Anda di halaman 1dari 4

Tanda dan gejala secara umum menurut Afrian (2011) yaitu :

1. Pelvio tromboflebitis
1. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping,
timbul pada hari ke 2-3 masa nifas.
2. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut :
a. Menggigil berulang kali, menggigil ini sangat berat (30-40 menit) dengan
interval hanya beberapa saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu
menggigil penderita hampir tidak panas.
b. Suhu badan naik turun secara tajam ( 36o C menjadi 40oC ) yang diikuti
penurunan suhu dalam 1 jam ( biasanya subfebris seperti pada
endometritis)
c. Penyakit dapat langsung 1-3 bulan
d. Cenderung terbentuk pus, yang menjalar kemana-mana terutama ke paru-
paru
3. Gambaran darah
a. Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi,
dapat segera terjadi leukoponia).
b. Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum
mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya
adalah anaerob.
2. Tromboflebitis femoralis
1. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu
mendadak naik kira-kira pada hari ke 10-20 sampai disertai dengan menggigil dan
nyeri.
2. Pada salah satu kaki yang terkena, memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih
panas dibandingkan yang lainnya.
b. Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha
bagian atas.
c. Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
d. Reflektorik akan terjadi spasmus arteri sehingga kaki menjadi bengkak, tegang,
putih, nyeri, dinding dan pulpasi menurun.
e. Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya
terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan
pergelangan kaki kemudian meluas dari bawah keatas.
f. Nyeri pada betis yang terjadi spontan atau dengan memijat betis.

patofisiologi
pada tromboflebitis terjadi pembentukan trombus yang merupakan akibat
dari statis vena sehingga menyebabkan gangguan koagulabilitas darah atau
kerusakan pembuluh maupun endotelial. Statis vena sering dialami oleh orang-
orang imobil maupun yang istirahat ditempat tidur dengan gerakan otot yang tidak
memadai untuk mendorong alirang darah. Statis vena juga mudah terjadi pada
orang yang beridiri terlalu lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian
ketat, obesitas, tumor maupun wanita hamil. Statis aliran darah vena terjadi ketika
aliran darah melambat misalnya pada istirahat lama (imobilisasi) seperti yang telah
disebutkan sebelumnya sehingga dapat berpengaruh pada pompa vena perifer,
meningkatkan stagnasi dan penggumpalan darah pada ektremitas sehingga
ektremitas mengalami edema. Hiperkuagolabilitas darah yang menyertai trauma,
kelahiran dan myocardial infret juga mempermudah terjadinya pembentukan
trombus.
Pembentukan trombus dimulai dengan melekatnya trombosit-trombosit
pada permukaan endotel pembuluh darah. Darah yang mengalir menyebabkan
makin banyak trombosit tertimbun. Oleh karena sifat trombosit ini, trombosis dapat
saling melekat sehingga terbentuk massa yang menonjol kedalam lumen.
Faktor yang sangat berperan terhadap timbulnya suatu trombosis vena
adalah statis aliran darah dan hiperkoagulasi.
1. Status vena
Aliran darah pada vena cenderung lambat, bahkan dapat terjadi statis terutama
pada daerah-daerah yang mengalami immobilasi dalam waktu yang cukup
lama. Statis vena merupakan predisposisi untuk terjadinya trombosis lokal
kaena dapat menimbulkan gangguan mekanisme pembersih terhadap aktivitas
faktor pembekuan darah sehingga memudahkan terbentuknya trombin.
2. Kerusakan pembuluh darah
Kerusakan pembuluh darah dapat berperan pada pembentukan trombosis vena,
melalui :
a. Trauma langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan.
b. Aktivitas sel endotel oleh cytokines yang dilepaskan sebagai akibat
kerusakan jaringan dan proses peradangan.
Permukaan vena yang menghadap ke lumen dilapisi oleh sel endotel.
Endotel yang utuh bersifat non-trombo genetik karena sel endotel
menghasilkan beberapa subsatansi seperti prostaglandin, proteoglikan,
aktifator palsminogen dan trombo-modulin, yang dapat mencegah
terbentuknya trombin. Apabila endotel mengalami kerusakan maka jaringan
sub endotel akan terpapar. Keadaan ini akan menyebabkan sistem
pembekuan darah diaktifkan dan trombosir akan melekat pada jaringan sub
endotel terutama serat kolagen, membran basalis dan mikrofibril. Trombosit
yang melekat ini akan melepaskan adenosin di fosfat dan tromboksan yang
akan merangsang trombosit lain yang masih beredar yang untuk berubah
bentuk dan saling melekat. Kerusakan sel endotel sendiri juga akan
mengaktifkan sistem pembekuan darah.
3. Perubahan daya beku
Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan dalam sistem pembekuan
darah dan sistem fibrinolisis, kecenderungan terjadinya trombosis, apabila
aktivitas pembekuan darah atau aktifitas fibrinolisis menurun.
Trombosis vena banyak terjadi pada kasus-kasus dengan aktivitas
pembekuan darah meningkat, seperti pada hiperkoagulasi, defisiensi Anti
Trombin III, Defisiensi protein C, defisiensi protein S, dan kelainan
plasminogen.
Pathway

Varises vena Perluasan infeksi Trauma pada Gangguan


intrauterus tungkai kardiovaskular

Stasis vena dalam


vena Mikroorganisme Mengenai vena Peningkatan
meningkat didalam tungkai osmolaritas darah
darah
Merangsang
trombosis primer Peradangan pada Peningkatan resiko
Banyak pus dan vena trombosis
trombus dalam darah
Trombosis
meradang
Banyak vena yang Peradangan pada
terhambat trombus vena

Perubahan persepsi
Tromboflebitis
terhadap penyakit

Ansietas
Respon peradangan Penyempitan pembuluh darah vena

Adanya mediator peradangan Aliran darah vena terganggu


bradikinin, prostagladin, dll

Terjadi statis darah

Nyeri Peningkatan suhu


Penggumpalan darah pada
ekskremitas
Hipertermi
Edema

Kurang Kurang informasi


Ketidakefektifan perfusi
pengetahuan mengenai penyakit
jaringan perifer

Anda mungkin juga menyukai