Anda di halaman 1dari 4

NAMA : DHAFIN RIZQULLAH ODE

KELAS : 4 UWAIS

SEJARAH MASJID ISTIQLAL


Masjid Istiqlal adalah masjid negara Republik Indonesia. Beralamat Jl.Taman
Wijaya Kusuma Kel. Pasar Baru, Kec. Sawah Besar Jakarta, bersanding dengan Gereja
Katedral disebelah Timur, Gedung Kementerian Agama disebelah Selatan danMonumen
Nasional (Monas) disisi Barat Daya. Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia
Tenggara. Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia pertama, Ir.
Soekarno. Dimulai dengan terbentuknya Pengurus Harian Yayasan Masjid Istiqlal pada
tanggal 7 Desember 1954, dengan Ketua Umum H. Anwar Tjokroaminoto. Pembentukan
Yayasan Masjid Istiqlal merupakan kesepakatan dalam pertemuan yang dihadiri sekitar 200
orang ulama dan tokoh-tokoh Islam seluruh Jakarta Raya di bawah pimpinan K.H.
Taufiqurrahman (seorang tokoh Masyumi).
Pada 22 Februari 1955 diumumkan melalui surat kabar Sayembara Rencana Gambar
Masjid Istiqlal. Ketua Panitia Sayembara ialah Mr. Assaat (mantan Presiden Negara Bagian
RI yang berkedudukan di Yogyakarta, dulu Ketua Panitia Pembangunan Masjid Syuhada),
dan Ketua Dewan Juri Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno. Pemenang pertama
sayembara adalah arsitek Frederich Silaban (seorang Kristen Protestan), memakai sandi
“Ketuhanan”. Pemenang kedua adalah R. Oetoyo, memakai sandi “Istighfar”. Pemenang
ketiga adalah Hans Groenewegen dengan sandi “Salam”. Pemenang keempat dan kelima,
masing-masing lima orang Mahasiswa ITB, memakai sandi “Ilham”, dan tiga orang
Mahasiswa ITB, memakai sandi “Khatulistiwa”. Dewan Juri memutuskan karya arsiteFkr
ederich Silaban sebagai pemenang, dengan catatan gambar tersebut harus disempurnakan.
Pemancangan batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal
dilakukan oleh Presiden Soekarno dalam upacara resmi, pada hari Kamis tanggal 24 Agustus
1961. Pembangunan Masjid Istiqlal berjalan lambat dan terhenti sampai bergantinya
pemerintahan Presiden Soekarno (orde lama). Panitia Pembangunan Masjid yang ditetapkan
dengan Keputusan Presiden RI beberapa kali diganti. Pada tahun 1969 bangunan masjid
masih merupakan pilar-pilar beton yang tegak berdiri tanpa atap. Proses Pembangunan
Masjid Istiqlal dilanjutkan kembali pada masa pemerintahan orde baru. Presiden Soeharto
turun tangan selaku Ketua Penyantun Masjid Istiqlal dengan menyediakan anggaran
pembangunan sejak Pelita I hingga Pelita II.
Peresmian penggunaan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Presiden Soeharto pada tanggal
22 Februari 1978. Sebelum peresmiannya, untuk pertama kalinya Presiden Soeharto bersama
para menteri dan ribuan umat Islam di Jakarta telah melaksanakan shalat Idul Fitri di Masjid
Istiqlal pada tanggal 30 November 1970 (1 Syawal 1390).
Lokasi kompleks masjid ini berada di bekas Taman Wilhelmina, di timur laut
lapangan Medan Merdeka yang ditengahnya berdiri Monumen Nasional (Monas). Di
seberang timur masjid ini berdiri Gereja Katedral Jakarta. Bangunan utama masjid ini terdiri
dari lima lantai dan satu lantai dasar. Masjid ini memiliki gaya arsitektur modern dengan
dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat. Bangunan
utama masjid dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter yang ditopang 12 tiang
besar. Menara tunggal setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut selatan selasar masjid.
Masjid ini mampu menampung lebih dari dua ratus ribu jamaah.
Dalam rangka penyelenggaraan, pengelolaan dan pemanfaatan Masjid Istiqlal,
Presiden Soeharto membentuk Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) melalui Kepres
dimana Menteri Agama sebagai Ketua, dengan 4 orang anggota terdiri dari Dirjen Bimas
Islam Kementerian Agama, Sekretaris Menteri Sekretariat Negara, Ketua Majelis Ulama
Indonesia dan Gubernur DKI Jakarta. Dalam pelaksanaan tugasnya BPMI membentuk Badan
Pelaksana Pengelolaan Masjid Istiqlal (BPPMI) dengan masa jabatan 5 tahun dalam satu
periode dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Agama. Dalam pelaksanaan
peribadatan, Masjid Istiqlal dipimpin oleh seorang Imam Besar yang ditetapkan oleh Menteri
Agama. Sejak tahun 2016 hingga 5 tahun kedepan, Imam Besar Masjid Istiqlal dipercayakan
kepada Prof.Dr. H. Nasaruddin Umar, MA dengan wakilnya Drs.H.Syarifuddin Muhammad,
M.Si. Selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid ini juga digunakan
sebagai kantor berbagai organisasi Islam di Indonesia, aktivitas sosial, dan kegiatan umum.
Masjid ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata yang terkenal di Jakarta. Kebanyakan
wisatawan yang berkunjung umumnya wisatawan domestik, dan sebagian wisatawan asing
yang beragama Islam. Sering kali Masjid Istiqlal mendapat kunjungan dari tamu-tamu negara
mulai dari Presiden, Pedana Menteri sampai dengan para Duta Besar negara-negara sahabat.
Masyarakat non-Muslim secara umum juga dapat berkunjung ke masjid ini setelah
sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal, meskipun
demikian bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi
pemandu.
Pada setiap hari besar Islam seperti Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru
Hijriah, Maulid Nabi Muhammad dan Isra Mi'raj, Presiden Republik Indonesia selalu
mengadakan kegiatan keagamaan di masjid ini yang disiarkan secara langsung melalui
televisi nasional (TVRI) dan sebagian televisi swasta. Sebagai Masjid Negara, pengelolaan
Masjid Istiqlal merupakan contoh bagi Masjid Raya, Masjid Agung, Masjid Besar dan Masjid
Jami diseluruh pelosok Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai