MENINGIOMA
A. PENGERTIAN
Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak,
tetapi tidak ganas. tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang
berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah
menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intracranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai
sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke
dalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan.
Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa atau semua
kejadian patofisiologis sebagao berikut :
Peningkatan tekanan intracranial (TIK) dan edema serebral
Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologist fokal
Hidrosefalus
Gangguanfungsihipofisis
Tumor-tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20% dari semua penyebab
kematian karena kanker, dimana sekitar 20% sampai 40% dari semua kanker
pasien mengalami metastase ke otak dari tempat-tempat lain. Tumor-tumor otak
jarang bermetastase keluar system saraf pusat tetapi jejas metastase ke otak
biasanya dari paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah,
pancreas, ginjal dan kulit (melanoma).
Meningioma adalah tumor jinak ektstra – aksial atau tumor yang terjadi di
luar jaringan parenkim otak yaitu berasal dari meninges otak. Meningioma
tumbuh dari sel-sel arachnoid cap dengan pertumbuhan yang lambat (al-hadidy,
2007)
C. PATOFISIOLOGI
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi
awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda
penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari
sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses
ataupun proses lainnya.
2 Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis
yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
3 Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di
otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui
pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan
tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
4 Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan
untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5 Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
6 Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu
kejang.
E. KOMPLIKASI
1. Herniasi
2. PeningkatanTekananDarah
3. Kejang
4. Defisitneurorogis
5. Peningkatan TIK
6. Perubahanfungsipernafasan
7. Perubahandalamkesadaran
8. Perubahankepribadian
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Operasi pengangkatan atau menghancurkan tumor tanpa menimbulkan defisit
neuroligis yang mungkin terjadi.
Operasi konvensional dengan craniotomy
2. Terapiradiasistereotaktik
Terapi radiasi termasuk Gamma Knife atau terapi sinar proton, mungkin
dilakukan pada kasus tumor yang tidak mungkin dioperasi atau tidak mungkin
direseksi atau jika tumor menunjukan transformasi maligna. Focus radiasi
mungkin akan sangat membantu pada tumor kecil yang terdapat dasar
tengkorak.
3. Terapimodalitastermasukkemoterapikonvensionalterapiradiasieksternal beam
a. Kemoterapikonvensional
b. Brachyteraphy
c. Transplantasi sumsum tulang belakang autologous intra venus
d. Corticosteroid
e. Terapi transfer gen
G Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula
oblongata.
3. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
4. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi
ortostatik.
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia pada ekspresi
atau interpretasi.
6. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
efek kemoterapi dan radioterapi.
7. Gangguan persepsi sensori visual berhubungan dengan aneurisma.
8. Gangguan persepsi sensori penghidu berhubungan dengan aneurisma.
9. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akibat tidak mampu
menggerakan leher.
H Intervensi Keperawatan