Anda di halaman 1dari 5

BAB I

KERANGKA TEORI
Pada hakikatnya semua orang mengalami proses belajar dan pembelajaran
sepanjang kehidupannya. Gagne dalam Susanto (2016:1) mengungkapkan bahwa
belajar dapat didefenisiskan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar juga dapat dimaknai sebagai suatu
proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan
tingkah laku serta sebagai suatu upaya memperoleh pengetahuan atau keterampilan
melalui instruksi. Instruksi yang dimaksudkan adalah perintah atau arahan dan
bimbingan dari seorang pendidik atau guru. Lanjutnya, ditegaskan bahwa belajar dan
mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua
konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan dimana terjadi interaksi antara
guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa, pada saat pembelajaran berlangsung.
Husamah, dkk. (2016: 4) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses, suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan
tetapi lebih luas daripada itu, yaitu mengalami. Belajar merupakan aktivitas yang
melibatkan penguasaan dan pengubahan pengetahuan, keterampilan, strategi,
keyakinan, sikap, dan perilaku; sedangkan pembelajaran merupakan perubahan yang
bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas berperilaku dengan cara tertentu,
yang dihasilkan dari praktik atau bentuk – bentuk pengalaman lainnya (Schunk,
2012:3).
Belajar adalah mengingat kembali apa yang telah ada di dalam pikiran.
Informasi yang telah diperoleh melalui pancaindra dengan cara mengamati,
mendengarkan, merasai, membaui, atau menyentuh merupakan bahan mentah bukan
suatu gagasan. Selanjutnya Susanto (2016:18) menyatakan bahwa pembelajaran
merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yakni belajar dan mengajar serta bantuan
yang diberikan pendidik agar terjadi prose pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasahan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada
peserta didik. Dalam ayat 20 pasal 1 Undang – undang Sistem Pendidikan Nasional
Tahun 2003, diartikan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran mewakili `sebuah perubahan perilaku atau perubahan dalam
kapasitas berperilaku dengan cara tertentu yang bertahan lama. Banyak pemikiran
ahli psikologi mewarnai teori belajar dan pembelajaran karena sebagian besar yang
dibahas dalam teori belajar adalah yang menyangkut dengan teori kognitif. Teori
kognitif merupakan teori yang mengkaji salah satu wilayah psikologi manusia / satu
konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan,
memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Pandangan
tersebut termasuk dengan kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan
dengan kehendak dan afeksi (perasaan) yang berkaitan dengan rasa. Hal tersebut
dikarenakan teori – teori itu mengatakan bahwa dalam belajar akan terjadi berbagai
perubahan – perubahan pada kognisi pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan.
Sebagian besar teori juga mengatakan bahwa siswa membangun pengetahuan dan
keyakinannya dari diri sendiri bukan secara otomatis meyakini apa yang dikatakan
orang lain padanya.
Adapun teori be;ajar yang dikenal saat ini, salah satunya teori Behaviorisme.
Teori ini sangat dikaraketistikan dengan teori – teori pengkondisian. Teori – teori
yang dikembangkan dalam behaviorisme ini menjelaskan pembelajaran dalam
kaitannya dengan peristiwa – peristiwa lingkungan. Teori ini juga menegaskan bahwa
proses – proses mental tidak diperlukan untuk menjelaskan penguasaan,
pemertahanan dan generalisasi perilaku. Selain itu, teori ini memandang
pembelajaran sebagai sebuah proses pembentukan asosiasi – asosiasi antara stimulus
dan respon. Adapun teori lainnya yakni kognitivistik. Teori ini merupakan teori
belajar yang percaya bahwa belajar merupakan suatu proses penataan kembali secara
aktif terhadap konsep – konsep dan juga makna. Teori mempunyai penekanan yang
khas tentang pikiran atau mind dan bagaimana persepsi memproses dan menyimpan
informasi dalam memori. Dengan kata lain, informasi dapat diproses melalui mind
dalam suatu proses belajar. Selain itu, menurut aliran konstruktivistik, pengetahuan
diperoleh dari proses yang berkesinambungan yang setiap saat dapat berubah karena
adanya pemahaman – pemahaman baru. Dalam artian bahwa pengetahuan bukan
merupakan sesuatu yang rigid/kaku atau fakta, melainkan dipengaruhi oleh sikap
terhadap suatu objek maupun pengalaman dalam lingkungannya.
Terlepas dari beberapa teori di atas, pandangan lain dikemukakan dalam teori
kognitif sosial yang dicetuskan oleh Albert Bandura. Teori ini berpandangan bahwa
orang belajar dari lingkungan – lingkungan sosial mereka. Teori ini menyajikan
sebuah perspektif agentik (ke-pelaku-an) dari perilaku manusia dalam pengertian
bahwa orang dapat belajar untuk menentukan tujuan – tujuan dan mengatur sendiri
kognisi – kognisi, emosi – emosi, perilaku – perilaku, dan lingkungan mereka supaya
dapat memfasilitasi pemenuhan tujuan tersebut. selain itu, ada pula teori
konstruktivisme. Teori ini merupakan sebuah epistemologi atau penjelasan filosofis
tentang sifat pembelajaran. Teori – teori konstruktivisme ini bermacam – macam dari
teori yang mengemukakan interpretasi diri yang utuh, teori – teori ini juga
merumuskan hipotesis mengenai interpretasi dengan media sosial, sampai teori yang
menyatakan bahwa interpretasi yang bersesuaian dengan realita. Salah satu tokoh
pencetusnya adalah Piaget. Ibda (2015) mengemukakan bahwa Teori Piaget sering
disebut genetic epistimologi (epistimologi genetik) karena teori ini berusaha melacak
perkembangan kemampuan intelektual, bahwa genetic mengacu pada pertumbuhan
developmental bukan warisan biologis (keturunan). Menurut Piaget, anak dilahirkan
dengan beberapa skemata sensorimotor, yang memberi kerangka bagi interaksi awal
anak dengan lingkungannya. Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif
akan berubah, dan memungkinkan perkembangan pengalaman terus-menerus.
Dengan cara ini, pertumbuhan intelektual yang dimulai dengan respons refleksif anak
terhadap lingkungan akan terus berkembang sampai ke titik di mana anak mampu
memikirkan kejadian potensial dan mampu secara mental mengeksplorasi
kemungkinan akibatnya.
Proses belajar dan pembelajaran dapat terjadi saat orang dikatakan belajar dan
ketika mereka melakukan suatu hal dengan cara yang berbeda. Kita tidak dapat
mengamati pembelajaran secara langsung; yang dapat diamati adalah produk atau
hasil akhirnya. Pembelajaran dinilai berdasarkan apa yang diucapkan, dituliskan dan
dilakukan seseorang. Akan tetapi perlu dipahami bahwa pembelajaran melibatkan
berubahnya kapasitas untuk berperilaku dengan cara tertentu.ha; tersebut disebabkan
oleh orang tidak bisa mempelajari suatu keterampilan, pengetahuan, keyakinan atau
perilaku tanpa mempraktikannya pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Selain
itu pembelajaran jug adapt terjadi melalui pengalaman. Kriteria ini tidak mencakup
perubahan – perubahan perilaku yang terbentuk terutama karena faktor keturunan.
Teori kognitif mengakui peran kondisi lingkungan sebagai faktor yang
mempengaruhi pembelajaran. Penjelasan dan demonstrasi konsep yang diberikan oleh
guru berfungsi sebagai input – input lingkungan bagi siswa. Praktik keterampilan
oleh siswa, dipadukan dengan umpan balik koreksi ketika diperlukan akan
meningkatkan pembelajaran. Teori kognitif berpandangan bahwa faktor pengajaran
saja sepenuhnya tidak dapat menjelaskan pembelajaran siswa. Apa yang dilakukan
siswa terhadap informasi, termasuk bagaimana mereka menangani, mengulang,
mentransformasikan, mengkodekan, menyimpan, dan menariknya kembali sangat
penting. Cara – cara yang digunakan para siswa dalam memproses informasi
menentukan apa, kapan, dan bagaimana mereka memanfaatkan pembelajaran. Siswa
yang meragukan kapabilitas mereka untuk belajar bisa jadi tidak menangani tugas
dengan benar dan mungkin akan mengerjakannya dengan setengah hati – hati;
sesungguhnya ni merupakan hal yang sangat menghambat pembelajarannya.
BAB II
KONSEPTUAL MODEL
Susanto, A. (2016). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Husamah, dkk. (2016). Belajar & Pembelajaran. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Schunk, D.H. (2012). Teori – teori Pembelajaran:Perspektif Pendidikan. Yogyakarta.
Pustaka Belajar.

Sumber Jurnal
Ibda, f. Intelektualita - volume 3, nomor 1, januari-juni 2015 perkembangan kognitif:
teori jean piaget

Undang – undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003

Anda mungkin juga menyukai