id
SKRIPSI
G0009042
FAKULTAS KEDOKTERAN
Surakarta
2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Pembimbing Utama
Nama : Yusup Subagio Sutanto, dr., Sp. P (K) ………………………..
NIP : 19570315 198312 1 002
Pembimbing Pendamping
Nama : Dr. Reviono, dr., Sp. P (K) ………………………..
NIP : 19651030 200312 1 001
Penguji Utama
Nama : Ana Rima Setijadi, dr., Sp. P ………………………..
NIP : 19620502 198901 2 001
Penguji Pendamping
Nama : Slamet Riyadi, dr., M. Kes ………………………..
NIP : 19600418 199208 1 001
Surakarta, ……………………..
Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp-PD-KR-FINASIM
NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002
commitii to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Latar Belakang: Pada saat ini keterlambatan pengobatan TB masih sering terjadi.
Faktor status ekonomi dan tingkat pengetahuan TB mempengaruhi seseorang
dalam usaha pemenuhan kesehatannya, sehingga jika tidak terpenuhi dapat
menyebabkan keterlambatan diagnosis akibat keterlambatan pasien dalam hal ini
pada kasus TB paru. Penelitian ini berguna untuk mengetahui adanya faktor risiko
status ekonomi dan tingkat pengetahuan TB terhadap terjadinya keterlambatan
pasien.
Hasil Penelitian: Dari total 60 sampel, diperoleh sampel dengan status ekonomi
rendah berjumlah 31 orang dan sampel berstatus ekonomi tinggi berjumlah 29
orang. Sampel dengan pengetahuan TB tinggi sebanyak 34 orang dan sampel
dengan pengetahuan TB rendah sebanyak 26 orang. Sampel yang mengalami
keterlambatan jumlahnya 38 orang dan yang tidak mengalami keterlambatan
berjumlah 22 orang. Status ekonomi (pendapatan) berpengaruh terhadap
terjadinya keterlambatan pasien. Pasien dengan pendapatan rendah rata-rata
berkunjung untuk pertama kali ke fasilitas kesehatan 165,68 hari lebih lambat
dibandingkan pasien dengan pendapatan tinggi (b : 165,68 ; CI 95% -33,21 s/d
364,56, p = 0,101). Tingkat pengetahuan TB berpengaruh terhadap terjadinya
keterlambatan pasien. Pasien dengan tingkat pengetahuan TB rendah rata-rata
berkunjung untuk pertama kali ke fasilitas kesehatan 128,84 hari lebih lambat
dibandingkan pasien dengan tingkat pengetahuan TB tinggi (b : 128,84 ; CI 95% -
71,73 s/d 329,40, p = 0,204).
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Caesaria Sarah Selleca. G0009042. 2012. The Relations of Economic Status and
Level of Knowledge of TB Patients with Delay in Cases of Pulmonary
Tuberculosis at Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta.
Mini Thesis. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University Surakarta.
Results: The total 60 samples, obtained samples with low economic status
amounted to 31 people and a sample of high economic status amounted to 29
people. Samples with high TB knowledge as many as 34 people and samples with
low TB knowledge as many as 26 people. Samples were late number 38 and who
do not experience delays totaling 22 people. Economic status (income) effect on
patient delays. Patients with lower incomes on average visit for the first time to a
health facility 165.68 days slower than those with higher incomes (b: 165.68; 95%
CI -33.21 s / d 364.56, p = 0.101) . TB affects the level of knowledge in a delay of
the patient. Patients with a low level of TB knowledge the average visit for the
first time to a health facility 128.84 days slower than patients with high levels of
TB knowledge (b: 128.84; 95% CI -71.73 s / d 329.40, p = 0.204).
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PRAKATA
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA ..................................................................................................................... vi
d. Gejala......................................... ................................................ 8
f. Diagnosis ……………………………………………….…….. 11
h. Pengobatan TB ……………………………………………… . 14
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
i. Komplikasi …………………………………………………… 15
C. Hipotesis .................................................................................................. 26
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Simpulan ................................................................................................. 44
B. Saran ........................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Waktu Tempuh ke UPK (BBKPM) ..... 35
Tabel 4.6 Distribusi Waktu Diagnosis dan Skor Tingkat Pengetahuan ………….. 36
Tabel 4.12 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Ganda tentang Hubungan Status
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
Adakah hubungan antara status ekonomi dan tingkat pengetahuan
TB dengan keterlambatan pasien dalam diagnosis kasus TB paru?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan status ekonomi dan tingkat
pengetahuan TB dengan keterlambatan pasien dalam diagnosis kasus TB
paru.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik:
Memberikan informasi tentang adanya hubungan antara status
ekonomi dan tingkat pengetahuan TB dengan keterlambatan pasien
dalam diagnosis kasus TB paru.
2. Manfaat Aplikatif:
Penelitian ini diharapkan dapat membantu program pemerintah
untuk semakin mensukseskan program pemberantasan TB di
Indonesia, serta dapat memberikan data masukkan kepada Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tuberkulosis
a. Definisi
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian
besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya (Werdhani, 2006).
b. Cara Penularan
Sumber penularannya adalah pasien TB BTA positif, pada
waktu batuk atau bersin, pasien dapat menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk
dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Penularan
terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu
yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan
gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh
banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi
derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular
pasien tersebut. Konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut memungkinkan seseorang terpajan
kuman TB (Depkes RI, 2007).
c. Patofisiologi
1) Tuberkulosis primer
Bila kuman ini terhisap oleh orang sehat, maka kuman akan
menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
d. Gejala
Gejala klinik TB dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu
gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah
paru maka gejala lokal ialah gejala respiratorik (PDPI, 2002).
1) Gejala respiratorik
a) Batuk 2-3 minggu
b) Batuk darah
Batuk terjadi karena ada iritasi pada bronkus. Batuk
ini diperlukan untuk membuang keluar produk-produk
radang. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit
tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam paru yakni setelah berminggu-minggu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
2) Gejala sistemik
a) Demam
Biasanya subfebril seperti demam influenza, tapi
kadang panas badan dapat mencapai 40-41oC. Serangan
demam pertama dapat sembuh sementara tapi kemudian
dapat timbul kembali. Hal ini terjadi terus-menerus
sehingga pasien merasa tidak pernah bebas dari serangan
demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh
daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi
Mycobacterium Tuberculosis yang masuk (Amin, 2006).
b) Malaise
Gejala malaise yang sering ditemukan adalah
berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan semakin
kurus, berat badan menurun, sakit kepala, meriang, nyeri
otot dan keringat malam. Gejala ini semakin lama
semakin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak
teratur.
3) Gejala TB ekstra paru
Tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada
limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat
dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis
tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada
pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas dan kadang
nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan
(PDPI, 2002).
e. Penemuan pasien TB
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek,
diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien. Suspek
TB sendiri pengertiannya adalah setiap orang yang datang dengan
gejala atau tanda TB. Penemuan pasien merupakan langkah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
f. Diagnosis
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu
2 hari, yaitu Sewaktu - Pagi - Sewaktu (SPS).
S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang
berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa
sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari
kedua.
P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua,
segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri
kepada petugas di Unit Pelayanan Kesehatan (UPK).
S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi.
Peran biakan dan identifikasi M.tuberculosis pada
penanggulangan TB khususnya untuk mengetahui apakah pasien
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
g. Klasifikasi penderita TB
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak
mikroskopis, yaitu pada TB Paru :
1) Tuberkulosis paru BTA positif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
h. Pengobatan TB
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa
jenis antara lain, isoniazid, rifampicin. pyrazinamide,
streptomycin dan ethambutol, obat tersebut diberikan dalam
jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan. Pengobatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
i. Komplikasi
Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi,
baik sebelum pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun
setelah selesai pengobatan. Beberapa komplikasi yang mungkin
timbul adalah :
1) Batuk darah
2) Pneumotoraks
3) Luluh paru
4) Gagal napas
5) Gagal jantung
6) Efusi pleura
(PDPI, 2006).
2. Keterlambatan Pasien
Tingkah laku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan
bukanlah tingkah laku yang acak tapi tingkah laku yang selektif,
terencana dan berpola dalam suatu sistem kesehatan yang merupakan
bagian integral dari budaya yang bersangkutan (Foster & Anderson,
1998). Kecepatan pencarian bantuan dalam masalah kesehatan pun
akan semakin cepat jika jarak waktu yang dibutuhkan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
memutuskan bahwa dirinya dalam kondisi tidak sehat itu cepat. Hal
ini perlu ditunjang dengan pengetahuan tentang konsep sehat-sakit.
Pengetahuan kapan dikatakan sakit dan kapan dikatakan sehat dalam
hal ini adalah kasus TB (Smet, 1994). Ada beberapa perilaku
kesehatan menurut Becker (1979), yaitu:
a. Perilaku sehat (heatlh behavior), dalam pengertian yang luas
perilaku sehat meliputi semua perilaku yang berhubungan dengan
menjaga atau mempertahankan dan meningkatkan status sehat.
b. Perilaku sakit (illness behavior) merupakan semua tindakan dan
kegiatan yang dilakukan seseorang untuk merasakan,
mendefinisikan, mengintepretasikan gangguan kesehatan yang
dirasakannya termasuk juga kemampuan atau pengetahuan
individu untuk mengidentifikasi penyakit dan penyebabnya serta
upaya pencegahannya.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) merupakan segala
tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang yang sedang
sakit untuk memperoleh kesembuhannya. Perilaku ini
berpengaruh terhadap sehat dan sakitnya diri-sendiri, orang lain
juga lingkungan.
a. Faktor predisposisi
Merupakan faktor yang mendahului terjadinya perilaku
yang memberikan alasan dan motivasi untuk berperilaku. Faktor
tersebut antara lain demografi (umur dan jenis kelamin), sosial
(pendidikan, pekerjaan, suku/ras), manfaat kesehatan
(kepercayaan/keyakinan terhadap pelayanan kesehatan). Bila
dalam masyarakat mempunyai kepercayaan yang salah tentang
penyakit maka dapat menghambat dalam proses pencarian
bantuan kesehatan atau membawa berobat kepada orang yang
tidak profesional. Selain itu, masyarakat yang mempunyai
kesadaran tinggi akan lebih mau menerima masukan dan
informasi tentang hal baru terutama dalam masalah kesehatan,
sehingga dirinya mampu berperilaku atau cepat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Begitu juga dalam mencari bantuan
kesehatan, dirinya akan membawa berobat diri/anggota keluarga
yang sakit tanpa menunda-nunda.
b. Faktor pendukung
Merupakan faktor yang mendahului perilaku yang
menunjang motivasi atau aspirasi dapat terwujud. Faktor tersebut
antara lain ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan sumber
daya untuk menunjang perilaku kesehatan termasuk biaya
pengobatan. Status ekonomi berkaitan dengan pendapatan
keluarga, dengan pendapatan yang baik maka pemenuhan
kebutuhan hidup dan kesehatan akan lebih terjamin. Biaya
kesehatan pun telah dipersiapkan. Sedangkan masyarakat yang
mempunyai pendapatan rendah, masyarakat tersebut sangat takut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
c. Faktor kebutuhan
Merupakan faktor yang mendorong perilaku kesehatan
karena adanya kebutuhan yang disebabkan antara lain adanya
persepsi yang serius mengenai gejala atau penyakit yang
dialaminya. Bila gejala tidak terlalu dirasakan, orang tersebut
tidak akan mencari pengobatan sampai penyakitnya bertambah
parah. Sebaliknya jika orang yang lebih peka atau lebih paham
terhadap munculnya gejala akan lebih cepat dalam mencari
bantuan pertolongan dan mendapatkan pengobatan dengan cepat
pula (dikutip dari Hidayati, 2003).
3. Status Ekonomi
Menurut kamus bahasa Indonesia, pengertian status adalah
tingkatan atau kedudukan seseorang dalam hubungan dengan
masyarakat di sekelilingnya, sedangkan pengertian ekonomi adalah
ilmu mengenai azas-azas produksi dan pemakaian barang-barang serta
kekayaan, sehingga pengertian status ekonomi adalah tingkatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
4. Tingkat Pengetahuan
Kata pengetahuan berasal dari kata dasar “tahu”, biasanya
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek.
Penginderaan terjadi melalu panca indera manusia, tetapi pengetahuan
manusia lebih banyak didapat melalui mata dan telinga
(Notoadmodjo, 2003). Komponen pengetahuan, antara lain:
a. Tahu
Pengetahuan berkenan dengan bahan yang dipelajari
sebelumnya disebut juga istilah recal (mengingat lagi) namun apa
yang telah diketahui hanya sekedar informasi yang diingat saja.
Oleh sebab itu, ini merupakan tongkat pengetahuan yang rendah.
b. Pemahaman
Adalah kemampuan mengetahui arti sesuatu bahan yang
telah dipakai dipelajari seperti menafsirkan. Menjelaskan dan
meringkas tentang sesuatu kemampuan. Ini lebih tinggi dari
pengetahuan.
c. Penerapan
Adalah kemampuan menggunakan suatu bahan yang telah
dipelajari dalam sesuatu yang baru atau konkrit.
d. Analisis
Adalah suatu komponen untuk menjabarkan materi atau
suatu bahan obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di
dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya sama
lain.
e. Sintesa
Kemampuan untuk menghimpun bagian dalam keseluruhan
seperti merugikan tema rencana atau melihat hubungan abstrak
dan sebagian fakta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
f. Evaluasi
Adalah berkenan dengan kemampuan menggunakan
pengetahuan untuk membantu penelitian terhadap sesuatu
berdasarkan maksud atau kriteria tertentu (Notoadmodjo, 2003).
b. Faktor internal
1) Pendidikan
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh pelindung dan
bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju pada
kedewasaan. GBHN Indonesia mengidentifikasi lain bahwa
pendidikan dari dalam dan dari luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup (Notoadmodjo, 2003).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
2) Pengalaman
Pengalaman terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi penghayatan.
Pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas
(Saifuddin, 2009).
3) Usia
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari
segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang telah dewasa
akan lebih dipercaya daripada seseorang yang belum cukup
tinggi kedewasaanya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman
dan kematangan jiwanya.
4) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari
nafkah atau pencaharian. Masyarakat yang sibuk dengan
kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan mempunyai waktu
yang lebih sedikit untuk memperoleh informasi.
5) Pendapatan
Pendapatan merupakan sesuatu yang didapatkan dan
pendapatan erat sekali dengan status kesehatan.
6) Informasi
Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang
memperoleh banyak informasi maka dirinya cenderung
mempunyai pengetahuan lebih luas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
B. Kerangka Pemikiran
Pendidikan
Tingkat
Keterlambatan pengetahuan TB
diagnosis
Keterlambatan Keterlambatan
pasien fasilitas kesehatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
C. Hipotesis
Ada hubungan antara status ekonomi dan tingkat pengetahuan TB
dengan keterlambatan pasien dalam diagnosis kasus TB paru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross-sectional (Taufiqqurahman, 2008).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
(BBKPM) Surakarta.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Pasien TB paru yang baru pertama kali mengunjungi BBKPM
Surakarta untuk berobat.
2. Sampel
Kriterianya sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi :
1) Usia antara 24-44 tahun
2) Pasien TB paru kasus baru
b. Kriteria eksklusi:
Tidak bersedia mengikuti penelitian
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive
sampling, di mana setiap penderita TB yang termasuk dalam kriteria
inklusi dimasukkan dalam penelitian
E. Besar Sampel
Rumus untuk menghitung besar sampel rancangan cross sectional adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
n=
Keterangan:
n : jumlah sampel
p : perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti atau
paparan pada populasi
q : 1-p
: nilai statistik Z pada kurva normal standar pada
n=
n = 280 orang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
F. Rancangan Penelitian
Berikut merupakan jalannya penelitian pada bulan Mei 2012:
Kuesioner keterlambatan
pasien
Kuesioner status
ekonomi dan
tingkat
pengetahuan TB
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
2. Tingkat pengetahuan TB
a. Defin isi :
Kemampuan menjawab pertanyaan tentang penyakit TB
b. Alat Ukur :
Kuesioner yang diambil dari tesis Nurma Hidayati tahun 2003
dengan judul “Faktor Risiko yang Berhubungan dengan
Keterlambatan Diagnosis Tuberkulosis Paru di Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur”.
c. Cara pengukuran :
Membuat skor dan pembobotan dari 7 pertanyaan. Nilai skor tiap
butir pertanyaan minimal 1 dan maksimal 3. Total skor dihitung
dengan menjumlahkan skor seluruh pertanyaan. Pengetahuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
3. Keterlambatan pasien
a. Defin isi :
Interval waktu antara timbulnya gejala pertama kali sampai
datangnya penderita ke fasilitas kesehatan pertama kali (Hidayati,
2003).
b. Alat ukur :
Kuesioner berupa pertanyaan yang diambil dari tesis Nurma
Hidayati pada tahun 2003 dengan judul “Faktor Risiko yang
Berhubungan dengan Keterlambatan Diagnosis Tuberkulosis Paru
di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur”.
c. Cara pengukuran :
Berdasarkan cut off point median atau rata-rata waktu
keterlambatan (Hidayati, 2003). Cut off point median digunakan
jika data yang didapatkan berdistribusi tidak normal, sedangkan
cut off point mean digunakan jika data yang didapatkan
berdistribusi normal (Murti, 2006).
d. Skala pengukuran :
Kontinyu
4. Variabel perancu:
a. Jenis kelamin
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah laki-laki dan
perempuan namun jumlah tiap kelompok diseimbangkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
b. Umur
TB leb ih banyak menyerang individu pada usia produktif. Pada
penelitian digunakan subjek 24-44 tahun.
c. Pendidikan
Pada penelitian ini pengelompokan tingkat pendidikan pada
masing-masing kelompok diseimbangkan jumlahnya.
d. Waktu tempuh ke UPK
Pada penelitian ini waktu tempuh pasien ke UPK diseimbangkan
jumlahnya antara yang kurang dari 30 menit dengan yang lebih
dari 30 menit.
e. Kepercayaan terhadap UPK
Peneliti melakukan penelitian di BBKPM sehingga subjek
penelitian dianggap sudah percaya terhadap UPK yang
didatanginya yaitu BBKPM.
I. Sumber Data
Data yang diambil adalah data primer dari kuesioner yang diisi oleh
pasien TB paru pada bulan Mei-Agustus 2012.
J. Instrumental Penelitian
1. Informed Consent
2. Kuesioner
K. Cara Kerja
1. Melakukan wawancara pada pasien yang sudah terdiagnosis TB
a. Wawancara data diri (nama, umur, jenis kelamin, alamat, dan
pekerjaan)
b. Menjelaskan maksud, tujuan, prosedur, dan mendapat persetujuan
keikutsertaan dalam penelitian dengan penandatanganan informed
consent
c. Wawancara berdasarkan kuesioner keterlambatan pasien
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
Y = a +b1X1+b2X2
Keterangan:
Y = variabel terikat
a = konstanta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pasien TB kasus baru di
Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta. Penelitian telah
dilakukan pada tanggal 24 Mei sampai dengan 25 Agustus 2012. Pada
penelitian ini didapatkan 68 pasien sebagai sampel. Dari total sampel yang
didapat yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 60 pasien dan sebanyak 8
pasien tergolong dalam kriteria eksklusi. Sebanyak 60 pasien yang memenuhi
kriteria inklusi tersebut seluruhnya digunakan sebagai subjek penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
berumur 45-65, yaitu jumlah pasien yang berumur 24-44 tahun adalah 41
orang dan jumlah pasien yang berumur 45-65 tahun adalah 19 orang.
2 29 48,33
Total 60 100
1 30 50
2 >30 menit 30 50
Total 60 100
Sumber : Data Primer Agustus 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
Berdasarkan Tabel 4.5 distribusi sampel yang percaya dengan UPK dalam
hal ini BBKPM adalah seluruhnya (100%).
Tabel 4.6 Distribusi waktu diagnosis dan skor tingkat pengetahuan sampel
(N = 60)
Waktu diagnosis
Skor tingkat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
1 Rendah 31 51,67
2 Tinggi 29 48,33
Total 60 100
Sumber : Data Primer Agustus 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
Variabel Keterlambatan OR p
Tidak terlambat Terlambat Total
n (%) n (%) n (%)
Status ekonomi
Variabel Keterlambatan OR p
Tidak terlambat Terlambat Total
n (%) n (%) n (%)
Tingkat pengetahuan TB
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
Tabel 4.12 Hasil uji analisis regresi linier ganda tentang hubungan status
ekonomi dan tingkat pengetahuan TB dengan keterlambatan
pasien dalam diagnosis kasus TB paru
N = 60
Adjusted R Square = 3%
p = 0,156
Berdasarkan hasil uji statistik dapat dilihat adanya hubungan yang secara
statistik tidak signifikan antara status ekonomi dan tingkat pengetahuan TB
dengan keterlambatan pasien. Pasien dengan pendapatan rendah rata-rata
berkunjung untuk pertama kali ke fasilitas kesehatan 165,68 hari lebih lambat
dibandingkan pasien dengan pendapatan tinggi (b : 165,68 ; CI 95% -33,21 s/d
364,56, p = 0,101). Begitu pula dengan tingkat pengetahuan TB, hasil analisis
menunjukkan pasien dengan tingkat pengetahuan TB rendah rata-rata
berkunjung untuk pertama kali ke fasilitas kesehatan 128,84 hari lebih lambat
dibandingkan dengan pasien dengan tingkat pengetahuan TB tinggi (b :
128,84 ; CI 95% -71,73 s/d 329,40, p = 0,204). Adjusted R Square 3%
menggambarkan model dengan status ekonomi dan tingkat pengetahuan TB
hanya 3% dari varian keterlambatan pasien.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, faktor yang dinilai adalah status ekonomi dan tingkat
pengetahuan pasien mengenai TB. Untuk faktor perancu lain seperti jenis
kelamin, umur, pendidikan, waktu tempuh ke UPK dan kepercayaan pasien
terhadap UPK sudah dikendalikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
BAB VI
A. Simpulan
1. Status ekonomi (pendapatan) berpengaruh terhadap terjadinya
keterlambatan pasien. Pasien dengan pendapatan rendah rata-rata
mengunjungi untuk pertama kali ke fasilitas kesehatan 165,68 hari
lebih lambat daripada pasien dengan pendapatan tinggi (b : 165,68 ; CI
95% -33,21 s/d 364,56, p = 0,101).
2. Tingkat pengetahuan TB berpengaruh terhadap terjadinya
keterlambatan pasien. Pasien dengan tingkat pengetahuan TB rendah
rata-rata mengunjungi untuk pertama kali ke fasilitas kesehatan 128,84
hari lebih lambat daripada pasien dengan tingkat pengetahuan TB
tinggi (b : 128,84 ; CI 95% -71,73 s/d 329,40, p = 0,204).
3. Keterlambatan diagnosis TB paru akan semakin memperburuk
penyakit dan dapat menimbulkan komplikasi antara lain batuk darah,
pneumotoraks, kolaps paru, dan sebagainya. Kasus TB dengan
komplikasi dapat meningkatkan risiko kematian, selain itu dengan
adanya keterlambatan diagnosis juga akan memperpanjang transmisi
infeksi di komunitas (Depkes RI, 2006).
B. Saran
1. Pemerintah dan fasilitas kesehatan perlu melakukan sosialisasi tentang
keberadaan skema jaminan kesehatan, misalnya, Jamkesmas dan
Jamkesda, kepada masyarakat, agar anggota masyarakat yang tidak
mampu yang kiranya menderita TB paru tidak ragu-ragu untuk
memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan, karena telah
tersedia skema jaminan kesehatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
commit to user