalui pendidikan yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Kebiasaan
membaca yang menjadi indikator dari literasi dapat diimplementasikan dalam setiap jenjang
pendidikan.

Namun demikian, berdasarkan data pada tahun 1992 sebagaimana dikutip oleh
Suwarno (2009:1) menyatakan bahwa IEA (International Association for Evaluation
Education Achievement) mengungkapkan bahwa kebiasaan membaca Anak Indonesia berada
pada peringkat ke 26 dari 27 negara yang diteliti.
Berdasarkan paparan masalah yang telah terurai di atas, hal ini menunjukkan bahwa
permasalahan kebiasaan membaca anak- anak Indonesia sangat memprihatinkan. Hal ini
menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam upaya mengembangkan dan
membiasakan gerakan literasi pada setiap jenis dan jenjang pendidikan di Indonesia. Kebiasaan
membaca sesungguhnya dapat dipahami sebagai aktivitas ilmiah yang dilakukan oleh
seseorang dalam menggali informasi, dan menelaah informasi secara tuntas dengan melakukan
pengkajian secara mendalam terkait berbagai informasi yang diperoleh.

Pendidikan Literasi

Pendidikan literasi berasal dua kata yaitu pendidikan dan literasi. Pendidikan mengarah
pada pembentukan sikap, karakter, pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan literasi yang
dapat pahami atau diartikan secara sederhana adalah kegiatan membaca. Sekait dengan hal itu,
menurut National Institut For Literacy mengungkapkan bahwa literasi adalah kemampuan
seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada
tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Kegiatan literasi
dapat menjadi sarana untuk mengembangkan penalaran dan pengetahuan melalui kegiatan
membaca dan memecahkan masalah.

Selain itu, konsep literasi juga didefinisikan oleh Education Development Center
(EDC) yang menjelaskan bahwa literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan
potensi serta skill yang dimilikinya, jadi bukan hanya kemampuan baca tulis saja. Jadi, literasi
dapat menjadi cara untuk menggali potensi dan keterampilan yang dimiliki untuk dapat
menelaah dan membaca informasi baik teks maupun nonteks, sehingga dapat mengkaji dan
mendalami pengetahuan secara mendalam dan menyeluruh.

Sementara itu, menurut United National Education Scientific Cultural Organization


(UNESCO) menyatakan bahwa literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata,
khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks
dimana keterampilan dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh dan
bagaimana cara memperolehnya.

Implementasi Pendidikan Literasi

Pendidikan literasi dapat diselenggarakan disetiap jenis dan jenjang pendidikan.


Kegiatan literasi ini dilakukan untuk dapat membaca ilmu pengetahuan secara menyeluruh.
Kegiatan literasi dapat diselenggarakan dan diimplementasikan melalui tiga cara. Pertama,
dalam proses pembelajaran, kegiatan literasi dapat dilakukan sebelum proses pembelajaran
berlangsung sekitar 15 menit. Hal ini bertujuan agar peserta didik dapat menjadi kegiatan awal
sebagai apersepsi sebelum kegiatan inti pembelajaran di mulai. Pada kegiatan awal ini, peserta
didik diarahkan untuk membaca buku-buku baik fiksi maupun nonfiksi, serta bacaaan apapun
yang mereka sajikan di kelas. Kedua, dalam kegiatan ektrakurikuler/organisasi. Pada kegiatan
ini bisa dilakukan kegiatan literasi dengan membedah buku dan topik bacaan untuk dapat
dicermati oleh pembaca dan penelaah dalam setiap buku dan gagasannya. Melalui kegiatan
organisasi kesiswaan/kemahasiswaan, kegiatan literasi ini diharapkan mampu menambah
pengetahuan dan wawasan yang mendalam, sehingga pengetahuan peserta didik dapat
bertambah setiap saat dalam tempo waktu yang sudah ditentukan. Ketiga, adalah melalui
kegiatan sosial kemasyarakatan. Dalam kegiatan ini, perlu dihidupkannya perpustakaan
keliling di masyarakat yang dikelola oleh masyarakat. Kegiatan literasi ini dapat dilakukan di
balai pertemuan, tempat posyandu, dan layanan pendidikan di tingkat desa/kelurahan.

Alhasil, semoga kegiatan gerakan literasi dapat diimplementasikan dalam menghadapi


era revolusi industri 4.0 dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, berakhlakul
karimah, dan berkarakter unggul disertai iman dan taqwa. Wallahu ‘alam

Anda mungkin juga menyukai