Anda di halaman 1dari 5

1.

Appendisitis akut

Appendectomy tetap satu-satunya terapi kuratif radang appendik. Menurut beberapa


penelitian, profilaksis antibiotik harus diberikan sebelum setiap appendectomy. Ketika pasien
menjadi afebris dan sel darah putih (WBC) count normal, pengobatan antibiotik dapat
dihentikan.

2. Kolik Bilier

Terapi utama kolik bilier adalah menggunakan analgesic kuat seperti diklofenak 3×50 mg
atau ibuprofen. Walaupun secara teoritis pemberian analgetik opioid seperti morfin dapat
meningkatkan nyeri karena menyebabkan spasme otot sphincter Odii, pemberian opioid
sangat efektif dalam menghilangkan nyeri pada kondisi akut. Pada kasus berat, pasien harus
rawat inap, diberi analgetik i.v dan cairan untuk menggantikan kehilangan setelah muntah.

Terapi definitif batu empedu termasuk:

 Kolesistektomi (open surgical atau dengan endoskopi)


 Menggunakan terapi oral untuk melarutkan garam empedu dan mengeluarkan batu,
seperti ursodeoxycholic acid (UDCA), bila operasi dianggap tidak aman. Terapi ini
dapat juga digunakan sebelum operasi.
 Menggunakan teknik keyhole untuk membuka sphincter Odii dan mengambil batu,
atau mengalirkan batu keluar dengan endoscopic retrograde
choliangiopancreatography (ERCP). Bila terdapat striktur atau penyempitan saluran
empedu, dapat dilakukan sphincterotomi.

3. Endometriosis

Penanganan endometriosis di bagi menjadi 2 jenis terapi yaitu terapi medik dan terapi
pembedahan.

1.Terapi medik diindikasikan kepada pasien yang ingin mempertahankan


kesuburannya atau dengan gejala ringan

2.Terapi pembedahan dapat dilaksanakan dengan laparoskopi untuk mengangkat


kista-kista, melepaskan adhesi, dan melenyapkan implantasi dengan sinar laser atau
elektrokauter. Tujuan pembedahan untuk mengembalikan kesuburan dan menghilangkan
gejala (Widjanarko, 2009). Terapi bedah konservatif dilakukan pada kasus infertilitas,
penyakit berat dengan perlekatan hebat, usia tua. Terapi bedah konservatif antara lain
meliputi pelepasan perlekatan, merusak jaringan endometriotik, dan rekonstruksi anatomis
sebaik mungkin.

4. Abses Tubo Ovarian

a. Curiga ATO utuh tanpa gejala

- Antibotika dengan masih dipertimbangkan pemakaian golongan : doksiklin


2x / 100 mg / hari selama 1 minggu atau ampisilin 4 x 500 mg / hari, selama 1
minggu.
- Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil dalam 14 hari atau mungkin
membesar adalah indikasi untuk penanganan lebih lanjut dengan kemungkinan
untuk laparatomi

b. ATO utuh dengan gejala :

- Masuk rumah sakit, tirah baring posisi “semi fowler”, observasi ketat tanda
vital dan produksi urine, perksa lingkar abdmen, jika perlu pasang infuse P2

- Antibiotika massif (bila mungkin gol beta lactar) minimal 48-72 jam. Gol
ampisilin 4 x 1-2 gram selama / hari, IV 5-7 hari dan gentamisin 5 mg / kg BB
/ hari, IV/im terbagi dalam 2×1 hari selama 5-7 hari dan metronida xole 1 gr
reksup 2x / hari atau kloramfinekol 50 mg / kb BB / hari, IV selama 5 hari
metronidzal atau sefaloosporin generasi III 2-3 x /1 gr / sehari dan
metronidazol 2 x1 gr selama 5-7 hari

- Pengawasan ketat mengenai keberhasilan terapi

- Jika perlu dilanjutkan laparatomi, SO unilateral, atau pengangkatan seluruh


organ genetalia interna

c. ATO yang pecah, merupakan kasus darurat : dilakukan laporatomi pasang drain
kultur nanah

- Setelah dilakukan laparatomi, diberikan sefalosporin generasi III dan


metronidazol 2 x 1 gr selama 7 hari (1 minggu).

5. Sigmoid Diverticulitis

Sebagian besar pasien divertikulosis hanya mengalami gejala minimal atau tidak sama sekali
dan tidak memerlukan terapi spesifik. Diet tinggi serat disarankan untuk mencegah konstipasi
dan pembentukan divertikulum lainnya. Pasien dengan gejala ringan nyeri abdomen karena
spasme otot pada area divertikulum dapat diberi obat anti spasmodic seperti klordiazepoxid,
dicyclomin, atropine, scopolamine, fenobarbital, atau hyoscyamin. Pasien juga diberi
antibiotic seperti ciprofloksasin, metronidazol, cephalexin, atau doksisiklin. Cairan dan
makanan berserat rendah disarankan selama serangan akut diverticulitis sehingga dapat
mengurangi jumlah yang dikeluarkan melalui kolon yang dapat memperparah diverticulitis.
Pada diverticulitis berat dengan demam tinggi dan nyeri, pasien dirawat inap dan diberi
antibiotic intravena.

Operasi dilakukan pada:

 Pasien dengan obstruksi usus persisten dan abses yang tidak berespon pada antibiotic.
Operasi biasanya dilakukan dengan drainase pus dan reseksi segmen kolon yang
mengandung divertkulum, biasanya kolon sigmoid.
 Pendarahan divertikulum persisten.
 Komplikasi divertikulum pada kandung kemih, seperti infeksi saluran kemih berulang
dan keluarnya gas usus selama urinasi.
 Pasien dengan serangan diverticulitis berulang yang sering dan menyebabkan
penggunaan berbagai antibiotic, kebutuhan rawat inap, dan cuti bekerja.
Operasi dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi untuk membatasi nyeri post
operasi dan waktu penyembuhan.

6. Kolesistitis

Kolesistitis akut dapat sembuh sendiri, namun pasien kolesistitis perlu rawat inap dan
pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi. Intake oral dihentikan dan diberikan cairan
intravena untuk mengistirahatkan pencernaan. Di samping itu, dapat diberikan obat-obatan
untuk mengatasi nyeri abdomen hebat. Sebagian besar pasien kolesistitis memerlukan
kolesistektomi.

7. Iskemi Intestinal

Berbagai pendekatan terapi tersedia untuk iskemi usus berdasar pada ketajaman dan luasnya
penyakit. Adanya tanda-tanda peritoneal perlu dilakukan eksplorasi bedah, di mana infark
usus mungkin telah terjadi. Reseksi usus infark serta embolectomy dapat dicapai selama
proses ini. Dengan tidak adanya tanda-tanda peritoneal, embolectomy bedah masih dianggap
sebagai standar perawatan. Namun, pendekatan radiologi intervensi telah efektif digunakan.
Infus Intra-arteri agen trombolitik seperti streptokinase, urokinase atau aktivator plasminogen
jaringan rekombinan telah terbukti efektif bila digunakan dalam waktu 12 jam onset gejala.
Embolectomy bedah berpantang mendukung pendekatan yang kurang invasif mungkin tepat
pada pasien dengan risiko operasi yang cukup. Dalam non-oklusif iskemia mesenterika, infus
dari vasodilator intra-arteri, seperti papaverine ke dalam arteri mesenterika superior mungkin
semua yang diperlukan untuk membalikkan vasokonstriksi dan mencegah infark usus.

Pada pasien dengan trombosis vena mesenterika, pencarian keadaan yang mendasari
hiperkoagulasi penting untuk mencegah rekuren penyakit. Kehadiran tanda-tanda peritoneal
harus segera dilakukan eksplorasi bedah. Pada pasien asimptomatik, antikoagulan dapat
diberikan 3-6 bulan dengan evaluasi berulang. Beberapa studi menunjukkan bahwa
pemberian heparin diikuti warfarin meningkatkan survival. Pasien dengan kondisi medis
tertentu seperti kelainan pembekuan dan atrial fibrilasi memerlukan antukoagulan seumur
hidup.

Revaskularisasi menunjukkan perbaikan gejala jangka panjang sampai 96% pada pasien
dengan iskemi mesenterika kronis yang dapat dilakukan operasi. Bypass graft terdokumentasi
dengan harapan hidup 5 tahun 78%. Dekade sebelumnya, percutaneous transluminal
mesenteric angioplasty dengan atau tanpa stent merupakan alternatif terapi untuk pasien yang
telah diseleksi. Penelitian sebelumnya menunjukkan angiopasty memberikan hasil yang
sama dengan by pass dan embolektomy pada sedikit pasien. Alternatif ini digunakan pada
pasien dengan risiko tinggi revaskularisasi.

Beberapa indikasi kolitis iskemi perlu dimanajemen. Pada banyak kasus, iskemi membaik
saat hipoperfusi yang mendasarinya juga membaik. Banyak pasien membutuhkan istirahat
usus dan perawatan pendukung.Antibiotik profilaksis sering diberikan tapi keuntungannya
belum bisa dibuktikan. Kolitis iskemik fulminant terjadi dengan gangrene atau perforasi
jarang terjadi dan membutuhkan eksplorasi segera. Pada beberapa kasus, kolitis iskemik
tidak sepenuhnya membaik dan dapat berkembang menjadi striktur kolitis segmental kronis.
Jika gejala menetap lebih dari 2-3 minggu, merupakan indikasi untuk kolektomy segmental.
Jika striktur iskemi asimptomatik, observasi dikerjakan dengan beberapa keadaan membaik
dalam 12-24 bulan.
8. Aneurysm Aorta

Pengobatan aneurisma tergantung kepada ukurannya. Jika lebarnya kurang dari 5 cm, jarang
pecah; tetapi jika lebih lebar dari 6 cm, sering pecah. Karena itu pada aneurisma yang lebih
lebar dari 5 cm, dilakukan pembedahan.

9. Kolik Renal

Sebagian besar batu kecil berlalu spontan dan hanya manajemen nyeri diperlukan. Diklofenak
dan antispasmodics seperti butil bromida hiosin dapat digunakan. Tapi dokter tidak harus
memberikan morfin untuk meringankan rasa sakit, karena itu menimbulkan tekanan ureter
dan memperburuk kondisi. Biasanya tidak ada posisi antalgic untuk pasien (berbaring pada
sisi non-sakit dan menerapkan botol panas atau handuk untuk daerah yang terkena dapat
membantu). Jika rasa sakit tidak terlalu intens, rilis lebih cepat dari batu dapat dicapai dengan
berjalan kaki. Batu yang lebih besar mungkin memerlukan intervensi bedah untuk
pengangkatan mereka, seperti perkutan nephrolithotomy.

10. Pankreatitis Akut

Pengobatan untuk pancreatitis akut tergantung dari kondisinya, apakah ringan tanpa
komplikasi atau parah dengan resiko komplikasi serius.

Pankreatitis akut ringan

Tujuan utama dalam pengobatan pancreatitis akut ringan adalah untuk mendukung fungsi
tubuh selama pancreas berada dalam masa pemulihan. Dukungan ini ada dalam tiga bentuk :

- Penghilang nyeri. Karena pancreatitis akut ringan dapat menimbulkan nyeri sedang hingga
berat, penghilang nyeri yang kuat digunakan untuk mengobati gejala tersebut. Mungkin juga
dibutuhkan obat untuk mengontrol mual dan muntah.

- Gizi. Untuk mengistirahatkan pancreas, gizi diberikan melalui selang makan

- Cairan intravena. Karena tubuh dapat mengalami dehidrasi selama pancreatitis akut, cairan
dimasukkan melalui selang yang dihubungkan dengan vena.

Jika tidak ada komplikasi, pankreatitis akut membaik dalam beberapa hari. Kebanyakan
pasien yang menderita pancreatitis akut ringan akan siap meninggalkan rumah sakit dalam 5-
7 hari.

Pankreatitis akut berat

Pada kasus pancreatitis akut berat, peradangan jaringan pancreas sangat parah sehingga
beberapa diantaranya mengalami mati/nekrosis. Nekrosis jaringan sangat berbahaya karena
jaringan yang mati merupakan lahan yang baik utnuk infeksi bakteri yang dapat menyebar ke
dalam darah (sepsis) dan bagian loain dari tubuh sehingga menyebabkan kegagalan berbagai
macam organ.

Hal lain yang membahayakan dari pancreatitis akut berat adalah hilangnya cairan yang
banyak dari tubuh yang akan mengurangi jumlah darah dalam tubuh (syok hipovolemik).
Syok hipovolemik dapat mengancam jiwa karena tubuh membutuhkan darah kaya oksigen
untuk bertahan. Untuk mengatasinya maka perlu dimasukkan dalam ICU. Penyuntikan
antibiotic digunakan untuk menghindari jaringan yang mati dari infeksi.

Cairan intravena digunakan untuk mengganti kehilangan cairan dan mencegah syok
hipovolumik. Peralatan pernafasan digunakan untuk menilai pernafasan dan selang makanan
digunakan untuk nutrisi tubuh. Pembedahan mungkin dibutuhkan untuk mengambil jaringan
mati dari pancreas. Pasien tinggal di ICU sampai resiko infeksi, kegagalan organ dan syok
hipovolumik sudah teratasi. Hal ini bisa membutuhkan 14 hari rawat inap atau bisa lebih jika
pancreatitis akut memberat.

Mengobati penyebab utama

Penting untuk mengobati penyebab utama sehingga tidak jatuh pada kondisi yang lebih berat.
Jika batu empedu bertanggungjawab terhadap terjadinya penyakit, perlu dirujuk untuk
pembedahan mengambil batu empedu. Perlu juga saran untuk mengonsumsi makanan rendah
lemak untuk mengurangi jumlah kolesterol dalam darah dan mengurangi resiko untuk
terbentuknya batu empedu. Selain itu perlu disarankan untuk tidak merokok dan minum-
minuman keras.

11. Obstruksi Usus Besar

Pasien dengan sumbatan usus diobati di rumah sakit. Selang nasogastrik dimasukkan lewat
hidung hingga lambung untuk membantu mengeluarkan kelebihan udara pada lambung dan
usus. Pasien akan diberikan cairan intravena karena tidak diperbolehkan makan atau minum .

Sumbatan usus total membutuhkan operasi untuk membetulkan dan menghilangkan penyebab
sumbatan (tumor, perlengketan striktur) atau mengencangkan bagian usus yang berisiko
untuk terjadi volvulus kembali. Pada operasi ini, bagian usus yang rusak atau mati juga
dipotong . Operasi segera dalam 12 – 24 jam, emergensi jika cecum kaku atau diameter usus
lebih dari 8 cm. Pasang selang flatus/beri barium enema untuk mengatasi volvulus sigmoid.

Biasanya dokter akan menunggu sambil melihat perkembangan dari sumbatan usus sebelum
melakukan operasi. Sebagian pasien mungkin mebutuhkan operasi untuk menghilangkan
penyebab sumbatan dan mencegah sumbatan selanjutnya, tapi tidak semua pasien
membutuhkan operasi.

Anda mungkin juga menyukai