Anda di halaman 1dari 21

Avometer Analog

Yang dimaksud Multimeter atau Avometer adalah Alat ukur Listrik yang memungkinkan kita
untuk mengukur besarnya Besaran listrik yang ada pada suatu rangkaian baik itu Tegangan, Arus,
maupun Nilai Hambatan/Tahanan. AVOmeter adalah singkatan dari Ampere Volt Ohm Meter, jadi
hanya terdapat 3 komponen yang bisa diukur dengan AVOmeter sedangkan Multimeter ,dikatakan
multi sebab memiliki banyak besaran yang bisa di ukur, misalnya Ampere, Volt, Ohm, Frekuensi,
Konektivitas Rangkaian (putus ato tidak), NilaiKapasitif, dan lain sebagainya. Terdapat 2 (dua) jenis
Multimeter yaitu Analogdan Digital, yang Digital sangat mudah pembacaannya disebabkan karena
Multimeter digital telah menggunakan angka digital sehingga begitu melakukan pengukuran Listrik,
Nilai yang diinginkan dapat langsung terbaca asalkan sesuai atau Benar cara pemasangan alat ukurnya.

Mari mengenal bagian‐bagian Multimeter atau Avometer agar lebih memudahkan dalam memahami
tulisan selanjutnya:
SEKRUP PENGATUR JARUM, Sekrup ini dapat di putar dengan Obeng atau plat kecil, Sekrup ini
berfungsi mengatur Jarum agar kembali atau tepat pada posisi 0 (NOL), terkadang jarum tidak pada
posisi NOL yang dapat membuat kesalahan pada pengukuran, Posisikan menjadi NOL sebelum
digunakan.

TOMBOL PENGATUR NOL OHM. Tombol ini hampir sama dengan Sekrup pengatur jarum, hanya
saja bedanya yaitu Tombol ini digunakan untuk membuat jarum menunjukkan angka NOL pada saat
Saklar pemilih di posisikan menunjuk SKALA OHM. Saat saklar pemilih pada posisi Ohm biasanya
pilih x1 pada skala Ohm kemudian Hubungkan kedua ujung TERMINAL (Ujung terminal Merah
bertemu dengan Ujung terminal Hitam) dan Lihat pada Layar penunjuk, Jarum akan bergerak ke
KANAN (Disitu terdapat angka NOL (0), Putar tombol pengatur Nol Ohm sampai jarum menunjukkan
angka NOL). Proses ini dinamakan KALIBRASI OhmMeter. Hal ini Muthlak dilakukan sebelum
melakukan pengukuran tahanan (OHM) suatu komponen atau suatu rangkaian.

SAKLAR PEMILIH. Saklar ini harus di posisikan sesuai dengan apa yang ingin di UKUR, misalnya
bila ingin mengukur tegangan AC maka atur/putar saklar hingga menyentuh skala AC yang pada alat
ukur tertulis ACV, Begitu pula saat mengukur tegangan DC, cari yang tertulis DCV, begitu seterusnya.
Jangan Salah memilih Skala Pengukuran.
Pada setiap bagian SKALA PENGUKURAN yang dipilih dengan Saklar Pemilih, terdapat Nilai‐nilai
yang tertera pada alat ukur, Misalnya Pada Skala Tegangan AC (tertulis ACV pada alat ukur) tertera
skala 10, 50, 250, dan 750 begitu pula pada Skala Tegangan DC (tertulis DCV pada alat ukur) tertera
skala 0.1 , 0.25 , 2.5 , 10 , dst. Apa maksud Skala ini?? Dan Bagaimana Memilihnya??
Pedoman Memilih SKALA Pengukuran:
Skala tersebut adalah skala yang akan digunakan untuk membaca hasil pengukuran, Semua skala dapat
digunakan untuk membaca, Hanya saja tidak semua skala dapat memberikan atau memperlihatkan nilai
yang diinginkan, misalnya kita mempunyai Baterai 9 Volt DC, kemudian kita mengatur SAKLAR
PEMILIH untuk Memilih SKALA TEGANGAN DC pada posisi 2,5 dan menghubungkan
TERMINAL Merah dengan positif (+) baterai dan Hitam dengan Negatif (‐) baterai. Apa yang akan
terjadi?? Jarum akan bergerak ke Ujung Kanan dan tidak menunjukkan angka 9Volt, Mengapa
Demikian?? Sebab NILAI MAKSIMAL yang dapat diukur bila kita memposisikan Saklar Pemilih pada
skala 2.5 adalah hanya 2.5 Volt saja, sehingga untuk mengukur Nilai 9Volt maka saklar harus di putar
menuju Skala yang LEBIH BESAR sari NILAI Tegangan yang di Ukur, jadi Putar pada Posisi 10 dan
Alat ukur akan menunjukkan nilai yang diinginkan.
Penjelasan Lebih Lengkap Mengenai MEMBACA ALAT UKUR akan di Bahas selanjutnya pada
tutorial ini.
Untuk melakukan suatu pengukuran listrik, Posisi alat ukur pada rangkaian juga Mesti dan Hal wajib
yang harus di perhatikan agar pembacaan alat ukur tidaksalah. Pemasangan Alat ukur yang salah
/Tidak benar memberikan hasil pengukuran yang TIDAK BENAR dan bukan kurang tepat, jadi ini
sangat perlu di perhatikan. Mari kita melihat posisi alat ukur yang benar:

1. Posisi alat ukur saat mengukur TEGANGAN (Voltage)


Pada saat mengukur tegangan baik itu teggangan AC maupun DC, maka
Alat ukur mesti di pasang Paralel terhadap rangkaian. Maksud paralel
adalah kedua terminal pengukur ( Umumnya berwarna Merah untuk
positif (+) dan Hitam untuk Negatif (‐) harus membentuk suatu titik
percabangan dan bukan berjejer (seri) terhadap beban. Pemasangan yang benar dapat dilihat pada
gambar berikut:

2. Posisi alat ukur saat mengukur ARUS (Ampere)


Untuk melakukan pengukuran ARUS yang mesti diperhatikan yaitu Posisi
terminal harus dalam kondisi berderetan dengan Beban, Sehingga untuk
melakukan pengukuran arus maka rangkaian mesti di Buka / diputus /
Open circuit dan kemudian menghubungkan terminal alat ukur pada titik
yang telah terputus tersebut. Pemasangan yang benar dapat dilihat pada
gambar:

3. Posisi alat ukur saat mengukur Hambatan (Ohm)


Yang mesti diketahui saat pngukuran tahanan ialah JANGAN PERNAH MENGUKUR NILAI
TAHANAN SUATU KOMPONEN SAAT TERHUBUNG DENGAN SUMBER. Ini akan merusak
alat ukur. Pengukurannya sangat mudah yaitu tinggal mengatur saklar pemilih ke posisi Skala OHM
dan kemudian menghubungkan terminal ke kedua sisi komponen (Resistor) yang akan diukur .
Kali ini saya tidak akan membahas mengenai mengapa alat ukur di pasang paralel saat mngukur
tegangan dan Seri pada saat mengukur Arus, sebab itu lebih kompleks kecuali ada yang
membutuhkannya. Hal ini erat kaitannya dengan Rangkaian dalam suatu alat ukur. Setelah mengetahui
Cara mengatur Saklat Pemilih yang Benar, Mengetahui JenisSkala yang akan digunakan, dan Cara
pemasangan alat ukur yang benar, maka tiba saatnya kita melakukan Pengukuran Besaran Listrik.

MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) DC

Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:


1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda angka
yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.
3. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol Pengatur Nol
OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k
selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum
AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Tegangan yang anda ingin ukur, ACV
untuk tegangan AC (bolak balik) dan DCV untuk tegangan DC (Searah).
5. Posisikan SKALA PENGUKURAN pada nilai yang paling besar terlebih dahulu seperti 1000 atau
750 jika anda TIDAK TAHU berapa nilai tegangan maksimal yang mengalir pada rangkaian.
6. Pasangkan alat ukur PARALEL terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur.
7. Baca Alat ukur.

Cara Membaca Nilai Tegangan yang terukur:

1. Misalkan Nilai tegangan yang akan diukur adalah 15 VOLT DC (Belum kita ketahui sebelumnya,
itulah saya katakan Misalnya).
2. Kemudian Kita memposisikan saklar pemilih pada posisi DCV dan memilih skala paling besar yang
tertera yaitu 1000. Nilai 1000 artinya Nilai tegangan yang akan diukur bisa mencapai 1000Volt.
3. Saat memperhatikan Alat ukur maka Dalam Layar penunjuk jarum tidak terdapat skala terbesar 1000
yang ada hanya 0‐10, 0‐50, dan 0‐250. Maka Untuk memudahkan membaca perhatikan skala 0‐10 saja.
4. Skala penunjukan 0‐10 berarti saat jarum penunjuk tepat berada pada angka 10 artinya nilai tegangan
yang terukur adalah 1000 Volt, jika yang di tunjuk jarum adalah angka 5 maka nilai tegangan
sebenarnya yang terukur adalah 500 Volt, begitu seterusnya.
5. Kembali Pada Kasus no. 1 dimana nilai tegangan yang akan diukur adalah hanya 15 Volt sementara
kita menempatkan saklar pemilih pada Posisi 1000, maka jarum pada alat ukur hanya akan bergerak
sedikit sekali sehingga sulit bagi kita untuk memperkirakan berapa nilai tegangan
sebenarnya yang terukur. Untuk itu Pindahkan Saklar Pemilih ke Nilai Skala yang dapat membuat
Jarum bergerak lebih banyak agar nilai pengukuran lebih akurat.
6. Misalkan kita menggeser saklar pemilih ke Posisi 10 pada skala DCV. Yang terjadi adalah, jarum
akan bergerak dengan cepat ke paling ujung kanan. Hal ini disebabkan nilai tegangan yang akan di
ukur LEBIH BESAR dari nilai Skala maksimal yang dipilih. Jika Hal ini di biarkan terus menerus
maka alat ukur DAPAT RUSAK, Jika jarum alat ukur bergerak sangat cepat ke kanan, segera pisahkan
alat ukur dari rangkaian dan ganti Skala SAKLAR PEMILIH ke posisi yang lebih Besar. Saat saklar
Pemilih diletakkan pada angka 10 maka yang di perhatikan dalam layar penunjukan jarum adalah range
skala 0‐10, dan BUKAN 0‐50 atau 0‐250.
7. Telah saya jelaskan bahwa saat memilih skala 10 untuk mengukur nilai tegangan yang lebih besar
dari 10 maka nilai tegangan sebenarnya tidak akan terukur / diketahui. Solusinya adalah Saklar Pemilih
di posisikan pada skala yang lebih besar dari 10 yaitu 50. Saat memilih Skala 50 pada skala tegangan
DC (tertera DCV), maka dalam Layar Penunjukan Jarum yang mesti di perhatikan adalah range skala
0‐50 dan BUKAN lagi 0‐10 ataupun 0‐250.
8. Saat Saklar pemilih berada pada posisi 50 maka Jarum Penunjuk akan bergerak Tepat di tengah
antara Nilai 10 dan 20 pada range skala 0‐50 yang artinya Nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur
bernilai 15 Volt. Perhatikan gambar berikut:
9. Untuk mengetahui berapa nilai tegangan yang terukur dapat pula menggunakan RUMUS: Tegangan
terukur = (Skala saklar pemilih : Skala terbesar pada layar) x angka yang ditunjuk jarum Jadi misalnya,
tegangan yang akan di ukur 15 Volt maka: 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝐸𝑅𝑈𝐾𝑈𝑅 =(50:50)x15
Nilai Tegangan Terukur = 15

MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) AC


1. Untuk mengukur Nilai tegangan AC anda hanya perlu memperhatikan Posisi Sakelar Pemilih berada
pada SKALA TEGANGAN AC (Tertera ACV) dan kemudian memperhatikan Baris skala yang
berwarna Merah pada Layar Penunjuk Jarum.
2. Selebihnya sama dengan melakukan pengukuran Tegangan DC di atas.

Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:


1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0)
3. Lakukan Kalibrasi alat ukur
4. Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Arus DCA
5. Pilih SKALA PENGUKURAN yang diinginkan seperti 50 Mikro, 2.5m , 25m ,atau 0.25A.
6. Pasangkan alat ukur SERI terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur.
7. Baca Alat ukur (Pembacaan Alat ukur sama dengan Pembacaan Tegangan DC diatas)

MENGUKUR NILAI TAHANAN / RESISTANSI RESISTOR (OHM)


Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:
1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda angka
yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.
3. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol Pengatur Nol
OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k
selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum AVO
tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala OHM yang diinginkan yaitu pada x1
Ω, x10, x100, x1k, atau x10k, Maksud tanda x (kali /perkalian) disini adalah setiap nilai yang terukur
atau yang terbaca pada alat ukur nntinya akan di KALI kan dengan nilai Skala OHM yang dipilih oleh
saklar Pemilih.
5. Pasangkan alat ukur pada komponen yang akan di Ukur. (INGAT JANGAN PASANG ALAT
UKUR OHM SAAT KOMPONEN MASIH BERTEGANGAN)
6. Baca Alat ukur.

Cara membaca OHM METER


1. Untuk membaca nilai Tahanan yang terukur pada alat ukur Ohmmeter sangatlah mudah.
2. Anda hanya perlu memperhatikan berapa nilai yang di tunjukkan oleh Jarum Penunjuk dan
kemudian mengalikan dengan nilai perkalian Skala yang di pilih dengan sakelar pemilih.
3. Misalkan Jarum menunjukkan angka 20 sementara skala pengali yang anda pilih sebelumnya dengan
sakelar pemilih adalah x100, maka nilai tahanan tersebut adalah 2000 ohm atau setara dengan 2 Kohm.
Misalkan pada gambar berikut terbaca nilai tahanan suatu Resistor:
Kemudian saklar pemilih menunjukkan perkalian skala yaitu x 10k maka nilai resistansi tahanan /
resistor tersebut adalah:
Nilai yang di tunjuk jarum = 26
Skala pengali = 10 k
Maka nilai resitansinya = 26 x 10 k
= 260 k = 260.000 Ohm.

Avometer Digital

Multimeter digital mampu menampilkan beberapa pengukuran untuk arus miliamper,


temperatur °C, tegangan milivolt, resistansi ohm, frekuensi Hz, daya listrik mW sampai kapasitansi nF.
Multimeter digital, terdiri dari tiga jenis alat ukur sekaligus, yaitu mengukur tegangan, arus, dan
tahanan. Mampu untuk mengukur besaran listrik DC
maupun AC. Sakelar pemilih mode digunakan untuk
pemilihan jenis pengukuran, mencakup tegangan
AC/DC, pengukuran arus AC/DC, pengukuran tahanan,
pengukuran diode, dan pengukuran kapasitor. Terminal
kabel untuk tegangan dengan arus berbeda. Terminal
untuk pengukuran arus kecil 300 mA dengan arus
sampai 10 A dibedakan. Multimeter Digital
menampilkan kuantitas yang diukur sebagai angka, yang mencegah paralaks kesalahan.
Fitur pengukuran perangkat tambahan dalam Multimeter Digital
 Auto-mulai, yang memilih rentang yang benar untuk kuantitas yang diuji sehingga yang
paling signifikan angka yang akan ditampilkan. Sebagai contoh, empat digit multimeter akan
secara otomatis memilih rentang yang tepat untuk menampilkan 1,234 bukannya 0,012, atau
overloading. Auto-mulai meter biasanya menyertakan fasilitas untuk 'membekukan' meteran
rentang tertentu, karena pengukuran yang menyebabkan berbagai perubahan yang sering
mengganggu pengguna.
 Auto-polaritas untuk pembacaan arus langsung, menunjukkan jika tegangan yang diberikan
adalah positif (setuju dengan meteran memimpin label) atau negatif (berlawanan polaritas
untuk meteran lead).
Alat ukur Multimeter digital menunjukan kebesaran yang diukur dalam bentuk angka. Dengan
multimeter digital kesalahan pembacaan dihilangkan oleh penunjukan langsung dengan angka
kebesaran yang diukur dan titik desimal ditunjukan pula secara langsung untuk memudahkan
pengukuran.

Cara menggunakan :

Mari kita mulai belajar menggunakan Multitester.Sebelumnya kenali dulu tombol-tombol yang ada
pada Multitester sebagai berikut :
Menggunakan Multitester sebagai Volt Meter
Bertujuan untuk mengukur suatu obyek tegangan baik DC maupun AC

1. Pasang Kabel hitam ke COM (Ground), dan pasang Kabel Merah ke Lubang paling kanan (V/Ohm).
2. Tentukan object pengukuran, misalnya akan mengukur battere Nokia yg berkapasitas 3,7V.
3. Lihat skala pada Multitester pd bagian V (Volt) ada dua yaitu:
DC Volt — (Tegangan searah) : Tegangan Batere, Teg. Output IC Power, dsb (Terdapat Polaritas +
dan -)
AC Volt ~ (Tegangan Bolak Balik) : Tegangan PLN, dan sejenisnya.

Umumnya yg digunakan dalam pengukuran arus lemah seperti pengukuran ponsel, dll dipilih yg DC
Volt –

Setelah dipilih skala DC Volt, ada nilai-nilai yg tertera pada bagian DC Volt tersebut. Contoh:

200mV artinya akan mengukur tegangan yg maksimal 0,2 Volt


2V artinya akan mengukur tegangan yg maksimal 2 Volt
20V artinya akan mengukur tegangan yg maksimal 20 Volt
200V artinya akan mengukur tegangan yg maksimal 200V
750V artinya akan mengukur tegangan yg maksimal 750V

Gunakan skala yg tepat untuk pengukuran, misal Battere 3,6 Volt gunakan skala pada 20V. Maka
hasilnya akan akurat mis terbaca : 3,76 Volt.

Jika menggunakan skala 2 V akan muncul angka 1 (pertanda overload/ melebihi skala)
Jika menggunakan skala 200V akan terbaca hasilnya namun tdk akurat misal terbaca : 3,6V atau 3,7 V
saja (1digit belakang koma)
Jika menggunakan 750V bisa saja namun hasilnya akan terbaca 3 atau 4 volt (Dibulatkan langsung
tanpa koma)

Setelah object pengukuran sudah ada, dan skala sudah dipilih yg tepat, maka lakukan pengukuran
dengan menempelkan kabel merah ke positif battere dan kabel hitam ke negatif batere. Akan muncul
hasil pengukurannya.

Jika kabel terbalik hasilnya akan tetap muncul, namun ada tanda negatif didepan hasilnya. Beda dengan
Multitester Analog. Jika kabel terbalik jarum akan mentok ke kiri.

NB : jika Multitester ada tombol DH, artinya Data Hold. Jika ditekan maka hasilnya akan freeze, dan
bisa dicatat hasilnya.

a) Mengukur tegangan DC

1. Atur Selektor pada posisi DCV.


2. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan yang di
cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
3. Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada posisi tertinggi
supaya multimeter tidak rusak.
4. Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek, probe warna merah
pada posisi (+) dan probe warna hitam pada titik (-) tidak boleh terbalik.
5. Baca hasil ukur pada multimeter.
b) Mengukur tegangan AC

1. Atur Selektor pada posisi ACV.


2. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan yang di
cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
3. Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya
4. Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek. Pemasangan probe
multimeter boleh terbalik.
5. Baca hasil ukur pada multimeter.
c) Mengukur kuat arus DC
1. Atur Selektor pada posisi DCA.
2. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang akan di cek, misal : arus yang di cek
sekitar 100mA maka atur posisi skala di batas ukur 250mA atau 500mA.
3. Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang mampu diukur oleh multimeter karena
jika melebihi batas maka fuse (sekring) pada multimeter akan putus dan multimeter sementara
tidak bisa dipakai dan fuse (sekring) harus diganti dulu.
4. Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat pengukuran tegangan DC dan AC, karena
mengukur arus berarti kita memutus salah satu hubungan catu daya ke beban yang akan dicek
arusnya, lalu menjadikan multimeter sebagai penghubung.
5. Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+) catu daya dan probe (-) pada input
tegangan (+) dari beban/rangkaian yang akan dicek pemakaian arusnya.
6. Baca hasil ukur pada multimeter.
d) Mengukur nilai hambatan sebuah resistor tetap

1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter....


2. Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai resistor yang akan diukur.
3. Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya
dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur.
4. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
5. Baca hasil ukur pada multimeter, pastikan nilai penunjukan multimeter sama dengan nilai yang
ditunjukkan oleh gelang warna resistor.
e) Mengukur nilai hambatan sebuah resistor variabel (VR)

1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.


2. Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai variabel resistor (VR)yang akan diukur.
3. Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya
dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur.
4. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
5. Sambil membaca hasil ukur pada multimeter, putar/geser posisi variabel resistor dan pastikan
penunjukan jarum multimeter berubah sesuai dengan putaran VR.
f) Mengecek hubung-singkat / koneksi

1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.


2. Pilih skala batas ukur X 1 (kali satu).
3. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung kabel/terminal yang akan dicek koneksinya.
4. Baca hasil ukur pada multimeter, semakin kecil nilai hambatan yang ditunjukkan maka semakin baik
konektivitasnya.
5. Jika jarum multimeter tidak menunjuk kemungkinan kabel atau terminal tersebut putus.
g) Mengecek diode

1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.


2. ilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
3. Hubungkan probe multimeter (-) pada anoda dan probe (+) pada katoda.
4. Jika diode yang dicek berupa led maka batas ukur pada X1 dan saat dicek, led akan menyala.
5. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti dioda baik, jika tidak
menunjuk berarti dioda rusak putus.
6. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada anoda dan probe (-) pada katoda.
7. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti dioda baik, jika bergerak berarti dioda
rusak bocor tembus katoda-anoda.
h) Mengecek transistor NPN

1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.


2. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
3. Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor .
4. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak
menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
5. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor.
6. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti
transistor rusak bocor tembus B-C.
7. Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
8. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak
menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
9. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
10. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti
transistor rusak bocor tembus B-E.
11. Hubungkan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor.
12. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti
transistor rusak bocor tembus C-E.
Note : pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) padakolektor tidak diperlukan.

i) Mengecek transistor PNP

1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.


2. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
3. Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor.
4. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak
menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
5. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor.
6. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti
transistor rusak bocor tembus B-C.
7. Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
8. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak
menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
9. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
10. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti
transistor rusak bocor tembus B-E.
11. Hubungkan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada kolektor.
12. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti
transistor rusak bocor tembus C-E.
Note : pengecekan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor tidak diperlukan.

j) Mengecek Kapasitor Elektrolit (Elko).

1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter..


2. Pilih skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk untuk nilai elko diatas 100uF-
1000uF, X 100 untuk nilai elko 10uF-100uF dan X 1K untuk nilai elko dibawah 10uF.
3. Hubungkan probe multimeter (-) pada kaki (+) elko dan probe (+) pada kaki (-) elko.
4. Pastikan jarum multimeter bergerak kekanan sampai nilai tertentu (tergantung nilai elko) lalu kembali
ke posisi semula.
5. Jika jarum bergerak dan tidak kembali maka dipastikan elko bocor.
6. Jika jarum tidak bergerak maka elko kering / tidak menghantar.

Resistor adalah suatu alat elektronika yang berfungsi sebagai tahanan. Dalam rumus, resistor
dilambangkan dengan tanda R (Resistance) yang memiliki hubungan dekat juga dengan rumus V = I x
R. Resistor memiliki satuan Ω (ohm). Resistor memiliki nilai tahanannya tersendiri, dan terdapat dua
cara menghitung nilai tahanan resistor yaitu ada yang menggunakan pita/gelang warna resistor, dan ada
juga yang menggunakan kode angka. Baik, langsung saja ini adalah cara cepat menghitung nilai
resistor.

1. Resistor dengan Gelang Warna

Pada gelang warna resistor terdapat 3 macam resistor, ada yang memiliki 4 gelang warna, 5 gelang
warna, dan juga ada yang memiliki 6 gelang warna. Dan berikut ini adalah cara menghitungnya.
Hafalakan juga dengan mudah urutan warna. Hi-Co-Me-O-Ku-Hi- Bi-U-Ab-Put-E-Pe-Tak

a. 4 Gelang Warna

Pada resistor dengan 4 gelang warna, cara menghitungnya adalah :

1. Pita ke-1 dan Pita ke-2 adalah angka nilai tahanan.


2. Pita ke-3 adalah perkalian jumlah angka nol.
3. Pita ke-4 adalah nilai toleransi.
Tabel Resistor 4 Warna

Contoh :
Pita ke-1 adalah warna coklat (1)
Pita ke-2 adalah wana merah (2)
Pita ke-3 adalah warna orange (1000)
Pita ke-4 adalah warna emas (5%)

Jadi didapatkan nilainya adalah 12.000 Ω dengan toleransi 5% atau 12 kΩ toleransi 5%.

b. 5 Gelang Warna
Pada resistor dengan 5 gelang warna, cara menghitungnya adalah :

1. Pita ke-1, Pita ke-2, dan Pita ke-3 adalah angka nilai tahanan
2. Pita ke-4 adalah perkalian jumlah angka nol
3. Pita ke-5 adalah nilai toleransi
Tabel Resistor 5 Warna

Contoh : Pita ke-1 adalah warna coklat (1) Pita ke-2 adalah wana merah (2)
Pita ke-3 adalah warna orange (3)
Pita ke-4 adalah warna kuning (10.000)
Pita ke-5 adalah warna biru (0,25%)

Jadi didapatkan nilainya adalah 1.230.000 Ω dengan toleransi 0,25% atau 1,23 MΩ toleransi 0,25%.

c. 6 Gelang Warna
Pada resistor dengan 6 gelang warna, cara menghitungnya adalah :

1. Pita ke-1, Pita ke-2, dan Pita ke-3 adalah angka nilai tahanan
2. Pita ke-4 adalah perkalian jumlah angka nol
3. Pita ke-5 adalah nilai toleransi
4. Pita ke-6 adalah koefisien suhu
Tabel Resistor 6 Warna

Contoh :
Pita ke-1 adalah warn acoklat (1)
Pita ke-2 adalah wana merah (2)
Pita ke-3 adalah warna orange (3)
Pita ke-4 adalah warna kuning (10.000)
Pita ke-5 adalah warna biru (0,25%)
Pita ke-6 adalah warna kuning (25 ppm)
Jadi didapatkan nilainya adalah 1.230.000 Ω dengan toleransi 0,25% atau 1,23 MΩ toleransi 0,25%
dengan koefisien suhu 25 ppm.

Anda mungkin juga menyukai