Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Paradigma baru Indonesia sehat 2010 tentang program keluarga berencana

nasional telah di ubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan

Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2015. Keluarga

yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memilih jumlah

anak yang ideal. berwawasan kedepan, bertanggung jawab dan harmonis. Visi tersebut

dijabarkan dalam 6 visi yaitu memberdayakan masyarakat, menggalang kemitraan, dalam

peningkatan kesejahteraan, kemandirian dan ketahanan keluarga.

Untuk mewujudkan hal tersebut maka dalam pelaksanaan program keluarga

berencana nasional sejak tahun 2000 telah dilakukan program keluarga bahagia, sejahtera

dan berkualitas, guna menjamin kualitas pelayanan keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi yaitu dengan mempertajam pertumbuhan penduduk yang ditekankan dalam

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, maju, mandiri, hidup selaras, serasi,

dan seimbang dengan daya dukung lingkungan (Depkes RI, 1999).

Berdasarkan penggunaan alat kontrasepsi, keberhasilan keluarga berencana cukup

baik dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk. Namun tantangan yang akan

dihadapi dalam pelaksanaan keluarga berencana dimasa yang akan datang adalah

kecendrungan pemilihan alat kontrasepsi yang tidak sesuai dengan apa yang dianjurkan

dan disarankan oleh pemerintah untuk memakai alat rasional dan efektif. Alat

kontrasepsi rasional dan efektif itu adalah pil, suntik, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR), Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) dan kontap yang memiliki kegagalan

rendah. Alat kontrasepsi tersebut dapat mengendalikan laju pertumbuhan penduduk,

sehingga visi dalam mewujudkan Keluarga Berkualitas 2015 tercapai (BKKBN, 1997).

Pemerintah terus menekan laju pertambahan jumlah penduduk melalui program

Keluarga Berencana (KB). Sebab jika tidak meningkatkan peserta KB maka jumlah

penduduk Indonesia akan mengalami peningkatan, apabila kesetaraan ber KB, pertahun,

angkanya tetap sama (60,3%) maka jumlah penduduk Indonesia tahun 2015 menjadi

sekitar 2555,5 juta (Sumarjati Arjoso, 2000). Terkait program KB nasional menurut

kepala BKKBN pusat ternyata cukup menggembirakan yaitu kesetaraan ber KB

berdasarkan SDKI 2002, tercatat (61,4%) dari Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada naik

menjadi (65,97%) (Susenas, 2005). Demikian juga angka kelahiran total dari 2,7 (SDKI

2005) turun menjadi 2,5 (Susenas, 2004). Sedangkan laju pertambahan penduduk

menunjukan angka penurunan dari (2,86%) menjadi satu (Sarwono Prawirohardjo, 1990).

Jumlah peserta KB aktif terhadap PUS tahun 2008 yaitu 41,598 peserta

.pencapaian cakupan mencapai (86,10%) tetapi hasil kegiatan berbeda-beda untuk tiap-

tiap kecamatan . Pencapaian tertinggi peserta KB aktif tahun 2008 di kecamatan Muara

Bengkahulu yaitu 91,26 dan pencapaian cakupan terendah pesrta KB aktif di kecamatan

kampung melayu yaitu (85,83%). Pelayanan KB aktif menurut kontrasepsi yang paling

banyak digunakan adalah kontrasepsi suntik mencapai (46,53%).

Capaian cakupan perserta KB aktif tahun 2008 meningkat dari tahun 2007, jumlah

peserta KB aktif terhadap PUS yaitu 39,074 orang pencapaian cakupan tertinggi peserta

KB aktif tahun 2007 di kecamatan Muara Bangkahulu yaitu (95,49%) dan pencapaian

cakupan terendah peserta aktif KB aktif di kecamatan Ratu Samban (74,79%). Pelayanan
KB aktif menurut kontrasepsi yang paling banyak digunakan setiap tahunnya adalah

kontrasepsi suntik mencapai (46,67%) peserta KB.

Tabel 1. Peserta KB Aktif Menurut Kecamatan Kota Bengkulu Tahun 2008

JUMLAH PESERTA
MKJP NON MJKP
MKJP+
NO KEL/KECAMATA OBA NONM
N MOP/ IMPL KON T LAIN
IUD
MOW AN
SUNTIK PIL
DOM VAGI YA
JKP
NA
1 GADING CEMPAKA 981 334 672 4,959 3,199 256 0 0 10,401
2 RATU AGUNG 433 235 516 3,053 2,524 43 0 0 6,804
3 RATU SAMBAN 182 107 436 1,510 784 91 0 0 3,110
4 TELUK SEGARA 181 76 316 1,614 948 53 0 0 3,188
5 SUNGAI SERUT 140 109 456 1,333 977 66 0 0 3,081
MUARA
6 482 87 851 1,969 1,571 64 0 0 5,024
BANGKAHULU
7 SELEBAR 361 103 443 3,103 1,646 87 0 0 5,743
KAMPUNG
8 209 102 441 1,814 1,582 99 0 0 4,247
MELAYU
JUMLAH 2,969 1,153 4,131 19,355 13,231 756 0 0 41,598

Berdasarkan data akseptor Keluarga Berencana (KB) aktif Alat Kontrasepsi

Bawah Kulit (AKBK) yang diambil diseluruh kecamatan kota bengkulu, ternyata peserta

Keluarga Berencana (KB) aktif Alat kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) yang tertinggi

adalah Kecamatan Muara Bangkahulu yang berjumlah 851 (16,94%).

Dalam pemilihan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu seperti umur, paritas, pendidikan, pengetahuan, dan faktor lain

seperti persepsi terhadap petugas dan status pekerjaan. Jika dilihat dari karakter umur <

20 tahun adalah masa menunda kehamilan dapat menggunakan Alat Kontrasepsi Bawah

Kulit (AKBK), begitu juga ibu umur 20-35 tahun masa untuk mengatur kesuburan atau
menjarangkan kehamilan paling cocok menggunakan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit

(AKBK).

Pemilihan metode kontrasepsi berdasarkan paritas, ibu dengan paritas 1 atau sama

dengan 2 prioritas utama adalah Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK). Tingkat

pendidikan besar pengaruhnya terhadap pemilihan alat kontrasepsi, karena tinggi

rendahnya pendidikan ibu sangat erat hubungannya dengan tingkat kesadaran ibu dalam

memilih alat kontarsepsi yang rasional. Tingkat pengetahuan juga mempunyai pengaruh

yang besar dalam pemillihan alat kontrasepsi yang efektif, karena perilaku yang

didasarkan atas pengetahuan akan langgeng begitu juga sebaliknya apabila prilaku tidak

didasarkan oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

(Notoatmodjo, 1997).

Berdasarkan survey awal di kelurahan kandang limun pada tanggal 27-28

Desember didapat hasil dari 8 akseptor AKBK 2 di antaranya dengan paritas 3 anak, 2

orang berusia > 35 tahun. Sedangkan menurut pedoman penggunaan alat kontrasepsi

yang rasional pada umur dan paritas tersebut akseptor diharapkan memilih dengan urutan

prioritas kontap, AKDR sedangkan AKBK merupakan perioritas ketiga. 1 orang yang

menggunakan AKBK dengan pendidikan perguruan tinggi mengatakan sedikit tahu

tentang pengertian, kerugian, dan keuntungan AKBK. Dan 1 orang akseptor pil dengan

pendidikan SD-SLTP tidak mengetahui tentang AKBK, dan 2 orang akseptor suntik

pendidikan tidak tamat SD tidak mengetahui tentang AKBK.

Keikutsertaan akseptor KB menggunakan salah satu metode kontrasepsi

dipengaruhi oleh umur, paritas, pendidikan status pekerjaan, pengetahuannn tentang KB


dan persepsi terhadap petugas kesehatan (BKKBN,2001). Makin tinggi tingkat

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki, Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseoarang terhadap perubahan-perubahan hidup sehat

(Notoadmojo. 1997).

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik mengangkat penelitian tentang

“Hubungan Karakteristik Akseptor KB aktif dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Bawah

Kulit (AKBK) di Kelurahan Kandang Limun Kecamatan Muara Bangkahulu kota

Bengkulu tahun 2010”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian

adalah tingginya penggunaan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit oleh akseptor KB aktif di

Kelurahan Kandang Limun. Pertanyaan penelitian ini adalah Apakah ada Hubungan

Karakteristik Akseptor KB Aktif Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit

(AKBK) di kelurahan Kandang Limun kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu

tahun 2010.

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan karakteristik aksptor KB aktif dengan pemakaian

Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) di Kelurahan Kandang Limun Kecamatan

Muara Bangkahulu kota Bengkulu tahun 2010.


2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui hubungan usia akseptor KB aktif dengan pemakaian Alat

Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK).


b. Untuk mengetahui hubungan paritas akseptor KB aktif dengan pemakaian Alat

Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK).


c. Untuk mengetahui hubungan pendidikan akseptor KB aktif dengan pemakaian

Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK).


d. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan akseptor KB aktif Alat Kontrasepsi

Bawah kulit (AKBK).


D. Manfaat penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Peneliti sendiri
Dapat menambah pengetahuan, wawasan tentang hubungan karakteristik akseptor

aktif dengan pemakaian Alat Kontrasepsi Bawah kulit (AKBK) di Kelurahan


Kandang Limun Kecamatan Muara Bangkahulu sebagai penerapan akan ilmu

yang didapat di perkuliahan metode penelitian di Politeknik Kesehatan Bengkulu.


2. Instansi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk kepustakaan dan menjadi

pertimbangan masukan untuk penelitian yang berkaitan dengan Alat Kontrasepsi

Bawah kulit dan sebagai referensi tentang Alat Kontrasepsi Bawah kulit (AKBK).

Untuk penelitian selanjutnya.


3. Instansi tempat penelitian
Sebagai masukan dalam rangka upaya peningkatan mutu pelayanan terhadap

pelayanan keluaraga berencana dan dapat meningkatkan konseling atau penyuluhan

tentang Alat Kontrasepsi bawah Kulit (AKBK) Pada masyarakat.


4. Bagi peneliti lain
Diharapkan hasil penelitian untuk menambah referensi bagi penelitian selanjutnya

tentang Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) dengan faktor-faktor yang

mempengaruhinya.
E. Keaslian penelitian

Penelitian serupa pernah diteliti oleh :

1. Pusdikawati tahun 2006 tentang “ Hubungan Usia dan Paritas Dengan Penggunaan

Alat Kontarsepsi Bawah Kulit Di Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu.”


2. Yesi herlina tahun 2006 tentang “Hubungan Tingkat Pendidikan Akseptor Dengan

Alat Kontrasepsi Bawah Kulit di Puskesmas Anggut Atas”


3. Perbedaan dengan penelitian ini adalah judul,tempat,waktu,populasi dan sampel.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Factor-faktor yang mempengaruhi pemilihan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit

( AKBK )
Menurut koenjaraningrat (1981) pengetahuan berasal dari suatu objek yang masuk

kedalam diri seseorang yang kemudian diproyeksikan atau direalisasikan menjadi suatu

tindakan. sedangkan menurut Benyamin bloom (dalam Notoatmojo :1993) pengetahuan

adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang ini melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu.


Penginderaan terjadi setelah melalui panca indera manusia yaitu penglihatan,

penginderaan, penciuman, rasa, dan raba.sebagian besar manusia pengetahuan diperoleh

melalui mata dan telinga.hal ini sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
,karena perilaku yang baik dan didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.


Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (over begavior). Pengetahuan adalah pemberian bukti

pada seseorang melalui proses melalui proses peringatan atau pengenalan informasi ,ide

yang sudah diperoleh sebelumnya (Bloom :1975).


Pengetahuan merupakan unsur-unsur yang mengisi akal dan jiwa seseorang yang

terlindung didalam otaknya, yang kemudian diproyeksikan oleh individu tersebut menjadi

suatu penggambaran, persepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi (koentjoroningrat:1986)

1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,

termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (Recall)

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima kata kerjanya untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, menyatakan, dan sebagainya.


2. Memahami(comprehensif)
Memahami diartikan sebagai kemapuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat mengiterpretasikan materi tersebut secara benar orang

yang telah paham terdapat obyek atau materi harus dapat menjelaskan menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.


3. Aplikasi (application)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi kondisi rill (sebenarnya). Plikasi dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain.


4. Analisis (analysis) A
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabatkan materi atau suatu obyek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi


tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggmbarkan (membuat ragam)

membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan

kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang

ada.
Missal : dapat menyusun, dapat meringkaskan, dapat menyelesaikan, dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.


6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian

terhadap suatu obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang

telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau

responden.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah dasar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran

dan atau latihan bagi perananya dimasa yang akan datang (departemen pendidikan

nasional,2003). Sedangkan menurut lukman (1996) pendidikan adalah suatu proses

pengembangan tingkat kemampuan kearah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan.
1. Jenis pendidikan
Menurut Notoatmojo jenis pendidikan dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Pendidikan formal
Adalah pendidikan yang dimulai dari taman kanak-kanak, Sekolah Dasar(SD), Sekolah

Menengah Pertama(SMP) Sekolah Menengah Umum(SMU), sampai dengan perguruan

tinggi.
b. Pendidikan Informal
Adalah pendidikan yang dapat diproleh melalui kursus-kursus (les privat) maupun

melalui latihan-latihan keterampilan.


c. Pendidikan Non Formal
Adalah pendidikan yang diperoleh tidak melalui jalur formal.
2. Jenjang pendidikan
Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peseta didik serta keluasan dan kedalaman bahan

pengajaran. (departemen pendidikan nasional, 2003).


Jenjang pendidikan dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Pendidikan dasar
Merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah

,pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD).


b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan dari pendidikan dasar, pendidikan menengah

terdiri dari Sekolah Menengah Pertama(SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU),

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasyah Aliyah Kejuruan (MAK) atau

berbentuk lain yang sederajat.


c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan menengah yang mencakup program

diploma, sarjana, magister, spesialis dan dokter yang diselenggarakan oleh perguruan

tinggi.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang, termasuk juga perilaku seseorang akan

kepatuhannya terutama dalam memotivasi untuk ikut berperan serta dalam pembangunan

kesehatan, makin tingginya tingkat pendidikan seseorang, makin mudah pula menerima

informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang

kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap perubahan hidup sehat.

Maka tinggi rendahnya pendidikan ibu dalam memilih alat kontraspsi yang rasional.

(notoatmojo,1997)

3. Paritas
Adalah hasil reproduksi dari seseorang wanita yang dimanifestasikan oleh

banyaknya anak yang dilahirkan hidup selama masa reproduksi, yaitu umur 15-49 tahun

(United Nations 1959 :1 )


Istilah yang erat kaitannya dengan paritas adalah fekunditas (fecundity),

fekunditas sering diterjemahkan dengan “kesuburan“ merupakan lawan dari kata

sterilitas. Fekunditas adalah kemampuan fisiologis seorang wanita untuk menghasilkan

anak lahir hidup (Hatmadji 1981 : 57 ).


Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang wanita (Dorlan

1996). Sedangkan pendapat lain mengatakan paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan

oleh wanita (sarwono 1999).


Klasifikasi paritas (Menutrut obstetric fisiologi,1983) :

a. Primipara

Adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak yang cukup besar untuk

hidup diluar (matur atau premature)

b. Multiparas

Adalah seorang yang telah melahirkan lebih dari seorang anak

c. Grande multipara

Adalah wanita yang telah melahirkan 5 oarang anak atau lebih.

4. Umur
Umur adalah usia yang dimiliki seseorang sejak lahir sampai meninggal dunia

(DepkesRI,1999).
Klasifikasi pemilihan alat kontrasepsi sesuai dengn usia reproduksi dibagi dalam 3 masa

(Depkes,1999)
1. Masa menunda kehamilan
Yaitu masa dimana apabila pasangan belum menikah sebaiknya jangan

menikah dahulu dan apabila sudah menikah pasangan harus menunda

kehamilan sampai sang istri berumur 20 tahun, karena alat reproduksinya

belum siap dibuahi. ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :


a. Revesibilitas tinggi artinya kesuburan segera kembali karena periode ini

akseptor belum mempunyai anak.


b. Efektivitas yang relative tinggi, hal ini karena kegagalan akan

menyebabkan terjadi kehamilan dengan resiko tinggi. Kontrasepsi yang

cocok adalah pil, Alat Kontrasepsi Bawah Kulit(AKBK).


2. Masa mengatur kesuburan (menjarang kehamilan)
Yaitu masa dimana pasangan masih dalam usia subur untuk memproleh

keturunan. Periode ini usia istri antara 20-35 tahun, merupakan periode usia

yang paling baik untuk melahirkan dan jumlah anak 2 orang dan jarak antara

kelahiran anak pertama dan kedua 4 tahun.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:


a. Efektivitas cukup tinggi.
b. Revesibilitas cukup tinggi karena akseptor masih mengharapkan

mempunyai anak .
c. Dapat dipakai 3-4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kelahiran yang di

rencanakan.
d. Tidak menghambat produksi Air Susu Ibu(ASI).
Kontrasepsi yang cocok adalah Alat Kontrasepsi Bawah Kulit.
3. Masa mengakhiri kehamilan
Yaitu masa dimana pasangan sebaiknya mengakhiri kesuburan, karena alat

reproduksi sudah tidak baik lagi. Periode ini usia istri diatas 35 tahun

sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 oarang anak atau lebih.


Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
a. Efektivitas tinggi .
b. Revesibilitas rendah.
c. Dipakai jangka panjang.
d. Tidak menambah kelainan yang sudah ada pada masa usia tua.
5. Keluarga Berencana (KB)
Pengertian KB secara umum
Ialah suatu uasaha yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa

sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat

yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari

kelahiran tersebut. (prof.Rsulaiman sastrawinata:1980).


6. Pasangan Usia Subur
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami isteri yang istrinya berusia 15-49

tahun.
7. Akseptor Keluarga Berencana
Akseptor keluarga berencana adalah pasangan usia subur yang sedang menggunakan

salah satu metode atau alat kontrasepsi (BKKBN,1993). Macam-macam akseptor KB

yaitu:
1. Akseptor KB baru
Adalah pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan alat kontrasepsi

setelah mengalami persalinan atau keguguran.


2. Akseptor KB aktif
Adalah peserta KB yang terus menggunakan alat kontrasepsi tanpa diselingi

kehamilan.
3. Akseptor KB ganti cara
Adalah peserta KB yang berganti pemakaian dari suatu metode kontrasepsi tanpa

diselingi kehamilan.
8. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi
1. Metode sederhana
a. Spermisida
b. Koitus interuptus
c. Pantang berkala

2. Metode efektif
a. Hormonal
1) Pil
2) Implant
3) Suntik
b. Mekanis
Adalah AKDR
3. Metode kontap
Yakni Tubektomi dan Vasektomi
9. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit ( AKBK )
1. Profil
a. Efektif 5 tahun untuk norplant,3 tahun untuk jadena, indoplant, atau

implanon.
b. Nyaman.
c. Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi.
d. Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan.
e. Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut.
f. Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan

amenore.
g. Aman dipakai pada masa laktasi.

2. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi Bawah Kulit ( AKBK )


a. Norplant.

terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,

dengan diameter 2,4 cm yang diisi dengan 36 levonorgestel dan lama

kerjanya 5 tahun.

b. Implanon

terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan

diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama

kerjanya 3 tahun.

c. Jaddena dan indoplant

terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama

kerja 3 tahun.

3. Cara Kerja Alat Konttrasepsi Bawah Kulit ( AKBK )

Menurut Abdul Bari Saifudin (2006) jenis-jenis Alat Kontrasepsi Bawah kulit

(AKBK) adalah:

a. Lender servik menjadi kental.


b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi

implantasi.
c. Mengurangi transportasi sperma.
d. Menekan ovulasi.

Menurut Wiknjosastro (1999) jenis-jenis AKBK adalah :

a. Menekan ovulasi yang akan mecegah lepasnya sel telur (ovum) dari indung

telur.
b. Mengentalkan lender mulut rahim sehingga sel mani /sperma tidak mudah

masuk kedalam rahim.


c. Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk dinidasi.
4. Keuntungan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
Menurut Abdul Bari Saifudin (2006) keuntungan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit

(AKBK) adalah:
a. Secara kontrasepsi :
1) Daya guna tinggi.
2) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
5) Bebas dari pengaruh estrogen.
6) Tidak menggagu kegiatan senggama.
7) Tidak mengganggu ASI
b. Non kontrasepsi :
1) Mengurangi nyeri haid
2) Mengurangi jumlah darah haid.
3) Mengurangi /memperbaiki anemia.
4) Melindungi terjadinya kanker endometrium.
5) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
6) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.
7) Menurunkan angka kejadian endometriosis.

5. Indikasi Alat Kontrasepsi Bawah Kulit


Menurut Abdul Bari Saifudin (2006) yakni :
a. Usia reproduksi.
b. Telah memiliki anak atau belum.

a. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan

memnghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.

b. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.


c. Pasca persalinan dan tidak menyusui.

d. Pasca keguguran.

e. Riwayat kehamilan ektopik.

f. Tekanan darah ,180/110 mmhg, dengan masalah bekuan darah atau anemia

bulan sabit.

g. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal mengandung estrogen.

h. Sering lupa minum pil.

6. Kontraindikasi Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)


Yaitu :
a. Hamil atau diduga hamil.
b. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya.
c. Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
d. Gangguan toleransi glukosa.
e. Ibu yang mempunyai atau menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes

militus.
f. Mempunyai resiko penyakit menular seksual (PMS).
7. Keterbatasan
Timbulya keluhan-keluhan:
a. Nyeri kepala.
b. Peningkatan /peurunan berat badan.
c. Nyeri payudara.
d. Perasan mual.
e. Pening /pusing.
f. Perubahan perasan (mood).
g. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai

dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.


h. Efektifbilitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis

(rifamfisin) atau obat epilepsy (fenitosin dan barbiturat).


i. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan

pertahun).
8. Efek samping
Menurut wiknjosastro (1999) efek sampingnnya adalah :
a. Gangguan perdarahan
Yaitu klien tidak mengalami haid (amenore), perdarahan berupa bercak-

bercak diluar siklus haid (metroragia) perdarahan haid yang lebih lama dari

biasanya (menoragia).

1) Gejala

Tidak mengalami haid (amenore) perdarahan berupa bercak atau

spoting, Perdarahan diluar siklus haid (metroragia), perdarahan

haid yang lebih lama dari biasanya (menoragia).

2) Penyebab

Karena adanya ketidakseimbangan hormone sehingga

endometrium mengalami perubahan histology berupa degenerasi

atau atropi.keadaan amenore merupakan menifestasi atropi

endometrium.

3) Penangulangan

Amenore (tidak haid) lakukan pemeriksaan kehamilan (bila

memungkinkan lakukan tes kehamilan ). Bila terbukti hamil segera

cabut kapsul implant, bila klien ingin haid dapat diberikan pil KB 3

x 1 tablet selam 3 hari, selanjutnya 1 x 1 tablet selama 4-5 hari.

Spoting/metroragia (perdarahan bercak-bercak) dapat diberikan pil

KB dosis rendah 3 x 1 tablet perhari selama 7 hari. Menoragia


(perdarahan banyak atau lebih dari biasa ) dapat diberikan tablet

sulfas ferosus 3 x 1 tablet (5-7 hari) sampai keadaan baik.

b. Ekspulsi

Yaitu adanya infeksi yang ditandai dengan kemerahan, nyeri dan panas pada

insersi.

1) Gejala

Adanya infeksi yang ditandai dengan kemerahan, nyeri dan panas pada

daerah insersi.

2) Penyebab

Pemasangan kapsul/susuk KB yang kurang tepat/kurang steril.

1) Adanya gerakan yang keras pada tempat insersi.


2) Lubang insersi terlalu besar.

3) Penanggulangan

Bila tidak ada infeksi periksa apakah kapsul yang lain masih pada

tempatnya, cabut 1 kapsul yang ekspulsi, sedangkan sisanya dipertahankan

dan jangan lupa ingatkan untuk mencabut implant setahun lebih awal.

Bila ada tanda-tanda infeksi, cabut semua kapsul yang ada dan pasang

kapsul yang baru pada sisi lengan yang lain atau anjurkan klien untuk

memakai metode kontrasepsi yang lain.

c. Penambahan berat badan


Yaitu berta badan bertambah atau menurun secara cepat dalam beberapa bulan

pertama pemasangan alat kontrasepsi bawah kulit.(AKBK).

1) Gejala

Berat badan bertambah/menurun secara cepat dalam beberapa bulan

pertama pemasangan implant.

2) Penyebab

Hormon progesterone mempermudah perubahan karbohidrat dan gula

menjadi lemak dan merangsang nafsu makan serta menurunkan aktivitas

fisik, sehingga adanya implant dapat menyebabkan berat badan

bertambah.

3) Penanggulangan

Bila kenaikan berat badan ini tidak mengganggu, tidak perlu diberi obat

apapun, anjurkan klien untuk melakukan diet rendah kalori dan olah raga

yang cukup.bila cara tersebut tidak menolong dan berat bertambah terus,

implant dicabut dan ganti cara kontrasepsi lain yang non hormonal.

d. Perubahan libido

Yaitu terjadinya peningkatan dorongan seksual atau penurunan dorongan

seksual.

1) Gejala

Terjadinya peningkatan libido (dorongan seksual) atau penurunan libido.

2) Penyebab

1. Peningkatan libido : kemungkinan karena rasa bebas dari

ketakutan akan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.


2. Penurunan libido : terjadi karena efek progesterone terutama

yang berisi 19 norsteroid.

3) Penanggulangan

Bila gangguan libido tidak dapat diterima oleh klien cabut implant dan

ganti cara kontrasepsi lain non hormonal

e. Pusing/sakit kepala/migrant

Yaitu sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh bagian kepala.

1) Gejala

Sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh bagian kepala dan

terasa berdenyut.

2) Penyebab

Penyebab belum diketahui pasti tetapi dapat juga terjadi karena pembuluh

darah disekitar atau didalam otak mengkerut dan melebar berganti-ganti.

3) Penanggulangan

Sakit kepala :berikan antalgin 3 x 1 tablet 500 mg per hari selama 3 x 5

hari atau parasetamol 3 x 1 tablet, asam mefenamat 3 x 250 -300 mg

perhari selama 3-5 hari.

Migrant dapat diberikan preparat ergotamine 2 x 1 tablet 1 perhari selama 3-5

hari. Bila pemberian obat tidak menolong dan keadaan tambah berat, lakukan

pencabutan implant dan ganti cara kontrasepsi non hormonal.

f. Infeksi pada luka / insersi

1) Gejala
Adanya tanda-tanda infeksi pada daerah insersi seperti kemerahan,

bengkak, nyeri, panas dan biasanya bernanah

2) Penyebab

Tehnik pemasangan kapsul yang kurang memenuhi prosedur standart,

perawatan luka insersi yang kurang higenis.

3) Penanggulangan

Bila infeksi tanpa abses, bersihkan luka dengan air dan sabun atau cairan

antibiotic kemudian berikan antibiotic oral (ampisilin atau amoksilin 3 x 5

mg per hari selama 5-7 hari), bila tidak membaik cabut semua kapsul dan

anjurkan klien untuk memakai metode kontrasepsi yang lain. Bila terjadi

infeksi ,bersihkan daerah luka dengan cairan antiseptic, insisi dan alirkan

pus keluar ,cabut semua kapsul dan berikan antibiotic oral yang sesuai

(ampisillin atau amoksilin 3 x 500 mg perhari untuk 5-7 hari).

9. Waktu Pemakaian Alat kontrasepsi


a. Setiap saat selama siklus haid hari ke 2 sampai hari ke 7, tidak diperlukan

metode kontrasepsi tambahan.


b. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan.

Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan

seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.


c. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini

tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual atau

menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.


d. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi

dapat dilakukan setiap saat. bila menyusui penuh, klien tidak perlu memakai

metode kontrasepsi lain .


e. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat

dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7

hari atau menggunakan metode kontraspsi lain untuk 7 hari saja.


f. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya

dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien

tersebut tidak hamil atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu yang

benar.
g. Bila kontrasepsi sebelumya adalah kontrasepsi suntikan implan dapat di

gunakan atau diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak

diperlukan metode kontrasepsi lain.


h. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal (kecuali

AKDR) dan ingin mengganti dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap

saat, asal saja diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai

datangnya haid berikutnya.


i. Pasca keguguran implant dapat diinsersikan .
10. Perawatan Pasca Pemasangan Implan
a. Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48 jam

pertama ,hal ini juga bertujuan untuk mencegah infeksi diluar insisi.
b. Perlu dijelaskan bahwa sedikit rasa perih, pembekakan, atau lebam pada

daerah insisi hal ini tidak perlu dikwatirkan.


c. Pekerjaan rutin dapat tetap dikerjakan. namun hindari benturan, gesekan, atau

penekanan pada daerah insisi.


d. Balutan penekan jangan dibuka selama 48 jam. Sedangkan plester

dipertahankan hingga luka sembuh (biasanya 5 hari).


e. Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan

tekanan yang wajar.


f. Bila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi seperti demam, peradangan, atau

bila rasa sakit menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik.
11. Jadwal Kunjungan Kembali ke Klinik

Klien tidak perlu kembali ke klinik, kecuali masalah kesehatan atau klien ingin

mencabut implant .klien di anjurkan kembali ke klinik tempat implant dipasang

bila ditemukan hal-hal sebagai berikut.

1. Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah.


2. Perdarahan yang banyak dari kemaluan.
3. Rasa nyeri pada lengan.
4. Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah.
5. Ekspulsi dari batang implant.
6. Sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur.
7. Nyeri dada hebat.
8. Dugaan adanya kehamilan.

B. Hubungan karakteristik akseptor KB aktif dengan penggunaan AKB

keikutsertaan akseptor KB untuk memilih salah satu metode kontrasepsi

dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya umur, paritas, pendidikan, pengetahuan

tentang KB (BKKBN,2001)
pengetahuan memberikan pengaruh bermakna dalam menentukan

penggunaan alat kontrasepsi. Sedangkan menurut Notoatmojo ( 1997) bahwa

perilaku seseorang dalam kesehatan dipengaruhi oleh beberapa factor predisposisi

seseorang untuk berperilaku, factor pengetahuan dan pendidikan mendorong

/memotivasi seseorang.
Menurut hasil penelitian Underwood C (2000) menyatakan bahwa tingkat

pendidikan mempunyai koleransi positif dengan KB, makin tinggi pendidikan

mereka makin tinggi juga pengetahuan dan persetujuan terhadap KB. Selanjutnya

menurut Okti S (2005) bahwa ada hubungaan antara pendidikan dengan penggunaan
AKBK dimana penelitian tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan menengah

dan tinggi mempunyai pengaruh positif terhadap pemakaian AKBK.


Menurut moctar R ( 1998) bahwa factor umur dan paritas memberikan

pengaruh yang sangat bermakna dalam menentukan pemilihan kontrasepsi MKJP

( Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ). Menurut pedoman penggunaan alat

kontrasepsi yang rasional pada usia 20-35 tahun merupakan periode usia yang paling

baik untuk melahirkan dua anak dengan jarak kehamilan 3-4 tahun. Pada usia ini

sebaiknya ibu menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang seperti AKBK

karena efektifitas dan reversibilitas AKBK cukup tinggi (Depkes RI,1999).


Salah satu hal yang mendorong seseorang untuk memutuskan akan mengikuti

program KB adalah apabila merasa bahwa banyaknya anak sudah mencukupi jumlah

yang didinginkan berarti banyaknya anak mempengaruhi kesertaan seseorang, dalam

program KB.semakin besar jumlah anak yang dimiliki seseorang semakin besar

kemungkinan untuk membatasi kelahiran (harttanto,2003). Jumlah anak yang masih

hidup ternyata berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi. Hal ini dibuktikan

dari penelitian yang dilakukan oleh Dang (1995) yang menyatakan ada hubungan

antara jumlah anak memiliki kemungkinan untuk menggunakan kontrasepsi sebesar

1,73 kali dibandingakan dengan wanita yang memiliki anak kurang atau sama

dengan 2 orang.
Paritas ≥ 2-4 paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal

( sarwono,1999) dan pada kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya janin bila

terlalu sering melahirkan, rahim akan semakin lemah. Kontrasepsi yang disarankan

adalah menggunakan kontrasepsi efektif seperti AKBK, AKDR, suntik dan pil.bila

ibu telah melahirkan ≥ 5 maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu

kehamilan, persalinan, nifas ( Depkes RI, 2000).


Apabila lebih dari 4 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi, lebih

tinggi paritas lebih tinggi resiko kematian maternal sedangkan resiko paritas tinggi

dapat dikurangi atau dicegah dengan KB ( sarwono, 1999). Kontrasepsi yang

disarankan pada masa ini adalah kontap, AKDR, AKBK, suntikan, cara sederhana

dan pil.

C. Hipotesis

1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan akseptor KB aktif dengan penggunaan


AKBK.

2. Ada hubungan antara tingkat pendidikan akseptor KB aktif dengan penggunaan


AKBK.

3. Ada hubungan antara paritas akseptor KB aktif dengan penggunaan AKBK.

4. Ada hubungan antara umur akseptor KB aktif dengan penggunaan AKBK.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain penelitian
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis

penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional ialah suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara factor-faktor resiko dengan efek dengan cara

pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

bersamaan( point time approach). ( Arikunto,2005)


AKBK
BAIK
Non AKBK

Bagan : AKBK
PENGETAHUAN CUKUP
Non AKBK

AKBK
KURANG
Non AKBK

AKBK
DASAR
Non AKBK

AKBK
PENDIDIKAN MENENGAH
Non AKBK

AKBK
TINGGI
Non AKBK

AKBK
PRIMIPARA
Non AKBK

AKBK
AKSEPTOR PARITAS MULTIPARA
2. Variable penelitian Non AKBK

Variable indpenden variable dependen


AKBK
GRANDE
Pengetahuan MULTIPARA Non AKBK
Pendidikan AKBK
Paritas AKBK
Umur < 20 TAHUN
Non AKBK
3. Definisi operasional
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah pemahaman akseptor tentang AKBK meliputi pengertian,
AKBK
UMUR 20-35
TAHUN dan efek samping
jenis, indikasi, kontraindikasi, kerugian, waktu pemasangan Non AKBK

AKBK. AKBK
Alat ukur : kuesioner >35 TAHUN
Cara ukur : responden menjawab kuesioner Non AKBK
Hasil ukur : baik bila responden menjawab dengan benar (76%-100 %) > 16-

20
Cukup bila responden menjawab dengan benar (565-75%) > 11-15
kurang bila responden menjawab dengan benar 11 (56%)
Skala ukur : ordinal
2. Pendidikan
Yang dimaksud dengan pendidikan akseptor dalam penelitian ini adalah jenjang

pendidikan formal tertinggi yang telah diselesaikan oleh responden.


Alat ukur : kuesioner
Cara ukur : responden mengisi kuesioner
Hasil ukur ;dasar,jika responden pendidikan SD- SLTP =` 0
Menengah,jika responden pendidikan SLTA = 1
Tinggi,jika responde pendidikan diploma,
Perguruan tinggi atau lebih = 2
3. Usia
Yang dimaksud dengan usia akseptor dalam penelitian adalah umur responden

yang tercantum dalam register.


Alat ukur : check list

Hasil ukur :

a .< 20 tahun =0

b. 20-35 tahun =1
c. > 35 tahun =2

Skala ukur : ordinal

4. Paritas
Yang dimaksud dengan paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh akseptor.
Alat ukur : check list
Hasil ukur :
a. Paritas 1 =0
b. Paritas ≥ 2-4 = 1
c. Paritas ≥ 5 =2
5. Penggunaan AKBK
Adalah ibu-ibu yang menggunakan AKBK dalam satu tahun terakhir
Cara ukur : format pengumpulan data.
Alat ukur : check list
Hasil ukur : menggunakan AKBK =1
Tidak menggunakan AKBK = 0
Skala ukur : nominal
4. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB aktif di Kelurahan

Kandang Limun dari bulan april – juni 2010.


2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pengambilan sampel secara acak

sederhana ( simple random sampling)


5. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Tempat penelitian dilakukan di Kelurahan Kandang Limun Kecamatan Muara

Bangkahulu kota Bengkulu.


2. Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2010.

6. Metode pengumpulan ,pengolahan dan analisis data


1. Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari buku register KB di

Kelurahan kandang limun periode…


2. Pengolahan Data
1. Editing Data
Meneliti kembali kelengkapan data yang diperoleh kemudian untuk memudahkan

pengecekan kelengkapan data, yang diperlukan dalm mencapai tujuan,

pengelompokkan dan penyusunan data.


2. Koding Data
Memberikan kode terhadap data yang terkumpul menggunakan huruf atau angka

yang lebih mudah dan sederhana.


3. Prosesing
Setelah data dikelompokan, kemudian data tersebut diproses dan diolah kedalam

computer.
4. Cleaning data
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah diproses, apakah ada

kesalahan atau tidak pada masding-masing variable yang sudah diproses

sehingga dapat dinilai.


7. Analisis Data
1. Analisis univariat
Adalah analisa yang dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variable

yang diteliti menggunakan persentase rumus sebagai berikut:

keterangan :

Keterangan :

P = jumlah persentase yang dicari


F = jumlah alternatif jawaban
N = jumlah responden

2. Analisa Bivariat
Untuk mengetahui hubungan antara variable independen (karakteristik akseptor KB

aktif) dengan variable dependen (pengguna AKBK) menggunakan uji stasistik chi-

square tingkat kemaknaan p < 0,05.

Keterangan :

X = chi- square yang dicari

O = hasil observasi

E = nilai yang diharapkan

Analisis hasil penilaian


1. Ha = diterima bila p ≤ 0.05
Artinya ada hubungan antara karakteristik akseptor KB aktif dengan

pengguna AKBK.
2. Ho = ditolak bila p > 0,05
Artinya tidak ada hubungan antara karakteristik akseptor KB aktif dengan

pengguna AKBK.

Anda mungkin juga menyukai