Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH IMUNOLOGI

Tumor Necrosis Factor-α sebagai Prediktor Terjadinya Anemia


pada Ibu Hamil di Wilayah Endemis Malaria

Kelompok 2:

1. Raden Rara Dinda Larasati (1611201001)


2. Doddy Sulistiawan Wibowo (1611201003)
3. Pilar Rosatria Firyalunfah (1611201005)
4. Heni Setianah (1611201011)

PROGRAM STUDI S1 BIOTEKNOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Tuhan YME yang telah
memberikan kemampuan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
Imunologi ini dengan tepat waktu.
Makalah “Tumor Necrosis Factor-α sebagai Prediktor Terjadinya Anemia
pada Ibu Hamil di Wilayah Endemis Malaria” ini ditulis untuk memenuhi salah
satu tugas kelompok mata kuliah Imunologi. Kami mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan makalah
ini. Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala
partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini
Meski demikian, kami menyadari masih banyak sekali kekurangan dan
kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa
maupun isi. Sehingga kami secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif
dari pembaca. Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.

Yogyakarta, 2 Januari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I ..................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..............................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan masalah..........................................................................................2
C. Tujuan ...........................................................................................................2
BAB II .................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................3
A. Malaria dan kehamilan ................................ Error! Bookmark not defined.
B. Respon Imun terhadap Infeksi Malaria selama Kehamilan ..........................4
C. TNF- α (Tumor Necrosis Factor) ..................................................................5
BAB III ...............................................................................................................6
METODOLOGI ................................................................................................6
A. Waktu dan tempat .........................................................................................6
B. Responden penelitian ...................................................................................6
C. Pemeriksaan kadar parasit, HB, dan TNF- α .............Error! Bookmark not
defined.
BAB IV ................................................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................................7
A. Karakteristik subjek penelitian.................... Error! Bookmark not defined.
B. Kadar TNF-α dan Kadar Hb pada Ibu Hamil ...............................................8
BAB V ...............................................................................................................11
KESIMPULAN ................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................12

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium


yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia sehingga dapat
menyebabkan terjadinya perubahan jumlah sel darah. Malaria merupakan salah satu
penyebab terjadinya anemia pada ibu hamil yang berada di negara tropis seperti
Indonesia. Anemia yang sering ditemukan pada ibu hamil semakin diperberat
dengan adanya malaria yang berdampak terhadap kejadian bayi berat badan lahir
rendah (BBLR). Malaria dan kehamilan adalah dua kondisi yang saling
memengaruhi. Perubahan pada kehamilan dan perubahan patologis akibat malaria
memiliki efek sinergis terhadap kondisi masing-masing sehingga semakin
menambah masalah, baik bagi ibu hamil maupun janinnya. Interferensi parasit
malaria dalam darah ibu hamil memberi dampak langsung, baik pada ibu, plasenta
maupun bayi yang dikandungnya.

Malaria pada kehamilan dapat disebabkan oleh keempat spesies Plasmodium,


akan tetapi Plasmodium falciparum (P. falciparum) dan Plasmodium vivax (P.
vivax). merupakan parasit penyebab infeksi tersering pada ibu hamil. Pada ibu
hamil yang terinfeksi malaria vivax, kadar TNF-α lebih tinggi dibandingkan dengan
infeksi yang disebabkan oleh P. falciparum pada level parasitemia yang sama.
Diduga tingginya kadar TNF-α berperan terhadap kejadian bayi berat lahir rendah
(BBLR) dan anemia pada ibu hamil yang terinfeksi malaria vivax. Selama fase akut
infeksi malaria, terjadi respons inflamasi yang kuat yang menghasilkan peningkatan
TNFα dan IFN-α. Pengeluaran pro-inflamatory sitokin lokal atau sistemik lebih
berperan terhadap kejadian BBLR dibandingkan dengan perubahan histologi
plasenta pada malaria vivax. Selain itu, adanya relepse dari bentuk hipnozoit pada
malaria vivax turut mendasari patogenesis malaria vivax pada kehamilan.

Salah satu daerah endemik malaria vivax di Indonesia adalah Provinsi


Bengkulu. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi
Bengkulu, didapatkan bahwa pada tahun 2010 jumlah ibu hamil yang terinfeksi
malaria vivax sebanyak 39 orang ibu hamil dari 2.900 ibu hamil yang diskrining

1
malaria (1,34%). Pada tahun 2011 terdapat 87 orang ibu hamil yang terinfeksi
malaria vivax dari 34.334 ibu hamil yang diskrining malaria (0,25%). Walaupun
terjadi kecenderungan penurunan kasus malaria pada ibu hamil di Provinsi
Bengkulu, akan tetapi angka kejadian anemia dan BBLR masih harus diwaspadai.
Sehingga dalam hal ini diperlukan pengetahuan mengenai hubungan antara kadar
TNF-α dengan kejadian anemia pada ibu hamil di daerah endemik malaria vivax.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan beberapa rumusan masalah
yaitu :

1. Bagaimana hubungan antara kadar TNF-α dengan kejadian anemia


pada ibu hamil di daerah endemik malaria vivax?

2. Bagaimana peran Tumor Necrosis Factor – α pada ibu hamil?

3. Bagaimana hubungan antara kadar hemoglobin dengan kejadian anemia


pada ibu hamil di daerah endemik malaria vivax ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang akan dicapai yaitu :
1. Mengetahui hubungan antara kadar TNF-α dengan kejadian anemia
pada ibu hamil di daerah endemik malaria vivax.
2. Mengetahui peran Tumor Necrosis Factor – α pada ibu hamil.
3. Mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin dengan kejadian
anemia pada ibu hamil di daerah endemik malaria vivax.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Malaria pada ibu hamil


Malaria dan kehamilan adalah dua kondisi yang saling memengaruhi.
Perubahan fisiologis pada kehamilan dan perubahan patologis akibat malaria
memiliki efek sinergis terhadap kondisi masing-masing. Sehingga semakin
menambah masalah, baik bagi ibu hamil maupun janinnya (Flora et al, 2015).
Penyakit malaria disebabkan oleh protozoa genus plasmodium, yang ditularkan
oleh nyamuk anopheles betina, dan sudah dikenal sejak 3000 tahun yang lalu. Ada
4 jenis plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria pada manusia yaitu
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan
Plasmodium ovale (Irawati, 2014). Akan tetapi, Plasmodium falciparum (P.
falciparum) dan Plasmodium vivax (P. vivax). merupakan parasit penyebab infeksi
tersering pada ibu hamil (Flora et al, 2015).
Pada wanita hamil yang terinfeksi malaria, eritrosit berparasit dijumpai pada
plasenta sisi maternal dari sirkulasi tetapi tidak pada sisi fetal, kecuali pada penyakit
plasenta. Pada infeksi aktif, plasenta terlihat hitam atau abu-abu dan sinusoid padat
dengan eritrosit terinfeksi. Secara histologis ditandai oleh sel eritrosit berparasit dan
pigmen malaria dalam ruang intervilli plasenta, monosit mengandung pigmen,
infiltrasi mononuklear, simpul sinsitial, nekrosis fibrinoid, kerusakan trofoblas dan
penebalan membran basalis trofoblas. Terjadi nekrosis sinsitiotrofoblas, kehilangan
mikrovilli dan penebalan membran basalis trofoblas akan menyebabkan aliran
darah ke janin berkurang dan akan terjadi gangguan nutrisi pada janin. Lesi
bermakna yang ditemukan adalah penebalan membran basalis trofoblas,
pengurusan mikrovilli fokal menahun. Bila villi plasenta dan sinus venosum
mengalami kongesti dan terisi eritrosit berparasit dan makrofag, maka aliran darah
plasenta akan berkurang dan ini dapat menyebabkan abortus, lahir prematur, lahir
mati ataupun berat badan lahir rendah. Menurut (Floral et al, 2015), Infeksi malaria
vivax pada kehamilan yang dapat berdampak pada ibu dan janin diduga memiliki
hubungan dengan peningkatan TNF- α yang berperan kerhadap kejadian anemia
dan bayi berat lahir rendah (BBLR).

3
B. Respon Imun terhadap Infeksi Malaria selama Kehamilan
Respon imun spesifik terdiri dari imunitas seluler yang dilaksanakan oleh
limfosit T dan imunitas humoral yang dilaksanakan oleh limfosit B. Limfosit T
dibedakan menjadi limfosit T helper (CD4+) dan sitotoksik (CD8+) sedangkan
berdasarkan sitokin yang dihasilkannya dibedakan menjadi subset Th-1
(menghasilkan IFNγ dan TNF-α) dan subset Th-2 (menghasilkan IL-4, IL-5, IL-6,
IL10). Sitokin tersebut berperan mengaktifkan imunitas humoral. CD4+ berfungsi
sebagai regulator dengan membantu produksi antibodi dan aktifasi fagosit-fagosit
lain sedangkan CD8+ berperan sebagai efektor langsung untuk fagositosis parasit
dan menghambat perkembangan parasit dengan menghasilkan IFN-γ (Suparman
dan suryawan, 2004).
Epitop-epitop antigen parasit akan berikatan dengan reseptor limfosit B yang
berperan sebagai sel penyaji antigen kepada sel limfosit T dalam hal ini CD4+.
Selanjutnya sel T akan berdeferensiasi menjadi sel Th-1 dan Th-2. Sel Th-2 akan
menghasilkan IL-4 dan IL-5 yang memacu pembentukan Ig oleh limfosit B. Ig
tersebut juga meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag. Sel Th-1
menghasilkan IFN-γ dan TNF-α yang mengaktifkan komponen imunitas seluler
seperti makrofag dan monosit serta sel NK (Suparman dan suryawan, 2004).
Wanita hamil memiliki kemungkinan terserang malaria falciparum lebih sering
dan lebih berat dibandingkan wanita tidak hamil. Konsentrasi eritrosit yang
terinfeksi parasit banyak ditemukan di plasenta sehingga diduga respon imun
terhadap parasit di bagian tersebut mengalami supresi. Hal tersebut berhubungan
dengan supresi sistim imun baik humoral maupun seluler selama kehamilan
sehubungan dengan keberadaan fetus sebagai “benda asing” di dalam tubuh ibu.
Supresi sistim imun selama kehamilan berhubungan dengan keadaan hormonal.
Konsentrasi hormon progesteron yang meningkat selama kehamilan berefek
menghambat aktifasi limfosit T terhadap stimulasi antigen. Selain itu efek
imunosupresi kortisol juga berperan dalam menghambat respon imun (Suparman
dan suryawan, 2004).
Malaria lebih sering dijumpai pada kehamilan trimester I dan II dibandingkan
pada wanita yang tidak hamil. Malaria berat juga lebih sering pada wanita hamil,
hal ini disebabkan karena penurunan imunitas selama kehamilan. Beberapa factor

4
yang menyebabkan turunnya respon imun pada kehamilan seperti : peningkatan
dari hormone steroid dan gonadotropin, alpha fetoprotein dan penurunan dari
limfosit menyebabkan kemudahan terjadinya infeksi malaria, ibu hamil dengan
infeksi HIV cenderung mendapat infeksi malaria dan sering mendapatkan malaria
congenital pada bayinya dan berat bayi lahir rendah.

C. TNF- α (Tumor Necrosis Factor)


TNF- α merupakan sitokin yang bersifat sebagai pirogen (penyebab demam)
(Mau dan Mefi, 2016), dapat menyebabkan peningkatan eritrofagositosis yang akan
berkontribusi terjadinya anemia dan secara langsung menyebabkan gejala non
spesifik dari malaria. TNF- α dengan kadar rendah dapat menghambat pertumbuhan
stadium darah parasit dengan mengaktifkan sistim imun seluler, juga dapat
membunuh parasit secara langsung namun aktifitasnya hanya lemah. Adanya peran
ganda dari sitokin terutama TNF- α yaitu pada kadar yang tepat akan memberikan
perlindungan dan penyembuhan, sedang pada kadar berlebihan yang mungkin
merupakan tanggapan terhadap hiperparasitemia dan pertumbuhan parasit yang
berlebihan akan menyebabkan kerusakan jaringan yang sangat berat dan fatal.
(Irawati, 2014).
Penurunan jumlah massa eritrosit dapat mengakibatkan kadar Hb menurun.
Keseimbangan antara sitokin proinflamasi dan antiinflamasi menjadi hal yang
sangat penting dan mempengaruhi perubahan kadar Hb. Ada empat sitokin yang
berperan dominan pada malaria, yaitu IL-12, TNF-α, IFN γ dan IL-10. Sitokin-
sitokin tersebut dihasilkan oleh makrofag hemozoit yang terdapat di plasenta. Kadar
TNF-α yang tinggi dapat meningkatkan sitoadheren eritrosit yang terinfeksi parasit
terhadap sel-sel endotel kapiler. Kadar TNF-α plasenta yang tinggi akan memacu
proses penempelan eritrosit berparasit pada kapiler plasenta dan selanjutnya akan
menimbulkan gangguan aliran darah plasenta dan akhirnya gangguan nutrisi janin.
Bila proses berlanjut dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan janin sehingga
bayi yang dilahirkan memiliki berat badan rendah. Selain itu peningkatan sintesis
prostatglandin seiring dengan peningkatan TNF-α plasenta diduga dapat
menyebabkan kelahiran premature (Pranata dkk, 2015).

5
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan tempat

Penelitian dilakukan di lima puskesmas Kota Bengkulu yang memiliki jumlah


ibu hamil terbanyak, yaitu puskesmas penelitian dilakukan selama dua bulan, yaitu
awal bulan Januari sampai dengan Februari 2014.

B. Responden penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang berada di
daerah endemik malaria vivax, dengan besaran sampel sesuai rumus sampel
minimum. Hasil penghitungan sampel didapatkan jumlah sampel sebanyak 40
orang ibu hamil yang berasal dari lima wilayah kerja puskesmas Kota Bengkulu,
dengan kriteria inklusi ibu hamil trimester II dan III yang bersedia berpartisipasi
dalam penelitian ini. Sedangkan untuk kriteria eksklusi meliputi kehamilan kembar,
ibu hamil dengan riwayat penyakit infeksi, dan ibu hamil dengan defisiensi gizi.
Defisiensi gizi diketahui dengan mengukur lingkar lengan atas ibu hamil,
sedangkan riwayat pernah terinfeksi malaria atau penyakit infeksi lainnya diketahui
melalui hasil wawancara pada ibu hamil.

C. Pemeriksaan kadar parasit, HB, dan TNF- α.

Sampel yang memenuhi kriteria inklusi selanjutnya dilakukan pengambilan


darah sebanyak 2,5 cc untuk pemeriksaan parasit malaria, kadar hemoglobin (Hb)
dan kadar TNF-α. Pemeriksaan parasit malaria secara mikroskopis dengan hapusan
tebal dan tipis diperlukan untuk mengetahui apakah ibu terinfeksi malaria.
Pemeriksaan kadar Hb dilakukan untuk mengetahui apakah ibu menderita anemia,
penentuan anemia apabila kadar Hb ibu < 11 mg%. Pemeriksaan kadar Hb
dilakukan dengan metode Cyanmethemoglobin. Pemeriksaan kadar TNF-α
dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan kadar TNF-α, peningkatan
ditandai dengan kadar TNF-α > 2,42 pg/ml. Pemeriksaan kadar TNF-α dilakukan
dengan metode Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) menggunakan TNF
Alpha Human Elisa Kit (ab46087). Untuk mengetahui adanya korelasi antara kadar
TNF-α dengan kejadian anemia dilakukan uji Spearman.

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sampel sebanyak 40 orang ibu hamil


dengan karakteristik subjek penelitian meliputi usia, berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, usia kehamilan, hasil pemeriksaan slide dan riwayat terinfeksi
malaria. Karakteristik subjek penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
hamil berusia antara 20 - 35 tahun (75%), memiliki berat badan 45 - 60 kilogram
(72,5%), mempunyai lingkar lengan atas ≤ 23 centimeter (62,5%). Keseluruhan
ibu hamil (100%) mempunyai tinggi badan ≥ 145 centimeter, pemeriksaan slide
negatif dan memiliki riwayat pernah terinfeksi malaria (Tabel 1).

Berdasarkan hasil pemeriksaan slide malaria, didapatkan bahwa seluruh ibu


hamil dalam penelitian ini tidak ada yang terinfeksi malaria. Akan tetapi, dari hasil
wawancara keseluruhan, ibu hamil ini pernah terinfeksi malaria, terutama malaria
vivax. P.vivax memiliki kemampuan relapse. Relapse ini terjadi karena sporozoit
yang berada di sel hepatosis menetap di hepar dan tidak berkembang menjadi
bentuk matur. Dalam waktu yang lama, parasit ini kemudian akan berkembang dan
terjadinya infeksi recurrent. Pada daerah tropis, relapse bisa terjadi tiga sampai
enam minggu setelah infeksi awal, sedangkan pada daerah subtropis relapse terjadi
lebih lambat dengan interval mencapai satu tahun lebih setelah infeksi awal.

7
Adanya pola relapse ini berdampak pada peningkatan kadar TNF-α pada subjek
penelitian.

B. Kadar TNF-α dan Kadar Hb pada Ibu Hamil

Tabel 2. Korelasi Antara Rerata Kadar TNF-α dan Kadar Hb pada Ibu Hamil

Hasil pengukuran kadar TNF-α pada ibu hamil didapatkan terjadi


peningkatan kadar TNF-α dengan rerata 6,90 ± 2,48 pg/mL, sedangkan hasil
pengukuran kadar Hb didapatkan terjadi penurunan kadar Hb dengan rerata 9,75 ±
0,88 g%. Uji korelasi Spearman menunjukkan adanya korelasi negatif yang kuat (r
= -0,734) dan bermakna (nilai p < 0,05) antara kadar TNF-α dengan kadar Hb pada
ibu hamil di daerah endemik malaria vivax yang menunjukkan semakin tinggi
peningkatan kadar TNF-α maka semakin kecil pula kadar Hb pada ibu hamil,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar TNF-α merupakan prediktor terjadinya
anemia pada ibu hamil di daerah endemik malaria vivax (Tabel 2).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan data bahwa terjadi


peningkatan kadar TNF-α pada ibu hamil dengan rerata 6,90 ± 2,48 pg/mL. TNF-α
merupakan satu dari sejumlah besar sitokin yang terlibat dalam patogenesis
inflamasi. Peningkatan kadar TNF-α pada daerah endemik malaria berhubungan
dengan adanya infeksi malaria. Ibu hamil yang berada di daerah endemik malaria
sangat rentan terhadap infeksi malaria selama kehamilan, terutama pada primi
gravida. Faktor utama yang berhubungan dengan rentannya ibu hamil yang

8
terinfeksi malaria pada kehamilan adalah rendahnya imunitas seluler dan adanya
plasenta yang merupakan tempat istimewa bagi parasit untuk bermultipikasi.

Hasil pengukuran kadar Hb pada penelitian ini didapatkan bahwa terjadi


penurunan kadar Hb dengan rerata 9,75 ± 0,88 g%. Penurunan kadar Hb pada ibu
hamil sebenarnya merupakan hal yang fisiologis terjadi pada kehamilan. Perubahan
fisiologis yang alami terjadi selama kehamilan akan memengaruhi jumlah sel darah
normal pada kehamilan. Peningkatan volume darah ibu terutama terjadi akibat
peningkatan plasma, bukan akibat peningkatan jumlah sel darah merah. Walaupun
ada peningkatan jumlah sel darah merah di dalam sirkulasi, tetapi jumlahnya tidak
seimbang dengan peningkatan volume plasma. Ketidakseimbangan ini akan terlihat
dalam bentuk penurunan kadar Hb. Pada ibu hamil, anemia juga disebabkan oleh
salah satu keadaan dimana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi
hemoglobin menurun. Sebagai akibatnya, terdapat penurunan transportasi oksigen
dari paru ke jaringan perifer.

Di daerah endemik malaria anemia pada kehamilan sering tumpang tindih


dengan kejadian infeksi malaria pada kehamilan. Infeksi malaria pada ibu hamil
oleh parasit malaria sangat mudah terjadi, disebabkan adanya perubahan sistem
imunitas seluler maupun imunitas humoral serta diduga juga akibat peningkatan
hormon kortisol pada kehamilan. Mekanisme anemia yang terjadi disebabkan
parasit menginvestasi eritrosit sehingga berdampak pada kematangan produksi
eritropoetin dan gangguan eritropoesis akibat produksi sitokin pada proses
inflamasi. Selain itu, parasit malaria membutuhkan zat besi untuk kelangsungan
hidupnya dari tubuh hospes.

Pada malaria vivax, setiap penghancuran satu eritrosit yang terinfeksi parasit
malaria akan diikuti dengan penghancuran 35 eritrosit yang tidak terinfeksi.
Perlekatan antara eritrosit yang berparasit dan reseptor di plasenta menyebabkan

9
perubahan keseimbangan sistim imun di plasenta.Terjadi peningkatan sintesis
sitokin inflamatori, seperti IL-2, interferon β dan TNF-α. Pada kadar rendah, TNF-
α dapat menghambat pertumbuhan stadium darah parasit dengan mengaktifkan
sistem imun seluler, dan dapat membunuh parasit secara langsung, namun
aktivitasnya lemah. Akan tetapi, pada kadar yang tepat, TNF-α akan memberi
perlindungan dan penyembuhan. Sebaliknya, pada kadar yang tinggi merupakan
tanggapan terhadap hiperparasitemia dan pertumbuhan parasit yang berlebihan
akan menyebabkan kerusakan jaringan yang sangat berat dan fatal sehingga
menyebabkan malaria berat. Peningkatan kadar TNF-α pada kehamilan
berhubungan dengan kejadian BBLR dan anemia.

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya korelasi negatif yang kuat
(r = -0,734) dan bermakna (nilai p < 0,05) antara kadar TNF-α dengan kadar Hb.
Semakin tinggi kadar TNF-α, maka akan semakin rendah kadar Hb pada ibu hamil.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan kadar TNF-α
merupakan prediktor terjadinya anemia pada ibu hamil di daerah endemik malaria
vivax.

Menurut Hemmer, et al., kadar TNFα pada ibu hamil yang terinfeksi malaria
vivax lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang terinfeksi malaria
falsiparum pada level parasitemia yang sama. Diduga tingginya kadar TNF-α ini
berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil yang terinfeksi malaria vivax.
Beberapa penelitian lain juga menyebutkan bahwa infeksi malaria vivax pada
kehamilan dapat berdampak pada ibu dan janin bukan karena faktor sekuestrasi
parasit di plasenta, melainkan karena adanya peningkatan TNF-α yang berperan
terhadap kejadian anemia dan BBLR. TNF-α menghambat semua tahapan
eritropoiesis. TNF-α meningkatkan degradasi dan pagositosis eritrosit di magrofag
sehingga terjadi peningkatan ambilan besi di magrofag.

10
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa


terdapat korelasi negatif yang kuat dan bermakna antara kadar TNF-α dengan kadar
Hb pada ibu hamil. Semakin tinggi kadar TNF-α, maka akan semakin rendah pula
kadar Hb pada ibu hamil. Kadar TNF-α merupakan prediktor terjadinya anemia
pada ibu hamil di daerah endemis malaria vivax.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hemmer, C. J., Holst, F. G., Kern, P., Chiwakata, C. B., Dietrich, M., and Reisinger,
E. C. 2006. Stronger host response per parasitized erythrocyte in
Plasmodium vivax or ovale than in Plasmodium falciparum malaria. Tropical
Medicine & International Health.Vol 1(1): 817–23.

Flora, R., Theodorus., Mukni., Bina, M.G., Sigit, P. 2015. Tumor Necrosis Factor -
A sebagai Prediktor Terjadinya Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Endemis
Malaria. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9(3): 288-292.

Irawati, L. 2014. Hubungan Tumor Necrosis Factor-Alfa (Tnf-A) dengan Kadar


Hemoglobin dan Parasitemia pada Infeksi Malaria Falciparum. Jurnal
Kesehatan Andalas Vol 3(2):98-101.

Mau, F., Mefi, M.T. 2016. Gambaran Peningkatan Kadar Inter Leukin-10 (IL-10)
dan Tumor Necrosis Faktor-Alfa (TNF-A) dengan Gejala Klinis pada
Penderita Malaria. Buletin Penelitian Kesehatan Vol. 44(3): 181-186.

Suparman, E., dan Suryawan, A. 2004. Malaria pada Kehamilan. JKM. Vol. 4(1):
21-40.

Pranata, V. L., Engka, J. N. A., Mayulu, N. 2015. Hubungan Malaria Dengan Tnf-
Α Dan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Di Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara. Jurnal e-Biomedik (eBm), Vol 3(2): 615-619.

12

Anda mungkin juga menyukai