Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.

1, Juni 2018
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA EKSPERIMEN BERBASIS PROYEK
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
CALON GURU FISIKA

Sutrio*, Gunawan, Ahmad Harjono, Hairunnisyah Sahidu


Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Mataram
*Email: sutrio_trio@unram.ac.id

Abstract - This research aims to develop project-based teaching materials of experimental Physics that
can improve the critical thinking skills of prospective teachers. This research includes development of
education which is divided into three phases, namely preliminary study phase, product design
development phase, and product testing phase. The results showed that the teaching materials that have
been developed feasible / well used in learning and meet the validation test by the expert for the contents’
feasibility, presentation and language with good category. Students’ response after using the teaching
materials is very good to support and complete the teaching materials at the time of lecturing. The
teaching materials which tested in experimental Physics II were able to improve students' critical
thinking skills from the initial test result with the mean score of 38.1 and the final test result with the
mean score of 69.8.

Keywords: project-based teaching materials, experimental Physics, Critical thinking skills

PENDAHULUAN dalam belajar dan membantu dosen untuk


FKIP Universitas Mataram sebagai mengajar lebih efektif dan efisien sehingga
lembaga pencetak tenaga pendidik waktu yang tersedia dapat digunakan untuk
profesional mempunyai tugas pokok dalam membimbing mahasiswa lebih intensif dan
menyelenggarakan pendidikan untuk calon melakukan latihan-latihan yang diperlukan
tenaga kependidikan dan terus untuk pengembangan, yang pada akhirnya
mengupayakan melaui program unggulan akan bermuara pada percepatan penguasaan
yang terencana dan terkoordinasi dengan capaian pembelajaran mata kuliah dari mata
baik untuk meningkatkan kualitas mutu kuliah bersangkutan.
lulusannya. Hal ini untuk mencapai Fisika Eksperimen II merupakan
kompetensi lulusan sebagaimana yang salah satu mata kuliah wajib yang harus
diharapkan dalam Standar Nasional ditempuh oleh mahasiswa di Program Studi
Pendidikan Tinggi, maka harus didukung Pendidikan Fisika FKIP Universitas
dengan kualitas standar proses pembelajaran Mataram. Mata kuliah ini memiliki capaian
yang bersifat interaktif, holistik, integratif, pembelajaran dimana mahasiswa dituntut
saintifik, kontekstual, tematik, efektif, untuk membuat suatu karya laboratorium
kolaboratif, dengan menekankan interaksi yang dapat dipergunakan untuk kegiatan
antara dosen, mahasiswa, dan sumber praktikum di sekolah menengah. Dalam
belajar. Proses belajar mengajar terjadi pelaksanaan perkuliahan, mahasiswa
sedikitnya melibatkan tiga komponen, yaitu diharapkan memiliki kemampuan untuk
pebelajar (mahasiswa), pengajar (dosen), memilih sendiri judul karya laboratorium
dan materi pembelajaran. Bahkan dengan dan membuat perencanaan pembuatan alat,
kemandirian mahasiswa, proses belajar serta uji coba alat dan mengkomunikasikan
dapat terjadi tanpa kehadiran pengajar hasil, oleh karena itu perlu dibuatkan
(dosen). Dengan demikian, penyediaan buku panduan bahan ajar Fisika Eksperimen
ajar akan sangat membantu mahasiswa berbasis proyek sebagai alternatif yang

131
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018
dipandang mampu meningkatkan berpikir tingkat tinggi yaitu keterampilan
pemahaman konsep, keterampilan berpikir berpikir kristis (critical thinking skills).
kritis, bekerja secara aktif dan kolaboratif. Artinya, pengajar perlu mengajarkan peserta
Pembelajaran berbasis proyek didiknya untuk belajar berpikir (teaching of
merupakan pembelajaran yang berpusat thinking).
pada proses, relatif berjangka waktu, Kehidupan dalam era globalisasi
berfokus pada masalah, unit pembelajaran dipenuhi oleh kompetisi-kompetisi yang
bermakna dengan memadukan konsep- sangat ketat. Keunggulan dalam
konsep dari sejumlah komponen baik itu berkompetisi terletak pada kemampuan
pengetahuan, disiplin ilmu atau lapangan. dalam mencari dan menggunakan informasi,
Pada pembelajaran berbasis proyek kegiatan kemampuan analitis-kritis, keakuratan
pembelajarannya berlangsung kolaboratif dalam pengambilan keputusan, dan tindakan
dalam kelompok heterogen. Pembelajaran yang proaktif dalam memanfaatkan peluang-
berbasis proyek memiliki potensi yang peluang yang ada. Oleh karena itu, maka
sangat besar untuk melatih proses berpikir kemampuan berpikir formal peserta didik
mahasiswa yang mengarah pada yang mencakup kemampuan berpikir
keterampilan berpikir kritis mahasiswa. hipotetik-deduktif, kemampuan berpikir
Keterampilan berpikir kritis dikembangkan proporsional, kemampuan berpikir
di setiap tahapan pembelajaran berbasis kombinatorial, dan kemampuan berpikir
proyek. Mahasiswa menjadi terdorong di reflektif sebagai kemampuan berpikir dasar,
dalam belajar mereka, dosen berperan perlu dijadikan sebagai substansi yang harus
sebagai mediator dan fasilitator. digarap secara serius dalam dunia
Dalam era globalisasi dewasa ini, pendidikan. Kemampuan berpikir dasar ini
tantangan peningkatan mutu dalam berbagai harus terus dikembangkan menuju
aspek kehidupan tidak dapat ditawar lagi. kemampuan dan keterampilan berpikir kritis
Pesatnya perkembangan IPTEKS dan (critical thinking skills). Berpikir kritis
tekanan globalisasi yang menghapuskan (critical thinking) merupakan topik yang
tapal batas antarnegara, mempersyaratkan penting dan vital dalam era pendidikan
setiap bangsa untuk mengerahkan pikiran modern (Schafersman, 2006). Tujuan
dan seluruh potensi sumber daya yang khusus pembelajaran berpikir kritis dalam
dimilikinya untuk bisa survive dan bahkan pendidikan sains maupun disiplin yang lain
exel dalam perebutan pemanfaatan adalah untuk meningkatkan keterampilan
kesempatan dalam berbagai sisi kehidupan. berpikir peserta didik dan sekaligus
Ini berarti perlu adanya peningkatan sikap menyiapkan mereka agar sukses dalam
kompetitif secara sistematik dan menjalani kehidupannya. Dengan
berkelanjutan suber daya manusia melalui dimilikinya kemampuan berpikir kritis yang
pendidikan dan pelatihan. Oleh karena itu, tinggi oleh peserta didik maka mereka akan
pendidikan dewasa ini harus diarahkan pada dapat mencapai standar kompetensi yang
peningkatan daya saing bangsa agar mampu telah ditetapkan dalam kurikulum, serta
berkompetisi dalam persaingan global. Hal mereka akan mampu merancang dan
ini bisa tercapai jika pendidikan di LPTK mengarungi kehidupannya pada masa
diarahkan tidak semata-mata pada datang yang penuh dengan tantangan,
penguasaan dan pemahaman konsep-konsep persaingan, dan ketidakpastian.
ilmiah, tetapi juga pada peningkatan Penelitian ini dimaksudkan untuk
kemampuan dan keterampilan beripikir mengembangkan bahan ajar yang dipandang
mahasiswa , khususnya keterampilan memberi kontribusi yang signifikan dalam
132
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018
pengembangan keterampilan berpikir kritis Mahasiswa bersama anggota
mahasiswa; mendeskripsikan jenis intrumen kelompoknya membuat perencanaan proyek
asesmen yang digunakan dalam mengukur yang akan dikerjakan dan berkonsultasi
keterampilan berpikir kritis mahasiswa; dan dengan dosen. Dengan demikian mahasiswa
mendeskripsikan kualitas keterampilan diharapkan akan merasa “memiliki” atas
berpikir kritis. Untuk mengembangkan proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang
kemampuan dan keterampilan berpikir kritis aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
peserta didik dalam proses pembelajaran mendukung dalam menjawab pertanyaan
perlu dilakukan strategi-strategi sebagai esensial, dengan cara mengintegrasikan
berikut (Meyers, 1986). Pertama, berbagai subjek yang mungkin, serta
Menyeimbangkan antara konten dan proses, mengetahui alat dan bahan yang dapat
dalam penyajian materi pelajaran agar diakses untuk membantu penyelesaian
diseimbangkan antara konten dan proses. proyek. (Minggu 3 dan 4)
Dalam pelajaran sains, harus seimbang 3. Pelaksanaan Proyek
antara sains sebagai produk (penyajian fakta, Mahasiswa melaksanakan proyek
konsep, prinsip, hukum, dsb) dan sains yang sudah direncanakan yaitu membuat
sebagai proses (keterampilan proses sains), karya laboratorium yang berupa alat atau set
seperti mengobsevasi kejadian, merumuskan alat yang akan digunakan untuk
masalah, berhipotesis, mengukur, percobaan/praktikum di sekolah menengah.
menyimpulkan, dan mengontrol variabel. Dosen dan mahasiswa secara kolaboratif
Kedua, Seimbangkan antara ceramah menyusun jadwal aktivitas dalam
(lecture) dan diskusi (interaction), teori menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap
belajar Piaget menekankan bahwa ini antara lain: (1) membuat timeline untuk
pentingnya transmisi sosial dalam menyelesaikan proyek, (2) membuat
mengembangkan struktur mental yang baru. deadline penyelesaian proyek, (3)
Ketiga, Ciptakan diskusi kelas, guru membimbing mahasiswa ketika mereka
sebaiknya memulai presentasi dengan kesulitan dalam membuat karya
”pertanyaan” Ajukan pertanyaan yang dapat laboratorium, (4) meminta mahasiswa untuk
mengkreasi suasana antisipasi dan inkuiri. membuat mengambil cara lain dan meminta
Penjelasan langkah-langkah penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu
perkuliahan Fisika Eksperimen II Berbasis cara, (5) dosen bertanggungjawab untuk
Proyek sebagai berikut. melakukan monitor terhadap aktivitas
1. Penentuan Judul Proyek mahasiswa selama menyelesaikan proyek.
Mahasiswa membentuk kelompok Monitoring dilakukan dengan cara
yang beranggotakan 3 – 5 orang dan menfasilitasi mahasiswa pada setiap proses.
berdiskusi menentukan judul proyek yang Agar mempermudah proses monitoring,
dipilih. Judul proyek diutamakan memilih dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam
sendiri dengan mengkaji literatur secara keseluruhan aktivitas yang penting.
mendalam agar judul yang dipilih nantinya (Minggu 5 – 8).
secara nyata dapat dilaksanakan. Judul yang 4. Menguji coba hasil karya
sudah dipilih diajukan kepada dosen untuk laboratorium
disetujui. Bagi mahasiswa yang kesulitan Mahasiswa menguji hasil karya
menemukan judul proyek bisa memilih laboratoriumnya dengan melakukan
judul alternatif yang sudah ada di dalam percobaan/ pratikum dengan menggunakan
bahan ajar. (Minggu ke-1 dan Minggu ke-2). alat atau set alat yang dibuat dengan
2. Mendesain Perencanaan Proyek petunjuk percobaan yang telah disusun oleh
133
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018
mahasiswa. Pada kegitan ini mahasiswa Produk yang dimaksud dalam penelitian ini
menerapkan langkah-langkah adalah bahan ajar Fisika Eksperimen
melaksanakan pratikum dengan metode Berbasis Proyek untuk perkuliahan Fisika
ilmiah yang sudah diberikan di matakuliah Eksperimen II. Penelitian ini dilaksanakan di
sebelumnya. Setelah selesai melakukan kelas perkuliahan Fisika Eksperimen II
praktikum mahasiswa membuat laporan Program Studi Pendidikan Fisika FKIP
secara tertulis berkaitan dengan proyek yang Unram semester Genap Tahun Akademik
telah dilaksanakan. (Minggu 9 – 10) 2016/2017. Subyek penelitian adalah
5. Mengkomunikasikan Hasil mahasiswa yang menempuh kuliah Fisika
Mahasiswa mengkomunikasikan Eksperimen II kelas A yang ber jumlah 32
hasil proyek yang telah dibuat dalam forum orang.
diskusi pleno di kelas. Masing masing Pengembangan bahan ajar dalam
kelompok mempresentasikan hasil penelitian ini berpedoman pada Panduan
proyeknya dan kelompok lain mengajukan Penulisan Buku Ajar yang disusun oleh Tim
pertanyaan atau mengajukan pendapat Pengembangan Buku Ajar FKIP Universitas
sehubungan dengan proyek yang telah Mataram tahun 2015 dengan kriteria: 1) isi
dibuat. Dosen memberi umpan balik tentang buku ajar harus memberi peluang kepada
tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik untuk mengembangkan
mahasiswa. (Minggu 11 -15) beberapa keterampilan, 2) buku ajar
6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate memiliki capaian pembelajaran yang jelas,
the Experience) 3) kejelasan dan kebenaran konsep, 4) sesuai
Pada akhir proses perkuliahan, dengan kurikulum yang berlaku, 5) menarik
dosen dan mahasiswa melakukan refleksi minat peserta didik, 6) menumbuhkan
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang motivasi dan menstimulasi aktivitas serta
sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan kemampuan berfikir mahasiswa , 7) ilustrasi
baik secara individu maupun kelompok. dan contoh, 8) penggunaan bahasa yang
Pada tahap ini mahasiswa diminta untuk komunikatif, logis dan sitemis, 9)
mengungkapkan perasaan dan kontekstual dan mutakhir, 10) menghargai
pengalamanya selama menyelesaikan perbedaan individu, 11) memantapkan nilai-
proyek. Dosen dan mahasiswa nilai.
mengembangkan diskusi dalam rangka Penelitian dan pengembangan bahan
memperbaiki kinerja selama proses ajar Fisika Eksperimen berbasis proyek ini
perkuliahan, sehingga pada akhirnya meliputi 6 tahap yang diadaptasi dari 10
ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) tahap dari penelitian pengembangan Borg
untuk menjawab permasalahan yang dan Gall (Sugiyono, 2008). Adapun 6
diajukan pada tahap pertama pembelajaran. tahapan yang diadopsi meliputi: 1) Analisis
(Minggu 16) potensi dan masalah 2) Pengumpulan data;
3) Desain produk; 4 ) Validasi desain dan
METODE PENELITIAN Revisi Desain; 5) Ujicoba Produk; 6)
Penelitian ini merupakan penelitian Analisis dan Pelaporan.
pengembangan pendidikan (Educational Pada awal kegiatan dilakukan
Research and Development) yang disingkat analisis potensi dan masalah dalam
dengan R & D. Jenis penelitian R & D adalah pembelajaran Fisika Eksperimen dan
suatu proses yang digunakan untuk dilanjutkan pengumpulan data dengan
mengembangkan dan memvalidasi produk- melakukan studi literatur tentang
produk pendidikan (Sugiyono, 2008). pembelajaran berbasis proyek dan
134
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018
kemampuan berpikir kritis. Dari data-data Data yang diperoleh dalam
yang diperoleh dianalisis dan dijadikan penelitian ini berupa data kualitatif dan
acuan untuk membuat desain bahan ajar. kuantitatif. Ada empat data yang
Produk yang dihasilkan pada penelitian ini dikumpulkan yaitu data hasil validasi ahli,
adalah bahan ajar bagi mahasiswa yang akan data respon mahasiswa terhadap
digunakan dalam pembelajaran yang akan pembelajaran yang dilaksanakan, data hasil
digunakan untuk meningkatkan kemampuan observasi keterlaksanaan pembelajaran dan
berpikir kritis. Sebelum digunakan bahan data keterampilan berpikir kritis. Data yang
ajar perlu diketahui kelayakan dengan bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif
melakukan penilaian kelayakan bahan ajar untuk menemukan kecenderungan-
oleh ahli dengan cara memberikan kecenderungan yang muncul pada saat
tanggapan dengan kriteria sangat baik, baik, penelitian sedangkan data kuantitatif
kurang baik, dan tidak baik. Uji coba produk dianalis dengan uji statistik.
bahan ajar diterapkan pada perkuliahan Indikator keberhasilan penelitian ini
Fisika Eksperimen II dan dilakukan adalah: 1) Kriteria keberhasilan dari bahan
observasi keterlaksanaan pembelajaran ajar yang telah dikembangkan, jika bahan
Fisika Eksperimen berbasis proyek. dan di ajar yang telah dikembangkan dalam
akhir perkuliahan mahasiswa diberikan kategori layak/baik digunakan tanpa revisi
angket untuk mengetahui tanggapan atau dengan sedikit revisi; 2) Mendapat
mahasiswa terhadap pembelajaran yang respon positif dari mahasiswa; 3) Mahasiswa
dilaksanakan. dapat menggunakan bahan ajar yang telah
Instrumen yang digunakan untuk dikembangkan sehingga keterampilan
mengumpulkan data dalam penelitian ini berpikir kritis lebih meningkat.
yaitu: 1) Angket skala Likert, terdiri dari
angket uji validasi ahli dan angket respon HASIL DAN PEMBAHASAN
mahasiswa terhadap pembelajaran yang Pada tahap studi pendahuluan telah
dilaksanakan. Angket uji validasi dilakukan analis potensi dan masalah
dimaksudkan untuk memvalidasi desain pembelajaran Fisika Eksperimen II melalui
bahan bahan ajar yang digunakan oleh ahli kegiatan observasi dan wawancara dengan
untuk mengetahui kualitas bahan ajar guru dan mahasiswa yang pernah menempuh
terutama menyangkut komponen kelayakan matakuliah yang kemudian dikumpulkan
isi, komponen penyajian dan komponen datanya yang digunakan untuk
kebahasaan. Angket respon mahasiswa pengembangan desain bahan ajar. Hasil
dimaksudkan untuk mengetahui respon observasi pembelajaran Fisika Eksperimen
mahasiswa terhadap pembelajaran fisika II menunjukkan bahwa metode yang
eksperimen berbasis proyek yang digunakan menggunakan metode
dilaksanakan; 2) Lembar observasi, untuk eksperimen. Mahasiswa melakukan
mengobservasi aktivitas mahasiswa selama eksperimen dengan menggunakan petunjuk
proses pembelajaran untuk mengetahui praktikum dan setelah selesai melaksanakan
keterlaksanaan penggunaan bahan ajar; 3) praktikum diminta untuk membuat laporan
Instrumen tes keterampilan berpikir kritis hasil praktikum dan diberikan penilaian.
untuk mengetahui pengaruh penggunaan Sebenarnya pada pembelajaran mata kuliah
bahan ajar fisika eksperimen berbasis proyek Fisika Eksperimen II ini mahasiswa dituntut
untuk meningkatkan keterampilan berpikir untuk membuat alat/set alat yang digunakan
kritis mahasiswa calon guru. untuk praktikum sesuai yang ada dalam
petunjukkan praktikum. Pada saat membuat
135
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018
alat/set alat mahasiswa masih merasa didik yang mengikuti pembelajaran berbasis
kesulitan membuat sehingga hasil karya proyek dan peserta didik yang belajar
yang dibuat belum sempurna sehingga hasil dengan pembelajaran konvensional
praktikumnya belum memuaskan karena (Sastrika, et al, 2013); penerapan model
harus segera menyelesaikan tepat waktu. project based learning berbantuan media
Kelebihan/potensi pembelajaran Fisika virtual berpengaruh terhadap penguasaan
Eksperimen II ini adalah mahasiswa konsep peserta didik pada materi alat-alat
membuat alat/set alat sendiri tidak seperti optik (Suranti et al, 2016); penerapan
pada pembelajaran mata kuliah lain yang ada pembelajaran berbasis proyek dapat
praktikumnya seperti pada mata kuliah mengoptimalkan hasil belajar peserta didik
Fisika Dasar. ranah keterampilan kognitif, keterampilan
Hasil wawancara dengan guru mata pemecahan masalah, dan keterampilan
pelajaran Fisika dan kajian kurikulum tahun psikomotorik (Widodo, 2017).
2013 bahwa pembelajaran Fisika di SMA Hasil studi literatur di atas digunakan
perlunya menerapkan pembelajaran berbasis untuk mengembangkan desain pembelajaran
proyek. Guru merasa kesulitan Fisika Eksperimen II berbasis proyek untuk
melaksanakan pembelajaran tersebut meningkatkan keterampilan berpikir kritis
dikarenakan sewaktu kuliah belum pernah mahasiswa calon guru. Telah dilakukan
melaksanakan pembelajaran proyek dan analisis komponen komponen pembelajaran
terbatasnya peralatan-peralatan yang ada berbasis proyek dan analisis indikator
dalam laboratorium. keterampilan berpikir kritis yang dapat
Studi literatur tentang pembelajaran dikembangkan dalam pembelajaran proyek.
proyek dan keterampilan berpikir kritis juga Berdasarkan analisis potensi dan
dilakukan untuk melihat potensi apabila masalah dalam studi pendahuluan, dibuatlah
menerapkan pembelajaran proyek dalam desain bahan ajar Fisika Eksperimen II
perkuliahan Fisika Eksperimen II yang dapat berbasis proyek yang dapat meningkatkan
meningkatkan keterampilan berpikir kritis keterampilan berpikir kritis. Desain bahan
serta memberikan pengalaman dan bekal ajar Fisika Eksperimen II berbasis proyek
pada mahasiswa sebagi calon guru agar dikembangkan dari tahapan pembelajaran
dapat melaksanakan pembelajaran Fisika proyek yaitu: 1) Penentuan Judul Proyek, 2)
berbasis proyek sesuai tuntutan kurikulum Mendesain Perencanaan proyek, 3)
tahun 2013. Hasil-hasil penelitian terdahulu, Pelaksanaan Proyek, 4) Menguji coba
model pembelajaran yang efektif untuk hasil/produk, 5) Mengkomunikasikan hasil,
meningkatkan keterampilan berpikir kritis 6) Mengevaluasi pengalaman. Bahan ajar
(suatu persepsi guru) dapat dilaksanakan yang dikembangkan juga menjelaskan
dengan menerapkan pembelajaran proyek pembelajaran Fisika Eksperimen berbasis
(Sadia, 2008); pembelajaran proyek menjadi proyek (BAB I), menjelaskan pembuatan
starting point budaya meneliti dan wawasan proposal dan laporan akhir (BAB II), modul
guru bertambah melalui pembelajaran praktikum berbasis proyek (BAB III),
proyek (Jarwanto, 2012); penerapan penilaian proyek (BABIV) Bahan ajar yang
pembelajaran berbasis proyek berpengaruh telah dikembangkan divalidasi
terhadap keterampilan berpikir kritis dan untuk penilaian kelayakan dan masukan
sikap terkait sains peserta didik SMP pakar untuk perbaikan desain bahan ajar.
(Kurniawan, 2012); terdapat perbedaan Butir-butir penilaian bahan ajar terdiri dari
pemahaman konsep dan keterampilan komponen kelayakan isi, komponen
berfikir kritis peserta didik antara peserta penyajian, komponen kebahasaan. hasil uji
136
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018
validasi bahan ajar untuk setiap komponen Perolehan skor rata-rata tes awal dan tes
menunjukkan nilai komponen kelayaan isi akhir keterampilan berpikir kritis mahasiswa
83,3% dengan kriteria layak/baik untuk dapat dilihat pada Tabel 2.
digunakan, nilai komponen penyajian 82,0
% dengan kriteria layak/baik untuk Tabel 2. Deskripsi Skor Keterampilan
digunakan sedangkan nilai komponen Berpikir Kritis Mahasiswa
N Tes Awal Tes Akhir
kebahasaan 78,2% dengan kriteria (jumlah mahasiswa ) 15 15
layak/baik digunakan dengan revisi. Dari Rata-rata 38,1 69,8
Standar Deviasi 15,2 7,2
hasil validasi ahli dalam bahan ajar yang Maksimum 75 82
dikembangkan masih terdapat kekurangan Minimum 15 57
dari komponen kebahasaan yang perlu
Dari tabel menunjukkan bahwa terjadi
disempurnakan sebelum digunakan untuk
peningkatan rata-rata tes keterampilan
keperluan uji coba terbatas.
berpikir kritis mahasiswa.
Bahan ajar yang sudah divalidasi dan
diperbaiki kebahasaannya diujicobakan
pada mahasiswa yang berjumlah 15 orang
mahasiswa yang mengikuti perkuliahan
Fisika Eksperimen II. Setelah selesai
pembelajaran mahasiswa diminta untuk
memberikan respon melalui angket untuk
mengetahui keterbacaan bahan ajar dan
kemudahan dalam mendapatkan informasi
materi untuk melaksanakan pembelajaran
proyek. Hasil uji coba terbatas melalui
angket respon mahasiswa dapat dilihat pada Gambar 2. Perbandingan Skor Tes Awal
dan Tes Akhir Keterampilan Berpikir Kritis
Tabel 1.
untuk setiap Indikator.
Keterampilan berpikir kritis
mahasiswa dinilai dari jawaban tes awal dan Apabila ditinjau dari skor indikator
tes akhir setelah mengikuti pembelajaran. keterampilan berpikir kritis hasil tes awal
Indikator keterampilan berpikir kritis yang dan akhir dapat dideskripsikan seperti pada
dinilai meliputi: 1) Keterampilan mengenal Gambar 2. Ada lima indikator keterampilan
dan memecahkan masalah, 2) Keterampilan berpikir kritis yang digunakan dalam
Menganalisis, 3) Keterampilan Mensintesis, penelitian ini, yaitu: KBKr1 Keterampilan
4) Keterampilan menyimpulkan, dan 5) Mengenal dan Memecahkan Masalah,
Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai. KBKr2 Keterampilan Menganalisis, KBKr3
Keterampilan Mensintesis, KBKr4
Tabel 1. Hasil Respon Mahasiswa tentang
Penggunaan Bahan Ajar Keterampilan menyimpulkan, dan KBKr5
Butir Penilaian Prosentase Rata- Keterangan Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai.
Rata
A. Aspek 77,3% 78,5% Bahan Ajar
Dari gambar dapat ditunjukkan
keterbacaan layak/baik bahwa terdapat peningkatan skor
B. Aspek dipergunakan
kemudahan 79,7% dalam keterampilan berpikir kritis mahasiswa.
mengaskses pembelajaran
materi Fisika Peningkatan skor tertinggi untuk indikator
Eksperimen dan KBKr4 Keterampilan menyimpulkan
sedikit ada
perbaikan. sebesar 39,4 dan peningkatan terendah untuk

137
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018
indikator KBKr5 Keterampilan sedangkan pengajar menilai kinerja peserta
Mengevaluasi atau Menilai sebesar 26,1. didik. Pendidik lebih banyak berposisi
Dengan demikian dapat diperoleh sebagai pengarah, pembimbing, pemberi
hasil bahwa pembelajaran Fisika fasilitas, dan motivator dalam pembelajaran.
Eksperimen dapat meningkatkan Keadaan seperti ini sangat berpotensi untuk
keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Dari membangun konsep pada diri peserta didik
hasil observasi kegiatan pembelajaran secara mandiri. Konsep-konsep yang
mahasiswa sangat aktif mengikuti tahapan- ditemukan melalui pembelajaran secara
tahapan pembembelajaran proyek dari mandiri menjdi lebih bermakna.
tahapan penentuan judul proyek sampai Pembelajaran berbasis proyek
tahap evaluasi proyek. Mahasiswa banyak merupakan metode yang menggunakan
berkonsultasi kepada pembimbing pada saat belajar kontekstual, dimana para peserta
pelaksanaan proyek apabila menemui didik berperan aktif untuk memecahkan
kendala dalam penyelesaian proyek. Pada masalah, mengambil keputusan, meneliti,
saat presentasi hasil proyek mahasiswa mempresentasikan, dan membuat dokumen.
saling bertanya dan berpendapat terhadap Pembelajaran berbasis proyek dirancang
proyek yang dikerjakan oleh kelompok untuk digunakan pada permasalahan
lainnya. Hal ini sejalan dengan teori kompleks yang diperlukan peserta didik
pembelajaran proyek, peserta didik yang dalam melakukan investigasi dan
mengikuti pembelajaran berbasis proyek memahaminya. Pembelajaran berbasis
mendapatkan ruang lebih luas untuk belajar proyek memiliki kecocokan terhadap konsep
secara mandiri. Penerapan model inovasi pendidikan, terutama dalam hal
pembelajaran berbasis proyek di kelas, di sebagai berikut, pebelajar memproleh
mulai dengan menetapkan tema proyek yaitu pengetahuan dasar (basic sciences) yang
pengajar menetapkan tema proyek sesuai berguna dalam memecahkan masalah,
dengan materi yang dibahas. Menetapkan pebelajar secara aktif dan mandiri dengan
konteks belajar yaitu pengajar menyiapkan sajian materi terintegrasi dan relevan dengan
lingkungan belajar yang mendukung proses kenyataan sebenarnya, pebelajar mampu
pembelajaran, misalnya menetapkan berpikir kritis dan mengembangkan inisiatif.
pembagian kelompok dalam diskusi. Pembelajaran berbasis proyek
Konteks belajar yang dilakukan saat proses memberikan kesempatan kepada peserta
pembelajaran berlangsung, yaitu speserta didik untuk bekerja berkelompok atau secara
didik melakukan inkuiry, seperti mampu individual dan memberikan kesempatan
membuat rumusan masalah, tujuan, untuk mengembangkan ide-ide dan
menentukkan langkah langkah pembuatan solusisolusi realistik, sehingga pembelajaran
percobaan. Merencanakan aktivitas- berpusat pada peserta didik bukannya
aktivitas, yaitu peserta didik merencanakan berpusat pada guru. Perubahan peran guru
proyek sesuai pada konteks belajar yang merupakan salah satu kunci dalam proses
telah ditetapkan. Memroses aktivitas- pembelajaran inovatif, dimana perubahan
aktivitas, yaitu peserta didik membuat sketsa guru dari sebagai sumber pengetahuan
atau rancangan proyek yang akan digarap. dengan seorang fasilitator pembelajaran.
Penerapan aktivitas aktivitas untuk Proses penyelidikan mendorong peserta
menyelesaikan proyek, yaitu peserta didik didik untuk mengidentifikasi apa yang
mengerjakan proyek berdasarkan rancangan, mereka sudah tahu, sehingga mereka dapat
membuat laporan/makalah terkait dengan mengidentifkasi kebutuhan belajar mereka
proyek, mempresentasikan proyek, sendiri. Sifat eksplorasi dalam proses
138
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018
pembelajaran berbasis proyek penyelidikan permasalahan-permasalahan yang diberikan
memungkinkan peserta didik untuk melihat oleh pengajar, sehingga peserta didik akan
ide-ide dalam cara yang berbeda dan terbiasa aktif dan kreatif dalam
mempromosikan pemikiran kritis tentang menyelesaikan permasalahan yang ada
masalah yang mereka hadapi. Model (Nurohman, 2008). Dengan demikian,
pembelajaran berbasis proyek memberikan model pembelajaran berbasis proyek
peluang kepada peserta didiksecara bebas memberikan hasil keterampilan berpikir
melakukan kegiatan untuk kegiatan kritis peserta didik akan meningkat.
percobaan, mengkaji literatur
diperpustakaan, melakukan browsing di PENUTUP
internet, dan berkolaborasi denganpendidik. Berdasarkan hasil penelitian yang
Oleh karena itu sumber belajar menjadi lebih telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
terbuka dan bervariasi, termasuk dalam sebagai berikut:
mengeksplorasi lingkungan. Akibatnya, 1. Bahan ajar Fisika Eksperimen berbasis
peserta didik akan belajar penuh dengan proyek yang telah dikembangkan
kesungguhan karena termotivasi oleh layak/baik digunakan dalam
keinginan untuk menjawab pertanyaan yang pembelajaran dan memenuhi uji validasi
telah diajukan sehingga pembelajaran oleh ahli untuk komponen kelayakan isi,
menjadi lebih efektif dan bermakna. penyajian dan kebahasaan dengan
Pembelajaran berbasis proyek juga kategori baik.
dapat membantu peserta didik dalam 2. Respon mahasiswa setelah
mengembangkan banyak kemampuan menggunakan bahan ajar sangat baik
seperti kemampuan fisik, intelektual, sosial, untuk menunjang dan melengkapi bahan
emosional, dan moral yang merupakan ajar pada saat perkuliahan Fisika
kemampuan peserta didik yang perlu Eksperimen II.
dikembangkan. Terutama dalam hal ini 3. Bahan ajar yang diuji cobakan dalam
kemampuan berpikir kritis peserta didik pembelajaran Fisika Eksperimen II
akan terlatih jika digunakan model mampu meningkatkan keterampilan
pembelajaran berbasis proyek dalam berpikir kritis mahasiswa dilihat dari
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan hasil tes awal dengan rerata skor 38,1
penelitian yang menyimpulkan bahwa dan hasil tes akhir dengan rerata skor
pembelajaran berbasis proyek dapat 69,8.
menuntun seseorang untuk berlatih dan Bahan ajar Fisika Eksperimen II
memahami berpikir kompleks dan yang telah dikembangkan dapat digunakan
mengetahui bagaimana mengin- sebagai acuan untuk mengembangkan bahan
tegrasikannya dalam bentuk keterampilan ajar matakuliah atau materi pembelajaran
yang sering dikaitkan dengan kehidupan yang memiliki karakteristik sama atau
nyata, mampu memanfaatkan pencarian hampir sama.
berbagai sumber, berpikir kritis, dan .
mempunyai keterampilan pemecahan UCAPAN TERIMAKASIH
masalah dengan baik, akan mampu Penulis mengucapkan terimakasih dalam
melengkapi proyek mereka (Sastrika, et al, penelitian maupun publikasi ilmiah,
2013). Penugasan-penugasan pada termasuk donatur penelitian kepada
pembelajaran berbasis proyek akan Universitas Mataram yang membantu
merangsang seluruh indra peserta didik penelitian ini lewat sumber dana DIPA
untuk mengerjakan tugas tugas ataupun PNPB Tahun Anggaran 2017.
139
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.1, Juni 2018
REFERENSI Suranti, N. M. Y., Gunawan, dan Sahidu, H.
(2016). Pengaruh Model Project
Jarwanto, A. (2012) Pembelajaran proyek Based Learning Berbantuan Media
mata Pelajaran Fisika di SMA Virtual Terhadap penguasaan
sebagai starting point pembentukan Konsep Peserta Didik Pada Materi
budaya meneliti. Jakarta: Seminar Alat-alat Optik, Jurnal Pendidikan
Nasional Fisika. Fisika dan Teknologi, 2(2), 73 – 79.
Kurniawan, A. 2(012). Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Proyek
Terhadap Keterampilan Berpikir
Kritis dan Sikap Terkait Sains
Peserta didik SMP (Studi Esperimen
di SMP Negeri 4 Singaraja). Jurnal
Pendidikan IPA, 2(1).
Meyers, C. (1986). Teaching students Think
Critically. London: Jossey-Bass
Publishers.
Nurohman S. (2008). Pendekatan project
based learning sebagai upaya
internalisasi scientific method bagi
mahasiswa calon guru fisika.
Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Purwanto Widodo G, Joko (2017)
Pengembangan dan Implementasi
perangkat Pembelajaran Berbasis
Proyek - Innovation of Vocational
Technology Education,-
ejournal.upi.edu.
Sadia, I. W. (2008). Model pembelajaran
yang efektif untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis (suatu
persepsi guru). Jurnal pendidikan
dan pengajaran Undiksha, 2(2): 19-
237.
Sastrika, Ida Ayu Kade, Wayan Sadia, and I.
Wayan Muderawan. (2013).
Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Proyek Terhadap
Pemahaman Konsep Kimia dan
Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal
Pendidikan IPA, 3(1).
Schafersman, Steven D. (2006). An
Introduction to Critical Thinking.
http://www.freeinquiry.com/critical-
thinking.html.
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian
kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Jakarta: Alfabeta

140

Anda mungkin juga menyukai