Anda di halaman 1dari 5

Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi Aceh adalah wilayah dengan bencana tsunami yang terjadi

pada tanggal 26 Desember 2004 yang paling parah dimana lebih dari 60% wilayah kota hancur
terutama wilayah pantai dan pemukiman. Salah satu rencana produk untuk rehabilitasi dan
rekonstruksi Banda Aceh adalah menjadikan Banda Aceh sebagai Kota Hijau. Untuk
mewujudkan Kota Hijau Banda Aceh, proses pembangunan perkotaan harus dilakukan secara
terencana dan terpadu dengan memperhatikan aspek spasial dan lingkungan untuk
memastikan manajemen perkotaan yang efisien dan untuk menciptakan lingkungan yang
sehat, indah dan nyaman. Ada kelemahan proses dalam perencanaan dan pengembangan
perkotaan yang terjadi saat ini di mana kota-kota cenderung untuk meminimalkan
pengembangan ruang terbuka hijau dan konversi lahan menjadi distrik komersial, area
perumahan, area industri, jaringan transportasi dan infrastruktur dan fasilitas untuk
kota-kota lain . Kecenderungan lain yang terjadi adalah lingkungan perkotaan hanya
berkembang secara ekonomi tetapi tidak secara ekologis, sedangkan keseimbangan
ekologis sama pentingnya dengan pengembangan nilai ekonomi daerah perkotaan. Kondisi
seperti itu telah menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem perkotaan termasuk peningkatan
suhu udara, polusi udara, penurunan muka air tanah, banjir, intrusi air garam dan peningkatan
kandungan logam berat di tanah. Dari perspektif ekologis, iklim mikro yang tidak
menguntungkan, peningkatan suhu tinggi karena kurangnya pohon sebagai saringan / filter
terhadap hujan lebat, dapat menyebabkan banjir. Kondisi ini mengakibatkan daerah perkotaan
yang tidak nyaman, gersang dan kurang indah. Penulis mengidentifikasi unsur-unsur yang
terkandung di dalam Kota Hijau Banda Aceh dan bagaimana upaya dan pendekatan harus
dilakukan terhadap Kota Hijau Banda Aceh.

Sebagai negara kepulauan dengan garis pantai sekitar 81.000 km, wilayah pesisir Indonesia
memiliki makna strategis karena merupakan wilayah interaksi dan transisi antara ekosistem darat
dan laut yang memiliki sifat dan karakteristik unik. Wilayah pesisir sangat penting bagi
kehidupan manusia di bumi. Sebagai daerah transisi darat dan laut yang memiliki ekosistem
unik, terutama di bidang lingkungan dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable
development).
Salah satu sumber daya alam yang secara langsung atau tidak langsung memegang peran penting
dalam kehidupan manusia adalah tanah di mana tanah tersebut merupakan lingkungan yang
kompleks dan memiliki karakteristik seperti; iklim, kelegaan, tanah, hidrologi, tumbuh-
tumbuhan dan semua makhluk hidup yang berperan dalam penggunaannya. Evaluasi kesesuaian
lahan adalah proses perencanaan penggunaan lahan yang penting untuk membandingkan
persyaratan yang diminta oleh berbagai jenis penggunaan lahan, dengan sifat atau kualitas tanah.
Penggunaan lahan yang tidak sampai potensinya akan menyebabkan degradasi lahan dan tidak
berkelanjutan. Untuk menghindari hal ini, perlu untuk mengevaluasi karakteristik tanah untuk
mendukung perencanaan wilayah kota yang lebih baik.
Tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 mengakibatkan kerusakan dan kerugian
besar bagi kota Banda Aceh. Kerusakan yang sangat parah terjadi di daerah pesisir yang
mengakibatkan hilangnya nyawa dan pusat ekonomi nelayan laut dan perubahan pola vegetasi
dan ruang terbuka hijau di wilayah pesisir. Belajar dari tsunami, faktor pembatas efektif yang
meminimalkan tsunami limpasan adalah vegetasi garis pantai alami pelindung mereka (zona
penyangga) dengan mempertimbangkan karakter geomorfologi pantai. Oleh karena itu,
pemerintah pusat dan pemerintah provinsi Aceh telah sepakat untuk menetapkan Rencana Tata
Ruang Kota Banda Aceh yang intinya adalah pembentukan zona penyangga (Buffer Zone)
dalam bentuk sabuk hijau lebar 300-400 m dari garis pantai sebagai serta perhutanan
sosial dan pemukiman nelayan dengan lebar 600-700 m menanam kembali pohon bakau
(mangrove). Hutan bakau adalah habitat bagi banyak spesies satwa liar, karena fungsi ekonomi
hutan bakau berfungsi sebagai sumber kayu, kayu pulp, kayu bakar, bahan arang, peralatan
memancing. Buffer Zone berfungsi untuk melindungi garis pantai dari perubahan yang
tidak diinginkan seperti: erosi pantai, atau sedimentasi dialur atau pelayaran pelabuhan,
perlindungan pantai yang efektif secara alami.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wilayah pesisir Banda Aceh merupakan
wilayah yang memiliki kerentanan dan juga potensi strategis dalam hal aspek tata ruang,
yang merupakan wilayah yang secara geografis sangat penting, tetapi ada sedikit usaha. untuk
mengatur penggunaan lahan secara terpadu / terpadu.
Penulisan penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik Zona Penyangga lahan
Banda Aceh sesuai atau tidak sesuai dengan penggunaan lahan saat ini, mengevaluasi
lahan terbuka hijau wilayah pesisir Banda Aceh yang telah ditanam atau ada yang rusak
atau tidak. Secara spasial dan memberikan gambaran umum tentang area yang mengalami
rehabilitasi hutan bakau di kota Banda Aceh.
2
Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah pantai Banda Aceh yang difungsikan sebagai Wilayah
Penyangga Kota Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan antara Oktober 2010 hingga Desember
2010, yang melibatkan seorang mahasiswa pascasarjana di bidang Teknik Kimia, mahasiswa
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik dan Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala. Data
sekunder digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi peta administrasi Banda Aceh, peta
Perencanaan Tata Ruang Kota Banda Aceh (RTRW) pada tahun 2009-2029, dan peta penggunaan
lahan Banda Aceh yang diproduksi pada tahun 2010. Data primer diambil dengan melakukan
kerja lapangan memanfaatkan GPS dan kamera untuk menangkap perspektif lanskap kota. Data
yang dikumpulkan selama survei dianalisis menggunakan ArcGIS 9.3. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan survei untuk mengamati kondisi fisik dan membuat titik
koordinat di lapangan, serta pengamatan oleh Buffer Zone kondisi lingkungan fisik di lokasi.
2.1 Legislasi nasional
Legislasi nasional yang digunakan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan perkotaan adalah
sebagai berikut:
• UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya • UU No.
26/2007 tentang Perencanaan Tata Ruang (UUPR) • Keputusan Lingkungan No. 45/11/1996
tentang Program Pesisir Berkelanjutan
2.3 implementatiom research
Secara umum, penelitian dilakukan dalam empat fase: persiapan, pengumpulan data, teknik
overlay peta dan pengecekan tanah, teknik pengambilan sampel titik koordinat di lapangan.
• Melestarikan / melindungi zona pantai dengan mensinergikan penggunaan lahan di daerah
sekitar pantai, yang mendukung konservasi / lingkungan ekonomi, sosial, budaya dan alam. •
Mengembangkan genangan air / kolam retensi di kota (ada) yang merupakan bagian dari sistem
drainase kota, yang juga difungsikan sebagai area hijau kota, area rekreasi, area komunitas sosial
ekonomi dan estetika kota. • Perkembangan penghijauan kota di struktur utama kota (jalan,
sungai) dan ruang terbuka kota, yang menjadi elemen mitigasi bencana (jalur
penyelamatan (rute penyelamatan) dan mengumpulkan area untuk evakuasi (area
melarikan diri), dan melindungi kota dari dampak mikro perubahan iklim dan
menciptakan kota yang estetis. • Penerapan peraturan bangunan terkait kepadatan bangunan
(Koefisien Dasar-Dasar Bangunan / KDB, Koefisien Bangunan Tanah / KLB, Building
Equivalent Line / GSB dan Line Border Rivers / GSS ) • Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah
dan limbah (oleh Departemen Sanitasi Kota / DKP). • Pada tingkat perencanaan tata ruang,
sedapat mungkin hindari peruntukan lahan untuk industri berat / berpolusi di kota Banda Aceh.
Tanggul Kanal Banjir Sungai berada di Kecamatan Syiah Kuala tepatnya mulai dari desa Alue
Naga hingga desa Rukoh dan Lamnyong. Saat ini di sepanjang kanal-kanal ini dibanjiri distribusi
vegetasi dalam bentuk pohon pinus. Namun masih linear dengan jumlah yang masih sangat
terbatas sehingga tidak dapat mencirikan area hijau kota. Masalahnya saat ini adalah sepanjang
kanal banjir telah menempatkan tempat penampungan sementara bagi para korban tsunami yang
terlantar yang, tanpa pengawasan akan berdampak bagi keberlanjutan wilayah tersebut.
Area ini merupakan area bekas tambak dan area terbuka yang relatif panas, karena konsep
pengembangan di area ini adalah terciptanya hutan kota di kawasan desa-desa nelayan yang
dapat membantu memperbaiki kondisi udara akibat untuk pengaruh iklim. Jadi, pemukiman
nelayan kemudian menjadi pemukiman yang terletak di kawasan hutan kota. Selain itu, hari ini
di beberapa bagian desa Tibang telah mulai menanam bakau terutama di sekitar kolam. Dan di
daerah ini ada juga rawa-rawa (lahan basah)
Keberadaan Krueng Aceh yang membelah kota Banda Aceh memberi kesan kuat pada
identitas kota, tetapi potensi tersebut masih kurang dimanfaatkan dan penyebaran
vegetasi di sepanjang aliran dan sungai masih berkelompok di mana beberapa tempat
cukup subur tetapi di sisi lain bahkan tanpa vegetasi sama sekali
3.2 Pendekatan Konsep Skenario Kota Hijau Banda Aceh
Konsep pengembangan kota hijau atau Kota Hijau Banda Aceh adalah menciptakan lingkungan
perkotaan yang cukup kuat untuk dapat memperbaiki ekosistem itu sendiri, mampu beradaptasi
dengan perkembangan kehidupan kota baru sebagai kota yang ramah lingkungan, dan dapat
mempertahankan kota dari kekuatan alam lainnya seperti banjir, ombak dan pasang surut dan
dapat meminimalkan panas dan angin yang berlebihan. Sebagai konsep pengembangan
penghijauan kota yang tercantum dalam skenario rencana Kota Hijau di Banda Aceh, arah
pengembangan penghijauan kota adalah sebagai berikut:
• Tidak ada balai kota utama seperti sungai dan jalan yang membentuk pola linier (Green
Linear). • Di ruang terbuka kota (Area Hijau) sebagai bagian dari konsep mitigasi bencana (jalan
keluar dan area komunal untuk evakuasi). • Di kawasan konservasi yang merupakan zona
penyangga utama yaitu kawasan pantai hutan bakau.
3.2 Konsep Jenis Tanaman
Untuk konsep spesies tanaman didasarkan pada penampilan dan fungsinya, kategorinya dibagi
sebagai berikut:
Kategori A (di sisi jalan dan tepi RTH)
• Karakteristik umum Tanaman penutup kanopi tanaman kategori tinggi besar atau sedang •
Penampilan Untuk naungan, berakar kuat, berumur panjang, bisa sebagai jalan setir, batang yang
kuat dan besar dan dapat mengurangi kebisingan • Tanaman; Angsana (Pterocarpus indicus),
Kidamar (Agathis domara), Tamarind (Tamarindus indicus), Kihujan (Samanae saman), mahoni
(Swieteria mahogany), Nyamplung (Calophyllum inophyllum), Bungur (Langerstroma spesiosa)
Kategori B (di area pribadi)
• Karakteristik umum Tumbuhan modern, termasuk kategori pohon peneduh, ukuran kanopi
sedang • Penampilan Karena pohon peneduh dan batangnya tidak terlalu besar, perlu ruang kecil
sebagai tempat tumbuh, adalah pohon tahunan. • Tanaman; Felicium (Felicium decipiens),
Damar (Agathis alba).
Kategori C (Sebagai lindung nilai)
• Karakteristik umum Pohon kecil / sedang / belukar memiliki daya tarik utama berupa bunga,
cabang dan bentuk tanaman
AIWEST
Penampilan Warna dan bentuk bunga yang tinggi, keindahan yang berkesan dapat digunakan
sebagai tanaman hias dan penghalang • Jenis tanaman; Kasia, Dadap Merah, Bunga Kupu-kupu,
Bunga Merak, Soka.
Penutup tanah, bunga atau bentuk daun yang menarik
• Penampilan Tutupan lahan alternatif selain rumput • Jenis tanaman; Kecantikan Taiwan, Bird of
Paradise.
3.3 Kategori E (di tepi area, median trotoar jalan serta setir) • Karakteristik umum Pohon dengan
karakter khusus • Penampilan Sebagai sutradara, memberi kesan dan memiliki bentuk yang khas
dan menarik.
3.4 Desa Lamnyong di sekitar saluran banjir

Untuk wilayah sekitar desa Kanal Sungai Lamnyong, rencana penempatan tanaman ada di dua
lokasi penempatan. Yang pertama tentu saja adalah daerah aliran sungai, penempatan di tanggul
sungai berada di sisi luar tanggul untuk menciptakan visibilitas yang cukup.
Penempatan vegetasi di aula utama kota, yang berada di sepanjang jalan utama dengan susunan
bantalan vegetasi / tanaman berada di antara area pejalan kaki dan privat atau area terbangun.
Penempatan vegetasi atau tanaman di trotoar dan jalur pejalan kaki. Penempatan vegetasi pada
median jalan, di jalan dengan lebar yang cukup dan jalan dengan sirkulasi dua arah.
Pilihan penempatan lokasi di atas vegetasi akan dipengaruhi oleh lebar jalan yang ada, distrik
GSB juga aliran sirkulasi yang terjadi pada jalan dalam penanaman yang direncanakan.
Penempatan vegetasi di area kota terbuka diarahkan oleh penanaman pohon untuk penanaman
banyak stratified vegetasi di area ini diharapkan mengatur iklim mikro area tersebut. Selain itu
disukai bentuk pohon dengan kanopi lebar yang bisa dijadikan tempat berteduh.

Anda mungkin juga menyukai