BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Usia kehamilan merupakan salah satu hal yang dapat memengaruhi
kelangsungan hidup janin dan kualitas hidupnya. Umumnya kehamilan disebut
cukup bulan bila berlangsung antara 37- 41 minggu di hitung dari hari pertama
siklus haid terakhir pada siklus 28 hari. Sedangkan persalinan yang terjadi
sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu disebut dengan persalinan
premature (Widjayanegara, 2009).
Kelahiran prematur adalah Kelahiran yang berlangsung pada umur
kehamilan 22-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Prawirohardjo, 2012). Masalah bayi prematur dalam pelayanan obstetrik
merupakan salah satu penyebab kematian bayi di Indonesia. Kelahiran bayi
prematur merupakan hal yang berbahaya karena potensial meningkatkan
kematian bayi sebesar 65-75%. Sekitar seperlima bayi yang lahir dibawah usia
32 minggu tidak dapat bertahan hidup dalam tahun pertama dibandingkan
dengan 1 % kematian bayi yang lahir dengan usia 33 – 36 minggu dan hanya
sekitar 0,3% kematian bayi jika lahir pada usia cukup bulan (Musliha M, 2011).
Prematuritas berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas balita.
Kelahiran prematur merupakan salah satu penyumbang terbesar pada kematian
perinatal dan kesakitan neonatus, baik jangka pendek maupun jangka panjang
(Suradi:1997). Prematuritas merupakan penyebab kematian kedua pada balita
setelah pneumonia dan merupakan penyebab utama kematian neonatal. Tiga
puluh lima persen kematian neonatal di dunia disebabkan oleh komplikasi
kelahiran prematur (WHO, 2012).
Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), angka
Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran
hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya
menurun 1 poin dibanding SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran
hidup.
2
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan Definisi Prematuritas
2. Menjelaskan Epidemiologi Prematuritas
3. Menjelaskan Etiologi Prematuritas
4. Menjelaskan Faktor Resiko Prematuritas
4
C. MANFAAT
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Definisi Prematuritas
2. Untuk mengetahui Epidemiologi Prematuritas
3. Untuk mengetahui Etiologi Prematuritas
4. Untuk mengetahui Faktor Resiko Prematuritas
5. Untuk mengetahui Pencegahaan Prematuritas
5
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Persalinan premature adalah persalinan kurang bulan dengan usia
kehamilan sebelum 37 minggu dengan berat janin kurang 2500 gram. Terdapat
3 subkategori usia kelahiran prematur berdasarkan kategori World Health
Organization (WHO), yaitu:
a. Extremely preterm (< 28 minggu)
b. Very preterm (28 hingga < 32 minggu)
c. Moderate to late preterm (32 hingga < 37 minggu).
Menurut The American Congress of Obstetricans and Ginecologists
(ACOG) and Center for Disease Control and Prevention (CDC) persalinan
preterm didefinisikan sebagai kelahiran pada usia gestasi 20 minggu sampai
kurang dari 37 minggu.
B. EPIDEMIOLOGI PREMATURITAS
Persalinan prematur merupakan penyebab utama yaitu 60-80%
morbiditas dan mortalitas neonatal di seluruh dunia. Indonesia memiliki angka
kejadian prematur sekitar 19% dan merupakan penyebab utama kematian
perinatal. Kelahiran di Indonesia diperkirakan sebesar 5.000.000 orang per
tahun, maka dapat diperhitungkan kematian bayi 56/1000 KH, menjadi sekitar
280.000 per tahun yang artinya sekitar 2,2-2,6 menit bayi meninggal. Penyebab
kematian tersebut antara lain asfiksia (49-60%), infeksi (24-34%), BBLR (15-
20%), trauma persalinan (2-7%), dan cacat bawaan (1-3%) (Kurniasih, 2009).
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui derajat kesehatan di suatu negara seluruh dunia. AKB di Indonesia
masih sangat tinggi, menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) bahwa AKB di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 32/1000 KH
(kelahiran hidup). Apabila dibandingkan dengan target dalam Millenium
6
Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 17/1000 KH, ternyata AKB
di Indonesia masih sangat tinggi.
Angka kejadian prematur yang tinggi masih menjadi pusat perhatian
dunia hingga kini. Tingkat kelahiran prematur di Amerika Serikat sekitar
12,3% dari keseluruhan 4 juta kelahiran setiap tahunnya dan merupakan tingkat
kelahiran prematur tertinggi di antara negara industri. Angka kejadian
kelahiran prematur di Indonesia belum dapat dipastikan jumlahnya, namun
berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan
tahun 2013, proporsi BBLR di Indonesia mencapai 10,2%, meskipun angka
BBLR tidak mutlak mewakili angka kejadian kelahiran prematur.
C. ETIOLOGI PREMATURITAS
Secara umum, penyebab persalinan prematur dapat dikelompokan dalam
4 golongan yaitu:
1. Aktivasi prematur dari pencetus terjadinya persalinan
2. Inflamasi/infeksi
3. Perdarahan plasenta
4. Peregangan yang berlebihan pada uterus
Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan anxietas yang biasa terjadi
pada primipara muda yang mempunyai predisposisi genetik. Adanya stres fisik
maupun psikologi menyebabkan aktivasi prematur dari aksis Hypothalamus-
Pituitary-Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya persalinan
prematur. Aksis HPA ini menyebabkan timbulnya insufisiensi uteroplasenta
dan mengakibatkan kondisi stres pada janin. Stres pada ibu maupun janin akan
mengakibatkan peningkatan pelepasan hormon Corticotropin Releasing
Hormone (CRH), perubahan pada Adrenocorticotropic Hormone (ACTH),
prostaglandin, reseptor oksitosin, matrix metaloproteinase (MMP),
interleukin-8, cyclooksigenase-2, dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS),
estrogen plasenta dan pembesaran kelenjar adrenal.
Mekanisme kedua adalah decidua-chorio-amnionitis, yaitu infeksi
bakteri yang menyebar ke uterus dan cairan amnion. Keadaan ini merupakan
7
prematur pada usia <20 tahun sebesar 30% sedangkan pada persalinan usia
reproduksi (20-35 tahun) angka kejadian prematur sebesar 10%, hal ini
menunjukan ibu usia muda meningkatkan kejadian prematur sebesar 38,8
kali lebih besar.
Kehamilan usia muda lebih memungkinkan mengalami penyulit
pada masa kehamilan dan persalinan yaitu karena wanita muda sering
memiliki pengetahuan yang terbatas tentang kehamilan atau kurangnya
informasi dalam mengakses sistem pelayanan kesehatan. Pada usia ini juga
belum cukup dicapainya kematangan fisik, mental dan fungsi organ
reproduksi dari calon ibu. Golongan primigravida muda dimasukkan
dalam golongan risiko tinggi, karena angka kesakitan dan angka kematian
ibu dan bayi pada kehamilan remaja 2-4x lebih tinggi dibandingkan
dengan usia reproduksi.
Persalinan prematur di usia >35 tahun sebesar 16,9% di Semarang
tahun 2008. Pada usia ibu yang tua telah terjadi penurunan fungsi organ
reproduksi, penurunan fungsi ini akan mempengaruhi kesehatan baik ibu
maupun janin yang dikandungnya sehingga ibu dan bayi yang
dikandungnya memiliki banyak hal yang dapat mempersulit dan
memperbesar risiko kehamilan.
2. Penyakit Dalam Kehamilan
a. Preeklampsia/Eklampsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah usia 20
minggu kehamilan dan disertai dengan proteinuria, sedangkan
eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang dan atau
koma. Preeklampsia meningkatkan risiko terjadinya solusio plasenta,
persalinan prematur, Intrauterine Growth Retardation (IUGR), dan
hipoksia akut. Preeklampsia menyumbang sekitar 15% dari semua
kelahiran prematur.
Preeklampsia/eklamspia didasari oleh beberapa teori, namun
teori yang saat ini paling banyak digunakan adalah teori iskemia
plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel. Berdasarkan teori ini
9
d. Hipotiroid
Penyakit tiroid adalah suatu kelainan yang menyerang glandula
tiroid. Secara global, hipotiroid yang terjadi pada kehamilan sebesar
0,2% kasus dan hipotiroid sub klinis 2,3% kasus.
Saat awal gestasi, janin bergantung sepenuhnya pada hormon
tiroid ibu yang melewati plasenta karena fungsi tiroid janin belum
berfungsi sebelum 12-14 minggu kehamilan. Pada kehamilan 12
minggu pertama kadar hormon chorionic gonadotropin (HCG) akan
mencapai puncaknya dan kadar tiroksin bebas akan meningkat,
sehingga menekan kadar tirotropin. Namun, kadar hormon tiroid yang
rendah pada hipotiroid kehamilan akan memacu aksis HPA untuk
memacu produksi TRH untuk memenuhi kebutuhan hormon tiroid ibu
dan janin. Pengaktifan aksis HPA ini yang dapat memacu pelepasan
kortisol kedalam darah sehingga memproduksi prostaglandin yang
dapat memacu terjadinya persalinan prematur.
3. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup. Paritas
dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah anak yang dilahirkan yaitu:
a. Nulipara, adalah seorang wanita yang belum pernah menyelesaikan
kehamilan melewati gestasi 20 minggu.
b. Primipara, yaitu seorang wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi
yang lahir hidup atau meninggal dengan perkiraan lama gestasi 20
minggu atau lebih.
c. Multipara, adalah seorang wanita yang pernah menyelesaikan dua
atau lebih kehamilan hingga 20 minggu atau lebih.
Jumlah paritas merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya
kelahiran prematur karena jumlah paritas dapat mempengaruhi keadaan
kesehatan ibu dalam kehamilan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Jerman tahun 2004 didapatkan data bahwa pada wanita primipara angka
kejadian kelahiran prematur lebih besar yaitu 9,5%, sedangkan angka
kejadian pada multipara adalah sebesar 7,5%. Hal ini di karenakan oleh
12
E. PENCEGAHAAN PREMATURITAS
Prematuritas merupakan masalah multifaktor, tidak ada faktor pasti yang
dapat menyebabkan prematuritas, sehingga pencegahan melalui satu atau
beberapa faktor mungkin tidak akan berhasil memperbaiki luaran persalinan.
Langkah pertama untuk mencegah persalinan premature adalah dengan
mengurangi faktor resiko yang berhubungan dengan persalinan premature.
17