Anda di halaman 1dari 13

Analisis Struktur

mangkubumi, serta adanya perubahan kemiringangn lapisan satuan konglomerat –


batupasir dimana semakin melandai ke utara.

Foto 4.16 Indikasi Sesar Normal mangkubuni (CLT12)

4.3. Mekanisme Pembentukan Struktur Geologi


Pembentukan struktur daerah penelitian tidak terpisahkan dari pembentukan
steruktur geologi di Jawa Barat, khususnya pembentukan struktur geologi zona Bogor
dimana daerah penelitian berada di dalamnya. Mekanisme pembentukan struktur
dapat diketahui dari deskripsi geometri, analisis kinematika, dan analisis dinamika.
Sedangkan untuk besaran nilai tegasan yang mengakibatkan pembentukan struktur
pada batuan tidak diketahui dikarenakan tidak dilakukan analisis dinamika. Struktur
geologi yang muncul dan berkembang didaerah penelitian berupa sesar-sesar anjak
(thrust fault) dan lipatan yang berarah baratlaut-tenggara serta sesar - sesar mendatar
yang memiliki arah relatif utara-selatan, maka dapat diinterpretasikan daerah

57
Analisis Struktur

penelitian merupakan zona dimana terjadi rezim tektonik kompresi dan


menghasilkan suatu sistem sesar naik yang dinamakan jalur anjakan – lipatan ( fold
thrust belt).
Pembentukan sesar anjak di daerah penelitian dikaitkan dengan kondisi
tektonik pulau Jawa berada pada tipe tektonik konvergen berupa subduksi antara
lempeng Eurasia dan Australia, sehingga menghasilkan rezim kompresi yang
memungkinkan terjadinya jalur sesar anjakan-lipatan (fold thrust belt). Zona sesar
anjak pada daerah subduksi terbentuk di bagian prisma akrasi dan Cekungan belakang
busur (foreland) . Pola sesar anjak pada daerah foreland memiliki kemiringan bidang
sesar menuju arah subduksi. Pola sesar anjak didaerah penelitian memiliki
kemiringan bidang sesar relatif ke selatan hal ini dikarenakan zona subduksi berada di
selatan daerah penelitian.

Gambar IV-1 Zona foreland (area merah) pada tektonik back arc, lokasi pembentukan jalur
anjakan-lipatan Daerah penelitian ( Slide Kuliah Tektonofisik )

Zona foreland disebut juga zona eksternal dicirikan oleh deformasi plastis
yang tidak dominan, tidak dalam kondisi metamorfisme atau dalam metamorfisme
rendah (low grade metamorfism), dan perubahan bentuk (strain) yang tidak
penetrative (Marshak dan Mitra, 1988). Pada zona eksternal deformasi sesar anjak
hanya mengakibatkan deformasi lapisan batuan hingga kedalaman kurang dari 10 km
dan tidak melibatkan batuan dasar (basement) dalam deformasi sehingga sering
disebut ”Thin Skinned tectonics” (McClay, 2003).

58
Analisis Struktur

Hadirnya sesar geser pada daerah peneltian disebabkan oleh sobekan yang
sejajar dengan arah pergerakan sesar naik karena perbedaan pergeseran
(displacement) antar tiap segmen (Dahlstrom.1970.Op.cit McClay,2003). Dengan
kata lain respon batuan dalam mengakomodasi gaya yang bekerja tidak selalu sama,
sehingga terjadi perbedaan pemendekan yang menyebabkan sobekan ( tear fault)

Gambar IV-2 Tear fault, yang diakibatkan oleh perbedaan pengakomodasian gaya
pemendekan (McClay, 2003)

Sesar anjakan yang berhubungan dengan lipatan secara umum dapat dibagi
menjadi dua model yaitu fault bend fold dan fault propagation fold .Sesar anjakan
tipe fault bend fold dicirikan dengan lipatan antiklin yang memiliki sudut hampir
sama, dengan sumbu lipatan vertikal (Gambar IV-3). Sedangkan untuk sesar anjakan
tipe fault propagation fold dicirikan dengan antiklin yang memiliki bidang sumbu
miring (Gambar IV-4). Daerah penelitian dikategorikan sebagai tipe Fault bend fold
dimana terbentuknya suatu lipatan diakibatkan oleh pergeseran atau seretan sesar
yang kemudian mengakomodasi area yang terdeformasi dengan membentuk antiklin
pada bagian hangging wall (Suppe dan Medwedeff, 1984; Suppe, 1985 op cit
McClay, 2003).

59
Analisis Struktur

Gambar IV-3 Sesar anjakan tipe fault bend fold (Suppe,1985 Marsahak dan Mitra,1988)

Gambar IV-4 Sesar anjakan tipe fault propagation fold.( Suppe,1985 op.cit Marshak dan Mitra, 1988)
i 1988)
Munculnya urutan beberapa sesar anjak yang sejajar pada darah penelitian
merupakan hasil dari suatu sistem sesar anjak (thrust system) yang secara kinematik
dan geometri saling berhubungan dan menghasilkan susunan sesar yang berkembang
membentuk sekuen sesar (Marshak dan Mitra, 1988). Sistem sesar anjak daerah
penelitian di interpretasikan sebagai sesar anjakan yang berupa imbrikasi, yaitu suatu
susunan cabang sesar yang saling tumpang tindih. Menurut Elliott dan Boyer (1982)
membagi sistem imbrikasi menjadi sesar anjakan leading dan trailing. Sesar anjakan
leading adalah sesar yang imbrikasinya lebih muda ke arah kemiringannya atau sesar
yang memiliki pergeseran (displacement) paling besar pada bagian depan. Hal ini

60
Analisis Struktur

disebabkan karena pengakomodasian gaya oleh sesar utama yang kemudian di


distribusikan kepada sesar sesar yang lebih kecil sehingga besar dan arah
pergerakannya konsisten (Dahlstrom, 1969). Hal ini dibuktikan oleh besarnya nilai
pergeseran sesar anjak Karamas yang berada paling utara daerah penelitian.

5 4 3 2 1

1 2 3 4 5

Gambar IV-5 (a) imbrikasi sesar leading (b) imbrikasi sesar trailing
(Boyer dan Elliott, 1982)

Dari analisis struktur geologi maka dapat disimpulkan bahwa struktur geologi
daerah penelitian terbentuk dalam fasa deformasi kompresi horizontal dengan tegasan
utama (σ1) berarah baratdaya-timurlaut, yang juga searah dengan arah transport
tektonik. Sehingga menghasilkan suatu jalur anjakan lipatan dengan struktur penyerta
berupa sesar mendatar berupa tear fault. Umur pembentukan struktur geologi

61
Analisis Struktur

diperkirakan terjadi pada pleistosen dimana hal itu dibuktikan dengan terlipatnya
satuan yang paling muda yaitu satuan konglomerat-batupasir.

4. 4 Penampang Seimbang
Untuk melakukan rekonstruksi penampang dapat dilakukan dengan beberapa
metoda salah satunya ialah penampang seimbang (Balanced Cross section) .
pengertian penampang seimbang menurut Marshak dan Mitra, 1988 adalah
penampang geologi yang menggambarkan geometri dari struktur yang teramati
sekarang setelah mengalami terdeformasi dan ketika penampang direstorasi
berdasarkan ketetapan keseimbangan luas area dan / atau ketetapan keseimbangan
panjang lapisan tidak berubah.
Suatu penampang dikatakan seimbang apabila ketika direstorasi tidak
meninggalkan celah (gap) dan tidak saling tumpang tindih (overlap) dalam suatu
lapisan dan besaran dari kontraksi dan ekstensi dapat di tentukan. Metoda ini
menggunakan beberapa asumsi yang diterapkan dalam melakukan restorasi
penampang. Asumsi yang digunakan ialah tidak ada perubahan volume yang berarti
selama deformasi jadi suatu kondisi plain strain dapat dicapai artinya tidak ada
perubahan luas dalam penampang. Asumsi kedua ialah perlipatan dalam penampang
adalah paralel yang dihasilkan oleh proses perlipatan yang melentur, dengan kata lain
panjang lapisan pada penampang adalah tetap selama deformasi.

4.4.1 Metode Kink


Metode Kink adalah salah satu metoda ekstrapolasi dan interpolasi lipatan
yang juga menganggap bahwa jenis lipatan ialah paralel (sudut sayap lipatan tajam,
lipatan Kink atau Chevron). Metoda ini umum digunakan pada zona anjakan – lipatan
(fold – Thrust belt). Lipatan yang memiliki sudut tajam menghasilkan pola ”dip
domain” pada peta. Dip domain pada suatu peta adalah area dimana strata lapisan
relatif memiliki kemiringan yang hampir sama. Secar teknis metode Kink ialah
membagi penampang dengan ’dip domain’, yaitu jika terdapat data kemiringan yang

62
Analisis Struktur

berubah maka daerah di antara dua kemiringan yang berbeda akan memiliki
kemiringan lapisan sesuai dengan ’dip domain’-nya.
Di antara dua kemiringan yang berbeda dibatasi oleh garis batas yang dapat
ditentukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan menentukan garis bagi
dari sudut garis normal dua kemiringan, garis batas tersebut dikenal dengan “Kink
Plane” (Gambar IV-6 dan Gambar IV-7).

Gambar IV-6 Penyajian data kedudukan pada penampang (Wotjal, 1988 op cit
Marshak dan Mitra, 1988)

Gambar IV-7 Penentuan domain dip diantara dua data kedudukan (Wotjal, 1988 op cit
Marshak dan Mitra, 1988)

Setelah ditentukan garis bagi untuk tiap ‘domain’ kemiringan, kemudian tiap
batas-batas stratigrafi dihubungkan mengikuti kemiringan ’domain’-nya (Gambar IV-
8).

63
Analisis Struktur

Gambar IV-8 Profil lengkap dari struktur lipatan dengan batas stratigrafi (Wotjal,
1988 op cit Marshak dan Mitra, 1988)

Pada penelitian ini dilakukan rekonstruksi penampang menggunakan metode


Kink dengan asumsi bahwa ketebalan lapisan dianggap konstan. Asumsi bahwa
ketebalan lapisan tetap ini merupakan salah satu sebab terjadinya perbedaan antara
data stratigrafi di lapangan dengan rekonstruksi dari kedudukan lapisan.
Metoda kink digunakan untuk mempermudah mengembalikan kondisi
sebelum deformasi dari suatu struktur yang terdiri dari segmen garis lurus. Selain itu
metoda kink dapat mempermudah menghitung volume dan panjang lapisan batuan
pada kondisi terdeformasi

4.4.2 Perhitungan Kedalaman ’Detachment’


Penghitungan kedalaman Detachment merupakan hal yang sangat penting
dalam melakukan restorasi penampang, karena detachment tersebut dijadikan titik
acuan untuk penarikan struktur – struktur dan batas satuan batuan diatasnya. ketika

64
Analisis Struktur

melakukan restorasi penampang. untuk melakukan penghitungan harus membuat


penampang permukaan terlebih dahulu kemudian gunakan lapisan yang memiliki
kemenerusan yang konsisten dalam penampang.
Menurut Marshak dan Mitra,1988 Prinsip penghitungan detachment adalah
menghitung luas area batuan yang terlipat atau yang telah terdeformasi terhadap suatu
datum regional, kemudian menghitung panjang awal dan panjang akhir suatu lapisan.
,dan mengangap luas daerah yang telah terdeformasi sama dengan luas daerah
sebelum terdeformasi. Setelah semua parameter diketahui, untuk menghitung
kedalaman. detachment menggunakan rumus pada Gambar IV-9. Penghitungan
kedalaman detachment ini hanya bisa digunakan jika tidak ada sesar diantara lipatan
dipermukaan dan detachment. Jika penghitungan tidak dapat dilakukan dengan cara
tersebut maka stratigrafi regional dapat dijadikan acuan untuk menentukan kedalaman
detachment.

Gambar IV-8 Perhitungan dalamnya detachment (Dahlstrom, 1969)

Berdasarkan rumus diatas didapat detachment penampang A-B untuk daerah


penelitian sebesar 1200 – 2200 mdpl sedangkan untuk penampang C-D sebesar 1300
– 2400 mdpl.

65
Analisis Struktur

4.4.3 Restorasi Penampang


Restorasi penampang geologi adalah suatu metoda untuk mengetahui
hubungan antara keadaan setelah terdeformasi dan sebelum terdeformasi. Tujuan dari
restorasi penampang adalah untuk mengetahui sejarah deformasi yang terjadi dan
untuk menguji interpretasi struktur yang telah dilakukan dan memperhitungkan
besaran pergeseran yang dihasilkan dari proses pembentukan struktur. Suatu
penampang geologi jika tidak dapat direstorasi akan memiliki tingkat kepercayaan
yang rendah.
Restorasi penampang seimbang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
restorasi berdasarkan keseimbangan luas dan berdasarkan keseimbangan panjang
lapisan. (Marshak dan Mitra 1988), kemudian untuk melakukan resorasi penampang
harus dilakukan sesuiai dengan urutan terbentuknya sesar, yaitu sesar yang terbentuk
paling akhir direstorasi terlebih dahulu dan sesar yang terbentuk paling awal
direstorasi paling terakhir. Suatu penempang dapat dikatakan seimbang jika
memenuhi syarat sebagai berikut, keseimbangan panjang lapisan,keseimbangan luas,
keseimbangan bentuk sesar
Setelah tercapai syarat diatas kemudian dilakukan evaluasi penampang untuk
memvalidasi penampang apakah dapat dipercaya dan dapat menggambarkan keadaan
bawah permukaan yang mendekati sebenarnya. Hal tersebut dilakukan dengan
menempatkan garis referensi sebagai acuan dalam restorasi. Dalam melakukan
restorasi digunakan garis referensi yaitu loose line dan pin line .
Pin line adalah titik acuan yang diletakkan pada footwall yang tidak
mengalami deformasi. Hal ini dilakukan untuk menjaga konsistensi lapisan batuan
yang satu dengan yang lainnya. Kemudian garis loose line adalah titik tidak tetap
yang diltakkan pada bagian hanging wall dari penampang terdeformasi dan berguna

66
Gambar IV-10 Penampang geologi A-B (tanpa skala)

67
Gambar IV-11 Penampang geologi C-D (tanpa skala)

68
Analisis Struktur

untuk mengetahui apakah penampang yang dihasilkan dapat dipercaya atau


tidak. Jika garis loose line ini lurus setelah direstorasi maka penampang yang ada
dapat diterima. Namun pada kenyataanya yang umum adalah loose line menjadi
miring, loose line yang miring dapat diterima jika searah dengan arah transport
energi (Marshak dan Mitra, 1988). Garis loose line pada penampang A-B
ditempatkan berimpit Pada titik A. Loose line pada restorasi penampang A-B
cenderung miring, tetapi searah dengan arah transport energi, dengan demikian
penampang A-B dapat diterima.
Setelah penampang A-B di restorasi ke keadaan awal sebelum deformasi,
kemudian dilakukan perhitungan untuk mengetahui pemendekan (shortening) yang
terjadi pada daerah penelitian. Untuk penampang A-B diperoleh nilai pemendekan
sebesar 40 %
Dari restorasi penampang diketahui sistem sesar anjak didaerah penelitian
adalah sistem imbrikasi tipe leading, yaitu dengan terbentuknya sesar anjak Karamas
dan kemudian berurut ke selatan yaitu sesar anjak Cikawoan dan sesar anjak Cijaweu.
Rekonstruksi tersebut dapat menjelaskan urutan pembentukan struktur geologi
didaerah penelitian dan keadaan geologi sebelum deformasi terjadi

69

Anda mungkin juga menyukai