04 KAK Kunjungan Resti
04 KAK Kunjungan Resti
A. Pendahuluan
Kesehatan dan Gizi merupakan faktor penting , yang secara langsung berpengaruh
terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM).Sumber daya manuasia yang sehat dan
berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan.
Program perbaikan Gizi merupakan bagian integral dari program kesehatan yang
mempunyai peranan penting dalam menciptakan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.Untuk mencapai tujuan tersebut, program perbaikan gizi harus dilakukan secara
sitematis dan berkesinambungan.
Kurang gizi masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, hal ini ditandai
dengan masih tingginya prevalensi balita gizi kurang yaitu sebesar 28 % (Susenas, 2005).
Dibanyak negara 15-20% dari jumlah bayi secara keseluruhan merupakan BBLR, sedangkan
di Indonesia diperkirakan sekitar 14-17% (Depkes, 2007).Bayi dengan BBLR akan
berpotensi mengalami gizi buruk. Setiap anak dengan status gizi buruk mempunyai resiko
kehilangan IQ point 10-13 point. Potensi kehilangan IQ sebesar 50 point per orang juga
terdapat pada penduduk yang tinggal di daerah rawan gangguan akibat kurang yodium
(GAKY). Berdasarkan Survey Nasional tahun 2003 angka TGR (Total Goiter Rate) pada
anak sekolah dasar sebesar 11,1 %, dan persentase konsumsi garam dengan kandungan
yodium cukup ditingkat rumah tangga hanya sebesar 72.81%. Masalah kurang Vitamin A
juga perlu diwaspadai, 50 % balita masih menunjukan kadar vitamin dalam serum <20
mcg/dl. Masalah kurang vitamin A selain berdampak pada resiko kebutaan juga berdampak
pada resiko kematian karena infeksi ( Gizi Dalam Angka,2006).
B. Latar Belakang
Masalah gizi dapat terjadi pada setiap siklus kesehatan,dimulai sejak janin,hingga menjadi
bayi,anak dewasa sampai usia lanjut.Saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu gizi
kurang dan gizi buruk dalam bentuk Kurang Energy Protein ( KEP ),kurang vitamin A,Anemia
dan gangguan kurang Iodium dan gizi lebih berkaitan dengan timbulnya penyakit degenerative
seperti Diabetes Melitus ,jantung,hipertensi dan lain lain. Kunjungan rumah Balita Resti
dilaksanakan oleh petugas gizi dan bidan desa setempat guna memantau pertumbuhan anak
balitanya. Kegiatan kunjungan rumah bagi balita resiko tinggi semacam ini bermanfaat untuk
mengetahui:
1. Memantau pertumbuhan dan perkembangan balita
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Terjadinya interaksi antara petugas,ibu balita dan balita gizi buruk dengan cara
memantau pertumbuhan anak balita supaya tidak berkelanjutan status gizi buruk dan
dilakukan konseling pada orang tua balita sesuai dengan kasus anak tersebut.
b. Dalam melakukan kunjungan rumah tenaga kesehatan atau kader membawa kartu
status ,checklist kunjungan rumah,formulir rujukan,makanan untuk pemulihan gizi dan
bahan penyuluhan.
c. Tenaga kesehatan atau kader melakukan kunjungan rumah pada balita resti bila:
Balita tersebut masuk dalam gizi kurang,gizi buruk,balita dengan cacat
bawaan dan balita menderita penyakit infeksi.
Anak yang 2 kali berturut-turut tidak dating tanpa pemberitahuan
.
2. Lintas Sektoral
Lintas Sektoral Peran
a. PKK Menggerakkan peran serta masyarakat, untuk
menimbangkan balita di Posyandu
b. Kader Kesehatan Memonitoring PMT penyuluhan, pemulihan pada
balita di posyandu
Mengisi checklist kunjungan balita resti
2. Bidan/ tenaga kesehatan bertanggung jawab dalam pelaksanaan kunjungan balita resiko
tinggi di desa binaan masing masing.
2. Hasil kunjungan dicatat pada checklist kunjungan dan kartu status yang telah disediakan dan
apabila perlu dirujuk maka tenaga kesehatan mengisi formulir rujukan.
H. Sasaran
Pelaksaanaan kunjungan balita resiko tinggi pada balita gizi kurang,gizi buruk,balita
dengan cacat bawaan dan balita dengan penyakit infeksi didaerah binaan setempat.
Bulan
N Kegiatan J 2 2 4 V 6 7 8 9 0 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan
1 Pendataan gizi
Buruk
2 Pelaksanaan
2 Kunjungan Balita
Resti