Anda di halaman 1dari 2

Kemanakah Arah arsitektur INDONESIA?

Masih adakah arah

Yah, Medengar kata asritektur bukanlah hal asing lagi bagi kita. Banak yang beranggapan bahwa
arsitektur itu hanya semata tentang kemewahan, kemegahan, enak dilihat dan menjadi suatu
ikonik disuatu daerah tersebut. Tapi taukah kalian bahwa arsitektur bukan hanya mengenai itu
ssaja. Asritektur itu sanatlah luas.
3 v. venustas (keindahan), firmitas(kekuatan), dan utilitas(fungsi)

Kemamouan masyarakat Indonesia belum merata untuk menggunakan jasa arsitek. Sehngga
arsitek Indonesia kurang dihargai jasanya.\

Saat ini, bahkan nanti pembangunan Indonesia tetap djialan ditempat alias “otewe” ke negara
maju. sebutan bhasa anak muda sekarang. Meskipun begitu kita harus mensyukuri apa yang
terjadi diindonesia saat ini.

Ketika mendengar kata “arsitektur” hampir semua orang akan terlintas pada banguan yang
megah, keren, indah, dan menjadi suatu ikon didaerah tersebut (landmark). Bahkan

Arsitektur di Indonesia ini masih seperti binatang aneh yang mereka tak tahu apa jenisnya.
Arsitektur masih dianggap sebagai permasalahan ibu-ibu yang ingin merenovasi rumahnya, atau
saat hendak membangun rumah baru. Maka jangan heran majalah-majaah yang bertemakan
arsitektur umumnya bersifat tips dan trik, atau sekadar deskriptif. Karena arsitektur adalah
‘mainannya’ ibu-ibu, maka jangan heran jika media-media yang sering dikira media arsitektur
hanya sibuk meliput rumah.

Mengapa hal ini penting? Karena kita tahu kalau jumlah media desain
atau arsitektur di Indonesia masihlah minim. Memang saat ini sudah
meningkat pesat, tapi jika kita menghitung dengan benar berapa yang
benar-benar media arsitektur (bukan diambil acak), dan berapa
perbandingannya dengan jumlah media desain dan arsitektur di luar
negeri, maka kita bisa tahu jika sebenarnya media desain sangatlah
sedikit.

Lalu tahukah para arsitek jika perkembangan wacana saat ini


menyatakan, “Curating is the new critizism.” Hal tersebut dikatakan oleh
Pedro Gadanho, curator MoMA untuk arsitektur kontemporer. Metode
inilah yang dilakukan oleh majalah. Mereka tidak merasa perlu
menampilkan proyek yang punya kelemahan untuk kemudian di kritik di
medianya, tapi hilangkan saja dan jangan anggap proyek itu pernah ada.
Hal ini dikarenakan banyak media beranggapan menginspirasi lebih
penting daripada mengritik.

Lalu pertanyaannya apa kurasi yang diterapkan majalah sudah benar? Apa
benar semua proyek yang masuk majalah sudah pasti bagus? Saya kasih
bocoran. Sejujurnya jika standara aristektur yang baik benar-benar
diterapkan saat kami mengurasi sebuah proyek di Indonesia, bisa jadi
akan sedikit sekali bangunan yang lulus.

Anda mungkin juga menyukai