Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan persoalan penting di dalam
perekonomian suatu bangsa yang sedang dalam proses membangun seperti
Indonesia. Kemajuan atau kemunduran ekonomi suatu bangsa sangat ditentukan
oleh keberadaan dan peranan dari kelompok wirausahawan. Menurut pendapat
lain kewirausahaan merupakan salah satu isu penting saat ini karena
relevansinya terhadap perekonomian dan kontribusinya terhadap peningkatan
kesejahteraan.
Oleh karena itu, isu-isu tentang kewirausahaan dan dampaknya terhadap
lingkungan dan perekonomian masyarakat sangat menarik. Terkait dengan
masalah ini, dalam makalah yang telah disusun ini akan membahas mengenai :
pengertian kewirausahaan, arti penting kewirausahaan, jenis-jenis
kewirausahaan, pergeseran paradigm dari job seekers ke job creators , dan
proses terciptanya wirausaha.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Kewirausahaan ?
2. Apa Arti Penting Kewirausahaan ?
3. Apa Saja Jenis-jenis Wirausaha ?
4. Bagaimana Pergeseran Paradigma dari job seekers ke job creators ?
5. Bagaimana Proses Terciptanya Wirausaha ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengatahui Pengertian Kewirausahaan.
2. Untuk Mengetahui Arti Penting Kewirausahaan.
3. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Wirausaha.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Pergeseran Paradigma dari job seekers ke
job creator .
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Proses Terciptanya Wirausaha

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah suatu aktifitas dengan


memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki seseorang atau organisasional yang
bertujuan memberikan nilai tambah pada sumber daya tersebut menuju pada
pertumbuhan nilai ekonomi secara berkelanjutan. Menurut Peter F. Drucker
mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda. Sementara itu, Zimemerer mengartikan
kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan
(usaha). Dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan merupakan suatu kemampuan
dalam hal menciptakan kegiatan usaha. Kemampuan menciptakan memerlukan
adanya kreativitas dan inovasi yang terus menerus untuk menemukan sesuatu yang
berbeda dari yang sebelumnya.
Seorang wirausahawan adalah orang yang berjiwa mengambil risiko untuk
membuka usaha dalam berbagai kesempatan, dengan harus memiliki kemampuan
yang kreatif dan inovatif dalam menemukan dan menciptakan berbagai ide.
Wirausaha dapat dijalankan seseorang atau sekelompok orang. Dengan kata
lain, seseorang baik secara pribadi maupun bergabung dengan orang lain dapat
menjalankan kegiatan usaha atau membuka usaha. Secara pribadi artinya membuka
perusahaan dengan inisiatif dan modal seorang diri. Sementara itu, berkelompok
dengan cara masing-masing menyetor modal
Jenis usaha yang dijalankan dapat bersifat komersial dan sosial atau
keduanya. Komersial artinya usaha yang dijalankan memang diarahkan untuk
mencari keuntungan semata. Sementara itu, usaha yang bersifat sosial lebih
menekankan pada pelayanan masyarakat. Namun dalam praktiknya,sangat jarang
ditemui usaha yang hanya melakukan kegiatan sosial. Kebanyakan perusahan yang
bersifat sosial selalu diiringi dengan kegiatan bisnis meskipun kecil agar perusahan

2
tersebut dapat hidup mandiri dan tidak selalu tergantung pada sumbangan dari
masyarakat dalam membiayai operasinya.
Jadi untuk berwirausaha dapat dilakukan dengan cara:
a. Memiliki modal sekaligus menjadi pengelola
b. Menyetor modal dan pengelolaan ditangani oleh pihak mitra
c. Hanya menyerahkan tenaga namun dikonversikan ke dalam bentuk saham
sebagai bukti kepemilikan usaha

2.2. Arti Penting Kewirausahaan


Di dalam keragaman definisi mengenai kewirausahaan, pada hakikat-nya
terkandung suatu gagasan yang sama dan cenderung semakin diakui oleh berbagai
pihak, terutama yang berkenaan dengan: penciptaan (creating), kebaruan
(newness), dan pengambilan risiko (risk taking). Sehubungan dengan hal itu,
kewirausahaan nampak semakin diakui sebagai suatu penggerak pertumbuhan
ekonomi, inovasi, peningkatan produktivitas, dan lapangan pekerjaan, serta telah
diterima secara luas sebagai aspek penting dalam dinamika perekonomian, yang
mencakup: lahir dan matinya suatu perusahaan, serta pertumbuhan dan
perampingannya (downsizing). Dengan adanya perusahaan yang masuk dan keluar
industri, hal ini menunjukkan bahwa para pendatang baru (new entrants) akan lebih
efisien dibanding perusahaan yang digantikannya (exit)
Wirausaha adalah seorang yang mandiri, yaitu orang yang memiliki
perusahaan sebagai sumber penghasilannya. Dengan perkataan lain ia tidak
menggantungkan diri untuk penghasilannya kepada orang lain. Untuk mendirikan
perusahaannya ia menghimpun sumber-sumber atau factor produksi dan menyusun
organisasi perusahaan. Karena tindakan-tindakan itu mempunyai dampak pertama
kepada dirinya sendiri, yaitu menciptakan lapangan kerja bagi diri dan penghasilan,
kepada masyarakat dan pemerintah, yaitu menciptakan lapangan kerja bagi tenaga
kerja yang lain serta penghasilan, mengerjakan sumber-sumber bahan baku yang
belum digunakan sehingga menjadi bermanfaat bagi masyarakat, menciptakaan
teknologi sehingga menambah akumulasi untuk teknologi yang sudah ada dalam
masyarakat, mendorong investasi di bidang-bidang lain, memperluas dasar pajak

3
bagi pemerintah dan meningkatkan citra bagi suatu bangsa, sehingga secara
keseluruhan mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

2.3. Jenis-Jenis Wirausaha


Wirausaha dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis,
yaitu founders, general managers dan franchisee. Seorang Founders sering
ianggap sebagai wirausaha murni, karena mereka secara nyata melakukan survei
pasar, mencari dana, dan fasilitas yang diperlukan. Founders yaitu seorang investor
yang memulai bisnis berdasarkan penemuan barang atau jasa baru atau yang sudah
diimprovisasi. Atau dapat juga seseorang yang mengembangkan ide orang lain
dalam memulai usahanya. General Managers yaitu seseorang yang mengepalai
operasional perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
Franchisee Adalah orang atau badan usaha yang memperoleh hak
mereproduksi konsep franchisor di mana franchisee terikat dengan kontrak
perjanjian. Franchisee berkomitmen dalam menghormati konsep, spesifikasi dan
peraturannya. Franchisee membayar kewajibannya sesuai dengan yang tertulis di
kontrak (bersambung). Franchisee juga berkomitmen untuk tidak memvulgarisasi
informasi yang dia dapat lewat franchise. Ini adalah komitmen kerahasiaan yang
dituntut sejak pertama kali kontrak dengan franchisor terjadi. Franchisee adalah
pengusaha atau perusahaan independen franchisor.

Jenis Kewirausahaan (Williamson, 1961) :

a) Innovating Entrepreneurship, Bereksperimentasi secara agresif,trampil


mempraktekkan transformasi- transformasi atraktif.
b) Imitative Entrepreneurship, Meniru inovasi yang berhasil dari para
Innovating Entrepreneur
c) Fabian Entrepreneurship, Sikap yang teramat berhati-hati dan sikap
skeptikal tetapi yang segera melaksanakan peniruan-peniruan menjadi
jelas sekali, apabila mereka tidak melakukan hal tersebut, mereka akan
kehilangan posisi relatif pada industri yang bersangkutan.
d) Drone Entrepreneurship, Drone = malas. Penolakan untuk memanfaatkan
peluang-peluang untuk melaksanakan perubahan-perubahan dalam rumus

4
produksi sekalipun hal tersbut akan mengakibatkan mereka merugi
diandingkan dengan produsen lain. Di banyak Negara berkembang masih
terdapat jenis entrepreneurship yang lain yang disebut sebagai Parasitic
Entrepreneurship, dalam konteks ilmu ekonomi disebut sebagai Rent-
seekers (pemburu rente). (Winardi, 1977).

2.4. Pergeseran Paradigma dari Job Seekers ke Job Creators


Job seeker atau pencari kerja adalah seseorang yang mencari pekerjaan dan
bergantung pada orang lain yang memiliki lapangan pekerjaan untuk mendapatkan
lapangan pekerjaan. Beberapa orang hanya ingin mencari pekerjaan yang layak,
tanpa berfikir bahwa ia sebenarnya bisa menjadi pencipta lapangan pekerjaan itu
sendiri. Padahal akan jauh lebih baik menjadi pencipta lapangan pekerjaan dari
pada mencari pekerjaan. Dengan menciptakan lapangan pekerjaan, maka seseorang
dapat membantu orang lain untuk mendapatkan pekerjaan juga. Dengan kata lain,
jika menjadi job seeker kita hanya menjadi karyawan, sedangkan dengan menjadi
job creator bisa menjadi bos atau pimpinan dari karyawan kita.

Dimana job creator atau pencipta lapangan pekerjaan disebut juga


berwirausaha adalah seseorang yang menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi
ada, dan berguna bagi manusia dengan ide dan tindakan kreatif dan inovatif.
Wirausahawan cenderung menggunakan energinya untuk melakukan dan
membangun energinya untuk melakukan dan membangun suatu kegiatan.

Adapun beberapa perbedaan antara job creator dan job seeker :

Job Creator Job Seeker


1. Membuka dan menciptakan 1. Terikat waktu dan tugas,
lapangan pekerjaan, 2. Ketergantungan dan tidak
2. Mandiri dan independen, independen,
3. Lebih kreatif, inovatif, dan 3. Terkekang, dan
dinamis, 4. Menjadi karyawan dari
4. Tidak terikat waktu, pimpinan.
5. Membantu orang lain, dan

5
6. Menjadi pimpinan dari
karyawan
Menjadi seorang job seekers atau job creators memiliki kelemahan masing-
masing dimana, seorang karyawan (job seekers) tidak jarang timbul rasa tertindas
atau tidak diperlakukan dengan adil dan tidak dapat bertindak apapun karena
kapasitas kita yang hanya sebagai karyawan dan tidak dapat melawan pimpinan
kita. Sedangkan menjadi pencipta lapangan pekerjaan (job creators) kita harus
memikirkan beberapa hal, yaitu berbagai risiko yang akan dihadapi. Karena tidak
semua pencipta lapangan pekerjaan dapat menjalankan usahanya sesuai rencana.
Menjadi pencipta lapangan pekerjaan, harus memperhitungkan dengan matang
modal, jenis usaha, pangsa pasar, dan perkiraan kelangsungan usaha dengan melihat
trend dan kebutuhan masyarakat pada saat ini.

Jika kita menginginkan sistem perekonomian yang kuat maka mau tidak
mau kita harus berubah, dengan mengambil pilihan sebagai seorang wirausaha.
Wirausaha menyumbang begitu banyak pemasukan bagi bangsa kita, disamping
mengurangi pengangguran. Karena seorang wirausahawan yang tahu bagaimana
menemukan suatu, merangkai dan mengendalikan sumber-sumber (yang kadang-
kadang dimiliki oleh orang lain) untuk mewujudkan tujuannya. Pendidikan
kewirausahaan di perguruan tinggi bertujuan untuk membentuk manusia secara
utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan keterampilan
sebagai wirausaha.

Pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan


kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa secara
bersama-sama dalam komunitas pendidikan sehingga diharapkan akan
menciptakan mindset sebagai seorang pencipta kerja (job creator).

Berikut ini adalah strategi mengubah paradigma dari Job Seeker menjadi Job
creator :

a. Keluarga Membangun Kultur Berwirausaha


Kultur (budaya) berwirausaha suatu keluarga atau suku atau
golongan bahkan bangsa sangat berpengaruh terhadap kemunculan
wirausaha-wirausaha baru yang tangguh. Kultur berwirausaha tidak dapat

6
ditanamkan dalam sekejap. Memerlukan waktu cukup banyak untuk
membangun kultur kewirausahaan. Setiap keluarga harus menanamkan jiwa
wirausaha sejak dini dalam diri anak-anak mereka. Kultur beberapa suku di
Indonesia memang menggunakan profesi wirausaha sehingga banyak
wirausaha tangguh yang berasal dari suku tesebut. Namun secara umum
kultur masyarakat Indonesia masih menggunakan profesi yang relatif
“tanpa resiko” misalnya menjadi pegawai negeri, bekerja di perusahaan
besar.

b. Penciptaan Iklim Usaha


Era krisis moneter yang melanda Indonesia awal tahun 1997
menyebabkan banyak industry besar tumbang. Usaha skala kecil sulit
tumbuh. Hal ini membuat pemerintah Indonesia kebingungan mengatasinya
dikarenakan berkaitn dengan timpangnya struktur usaha (industri) yang
terlalu memihak pada industri besar. Peran pemerintah ini juga bukan pada
pemberian modal, tetapi lebih pada membina kemampuan industri kecil
dam membuat suatu kondisi yang memdorong kemampuan industri kecil
dalam mengakses modal, (Pardede, 2000). Atau dengan kata lain,
pemerintah harus membina kemampuan industri kecil dalam menghitung
modal optimum yang di perlukan, kemampuan menyusun suatu proposal
pendanaan kelembaga-lembaga pemberian modal, serta mengeluarkan
kebijakan atau peraturan yang lebih memihak industri kecil dalam
pemberian kredit.

c. Pembenahan Dunia Pendidikan


Pola pikir para sarjana yang umumnya masih berorientasi untuk
menjadi karyawan harus diubah. Oleh karena itu peran lembaga pendidikan
sebagai pusat inkubasi pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, perlu
ditata kembali. Struktur kurikulum kita yang cenderung menghasil lulusan
yang “siap pakai” bukan lulusan yang “siap menghasikan”.

7
d. Optimalisasi Balai Pelatihan Kewirausahaan
Mengoptimalkan balai latihan kerja (BLK). Dengan
mengoptimalkan BLK maka, kekurangan daya serap perguruan tinggi bias
diantisipasi. Disebutkannya, saat ini BLK belum begitu termaanfaatkan
untuk mengatasi pengangguran. Begitu pula dengan BLK-BLK, banyak
yang belum berkembang dengan baik terutama dalam penyerapan para
lulusan untuk masuk ke dunia kerja.

e. Peningkatan Akses Modal


Pemerintah melalui lembaga perbankan dan keuangan diminta
membuka akses modal bagi calon wirausaha, karena selama ini mereka
masih kesulitan mendapatkannya untuk meningkatkan taraf hidup.

f. Pendamping Calon Wirausaha


Suatu hal yang tidak kalah pentinya adalah pendampingan yang
dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat, perbankan, konsultan, dan
stakeholder lainnya sehingga memberikan kemudahan serta pencerahan
bagi para calon wirausaha. Seringkali lemahnya pendampingan
mengakibatkan modal usaha yang telah dibagikan kepada calon wirausaha
, tidak terpakai dengan baik. Para calon wirausaha lebih sering melakukan
konsumsi terhadap modal yang diberikan. Akibatnya, modal mereka
terpakai habis sedangkan usaha belum dapat berjalan dengan baik.

2.5. Proses Terciptanya Wirausaha


Muculnya banyak wirausaha atau pebisnis, telah menarik perhatian para
pakar untuk meneliti bagaimana mereka terbentuk. Ada beberapa teori yang
menjelaskan mengenai proses pembentukan wirausaha. Teori tersebut antara
lain: life path change, goal directed behavior, teori outcome expectancy. Terakhir,
terdapat acuan komprehensif mengenai teori pembetukan wirausaha yang
dipadukan oleh teori-teori sebelumnya. Begitu banyak teori yang telah mengupas
persoalan ini, intinya bahwa menjadi wirausaha adalah sebuah proses.

8
a. Teori Life Path Change
Menurut Shapero dan Sokol (1982) dalam Sundjaja (1990), tidak semua
wirausaha lahir dan berkembang mengikuti jalur yang sistematis dan terencana.
Banyak orang yang menjadi wirausaha justru tidak memaluli proses yang
direncanakan. Antara lain disebabkan oleh:
1) Negative displacement
Seseorang bisa saja menjadi wirausaha gara-gara dipecat dari tempatnya
bekerja, tertekan, terhina atau mengalami kebosanan selama bekerja,
dipaksa/terpaksa pindah dari daerah asal. Atau bisa juga karena sudah memasuki
usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya.
2) Being between things
Orang-orang yang baru keluar dari ketentaan, sekolah, atau penjara,
kadangkala merasa seperti memasuki dunia baru yang belum mereka mengerti dan
kuasai. Keadaan ini membuat mereka seakan berada di tengah-tengah dari dua
dunia yang berbeda, namun mereka tetap harus berjuang menjaga kelangsungan
hidupnya. Di sinilah biasanya pilihan menjadi wirausaha muncul karena dengan
menjadi wirausaha mereka bekerja dengan mengandalkan diri sendiri.
3) Having positive pull
Terdapat juga orang-orang yang mendapat dukungan membuka usaha dari
mitra kerja, investor, pelanggan, atau mentor. Dukungan memudahkan mereka
dalam mengantisipasi peluang usaha, selain itu juga menciptakan rasa aman dari
risiko usaha. Seorang mantan manajer di sebuah perusahan otomotif, misalnya,
yang memutuskan untuk masuk ke bisnis suku cadang otomotif, misalnya dengan
bahan baku ban bekas, seperti stopper back door, engine mounting, atau mufler
mounting. Perusahaan otomotif tersebut memberi dukungan dengan menampung
produk mantan manajernya tersebut.

b. Teori Goal Directed Behavior


Menurut Wolman (1973), seseorang dapat saja menjadi wirausaha karena
termotivasi untuk mencapai tujuan tertentu. Teori ini disebut dengan Goal
Directed Behavior. Teori ini hendak menggambarkan bagaimana seseorang
tergerak menjadi wirausaha, motivasinya dapat terlihat langkah-langkahnya dalam

9
mencapai tujuan (goal directed behavior). Seseorang terjun dalam dunia wirausaha
diawali dengan adanya kebutuhan-kebutuhan, ini mendorong kegiatan-kegiatan
tertentu, yang ditujukan pada pencapaian tujuan. Dari kaca mata
teori kebutuhan dan motivasi tingkah laku, seperti menemukan kesempatan
berusaha, sampai mendirikan dan melembagakan usahanya merupakan goal
directed behavior.

c. Teori Outcome Expectancy


Bandura (1986) menyatakan bahwa outcome expectancy bukan suatu
perilaku tetapi keyakinan tentang konskuensi yang diterima setelah seseorang
melakukan suatu tindakan tertentu.
Dari definisi di atas, outcome expectancy dapat diartikan sebagai keyakinan
seseorang mengenai hasil yang akan diperolehnya jika ia melaksanakan suatu
perilaku tertentu, yaitu perilaku yang menunjukkan keberhasilan. Seseorang
memperkirakan bahwa keberhasilannya dalam melakukan tugas tertentu akan
mendatangkan imbalan dengan nilai tertentu juga. Imbalan ini berupa juga insentif
kerja yang dapat diperoleh dengan segera atau dalam jangka panjang. Karenanya
jika seseorang menganggap profesi wirausaha akan memberikan insentif yang
sesuai dengan keinginannya maka dia akan berusaha untuk memenuhi
keinginannya dengan menjadi wirausaha.
Michael Dell, seorang mahasiswa teknik komputer di AS, mempunyai
keyakinan yang kuat bahwa bila dia geluti serius hobi modifikasi komputer yang
diminati teman-temannya ia akan dapat mengalahkan IBM kelak. Terdorong oleh
hal itu Dell terus mengembangkan usaha dengan mendirikan Dell Corporation.
Hingga kini Dell dan IBM terus bersaing di industri komputer.

Adapaun model proses perintisan dan pengembangan kewirausahaan ini di


gambarkan oleh Bygrave menjadi urutan langkah-langkah berikut ini:

a. Innovation (Inovasi)
Faktor personal yang mendorng inovasi adalah:
1) Keinginan berprestasi

10
2) Adanya sifat penasaran
3) Keinginan menanggung resiko
4) Faktor pendidikan dan
5) Faktorpengalaman.
Faktor lingkungan yang medorong inovasi adalah :
1) Adanya peluang
2) Pengalaman
3) Kreativitas

b. Triggering Event (pemicu)


Beberapa faktor personal yang mendorong pemicu artinya yang memicu atau
memaksa seseorang untuk terjun kedunia bisnis adalah :
1) Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang sekarang
2) Adanya pemutusan hubungan kerja (PHK)
3) Tidak ada pekerjaan lain
4) Dorongan karena faktor usia
5) Keberanian menanggung resiko
6) Komitmen dan minat tinggi terhadap bisnis.
Faktor-faktor lingkungan yang mendorong menjadi pemicu bisnis adalah :
1) Sumber-suber yang bis adi manfaatkan, misalnya tabungan, modal,
warisan,
2) Memiliki bangunan yang strategis
3) Mengikuti latihan-latihan bisnis, kursus bisni. Dst

c. Implementasi (pelaksanaan)
Beberapa faktor personal yang mendorong pelaksanaan dari sebuah binis
adalah sebagai berikut :
1) Siap mental secara total
2) Adanya manaer pelaksana sebagai tangan kanan, pembantu utama.
3) Adanya komitmen yang tinggi terhadap bisnis
4) Adanya visi, pandangan yang jauh ke depan guna mencapai
keberhasilan.

11
d. Growth ( Proses Pertumbuhan )
1) Adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha sehingga semua
rencana dan pelaksanaan operasional berjalan produktif.
2) Adanya strategi yang mantap sebagai produk dari tim yang kompak.
3) Adanya roduk yang di banggakan, atau keitimewaan yang dimiliki
misalnya kualitas makanan, lokasi usaha, manajemen, personalia dsb.
4) Adanya konsumen dan pemasok barang yang terus menerus.
5) Adanya pihak investor yang memberikan fasilitas keuangan.
6) Adanya kebujaksanaan pemerintahan yang menunjang berupa
peraturan bidang ekonomi yang menguntugkan.

12
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kewirausahaan adalah mental dan sikap jiwa yang selalu aktif berusaha
meningkatkan hasil karyanya dalam arti meningkatkan penghasilan.Untuk
membawa sebuah usaha pada kesuksesan, Wirausaha berperan penting dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, baik secara langsung maupun tidak
langsung sesuai dengan besarnya usaha yang dijalankan.
Setiap usaha memiliki rintangannya sendiri dan cara penyelesaian yang
berbeda. Seorang wirausaha harus memiliki jiwa wirausaha yang kuat sehingga
perencanaan hingga pelaksanaan usaha dapat terlaksana dengan baik dan usaha
dapat berkembangBerwirausaha tidak harus dengan modal keuangan yang
besar.Modal yang dibutuhkan adalah semangat, ketekunan, dan keikhlasan.

3.2 .Saran
Dalam menjalankan sebuah usaha pasti banyak menemukan
hambatan,entah itu hambatan yang berasal dari keuangan maupun faktor
lainnya. Namun jangan menjadikan hambatan ini alasan untuk berhenti berjuang
untuk menjalankan sebuah usaha,jadikan hambatan ini sebagai pembelajaran
sebelum menuju sukses. Berwirausaha tidak hanya dengan adanya modal yang
besar namun hal terpenting yang harus diperhatikan adalah semangat,ketekunan
dan keikhlasan.

13

Anda mungkin juga menyukai