Anda di halaman 1dari 5

Geomorfologi

Definisi Geomorfologi
Kata Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri
dari tiga kata yaitu: Geos (earth/bumi), morphos (shape/bentuk), logos
(knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka
pengertian geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk
permukaan bumi. Pada hakekatnya geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu
tentang roman muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya termasuk
deskripsi, klasifikasi, genesa, perkembangan dan sejarah permukaan bumi.
Konsep-konsep Dasar Geomorfologi
Secara garis besar dikenal beberapa konsep dasar dalam studi geomorfologi
yang dikemukakan oleh Thornbury (1958) dalam Suprapto (1997: 17) dan
Suwijanto (tanpa tahun : 2) adalah sebagai berikut :
1. Hukum-hukum fisika, kimia dan biologi yang berlangsung saat ini
berlangsung juga pada masa lampau, dengan kata lain gaya-gaya dan proses-
proses yang membentuk permukaan bumi seperti yang kita amati saat ini
telah berlangsung sejak terbentuknya bumi.
2. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang paling dominan dalam
evolusi bentangalam dan struktur geologi akan dicerminkan oleh bentuk
bentangalamnya.
3. Relief muka bumi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya boleh jadi
karena derajat pembentukannya juga berbeda.
4. Proses-proses geomorfologi akan meninggalkan bekas-bekas yang nyata pada
bentangalam dan setiap proses geomorfologi akan membentuk bentuk
bentangalam dengan karakteristik tertentu (meninggalkan jejak yang spesifik
yang dapat dibedakan dengan proses lainnya secara jelas).
5. Akibat adanya intensitas erosi yang berbeda beda di permukaan bumi, maka
akan dihasilkan suatu urutan bentuk bentangalam dengan karakteristik
tertentu disetiap tahap perkembangannya.
6. Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum dijumpai dibandingkan
dengan evolusi geomorfik yang sederhana (perkembangan bentuk muka bumi
pada umumnya sangat kompleks/rumit, jarang sekali yang prosesnya
sederhana).
7. Bentuk bentuk bentangalam yang ada di permukaan bumi yang berumur lebih
tua dari Tersier jarang sekali dijumpai dan kebanyakan daripadanya berumur
Kuarter.
8. Penafsiran secara tepat terhadap bentangalam saat ini tidak mungkin
dilakukan tanpa mempertimbangkan perubahan iklim dan geologi yang
terjadi selama zaman Kuarter (Pengenalan bentangalam saat sekarang harus
memperhatikan proses yang berlangsung sejak zaman Pleistosen).
9. Adanya perbedaan iklim di muka bumi perlu menjadi pengetahuan kita untuk
memahami proses-proses geomorfologi yang berbeda beda yang terjadi
dimuka bumi (dalam mempelajari bentangalam secara global/skala dunia,
pengetahuan tentang iklim global sangat diperlukan).
10. Walaupun fokus pelajaran geomorfologi pada bentangalam masa kini, namun
untuk mempelajari diperlukan pengetahuan sejarah perkembangannya.
Proses-Proses Geomorfologi

Proses-Proses
Geologi

Proses Eksogen :
Proses Endogen :
 Pelapukan
 Tektonisme
Proses Ekstra  Perpindahan Massa
 Vulkanisme
(Mass Wasting)
 Gempa Bumi
 Sedimentasi

Perubahan
Bentang Alam

Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun


kimiawi yang dialami permukaan muka bumi yang menyebabkan roman muka
bumi berubah. Penyebab penyebab proses tersebut yaitu benda-benda alam yang
kita kenal dengan geomorphic agent yang berupa air dan angin.
A. Proses Endogen
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang
menyebabkan perubahan pada kulit bumi, tenaga endogen ini sifatnya membentuk
permukaan bumi menjadi tidak rata. Secara umum tenaga endogen dibagi dalam 3
jenis yaitu tektonisme, vulkanisme dan seisme atau gempa.
1. Tektonisme
Tektonisme adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan
terjadinya diskolasi (perubahan letak) patahan, retakan pada kulit bumi dan
batuan. Berdasarkan jennies gerakan dan luas wilayah yang
mempengaruhinya, tenaga tektonik dapat dibedakan atas gerak orogenesa
dan epirogenesa.
Orogonesa adalah pembentukan kulit bumi yang terjadi dalam waktu yang
cepat dan cangkupan wilayah yang sempit, sedangkan epirogenesa adalah
pembentukan kulit bumi yang terjadi dalam waktu yang lambat dan
cangkupan wilayah yang luas.
2. Vukanisme
Vulkanisme (kegunung apian) volkan (gunung api) yaitu tempat keluarnya
magma, bahan rombakan batuan padat dan gas dari dalam bumi ke
permukaan bumi (Flint dan Skinner 1974:309). Vulkanisme adalah gejala
alam yang terjadi karena adanya aktivitas magma. Vulkanisme sebenarnya
sebagai akibat dari kegiatan tektonisme. Kegiatan tektonisme ini akan
mengakibatkan retakan – retakan pada permukaan bumi yang menyebabkan
aliran lava dari bagian dalam litosfer kelapisan atasnya bahkan sampai ke
permukaan bumi. Kegiatan magma itulah yang dinamakan vulkanisme.
3. Gempa
Gempa terjadi akibat getaran kulit bumi yang disebabkan oleh kekuatan
dalam bumi. Di daerah yang labil litosfer mengalami perubahan letak,
misalnya di suatu bagian terangkat ke atas sedangkan bagian yang lainnya
menurun bahkan bertahan pada kedudukannya. Pelengkungan pada
perbatasan antara dua bagian yang bergeser ini menimbulkan ketegangan
yang lama kelamaan akan patah secara tiba – tiba. Patahan yang tiba – tiba
itulah yang menimbulkan gempa.
B. Proses Eksogen
Proses eksogen adalah proses dari tenaga eksogen yang merupakan tenaga
yang berasal dari luar bumi yang dapat mengubah bentuk muka bumi. Tenaga ini
dipengaruhi oleh energi matahari dan gaya tarik bumi (gravitasi bumi). Sifat dari
tenaga eksogen adalah merombak bentuk permukaan bumi hasil bentuk an dari
tenaga endogen. Proses dalam eksogen dapat dikenal dengan proses gradasi
(gradation) yang artinya proses menuju permukaan litosfer dalam level yang sama
atau pemerataan (Chamberlain dan Salisbury, 1904). Proses gradasi dapat ,
melalui proses:
 Degradasi
Degradasi, yaitu permukaan bumi yang lebih tinggi dikikis kearah yang lebih
rendah. Tiga proses utama yang terjadi pada peristiwa gradasi yaitu:
1. Pelapukan dapat berupa disentrigasi atau dekomposisi batuan dalam suatu
tempat, terjadi di permukaan dan dapat merombak batuan menjadi klastis.
2. Perpindahan massa (mass wasting), dapat berupa perpindahan (bulk transfer)
suatu masa batuan sebagai akibat dari gaya gravitasi. Kadang-kadang
(biasanya) efek dari air mempunyai peranan yang cukup besar, namun belum
air mempunyai peranan yang cukup besar, namun belum merupakan suatu
media transportasi pengangkutan ini merupakan suatu media transportasi
pengangkutan ini merupakan perpindahan hasil dari proses pelapukan.
3. Erosi merupakan tahap dari proses perpindahan dan pergerakan masa batuan
oleh suatu agen (media) pemindah secara geologi (kebanyakan) memasukan
erosi sebagai sebagian dari proses transportasi erosi seperti pelapukan adalah
tenaga perombak pengikisan tapi yang membedakan erosi dengan pelapukan
adalah tenaga perombak pengikisan.
 Agradasi
Agradasi, yaitu sebaliknya dari level yang rendah ke level yang lebih tinggi
dengan jalan penumpukan material (pengendapan). Proses agradasi ini
merupakan kebalikan proses degradasi yang meliputi:
1. Sedimentasi (pengendapan) suatu proses pengendapan material yang
ditranport oleh media air angin, es di suatu cekungan.
C. Tenaga Ektraterestrial
Gerakan ini juga biasa disebut dengan perpindahannya tanah ataupun batuan
yang ada di lereng – lereng yang disebabkan oleh pengaruh gaya berat atau
gravitasi atau kejenuhan air, ini biasanya terjadi pada lereng yang kurang stabil
atau labil yaitu gaya lereng yang mana gaya menariknya lebih kecil dari daya
tahannya sehingga akan terjadi pergerakan yang kurang bagus dan mengakibatkan
longsor.
Pelapukan
Pelapukan adalah proses desintegrasi atau disagregasi secara berangsur dari
material penyusun kulit bumi yang berupa batuan. Pelapukan sangat dipengaruhi
oleh kondisi iklim, temperatur dan komposisi kimia dari mineral-mineral
penyusun batuan. Pelapukan dapat melibatkan proses mekanis (pelapukan
mekanis), aktivitas kimiawi (pelapukan kimia), dan aktivitas organisme (termasuk
manusia) yang dikenal dengan pelapukan organis. Dalam geomorfologi, denudasi
adalah istilah yang dipakai untuk mengindikasikan lepasnya materialmaterial
melalui proses erosi dan pelapukan yang berakibat pada berkurangnya ketinggian
(elevasi) dan relief dari bentuk lahan dan bentuk bentangalam. Proses eksogenik
(kerja air, es, dan angin) merupakan faktor yang mendominasi proses denudasi.
Denudasi dapat mengakibatkan lepasnya partikel-partikel yang berbentuk padat
maupun material yang berupa larutan. Secara geomorfologi, pelapukan mekanis
maupun kimiawi terjadi dalam hubungannya dengan pembentukan bentangalam.
Terdapat 3 (tiga) jenis pelapukan yang kita kenal, yaitu pelapukan mekanis,
pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis.
1. Pelapukan mekanis adalah semua mekanisme yang dapat mengakibatkan
terjadinya proses pelapukan sehingga suatu batuan dapat hancur menjadi
beberapa bagian yang lebih kecil atau partikel-partikel yang lebih halus.
Mekanisme dari proses pelapukan mekanis antara lain adalah abrasi,
kristalisasi es (pembekuan air) dalam batuan, perubahan panas secara cepat
(thermal fracture), proses hidrasi, dan eksfoliasi/pengelupasan yang
disebabkan pelepasan tekanan pada batuan karena perubahan tekanan.
2. Pelapukan kimiawi (dikenal juga sebagai proses dekomposisi atau proses
peluruhan) adalah terurai/pecahnya batuan melalui mekanisme kimiawi,
seperti karbonisasi, hidrasi, hidrolisis, oksidasi dan pertukaran ion-ion dalam
larutan. Pelapukan kimiawi merubah komposisi mineral mineral dalam
batuan menjadi mineral permukaan seperti mineral lempung. Mineral-mineral
yang tidak stabil yang terdapat dalam batuan akan dengan mudah mengalami
pelapukan apabila berada dipermukaan bumi, seperti basalt dan peridotit. Air
merupakan agen yang sangat penting dalam terhadinya proses pelapukan
kimia, seperti pengelupasan cangkang (speriodal weathering) pada batuan.
3. Pelapukan organis dikenal juga sebagai pelapukan biologis dan merupakan
istilah yang umum dipakai untuk menjelaskan proses pelapukan biologis yang
terjadi pada penghancuran batuan, termasuk proses penetrasi akar tumbuhan
kedalam batuan dan aktivitas organisme dalam membuat lubang-lubang pada
batuan (bioturbation), termasuk didalamnya aksi dari berbagai jenis asam
yang ada dalam mineral melalui proses leaching. Pada hakekatnya pelapukan
organis merupakan perpaduan antara proses pelapukan mekanis dan
pelapukan kimiawi.
Hasil akhir dari ke-tiga jenis pelapukan batuan tersebut diatas dikenal sebagai
soil (tanah). Oleh karena tanah merupakan hasil dari pelapukan batuan maka
berbagai jenis tanah, seperti Andosol, Latosol atau Laterit tergantung pada jenis
batuan asalnya.
Proses pelapukan, baik secara mekanis yang disebabkan antara lain oleh
perubahan temperatur panas, dingin, angin, hujan, es, pembekuan pada batuan
menyebabkan batuan induk mengalami disintegrasi (perombakan) menjadi bagian
yang lebih kecil, sedangkan proses kimiawi yang disebabkan oleh larutan asam,
kelembaban merubah mineral-mineral menjadi ion-ion, oksidasi besi dan alumina,
mineral silika akan menghasilkan lapisan lapisan lempung.

Tabel 1. Produk Pelapukan Mineral Pembentuk Batuan

Referensi :
Lobeck, A.K., 1939. Geomorphology: an Introduction to the study of Landscape.
New York and London: Mc Graw-Hill Book Company. Inc.
Noor, D., 2009. Pengantar Geologi. Bogor : Pakuan University Press.
Noor, D., 2014. Geomorfologi. Deepublish. Bogor : Pakuan University Press.

Anda mungkin juga menyukai