Anda di halaman 1dari 9

BAGIAN I

TEORI PANAS BUMI


Potensi panas bumi Indonesia, secara geologi, sebagian besar
berada di wilayah yang memiliki aktivitas gunung api atau vulkanik.
Namun demikian, ternyata wilayah berpotensi panas bumi juga
ditemukan di wilayah yang tidak terkait dengan aktivitas gunungapi,
atau dikenal dengan istilah panas bumi non-vulkanik. Panas bumi
non-vulkanik sebagian besar berada di Pulau Sulawesi bagian selatan
dan tengah. Panas bumi ini juga ditemukan di Pulau Kalimantan,
Pulau Bangka-Belitung, dan di wilayah lain di luar wilayah jalur
vulkanik.

Panas bumi atau Geothermal, berasal dari akar kata bahasa Yunani,
tersusun atas kata “Geo” yang berarti bumi dan thermos yang berarti
panas. Secara sederhana, panas bumi dapat diartikan sebagai
sumber energi panas yang berasal dari dalam bumi. Beberapa definisi
lain tentang panas bumi, diantaranya menurut Hochstein dan Browne
(2000) yang mendeskripsikan panas bumi sebagai proses
perpindahan panas dari suatu tempat tertentu dalam kerak bumi,
dimana panas (heat) dipindahkan dari sumber panas (heat source)
menuju ke suatu tempat pengeluaran panas di permukaan (heat sink),
sedangkan bila mengacu pada UU Panas Bumi No 21 tahun 2014,
panas bumi didefinisikan sebagai sumber energi panas yang
terkandung di dalam air panas, uap air, serta batuan bersama mineral
ikutan dan gas lainnya yang secara genetik tidak dapat dipisahkan
dalam suatu sistem panas bumi.

Secara umum, pembentukan energi panas bumi berkaitan dengan


kegiatan vulkanisme dan mekanisme pembentukan magma. Sistem
panas bumi pada suhu tinggi, umumnya terletak di sepanjang zona
vulkanik punggungan pemekaran benua, di atas zona subduksi dan
anomali pelelehan di dalam lempeng. Batas-batas pertemuan
lempeng merupakan pusat lokasi munculnya sistem hidrotermal.
Perpindahan energi panas secara konduktif pada lingkungan tektonik
lempeng, diperbesar oleh adanya gerakan magma dan sirkulasi
hidrotermal.

Persyaratan utama untuk pembentukan sistem panas bumi


(hidrotermal) adalah sumber panas (heat source), reservoir untuk
mengakumulasi panas, dan lapisan penudung (caprock) sebagai
tempat terakumulasinya panas. Sumber panas dalam sistem panas
bumi umumnya berasal dari magma. Pembentukan awal magma
dapat terjadi sebagai hasil pelelehan mantel (partial melting) atau
karena pelelehan sebagian kerak bumi pada proses penebalan
lempeng benua, seperti yang terjadi pada tumbukan antar lempeng
benua (collision).

1.1 Sumber Panas Bumi (Heat Source)


Sistem Panas bumi (geothermal) merupakan sumber energi panas yang
sangat potensial untuk dikembangkan sebagai energi alternatif untuk memenuhi
kebutuhan manusia yang semakin meningkat tentang energi yang terbarukan dan
ramah lingkungan. Energi panasbumi berasal dari magma yang ada di dalam
bumi. Karena adanya proses konveksi (perambatan melalui fluida) maupun
konduksi (perambatan melalui batuan) yang berasal dari energi panas yang ada
didalam bumi maka akan muncul kepermukaan berupa air panas atau uap panas.
Proses pembentukan sistem panas bumi diibaratkan seperti
memasak air dalam ceret di atas kompor. Aktivitas magma di dalam
bumi diilustrasikan sebagai kompor yang berperan sebagai sumber
panas. Sedangkan batuan dasar serta batuan penutup di atasnya
yang memerangkap uap panas dimisalkan sebagai ceretnya. Seiring
dengan meningkatnya tekanan dan temperatur dalam wadah tersebut
maka air akan mengalami perubahan fasa membentuk uap air.

Secara umum, potensi panas bumi yang terdapat di Indonesia terbagi


menjadi dua lingkungan geologi, yaitu lingkungan vulkanik dan non vulkanik.
 Vulkanik
Secara umum, lingkungan vulkanik memiliki sumber panas bumi yang
terdistribusi di sepanjang jalur vulkanik dan biasanya memiliki
kandungan panas yang tinggi, sehingga sudah banyak dikembangkan
dan menghasilkan energi listrik yang dapat dimanfaatkan. Sebagian
besar sumber panas bumi di Indonesia tergolong dalam kelompok
vulkanik, seperti yang tersebar di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau
Bali, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi Bagian Utara hingga Maluku
Bagian Utara. Kasbani (2009) menyebutkan bahwa pembentukan sistem
panas bumi kelompok vulkanik biasanya tersusun oleh batuan vulkanik
menengah (andesit - basaltis) hingga asam dan umumnya memiliki
karakteristik reservoir pada kedalaman sekitar 1,5 km dengan
temperatur tinggi berkisar 250°C s.d. 370°C. Pada daerah vulkanik
aktif biasanya memiliki umur batuan yang relatif muda dengan kondisi
temperatur yang sangat tinggi dan kandungan gas magmatik besar.
Sedangkan untuk daerah vulkanik yang tidak aktif biasanya berumur
relatif lebih tua dan telah mengalami aktivitas tektonik yang cukup kuat
untuk membentuk permeabilitas batuan melalui rekahan dan celah
yang intensif. Pada kondisi tersebut akan terbentuk temperatur
menengah hingga tinggi dengan konsentrasi gas magmatik yang lebih
sedikit dibandingkan dengan daerah vulkanik aktif.
Sistem vulkanik dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe, seperti
sistem tubuh gunungapi strato, sistem komplek gunungapi, sistem
kaldera dan sistem vulkano-tektonik (Anonim, 2010).
 Non Vulkanik
Lingkungan non-vulkanik di Indonesia bagian barat pada umumnya
tersebar di bagian timur Paparan Sunda (Sundaland) karena pada
daerah tersebut didominasi oleh batuan yang merupakan penyusun
kerak benua Asia (batuan metamorf dan sedimen), contohnya seperti
yang ada di wilayah Pulau Bangka. Sementara itu, di wilayah
Indonesia bagian timur lingkungan non-vulkanik berada di daerah
lengan dan kaki Sulawesi serta daerah Kepulauan Maluku hingga
Papua yang didominasi oleh batuan granitik, metamorf dan sedimen
laut. Tipe sistem panas bumi di lingkungan non-vulkanik dapat
dijumpai juga di Pulau Kalimantan termasuk diantaranya di
perbatasan Kalimantan Timur dengan Sabah (Malaysia).
Sistem panas bumi pada lingkungan non-vulkanik pada umumnya
membentuk temperatur reservoir atau entalpi rendah hingga sedang
yaitu mencapai temperatur 200°C dengan kedalaman bervariasi.
Potensi panas bumi pada lapangan non-vulkanik ini pada umumnya
memiliki potensi ≤ 50 MW (Anonim, 2010). Dalam buku ini akan difokuskan
mengenai pembahasan sistem panas bumi non-vulkanik di Pulau Sulawesi.
Adapun batasan sistem panas bumi non-vulkanik, diasumsikan sebagai
berikut:
a) Sistem panas buminya tidak berhubungan dengan vulkanisme
Kuarter,
b) Terdapat pada lingkungan sedimen, plutonik, dan metamorf,
c) Berhubungan dengan proses tektonik,
d) Manifestasi panas bumi umumnya hanya dicirikan oleh pemunculan mata
air panas. Lund (2007) berpendapat bahwa tipe sistem panas bumi yang terkait
dengan lingkungan non-vulkanik terbagi menjadi empat sistem, yaitu:
 Sistem Panas Bumi Geopressure
 Sistem Panas Bumi Sedimen
 Sistem Panas Bumi Hot Dry Rock
 Sistem Panas Bumi Radiogenik

1.2 Reservoar
Reservoir panas bumi yang produktif, umumnya memiliki suhu yang
tinggi, geometri yang cukup besar, porositas dan permeabilitas yang
baik serta kandungan fluida yang cukup. Porositas dan permeabilitas
merupakan salah satu aspek yang diperhitungkan dalam penentuan
daerah prospek panas bumi. Umumnya, permeabilitas memiliki
keterkaitan unsur-unsur struktur seperti sesar, kekar dan rekahan.
Keberadaan batuan penudung (caprock) yang bersifat impermeable
sangat diperlukan untuk mencegah jalan keluar akumulasi fluida
panas dalam reservoir.
Ada beberapa jenis reservoar panas bumi, yaitu reservoar hidrothermal
(hydrothermal reservoir), reservoar bertekanan tinggi (geopressured
reservoir), reservoar batuan panas kering (hot dry rock reservoir) dan reservoar
magma (magma reservoir). Dari keempat reservoar tersebut, reservoar panas
bumi yang paling banyak dimanfaatkan hingga saat ini adalah reservoar dari
system hydrothermal, yaitu sistem panas bumi dimana reservoarnya
mengandung uap, air atau campuran keduanya, tergantung tekanan dan
temperatur reservoarnya. Apabila temperatur reservoar lebih rendah dari
temperatur saturasi atau temperatur titik didih air pada tekanan reservoar
tersebut, maka maka fluida hanya terdiri dari satu fasa saja, yaitu air. Apabila
temperatur lebih tinggi dari temperatur saturasi atau temperatur titik didih air
pada tekanan reservoar tersebut, maka fluida hanya terdiri satu fasa saja, yaitu
uap. Pada kondisi tersebut, uap disebut sebagai superheated steam. Apabila
tekanan dan temperatur reservoar sama dengan tekanan dan temperatur saturasi
air maka fluida terdiri dari dua fasa, yaitu campuran uap dan air (Saptadjil, 2009).

1.3 Lapisan Penudung (Caprock)


Batuan penutup merupakan batuan dengan permeabilitas yang rendah
yang menyebabkan fluida tidak menembusnya kecuali melalui patahan yang
ada. Contoh jenis batuan penutup (cap rock) pada berbagai lapangan panas
bumi seperti formasi flysc di lardarello. Dengan persyaratan penampakan
geologis tersebut energy panas bumi dapat di produksi hingga 50 tahun atau
lebih.

1.4 Manifestasi Panas Bumi


Keberadaan suatu sistem panas bumi juga di tandai oleh kehadiran manifestasi
panas di permukaan. Prihadi (2005) menjelaskan pada system panas bumi
konvektif yang memiliki sirkulasi fluida dari daerah recharge masuk kedalam
reservoir kemudia keluar melalui rekahan – rekahan dalam batuan. Interaksi
fluida dengan batuan sekitarnya menghasilkan mineral – mineral ubahan,
sedangkan fluida yang keluar melalui rekahan akan menghasilkan air panas
atau uap panas. Gejala – gejala seperti itu yang disebut sebagai manifestasi
panas bumi. Beberapa contoh manifestasi panas bumi antara lain :
 Acid Crater lake
Merupakan danau du dalam kawah gunung api, memiliki suhu yang tinggi
dan ph air yang rendah (acid). Air dalam kawah berasal dari air meteoric
yang bercampur dengan air hasil kondensasi uap dan gas-gas magmatic
dari dalam gunung api.
 Fumarol
Fumarole adalah uap panas yang keluar melalui celah-celah dalam batuan
dan kemudian berubah menjadi uap air (steam). Fumarole yang berasosiasi
dengan system hidrotermal vulkanik dapat mengeluarkan uap air dengan
kecepatan >150m/s dan umumnya mengandung gas magmatic seperti HF,
HCL, dan SO2. Apabila kandunga SO2 dominan, maka suhu uap air bisa
mencapai >130oC.
 Neutral Hot Spring
Merupakan mata air panas dengan ph netral atau mendekati netral (6-7).
Mata air ini diasosiasikan sebagai direct discharge fluida dari reservoir ke
permukaaan bumi. Umumnya mengandung ion klorida yang tinggi sehinga
seringkali diselimuti oleh klorida. Mata air ini memiliki suhu yang tinggi
sehingga seringkali diselimuti oleh uap panas . disekitar mata air sering di
jumpai endapan silica sinter dan mineral-mineral sulfide seperti galena,
pirit, dan lain-lain.
1.5 Struktur Geologi
pembentukan geologi daerah tersebut diakibatkan kolisi (tumbukan antar
benua) antara fragmen Gondwana dengan Lempeng Asia pada Akhir Oligosen
(Villeneuve, 2001). Proses tersebut mengakibatkan uplifting di
Sulawesi bagian tengah ke arah timur dan tenggara. Batuan metamorf
ini menjadi basement yang umum di sekitar wilayah Sulawesi bagian
tengah yang berasal dari formasi Latimojong dan di Sulawesi bagian
timur dari mulai Poso memanjang hingga ke Kendari. Di bagian utara
juga tersebar di sekitar daerah Toli - Toli. Metamorfik yang terbentuk di bagian
timur Sulawesi dibagi lagi menjadi dua, yaitu metamorfik di sekitar Luwuk dan
Kendari. Metamorf Luwuk memiliki kemiripan dengan Blok Banggai Sula dan
metamorf Kendari mirip dengan Muna dan Buton atau biasa disebut
Tukang Besi Blok (Simanjuntak 1986; Davies 1990; Villeneuve et al.
2000).
Struktur geologi yang terbentuk didominasi oleh pola sesar berarah
relatif baratlaut-tenggara yang merupakan pengaruh dari aktivitas
Sesar Palu-Koro dan pertumbuhan jalur tektonik Palu-Mekongga yang
berhubungan dengan pembentukan Pegunungan Verbeek dan
Moliowo. Pola struktur ini diakibatkan oleh pergerakan mikro kontinen
Banggai-Sula ke arah barat. Struktur-struktur besar di daerah kajian
yang berhubungan dengan sesar Palu-Koro dan juga berjenis sesar
mendatar mengiri diantaranya adalah Sesar Kolaka, Sesar Matano
dan Sesar Lawanopo. Sesar-sesar ini setempat juga bersifat sesar normal yang
membentuk zona-zona depresi yang memungkinkan terbentuknya zona-zona
rekahan yang intensif dan membentuk permeabilitas sekunder di
kedalaman. Zona permeabilitas inilah yang membentuk reservoir
dalam sistem panas bumi daerah Sulawesi bagian tenggara.
Manfestasi panas bumi yang muncul pada umumnya dikontrol oleh
sesar-sesar berarah baratlaut-tenggara ini. Pada lingkungan metamorfik ini
terdapat lokasi-lokasi potensi panas bumi yang diindikasikan dengan
pemunculan manifestasi panas bumi di permukaan.

Anda mungkin juga menyukai