Anda di halaman 1dari 5

Kecamatan makasar :

1. Kel makasar

2. Kel kebon pala

3. Kel Cipmel

4. Kel Halim I

5. Kel Halim II

6. Kel pinang ranti

 Laporan harus diberikan kepada puskesmas setelah dibuat.

 Surveilans epidemiogi di puskesmas DKI: surveilans penyakit berbasis puskesmas,


rumah sakit, laboratorium, kematian dan berbasis masyarakat.

 Surveilans berbasis sentinel -> tidak di laksanakan secara massal di DKI.

 Surveilans berbasis rumah sakit -> dilakukan atas kasus yang ditemukan di
rumah sakit, semua penyakit potensial wabah permenkes 15/01 2010 -> semua
kasus yang ditemukan di laporkan ke website surveilans DKI

 Dinkes akan memonitor setiap kasus yang terlaporkan dan akan memetakan
dimana rumah sakit yang ditemukan kasus dan alamat rumah sakit.

 Sistem koordinasi surveilans dilakukan dengan whatsapp dan setiap kasus yang
terlaporkan di sistem surveilans dan telah dipetakan oleh di dinkes harus
ditindak lanjuti oleh puskesmas dalam 1x24 jam dnegan melakukan penyelidikan
epidemiologi/investigasi kasus.

 Surveilans puskesmas, semua kasus yang ditemukan dan dilayani di puskesmas

 S. Puskesmas tidak terbatas pada permenkes potensi wabah, termasuk kasus


rumor yang menimbulkan keresahaan di masyarkat setempat/ menjadi potensi
wabah di wilayah setempat.

 Setiap wilayah memiliki ciri khas kasus masing-masing


 Surveilans Lab, kegiatan surveilans yang secara labolatorium yang sudah kasus
confirm contoh flu burung, campak, malaria. Surveilans laboratorium harus
dibuktikan dengan hasil lab.

 KLB Klinis, jika ditemukan kasus secara klinis dengan jumlah tertentu maka harus
dibuktikan dengan laboratorium , karena banyak penyakit yang memiliki
symtoms yang sama.

 Laboratorium yang menjadi acuan adalah laboratorium terstandar.

 Surveilans kematian, semua kasus kematian yang terdiagnosa jelas dan di input
ke web surveilans.

 Indonesia masih belum mempunyai sistem surveilans kematian yang valid


karena masih berdasar pada otopsi verbal dan otopsi verbal di indonesia masih
hanya 39%, sedangkan jumlah kematian di rumah (dirumah, dijalan menuju
rumah sakit dan ugd klinik atau rumah sakit) masih tinggi 40% sehingga
penyebab kematian masih belum dapat tervalidasi.

 Jumlah penduduk kec makasar 200rb.

 Surveilans berbasis masyarkat, RW siaga -> yang dilatih adalah bidan.


Pemantauan secara terus-menerus yang ada di masyarakat dan dilakukan oleh
masyarakat nya sendiri melaui kader. Masyarakat (kader) di beri kapasitas
mengenai penyakit yang potensial wabah dan penyakit yang menjadi ciri khas di
wilayah tersebut, kemudian kader memantau, mencatat dan melaporkan
kepada puskesmas. Koordinasi dilakukan melalui telfon dan kemudian petugas
surveilans melakukan investigasi wabah.

Buka :

Surveilans penyakit campak/Flu singapure

 Petugas puskesmas melakukan entery data ke web epuskesmas (web surveilas


lokal untuk tiap puskesmas kecamatan), web surveilans dinkes dki (web
surveilans dinkes dki dan yang bisa entery data dinkes dki, surveilans skdr
(sistem kewaspadaan dini dan respon, kementerian kesehatan) -> surveilans
menjadi sistem penilaian kepala daerah -> kalau penilaian jelek maka ada
penurunan anggaran.

 Petugas pengumpulan data memvalidasi data sebelum di entry, surveilans


epidemiologi apabila data yang didapat dan dapat digunakan oleh orang lain.

CBMS-> case based mass surveilans.

Algoritma skdr.

 Tiap kecamatan ada 2 orang dan tiap kelurahan 1 hari.

 Tiap 3 bulan 1 kali pelatihan.

 Petugas surveilans (1) D3 Keperawatan-> PJ P2P dan PJ Surveilans. (2)Denis


Susilawati S.KM

 Surveilans Campak dimulai sejak ada program CBMS (cari lagi)

 Surveilans campak di DKI berdasarkan CBMS -> satu kasus campak yang
ditemukan di tes darah dan di kirim lab-nya ke

 Kasus di diagnosa oleh dokter dan diagnosa lakukan berdasarkan penilaian klinis,

 Setelah di diagnosa di kunjungi ke rumah dan diambil darahnya kemudian di


wawancara dan dilihat sekelilingnya kemudian di ambil darahnya dan dikirim ke
lab kes da.

 Mekanisme validasi surveilans campak

 pasien berobat ke BPU di periksa oleh dokter

 Dokter memberikan diagnosa

 Input ke epus -> hari terakhir validasi

 Setelah kasus sudah confirm bisa dirubah untuk mempertajam validasi

 Kalau data salah di tingkat pusat di minggu setelahnya baru bisa diperbaik

Laporan berbasis puskesmas


- Laporan mingguan -> W2 (wabah mingguan) setiap senin di minggu berikutnya, hari
selasa

- Laporan bulanan -> setiap tanggal 2 dibulan sebelumnya dan sebelum tgl 5 sudah di
input

- Laporan insidental -> (1) kasus, terima laporan 1x24 jam dilakukan PE dengan
form….. dan langsung dilaporkan via whatsapp ke tingkat sudin.

- Laporan W1 -> Laporan wabah yang harus langsung di tidak lanjuti supaya
pelayanan bisa gratis dan langsung diambil specimen.

 Yang terlibat? Kader kesehatan, kader jumantik, posbindu, guru uks, kader
kesehatan sekolah etc.

 Ada pelatihan 1 hari dengan pre dan post test serta materi dan buku surveilans
berbasis masyarakat.-> Koordinator wilayah 1 orang/RW

 Follow up dari hasil surveilans -> untuk rekomendasi program PD3I,

 Faktor lingkungan, cakupan imunisasi rendah.

Cost surveilans : (1 sample 300rb)

1. APD untuk PE

2. Form

3. Pengambilan darah -> dikirim dalam bentuk serum

4. Vaksin transport

5. Vaksin carrier

6. Termomenter suhu

Evaluasi surveilans
1. Maintanance dinas dan puskesmas dilakukan reguler 1 bulan sekali atau
kalau insidental jika diperlukan

2.

Anda mungkin juga menyukai