Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI 1

NAMA : SUHARIYADI
NIM : 1420160001
JURUSAN : TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM AS – SYAFI’IYAH

JAKARTA
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pertama-tama saya mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberkati saya sehingga karya laporan dapat diselesaikan. saya juga ingin
mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan
laporan ini dan berbagai sumber yang telah saya pakai sebagai data dan fakta pada laporan
ini.

Saya mengakui bahwa saya adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna.
Begitu pula dengan laporan ini yang telah saya selesaikan. Tidak semua hal dapat saya
deskripsikan dengan sempurna dalam laporan ini. Saya melakukannya semaksimal mungkin
dengan kemampuan yang saya miliki.

Maka dari itu, saya bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman.
Saya akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki laporan saya di masa datang.

Dengan menyelesaikan laporan ini saya mengharapkan banyak manfaat yang dapat
dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya laporan ini dapat meningkatkan
pengetahuan tentang proses produksi terutama pengelasan.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, Maret 2018

Penulis

Laporan Proses Produksi 1 i


DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................. i

Daftar Isi ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................1


B. Sejarah Pengelasan......................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pengelasan ................................................................................3


B. Macam – Macam Proses Pengelasan ..........................................................3
C. Posisi Pengelasan Secara Umum ................................................................7
D. Posisi Pengelasan Pada Plat ........................................................................9
E. Posisi Pengelasan Pada Pipa .......................................................................9
F. Pengenalan Cacat Las ...............................................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................................15
B. Saran .........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................16

Laporan Proses Produksi 1 ii


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman yang disertai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi (IPTEK) yang pesat dewasa ini menciptakan era globalisasi dan keterbukaan yang
menuntut setiap individu untuk ikut serta di dalamnya, sehingga sumber daya manusia harus
menguasai IPTEK serta mampu mengaplikasikannya dalam setiap kehidupan. Pengelasan
merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan industri karena memegang
peranan utama dalam rekayasa dan reparasi produksi logam. Pada era industrialisasi dewasa
ini teknik pengelasan telah banyak dipergunakan secara luas pada penyambungan batang-
batang, konstruksi bangunan baja dan konstruksi mesin. Lingkup penggunaan teknik
pengelasan dalam bidang konstruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja,
pipa saluran dan lain sebagainya. Disamping itu proses las dapat juga dipergunakan untuk
reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran, membuat lapisan keras pada
perkakas, mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan lain-lain.

Pengelasan merupakan sarana untuk mencapai pembuatan yang lebih baik. Karena itu
rancangan las harus betul-betul memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las yaitu
kekuatan dari sambungan dan memperhatikan sambungan yang akan dilas, sehingga hasil
pengelasan sesuai dengan yang diharapkan. Mutu dari pengelasan di samping tergantung dari
pengerjaan lasnya sendiri dan juga sangat tergantung dari persiapan sebelum pelaksanaan
pengelasan. Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair.
Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari
beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas.

Pada kegiatan praktikum pengelasan logam ini digunakan las busur listrik . Hal
tersebut sangat erat hubungannya dengan arus listrik, ketangguhan, cacat las, serta retak yang
pada umumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dari konstruksi yang
dilas. Maka dari itu praktikan diharapkan dapat menguasai teknik pengelasan dan dapat
menghasilkan hasil pengelasan yang baik dan berkualitas. Praktikum pengelasan yang
dilakukan di Laboratorium Pengelasan UIA berlangsung selama satu hari dengan tahapan dua

Laporan Proses Produksi 1 1


kategori tentang yaitu pengelasan dengan cara lurus, serta menyambungkan kedua plat yang
telah disediakan oleh pihak kampus, juga membuat dan/atau memperbaiki penutup selokan
yangada di area kampus. Penilaian yang diambil ialah cara mengelas yang lurus kemudian
dengan kerapian hasil pengelasan. Dan juga bagaimana cara posisi elektroda, brander, dan
filler rod dengan sudut berapa mahasiswa dituntut untuk dapat menguasi secara maksimal
dengan adanya praktikum ini, sehingga mahasiswa tidak menghayal tentang apa yang
dimaksud dengan pengelasan seperti pada saat menerima teori.

B. Sejarah Pengelasan

Pengelasan dengan metode yang dikenal sekarang, mulai dikenal pada awal abad ke 20.
Sebagai sumber panas digunakan api yang berasal dari pembakaran gas acetylena yang
kemudian dikenal sebagai las karbit. Waktu itu sudah dikembangkan las listrik namun masih
mulai langka.

Pada Perang Dunia II, proses pengelasan untuk pertama kalinya dilakukan dalam skala
besar. Dengan las listrik, dalam waktu singkat, Amerika Serikat dapat membuat sejumlah
kapal sekelas dengan kapal SS Liberty, yang merupakan kapal pertama yang diluncurkan
dengan di las. Di mana sebelumnya kapal yang dikeluarkan, proses pengerjaan menggunakan
paku keling (‘’rivets’’). Pada masa itu, muncul pula cara pertama untuk mengetes hasil
pengelasan, seperti uji ‘’kerfslag’’ (lekukan yang tertutup lapisan).

Laporan Proses Produksi 1 2


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pengelasan

Las menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), " adalah penyambungan besi dengan
cara membakar. Dalam referensi-referensi teknis, terdapat beberapa definisi dari Las, yakni
sebagai berikut :

Berdasarkan defenisi dari Deutsche Industrie Normen (DIN) dalam Harsono dkk(1991:1),
mendefinisikan bahwa " las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang
dilakukan dalam keadaan lumer atau cair ". Sedangkan menurut maman suratman (2001:1)
mengatakan tentang pengertian mengelas yaitu salah satu cara menyambung dua bagian
logam secara permanen dengan menggunakan tenaga panas. Sedangkan Sriwidartho, Las
adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan dengan jalan mencairkannya
melalui pemanasan.

Pengertian Pengelasan adalah Sebuah ikatan karena adanya proses metalurgi pada
sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan cair. Dari pengertian tersebut
dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa pengertian las adalah sebuah sambungan setempat dari
beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas.

B. Macam Macam Proses dan Jenis Jenis Pengelasan

 Berdasarkan Panas Listrik

1. SMAW (Shield Metal Arch Welding)

SMAW (Shield Metal Arch Welding) adalah las busur nyala api listrik terlindung dengan
mempergunagakan busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair logam. Jenis ini paling
banyak dipakai dimana–mana untuk hampir semua keperluan pekerjaan pengelasaan.
Tegangan yang dipakai hanya 23 sampai dengan 45 Volt AC atau DC, sedangkan untuk
pencairan pengelasan dibutuhkan arus hingga 500 Ampere. Namun secara umum yang
dipakai berkisar 80 – 200 Ampere.

Laporan Proses Produksi 1 3


2. SAW (Submerged Arch Welding)

SAW (Submerged Arch Welding) adalah las busur terbenam atau pengelasan dengan
busur nyala api listrik. Untuk mecegah oksidasi cairan metal induk dan material tambahan,
dipergunakan butiran–butiran fluks / slag sehingga bususr nyala terpendam di dalam ukuran–
ukuran fluks tersebut

3. ESW (Electro Slag Welding)

ESW (Electro Slag Welding) adalah pengelasan busur terhenti, pengelasan sejenis SAW
namun bedanya pada jenis ESW busurnya nyala mencairkan fluks, busur terhenti dan proses
pencairan fluk berjalan terus dam menjadi bahan pengantar arus listrik (konduktif). Sehingga
elektroda terhubungkan dengan benda yang dilas melalui konduktor tersebut. Panas yang
dihasilkan dari tahanan terhadap arus listrik melalui cairan fluk / slag cukup tinggi untuk
mencairkan bahan tambahan las dan bahan induk yang dilas tempraturnya mencapai 3500° F
atau setara dengan 1925° C

Laporan Proses Produksi 1 4


4. SW (Stud Welding)

ESW (Electro Slag Welding) adalah las baut pondasi, gunanya untuk menyambung
bagian satu konstruksi baja dengan bagian yang terdapat di dalam beton (baut angker) atau
“ Shear Connector “

5. ERW (Electric Resistant Welding)

ERW (Electric Resistant Welding) adalah las tahanan listrik yaitu dengan tahanan yang
besar panas yang dihasilkan oleh aliran listrik menjadi semakin tinggi sehingga mencairkan
logam yang akan dilas. Contohnya adalah pada pembuatan pipa ERW, pengelasan plat–plat
dinding pesawat, atau pada pagar kawat

6. EBW (Electron Beam Welding)

EBW (Electron Beam Welding) adalah las dengan proses pemboman elektron, suatu
pengelasan uang pencairannya disebabkan oleh panas yang dihasilkan dari suatu berkas
loncatan elektron yang dimamapatkan dan diarahkan pada benda yang akan dilas. Penelasan
ini dilaksanakan di dalam ruang hampa, sehingga menghapus kemungkinan terjadinya
oksidasi atau kontaminasi

 Jenis Jenis Las Berdasarkan Panas Listrik dan Gas

1. GMAW (Gas Metal Arch Welding)

GMAW (Gas Metal Arch Welding) terdiri dari ; MIG (Metal Active Gas) dan MAG
(Metal Inert Gas) adalah pengelasan dengan gas nyala yang dihasilkan berasal dari busur
nyala listrik, yang dipakai sebagai pencair metal yang di–las dan metal penambah. Sebagai
pelindung oksidasi dipakai gas pelindung yang berupa gas kekal (inert) atau CO2. MIG
digunakan untuk mengelas besi atau baja, sedangkan gas pelindungnya adalah mengunakan
Karbon dioxida CO2. TIG digunakan untuk mengelas logam non besi dan gas pelindungnya
menggunakan Helium (He) dan/atau Argon (Ar)

2. GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau TIG (Tungsten Inert Gas)

Laporan Proses Produksi 1 5


GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau TIG (Tungsten Inert Gas) adalah pengelasn
dengan memakai busur nyala dengan tungsten/elektroda yang terbuat dari wolfram,
sedangkan bahan penambahnyyadigunakan bahan yang sama atau sejenis dengan material
induknya. Untuk mencegah oksidasi, dipakai gas kekal (inert) 99 % Argon (Ar) murni

3. FCAW (Flux Cored Arch Welding)

FCAW (Flux Cored Arch Welding) pada hakikatnya hampir sama dengan proses
pengelasan GMAW. Gas pelindungnya juga sama-sama menggunakan Karbon dioxida CO2.
Biasanya, pada mesin las FCAW ditambah robot yang bertugas untuk menjalankan
pengelasan biasa disebut dengan super anemo

4. PAW (Plasma Arch Welding)

PAW (Plasma Arch Welding) adalah las listrik dengan plasma yang sejenis dengan
GTAW hanya pada proses ini gas pelindung menggunakan bahan campuran antara Argon
(Ar), Nitrogen (N) dan Hidrogen (H) yang lazim disebut dengan plasma. Plasma adalah gas
yang luminous dengan derajat pengantar arus dan kapasitas termis / panas yang tinggi dapat
menampung tempratur diatas 5000° C

 Jenis Jenis Las Berdasarkan Panas Yang Dihasilkan Campuran Gas

OAW (Oxigen Acetylene Welding) adalah sejenis dengan las karbid / las otogen. Panas
yang didapat dari hasil pembakaran gas acetylene (C2H2) dengan zat asam atau Oksigen
(O2). Ada juga yang sejenis las ini dan memakai gas propane (C3H8) sebagai ganti acetylene.
Ada pula yang memakai bahan pemanas yang terdiri dari campuran gas hidrogen (H) dan zat
asam (O2) yang disebit OHW (Oxy Hidrogen Welding)

 Jenis Jenis Las Berdasarkan Ledakan dan reaksi isotermis

EXW (Explosion Welding) adalah las yang sumber panasnya didapatkan dengan
meledakkan amunisi yang dipasang pada suatu mold/cetakan pada bagian tersebut dan
mengisi cetakan yang tersedia. Cara ini sangat praktis untuk menyambung kawat baja / wire
rope, slenk.

Laporan Proses Produksi 1 6


Cara pelaksanaannya adalah ujung-ujung tambang kawat dimasukkan ke dalam mold
yang telah terisi amunisi selanjutnya serbuk ledak tersebut dinyalakan dengan pemantik api,
maka terjadilah reaksi kimia eksotermis yang sangat cepat sehingga menghasilkan suhu yang
sangat tinggi sehingga terjadilah ledakan. Ledakan tersebut mencairkan kedua ujung kawat
baja yang terdapat didalam mold tadi, sehingga cairan metal terpadu dan mengisi ruangan
yang tersedia didalam mold.

C. Posisi Pengelasan Secara Umum


Secara umum posisi pengelasan ada empat, yaitu :

1. Posisi dibawah tangan/flat/down hand.


Posisi di Bawah Tangan, Posisi di bawah tangan yaitu suatu cara pengelasan yang
dilakukan pada permukaan rata/datar dan dilakukan dibawah tangan. Kemiringan elektroda
las sekitar 10º – 20º terhada garis vertikal dan 70º – 80º terhadap benda kerja.

2. Posisi mendatar/horizontal
Posisi Datar (Horisontal), Mengelas dengan horisontal biasa disebut juga mengelas
merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horisontal.
Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5º – 10º terhada garis vertikal dan 70º –
80º kearah benda kerja.

Laporan Proses Produksi 1 7


3. Posisi tegak/vertikal
Posisi Tegak (Vertikal), Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah
pengelasannya keatas atau kebawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit
karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan
kemiringan elektroda sekitar 10º – 15º terhada garis vertikal dan 70º – 85º terhadap benda
kerja.

4. Posisi di atas kepala/overhead.


Posisi di Atas Kepala (Over Head), Posisi pengelasan ini sangat sukar dan berbahaya
karena bahan cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan
perlengkapan yang serba lengkap antara lain: Baju las, sarung tangan, sepatu kulit dan
sebagainya. Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan
kedudukan elektroda sekitar 5º – 20º terhada garis vertikal dan 75º – 85º terhadap benda
kerja.

Laporan Proses Produksi 1 8


Namun karena karakteristik pekerjaan dan jenis bahan yang berbeda, maka posisi pengelasan
diurai menjadi :

D. Posisi Pengelasan pada Pelat


1. Posisi flat sambungan tumpul (1G)
2. Posisi flat sambungan sudut/fillet (1F)
3. Posisi horizontal sambungan tumpul (2G)
4. Posisi horizontal sambungan sudut/fillet (2F)
5. Posisi tegak sambungan tumpul (3G).
6. Posisi tegak sambungan sudut/fillet (3F)
7. Posisi di atas kepala sambungan tumpul (4G)
8. Posisi di atas kepala sambungan sudut/fillet (4F)

E. Posisi Pengelasan pada Pipa


1.Posisi sumbu horizontal pipa dapat diputar diameter sama /sambungan tumpul (1G)
2.Posisi sumbu horizontal pipa dapat diputar diameter berbeda /sambungan sudut /fillet
(1F)
3.Posisi sumbu tegak sambungan tumpul (2G)
4.Posisi sumbu tegak sambungan sudut /fillet (2F)
5.Posisi sumbu horizontal pipa tidak dapat diputar (tetap) sambungan tumpul (5G)
6.Posisi sumbu horizontal pipa tidak dapat diputar (tetap) sambungan sudut /fillet (5F)

7.Posisi sumbu miring 45 sambungan tumpul (6G)

8.Posisi sumbu miring 45 sambungan pipa-pelat / sambungan sudut /fillet (6F)

Laporan Proses Produksi 1 9


POSISI PENGELASAN PADA PELAT

F. Pengenalan Cacat Las

Yang dimaksud dengan cacat las adalah kerusakan hasil las yang pada umumnya
dapat diamati/ dilihat secara visual.

1. Jenis Cacat Las dan Penyebabnya

a. Retak (crack), yaitu celah atau gap


yang memutuskan atau memisahkan hasil las
yang dapat terjadi pada jalur las atau pertemuan
jalur las atau pada daerah pengaruh panas, hal
ini disebabkan oleh pendinginan atau tegangan,
jenis elektroda yang tidak sesuai dengan logam
dasar.

b. Terak terperangkap ( inlusion ),


yaitu suatu benda asing(bahan logam/kotoran)
yang terperangkap dan berada di antara logam

Laporan Proses Produksi 1 10


las. Hal ini dapat disebabkan oleh persiapan
yang kurang baik atau teknik pengelasan yang
salah/ tidak sesuai ketentuan.

c. Lubang pada akhir jalur las (crater),


yaitu suatu titik atau beberapa titik lubang yang
biasanya terjadi pada akhir jalur las, ini akibat
oksidasi dari oksigen udara luar terhadap cairan
logam atau sudut elektroda yang salah pada
ujung jalur las.

d. Jalur las terlalu lebar, yaitu kelebihan


ukuran lebar jalur pada sambungan tumpul, ini
dapat terjadi apabila gerakan/ayunan elektroda
terlalu jauh atau tarikan elektroda terlalu pelan
atau arus terlalu besar atau gabungan dari hal-
hal diatas.
e. Ukuran kaki las tidak sama, yaitu
kelebihan dan/atau kekurangan ukuran salah
satu atau kedua kaki las pada sambungan sudut,
hal ini di mungkinkan oleh sudut pengelasan
yang tidak sesuai dengan ketentuan.

f. Undercut, yaitu suatu alur yang terjadi


pada kaki las (toe), hal ini dapat terjadi antara
lain karena penggunaan arus yang tidak sesuai
atau gerakan/ ayunan elektroda yang terlalu
cepat.

Laporan Proses Produksi 1 11


g. Overlap, yaitu kelebihan logam las pada
bagian tepi yang menempel logam dasar dan
tidak terjadi perpaduan antara logam las. Hal ini
dapat terjadi karena arus yang terlalu rendah,
sudut atau ayunan/ gerakan elektroda yang
salah.

h. Cekungan pada akar las (root


concavity), yaitu suatu alur yang terjadi pada
jalur penetrasi ( root ) sambungan tumpul yang
diakibatkan oleh penggunaan jenis elektroda
yang kurang sesuai, pengisian yang tidak
sempurna, sudut elektroda yang salah atau
karena arc length yang terlalu jauh.
i. Pengisian jalur kurang, yaitu suatu alur
atau celah panjang kontinyu atau terputus-putus
pada sambungan tumpul yang disebabkan
terutama oleh pengisian yang terlalu cepat dan
ayunan/ gerakan elektroda yang salah.
j. Keropos (porosity), yaitu satu atau
beberapa lubang udara yang terdapat di antara
logam las. Hal ini dapat disebabkan terutama
oleh faktor elektroda, a.l : terlalu lembab,
berkarat atau tidak sesuai dengan jenis bahan
yang dilas.
k. Kurang penetrasi, yaitu tidak terjadinya
perpaduan di antara logam yang disambung
yang terdapat pada dasar logam yang
disebabkan karena arus pengelasan terlalu
rendah, persiapan kampuh yang salah/ gap
terlalu kecil, arc length terlalu jauh, atau karena
gerakan elektroda terlalu cepat.

Laporan Proses Produksi 1 12


l. Kelebihan penetrasi, yaitu akar las pada
sambungan tumpul yang terlalu tinggi/menonjol
yang disebabkan oleh arus pengelasan terlalu
tinggi, persiapan kampuh yang salah/ gap terlalu
besar atau karena gerakan elektroda terlalu
lambat.

m. Bentuk penguat/ jalur las tidak


simetris, yaitu sudut yang di bentuk antara
permukaan benda kerja dan garis singgung pada
sisi penguat tidak sama, hal ini dimungkinkan
karena sudut elektroda tidak sama.
n. Kelebihan pengisian, yaitu jalur
pengisian/ penguat pada sambungan tumpul
terlalu tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena
arus pengelasan agag rendah atau pengelasan
terlalu lambat.

 Kerusakan lain yang tidak berhubungan dengan logam las, akan tetapi
termasuk pada kelompok cacat las adalah :

o. Bekas pukulan, yaitu kerusakan


permukaan benda kerja di luar jalur las yang
disebabkan oleh pukulan saat membersihkan
terak atau saat persiapan.

p. Penyimpangan sudut/distorsi, yaitu


perubahan bentuk pada dua bagian yang
disambung sehingga membentuk sudut. Ini
disebabkan oleh disrorsi yang tidak terkontrol
saat pengelasan atau persiapan yang kurang
memperhitungkan distorsi yang akan terjadi.

Laporan Proses Produksi 1 13


q. Tidak segaris lurus, yaitu hasil
pengelasan di mana dua bagian yang disambung
tidak satu bidang/ level atau seperti paralel. Hal
ini terutama disebabkan oleh persiapan yang
salah atau distorsi saat pengelasan.

Laporan Proses Produksi 1 14


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Setelah penulis membaca dari semua referensi yang di dapatkan dan dari penyusunan
makalah ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa : Pada akhirnya penulis mengetahui
Pengertian las listrik, alat-alat yang digunakan pada proses pengelasan las listrik, Posisi
pengelasan laslstrik, tingkat kesususahan dalam pengelasan las listrik serta keselamatan kerja
yang semestinya dilaksanakan dalam proses pengelasan las listrik.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan kepada pembaca makalah ini sebagai berikut :
Dalam pembuatan makalah diperlukan kerja keras dalam mencari berbagai referensi agar
makalah yang dibuat lebih baik. Pelajari makalah yang telah dibuat, agar dapat menambah
wawasan lagi

Laporan Proses Produksi 1 15


DAFTAR PUSTAKA

 SM International (2003). Trends in Welding Research. Materials Park, Ohio: ASM


International. ISBN 0-87170-780-2.
 Cary, Howard B; Scott C. Helzer (2005). Modern Welding Technology. Upper Saddle
River, New Jersey: Pearson Education. ISBN 0-13-113029-3.
 Hicks, John (1999). Welded Joint Design. New York: Industrial Press. ISBN 0-8311-
3130-6.
 Kalpakjian, Serope; Steven R. Schmid (2001). Manufacturing Engineering and
Technology. Prentice Hall. ISBN 0-201-36131-0.
 Lincoln Electric (1994). The Procedure Handbook of Arc Welding. Cleveland: Lincoln
Electric. ISBN 99949-25-82-2.
 Weman, Klas (2003). Welding processes handbook. New York, NY: CRC Press
LLC. ISBN 0-8493-1773-8.

Laporan Proses Produksi 1 16

Anda mungkin juga menyukai