CO, Bandung - Pemerintah Jawa Barat akhirnya memutuskan
membiayai sendiri pembangunan gedung kesenian sekelas gedung opera di kawasan Cikutra, Bandung. "Gedung kesenian digarap provinsi, itu keputusannya," kata Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di Bandung, Senin, 20 April 2015.
Aher, sapaan Ahmad Heryawan, mengatakan, gedung kesenian yang
disiapkan menampung hingga 6 ribu penonton itu akan berada satu kompleks dengan hotel, mal, dan gedung parkir di lahan milik pemerintah povinsi di Jalan Pahlawan, Bandung. "Luas seluruhnya empat hektare. Ada mal dan hotel di sana, supaya ramai," kata dia.
Tender pengelola aset di lahan tersebut, dijadwalkannya rampung tahun
ini. "Kami akan minta pemenang tender membuat DED (Detail Engineering Design), nanti dikerjakan pengusaha untuk mal, hotel dan gedung parkir. Tapi kalau gedung keseniannya, dari APBD," kata Aher.
Menurut Aher, pemerintah sengaja memutuskan membangun sendiri
gedung kesenian itu agar biaya sewa penggunaan gedung kesenian itu untuk aktivitas kesenian bisa ditekan. "Kalau oleh swasta, nanti jatuhnya mahal. Nanti para seniman dan budayawan malah gak bisa main di situ, bahaya," kata dia.
Aher mengatakan, tidak sembarang seniman yang bisa pentas di gedung
itu. Dia merencanakan akan membentuk Dewan Kurator yang menilai karya yang boleh mentas di gedung tersebut. "Kalau layak tampil akan dibayar agar seniman dan budayawan itu terhargai," kata dia. "Nantinya hasl karya seninya mennjadi bagian penghasilan dari seniman."
Menurut Aher, pemerintah provinsi menargetkan groundbreaking
pembangunan gedung kesenian itu bisa dimulai tahun depan. "Mudah- mudahan tahun 2017 selesai," kata dia.
Aher mengaku, belum bisa membeberkan rincian anggaran yang
dikucurkan membangun gedung kesenian tersebut. "Saya belum bisa menyebutkan, belum ketahuan karena DED belum jadi," kata dia.
Rencana membangun gedung kesenian itu sudah bicarakan bersama
Wakil Gubernur Deddy Mizwar dengan Walikota Bandung Ridwan Kamil sejak ahir tahun lalu. Deddy mengungkapkan, gedung kesenian itu bisa menjadi tempat pementasan opera. "Kayaknya begitu, apa boleh buat, belum ada gedung opera di Indonesia. Tapi tunggu dua tahun lagi," kata dia, 2 September 2014. Deddy sempat mengundang Walikota Ridwan Kamil untuk membahas rencana mengubah kompleks Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan milik Dinas Pendidikan Jawa Barat seluas hampir 4 hektare itu sebagiannya menjadi gedung kesenian. Rencanay lewat skim BOT (Built Operate Transfer), lahan itu akan dikerjasamakan dengna pihak ketiga selama 30 tahunan.
ADVERTISEMENT
Menurut Deddy, belum ada gedung yang representatif buat seni
pertunjukan. Kebanyakan gedung konvensi disulap jadi pertunjukan. Dia mencontohkan, Sasana Budaya Ganesha di Bandung. "Kami ingin gedung pertunjukan yang bisa juga digunakan sebagai konvensi, berbeda pendekatannya sehingga perlu arsitektur yang khas, bentuk dan segala macam seperti Opera House," kata dia.
Di pertemuan itu, Ridwan Kamil yang mengusulkan dua nama arsitek
dunia yang paling menonjol jika ingin membuat gedung pertunjukan yang spektakuler. Deddy menuturkan, dua nama itu adalah Dame Zaha Mohammad Hadid arsitek Inggris keturunan Turki, serta Santiago Calatrava asal Spanyol. "Kang Ridwan merekomendasikan itu untuk gedung kesenian. Kita langsung buka google, dan luar biasa karyanya," kata Deddy.
Menurut Deddy, belum ada gedung yang representatif buat seni
pertunjukan. Kebanyakan gedung konvensi disulap jadi pertunjukan. Dia mencontohkan, Sasana Budaya Ganesha di Bandung. "Kami ingin gedung pertunjukan yang bisa juga digunakan sebagai konvensi, berbeda pendekatannya sehingga perlu arsitektur yang khas, bentuk dan segala macam seperti Opera House," kata dia.
Di pertemuan itu, Ridwan Kamil yang mengusulkan dua nama arsitek
dunia yang paling menonjol jika ingin membuat gedung pertunjukan yang spektakuler. Deddy menuturkan, dua nama itu adalah Dame Zaha Mohammad Hadid arsitek Inggris keturunan Turki, serta Santiago Calatrava asal Spanyol. "Kang Ridwan merekomendasikan itu untuk gedung kesenian. Kita langsung buka google, dan luar biasa karyanya," kata Deddy.