Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 4 Tahun 2016 Hal.

1-7
Program Studi Pendidikan Kimia ISSN 2337-9995
Universitas Sebelas Maret http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE,


CREATE,AND SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANALISIS DAN PRESTASI BELAJAR
PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI
KELARUTAN SISWA KELAS XI MIA 3 SEMESTER
GENAP SMA BATIK 2 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Rizka Anggraini FT 1, Haryono 2* dan Widiastuti Agustina ES 2


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP UNS Surakarta, Indonesia
2
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP UNS Surakarta, Indonesia

*keperluan korespondensi, telp/fax: 08122624628, e-mail: hharyono52@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anlisis dan prestasi belajar
siswa kelas XI MIA 3 SMA Batik 2 Surakarta tahun pelajaran 2015/2016 melalui penerapan
model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) pada materi pokok kelarutan
dan hasil kali kelarutan. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan dalam dua siklus. Pada setiap siklusnya terdapat empat tahapan yang terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI
MIA 3 SMA Batik 2 Surakarta tahun pelajaran 2015/2016. Teknik pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, kajian dokumen, angket, dan tes. Teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) dapat
meningkatkan kemampuan analisis dan prestasi belajar siswa pada materi pokok kelarutan dan
hasil kali kelarutan. Pada siklus I, ketercapaian kemampuan analisis siswa sebesar 57% dan
meningkat menjadi 73% pada siklus II. Ketercapaian prestasi belajar untuk aspek pengetahuan
pada siklus I sebesar 54% dan meningkat mejadi 78% pada siklus II, ketercapaian aspek sikap
pada siklus I sebesar 87% dan meningkat menjadi 100% pada siklus II, dan untuk aspek
keterampilan hanya dilakukan pada siklus I dengan ketercapaian sebesar 100%.

Kata Kunci : penelitian tindakan kelas, SSCS, kemampuan analisis, prestasi belajar, kelarutan
dan hasil kali kelarutan

PENDAHULUAN maka negara tersebut akan semakin


Pendidikan merupakan salah satu maju.
aspek yang dapat mempengaruhi Salah satu upaya pemerintah
kemajuan suatu bangsa. Pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di
adalah usaha sadar untuk menyiapkan Indonesia adalah dengan menerapkan
peserta didik melalui kegiatan kurikulum 2013. Penerapan kurikulum
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan 2013 ini bertujuan untuk meminimalisir
bagi peranannya di masa yang akan peran guru atau sekolah dan menambah
datang. Untuk itu, pemerintah peran siswa sebagai pihak yang aktif
senantiasa berusaha untuk terus dalam kegiatan pembelajaran. Dalam
memperbaiki kualitas atau mutu Kurikulum 2013, kompetensi lulusan
pendidikan untuk meningkatkan kualitas program pendidikan harus mencakup
sumber daya manusianya. Semakin tiga kompetensi, yaitu sikap,
berkualitasnya sumber daya manusia pengetahuan, dan keterampilan [1].

© 2016 Program Studi Pendidikan Kimia 1


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 4 Tahun 2016 Hal. 1-7

Salah satu sekolah menengah hasil kali kelarutan dibutuhkan suatu


atas di Kota Surakarta yang fakta atau peristiwa yang berhubungan
menerapkan Kurikulum 2013 adalah dengan kelarutan. Fakta tersebut masuk
SMA Batik 2 Surakarta. Berdasarkan dalam tingkatan makroskopis. Apabila
hasil wawancara dengan guru kimia siswa sudah dihadapkan pada fakta-
kelas XI, dapat terlihat bahwa Kurikulum fakta atau peristiwa yang dapat diamati,
2013 belum dapat diterapkan secara maka siswa akan berpikir bagaimana
maksimal dalam pembelajaran di SMA peristiwa itu terjadi, misalnya pada
Batik 2 Surakarta. Guru masih kelarutan garam dalam air. Pada
menerapkan metode pembelajaran tingkatan sub-mikroskopis, siswa akan
konvensional, dimana pembelajaran menemukan suatu partikel, ion, atom,
masih berpusat pada guru (Teacher atau molekul yang menyebabkan proses
Centered Learning). Hal tersebut kelarutan itu terjadi. Pada tingkatan
mengakibatkan siswa kurang aktif dalam simbolik, siswa dapat menuliskan
proses pembelajaran. Siswa cenderung hubungan antara kelarutan dengan
diam dan hanya mendengarkan materi tetapan hasil kali kelarutan berupa
yang disampaikan oleh guru. Selain itu, rumus maupun reaksi yang terjadi.
siswa jarang menanyakan materi mana Berdasarkan penjelasan tersebut,
yang belum dipahami dan ketika maka dalam mempelajari materi
diberikan beberapa permasalahan, kelarutan dan hasil kali kelarutan ini
banyak diantara mereka belum bisa dibutuhkan kemampuan menganalisis
memecahkan permasalahan berkaitan hubungan-hubungan yang terjadi antar
dengan materi yang telah disampaikan. tingkatan tersebut. hal ini bertujuan
Dalam kurikulum 2013 salah satu agar siswa dapat memahami konsep
mata pelajaran wajib bagi siswa SMA kelarutan dan hasil kali kelarutan. Akan
MIA (Matematika dan Ilmu Alam) adalah tetapi, tidak sedikit dari siswa
kimia. Karakteristik pembelajaran kimia mengalami kesulitan dalam
ada tiga tingkatan, diantaranya mempelajarinya. Hal ini dikarenakan
makroskopik, sub-mikroskopik, dan siswa langsung mempelajari pada
simbolik. Sifat konsep kimia dan cara bagian tingkatan simbolik berupa rumus-
konsep yang diwakili (makroskopik, sub- rumus, tanpa mempelajari terlebih
mikroskopik, atau simbolik) membuat dahulu materi yang berhubungan
kimia lebih mudah untuk dipelajari oleh dengan tingkatan makroskopis dan sub-
siswa apabila siswa dapat mikroskopis. Padahal kedua tingkatan
menghubungkan ketiga tingkatan tersebut dapat menjelaskan rumus yang
tersebut. Interaksi dan perbedaan ketiga didapat pada tingkatan simbolik
tingkatan tersebut adalah hal penting sehingga materi kelarutan dan hasil kali
dari karakteristik pembelajaran kimia kelarutan dapat dipahami dengan
dan diperlukan untuk pencapaian dalam mudah.
memahami konsep kimia. Oleh karena Berdasarkan wawancara dengan
itu, jika siswa memiliki kesulitan di salah guru mata pelajaran kimia kelas XI,
satu tingkat akan mempengaruhi siswa mengalami kesulitan dalam
tingkatan lainnya [2]. menguasai materi kelarutan dan hasil
Salah satu materi yang dipelajari kali kelarutan. Siswa masih kesulitan
dalam pembelajaran kimia adalah materi memahami persoalan-persoalan yang
pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. berhubungan dengan materi tersebut.
Materi tersebut terdiri beberapa sub- Berdasarkan data hasil ulangan akhir
materi, yaitu tentang pengertian semester ganjil siswa kelas XI MIA SMA
kelarutan dan hasil kali kelarutan, Batik 2 Surakarta tahun pelajaran
hubungan kelarutan dengan hasil kali 2015/2016, siswa kelas XI MIA 3
kelarutan, pengaruh ion senama, pH memiliki nilai rata-rata dan ketuntasan
pada kelarutan, dan memprediksikan paling rendah dari pada kelas lainnya.
terbentuknya endapan berdasarkan Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi
harga Ksp. Untuk menguasai materi permasalahan dalam proses
tentang hubungan kelarutan dengan

© 2016 Program Studi Pendidikan Kimia 2


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 4 Tahun 2016 Hal. 1-7

pembelajaran di kelas tersebut dan pada siswa (student centered learning)


membutuhkan perbaikan. dan menyesuaikan dengan karakteristik
Karakteristik materi kelarutan dan materi diharapkan dapat meningkatkan
hasil kali kelarutan memerlukan kemampuan analisis dan prestasi
pemahaman konsep pada siswa. belajar siswa. Salah satu cara yang
Kemampuan siswa dalam memahami dapat ditempuh adalah dengan
materi ini tentu saja berbeda - beda. pembelajaran aktif melalui model
Berdasarkan observasi yang dilakukan, pembelajaran Search, Solve, Create,
sebagian besar siswa masih kesulitan and Share (SSCS).
dalam menguraikan dan menyelesaikan Model pembelajaran Search,
soal-soal yang diberikan oleh guru. Solve, Create, and Share SSCS ini
Siswa kesulitan dalam menghubungkan memiliki keunggulan yaitu dapat
rumus yang satu dengan yang lainnya. memberikan kesempatan kepada siswa
Selain itu, siswa hanya mengikuti untuk mengembangkan kemampuan
langkah-langkah yang diberikan oleh pemecahan masalah. Tahapan
guru tanpa diidentifikasi terlebih dahulu pembelajaran dari model SSCS ini
sehingga dalam aplikasi pengerjaan meliputi empat fase yaitu search, solve,
soal sering mengalami kesulitan. Hal create, dan share. Model SSCS
tersebut mengindikasikan bahwa memberikan kesempatan kepada siswa
kemampuan analisis siswa kelas XI MIA untuk mengeksplorasi ide secara
3 masih cukup rendah. Analisis tersebut mandiri, mengharuskan siswa mampu
diperkuat dengan hasil prasiklus yang menuliskan solusi dengan langkah-
telah dilakukan yang menunjukkan langkah penyelesaian yang sistematis,
bahwa siswa dengan kemampuan serta mengharuskan siswa untuk aktif
analisis tinggi hanya sebesar 32,4%. berdiskusi selama proses pembelajaran
Kemampuan menganalisis [5].
merupakan bagian dari kemampuan Berdasarkan uraian di atas,
berpikir. Apabila kemampuan berpikir peneliti memandang perlunya dilakukan
siswa tersebut baik, maka akan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
memudahkan seseorang tersebut dengan menerapan model pembelajaran
meraih prestasi [3]. Kemampuan Search, Solve, Create, and Share
analisis adalah kemampuan (SSCS) pada materi pokok kelarutan
mengidentifikasi hubungan-hubungan dan hasil kali kelarutan untuk
nyata yang diharapkan dan terpercaya meningkatkan kemampuan analisis dan
diantara pernyataan, konsep, deskripsi, prestasi belajar siswa kelas XI MIA 3
atau bentuk lain dari perwakilannya SMA Batik 2 Surakarta tahun pelajaran
untuk mengungkapkan keyakinan, 2015/2016.
penilaian, pengalaman, alasan,
informasi, atau opini. Komponen- METODE PENELITIAN
komponen dari kemampuan analisis, Penelitian ini dlakukan di SMA
yaitu menginterpretasi informasi dan Batik 2 Surakarta yang beralamat di
ide, mengidentifikasi pernyataan dan Jalan Sam Ratulangi No. 86 Surakarta.
informasi yang disajikan, membangun Penelitian yang dilakukan adalah
hipotesis, dan menguraikan hubungan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dari kalimat atau bagian-bagian suatu dilakukan dalam dua siklus, dimana
konsep untuk memberikan keputusan masing-masing siklus terdapat empat
[4]. tahapan yaitu perencanaan,
Berdasarkan permasalahan pelaksanaan, observasi, dan refleksi [6].
tersebut, maka perlu dilakukan tindakan Subjek penelitian adalah siswa kelas XI
untuk memperbaiki kualitas proses MIA 3 SMA Batik 2 Surakarta tahun
pembelajaran berupa kemampuan pelajaran 2015/2016.
analisis siswa sehingga prestasi belajar Analisis data dalam penelitian ini
siswa menjadi lebih baik. Dengan dilakukan sejak awal sampai
dilakukannya Penelitian Tindakan Kelas berakhirnya pengumpulan data. Data-
(PTK) dimana pembelajaran berpusat data dari hasil penelitian diolah dan

© 2016 Program Studi Pendidikan Kimia 3


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 4 Tahun 2016 Hal. 1-7

dianalisis secara deskriptif kualitatif. pembelajaran pada pertemuan pertama


Teknik analisis data mengacu pada ini. Guru memotivasi siswa dengan
model analisis Miles dan Huberman memberikan manfaat-manfaat dari
yang dilakukan secara interaktif melalui mempelajari materi kelarutan dan hasil
proses reduksi data, penyajian data, kali kelarutan. Kemudian, guru membagi
penarikan kesimpulan, dan verifikasi. siswa ke dalam delapan kelompok
Pada penelitian ini digunakan teknik dimana masing-masing kelompok terdiri
triangulasi data untuk memeriksa dari 4-5 siswa.
validitas data dalam penelitian. Kegiatan selanjutnya menerapkan
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan pembelajaran sesuai dengan sintaks
keabsahan data yang memanfaatkan dari model pembelajaran Search, Solve,
sesuatu yang lain di luar data untuk Create, and Share (SSCS) . Kegiatan
keperluan pengecekan atau sebagai dimulai dengan tahap search. Pada
pembanding terhadap data tersebut [7]. tahap ini, siswa mengkaji lembar kerja
Penilaian yang menggunakan teknik diskusi bagian kolom search dengan
triangulasi data adalah penilaian aspek mengisi bagian-bagian kosong. Tahap
sikap. Dalam penelitian ini teknik selanjutnya adalah solve. Pada tahap
pengumpulan data melalui observasi, ini, siswa menanyakan hal-hal yang
wawancara, kajian dokumen, angket, belum dipahami maksud dari lembar
dan tes. diskusi. Selain itu, siswa mengumpulkan
data yang diperlukan untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN memecahkan persoalan yang ada pada
Siklus I lembar diskusi bagian kolom solve.
Tahap perencanaan tindakan Tahap selanjutnya adalah create. Pada
siklus I dilakukan dengan mengkaji tahap ini siswa menuliskan jawaban dari
terlebih dahulu silabus 2013 bersama persoalan yang diberikan pada lembar
dengan guru. Silabus tersebut dijadikan diskusi bagian kolom create. Jawaban-
dasar dalam pemembuatan Rencana jawaban tersebut berupa langkah-
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). langkah dalam menjawab persoalan-
Alokasi waktu yang dibuat dalam RPP persoalan yang ada. Tahap terakhir
disesuaikan dengan waktu pelaksanaan adalah share. Pada tahap ini, siswa
pembelajaran dalam silabus. Alokasi mempresentasikan hasil kerja
waktu yang disusun dalam RPP terdiri kelompoknya di depan kelas. Siswa
dari lima kali pertemuan (10 JP) dimana yang berasal dari kelompok lain
untuk empat kali pertemuan (8 JP) memberikan tanggapan maupun saran
untuk penyampaian materi dan satu kali dari hasil presentasi tersebut.
pertemuan (2 JP) untuk pelaksanaan selanjutnya guru menyamakan persepsi
evaluasi siklus I. Pertemuan keempat dan memberikan penguatan tentang
berupa kegiatan praktikum. konsep-konsep yang berhubungan
Materi yang dipelajari pada siklus I dengan materi kelarutan dan hasil kali
diantaranya pengertian kelarutan dan kelarutan. Pada akhir pembelajaran
hasil kali kelarutan, hubungan kelarutan guru memberikan post test kepada
dan hasil kali kelarutan, pengaruh ion siswa.
senama terhadap kelarutan, pengaruh Pada akhir siklus I dilakukan tes
pH terhadap kelarutan, dan meliputi tes pengetahuan siswa,
memprediksikan terbentuknya endapan pengisian angket sikap, dan tes
berdasarkan harga Ksp. kemampuan analisis. Observasi sikap
Kegiatan pembelajaran dengan dilakukan selama kegiatan
model pembelajaran Search, Solve, pembelajaran berlangsung. Sedangkan
Create, and Share (SSCS) diawali observasi keterampilan dilaksanakan
dengan guru memberikan apersepsi saat kegiatan praktikum. Ketercapaian
tentang kelarutan dan hasil kali masing-masing aspek pada siklus I
kelarutan yang berhubungan dengan disajikan dalam Tabel 2.
kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, guru
memberikan ulasan mengenai tujuan

© 2016 Program Studi Pendidikan Kimia 4


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 4 Tahun 2016 Hal. 1-7

Tabel 2. Hasil Ketercapaian Siklus I Siklus II


Materi Kelarutan dan Hasil Berdasarkan hasil refleksi siklus I,
Kali Kelarutan Kelas XI MIA 3 maka dilakukan perencanaan
SMA Batik 2 Surakarta Tahun pelaksanaan tindakan siklus II.
Pelajaran 2015/2016 Pembelajaran siklus II lebih difokuskan
untuk perbaikan dan penyempurnaan
Target Keterca- dari siklus I. Materi yang diberikan
Aspek Kriteria
(%) paian (%)
Kemampuan Belum adalah materi yang berhubungan
70 57
Analisis Tercapai dengan indikator kompetensi yang
Belum belum tuntas pada siklus I. Indikator
Pengetahuan 75 54
Tercapai
Sikap 75 87 Tercapai kompetensi yang belum mencapai target
Keterampilan 75 100 Tercapai yaitu menjelakan pengaruh ion senama
dalam larutan dan menentukan pH
Berdasarkan siklus I masih larutan dari harga Ksp-nya.
terdapat aspek yang belum mencapai Tindakan yang dilakukan pada
target, yaitu kemampuan analisis dan siklus II adalah pertama, mengganti
aspek pengetahuan. Pada aspek kelompok diskusi berdasarkan hasil tes
pengetahuan, belum tercapai nya target aspek pengetahuan pada siklus I.
dikarenakan siswa belum mampu Pembentukan kelompok ini bertujuan
memahami variasi soal dan langkah- agar siswa yang sudah tuntas dapat
langkah penyelesaiannya. Selain itu, membantu siswa lain yang belum
siswa kurang aktif dalam pembelajaran memahami materi yang telah dipelajari
untuk menanyakan bagian-bagian sebelumnya. Kedua, guru memberikan
materi yang masih belum dipahami motivasi kepada siswa untuk lebih giat
sehingga dalam mengerjakan soal lagi dalam belajar agar mudah
tersebut masih banyak siswa yang salah memahani konsep materi kimia,
dalam menjawab. Sedangkan pada khususnya materi kelarutan dan hasil
kemampuan analisis, belum tercapai kali kelarutan. Ketiga, guru lebih
nya target dikarenakan siswa belum memeberikan kesempatan kepada
mampu menginterpretasi informasi dan siswa yang kurang percaya diri untuk
ide. Selain itu, siswa juga belum mampu mempresentasikan hasil diskusi
mengidentifikasi pernyataan dan kelompoknya. Keempat, guru
informasi yang disajikan dan memberikan perhatian lebih terhadap
membangun hipotesis dari siswa yang masih belum tuntas agar
permasalahan yang diberikan. Oleh lebih mudah dalam memecahkan
karena itu, perlu dilakukan tindakan persoalan-persoalan materi tentang
pada siklus II agar persentase kelarutan dan hasil kali kelarutan.
ketercapaian semua indikator dapat Pelakanaan pembelajaran siklus II
tercapai seluruhnya. Tahapan terakhir direncanakan dua kali pertemuan (4 JP),
dari Penelitian Tindakan kelas (PTK) dimana pertemuan pertama (2 JP)
adalah tahap refleksi. Hasil refleksi berupa penguatan materi dan
siklus I menunjukkan bahwa pembagian pertemuan kedua (2 JP) digunakan
kelompok diskusi belum heterogen untuk evaluasi siklus II. Pada siklus II
sehingga masih terdapat kelompok ini tidak dilakukan penilaian terhadap
diskusi yang pasif. Keadaan tersebut aspek keterampilan. Hal ini dikarenakan
mengakibatkan siswa kesulitan pada siklus I telah tercapai ketuntasan
memahami materi yang dipelajari aspek keterampilan sebesar 100%.
sehingga hasil prestasi belajar belum Tahapan pelaksanaan siklus II
tuntas. Untuk itu, perlu dilakukan menggunakan tahapan yang ada pada
pembentukan kelompok diskusi agar model pembelajaran SSCS, yaitu tahap
heterogen dan masing-masing search, solve, create, dan share sesuai
kelompok terlibat aktif dalam kegiatan dengan siklus I. Pada akhir siklus II
pembelajaran . dilakukan penilaian aspek pengetahuan,
aspek sikap, dan kemampuan analisis.
Penilaian aspek pengetahuan dan

© 2016 Program Studi Pendidikan Kimia 5


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 4 Tahun 2016 Hal. 1-7

kemampuan analisis berupa tes pilihan


ganda. Sedangkan penilaian aspek
pengetahuan berupa lembar observasi
sikap selama pembelajaran berlangsung
dan pengisian angket penilaian diri.
Ketercapaian kemampuan analisis,
aspek pengetahuan, aspek sikap pada
siklus I disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Ketercapaian siklus II


Materi Kelarutan dan Hasil
Kali Kelarutan Kelas XI MIA 3
SMA Batik 2 Surakarta Tahun Gambar 1. Histogram Ketercapaian
Pelajaran 2015/2016 Kemampuan Analisis, Aspek
Target Keterca- Pengetahauan, Sikap, dan
Aspek Kriteria
(%) paian (%) Keterampilan Siklus I dan II
Kemampuan
70 73 Tercapai
Analisis
Pengetahuan 75 78 Tercapai
Sikap 75 100 Tercapai KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
Berdasarkan Tabel 3. dapat dilihat dilakukan dapat disimpulkan :
bahwa kemampuan analisis, aspek 1. Penerapan model pembelajaran
pengetahuan, dan aspek sikap telah Search, Solve, Create, and Share
mencapai target. Berdasarkan hasil (SSCS) dapat meningkatkan
tersebut, maka peneliti dan guru kemampuan analisis siswa pada
menyepakati untuk menghentikan materi pokok kelarutan dan hasil
penelitian sampai siklus II. kali kelarutan siswa kelas XI MIA 3
SMA Batik 2 Surakarta tahun
Perbandingan Siklus I dan Siklus II pelajaran 2015/2016.
Pada pembelajaran dengan model 2. Penerapan model pembelajaran
pembelajaran Search, Solve, Create, Search, Solve, Create, and Share
and Share (SSCS) terjadi peningkatan (SSCS) dapat meningkatkan
hasil ketercapaian dari siklus I ke siklus prestasi belajar siswa pada materi
II. Hal ini dapat diketahui dari hasil pokok kelarutan dan hasil kali
ketercapaian tes kemampuan analisis kelarutan siswa kelas XI MIA 3 SMA
siswa pada siklus I sebesar 57% dan Batik 2 Surakarta tahun pelajaran
pada siklus II sebesar 73%. 2015/2016.
Ketercapaian pada tes aspek
pengetahuan siklus I sebesar 54% dan UCAPAN TERIMA KASIH
pada siklus II sebesar 78%. Selain itu, Penulis mengucapkan terima
ketercapaian siswa tuntas untuk aspek kasih kepada Bapak Drs. Soewarto, MM
sikap pada siklus I sebesar 87% dan selaku Kepala Sekolah yang telah
pada siklus II sebesar 100%. memberikan izin penelitian di SMA Batik
Ketercapaian aspek keterampilan siswa 2 Surakarta dan Bapak Jumiyat, S.Pd.
pada siklus I sebesar 100%. selaku guru kimia yang telah
Perbandingan hasil tindakan siklus I dan memberikan bimbingan dan bantuan
siklus II disajikan dalam Gambar 1. selama melaksanakan penelitian.

DAFTAR RUJUKAN
[1] Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan. (2013). Salinan
Lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 69 Tahun 2013. Jakarta:
Kemendikbud.

© 2016 Program Studi Pendidikan Kimia 6


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 4 Tahun 2016 Hal. 1-7

[2] Sirhan, G. (2007). Learning


Difficulties in Chemistry: An
Overview. Journal of Turkish
Science Education, 4(2), 1-20.

[3] Surya, H. (2011). Strategi Jitu


Mencapai Kesuksesan Belajar.
Jakarta: Elex Komputindo.

[4] Facione, P.A. (2015). Critical


Thinking: What It Is and Why It
Counts. Measured Reasons and
The California Academic Press,
Millbrae, CA.

[5] Pizzini, E.L. (1988). SSCS


Implementation Handbook Useful
Problem Solving. Lowa: University
of Lowa.

[6] Arikunto, S., Suhardjono, &


Supardi. (2011). Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.

[7] Sugiyono. (2010). Metode


Penelitian Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.

© 2016 Program Studi Pendidikan Kimia 7

Anda mungkin juga menyukai