PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
tersebut dapat hidup mandiri dan tidak selalu tergantung pada sumbangan dari
masyarakat dalam membiayai operasinya.
Jadi untuk berwirausaha dapat dilakukan dengan cara:
a. Memiliki modal sekaligus menjadi pengelola
b. Menyetor modal dan pengelolaan ditangani oleh pihak mitra
c. Hanya menyerahkan tenaga namun dikonversikan ke dalam bentuk saham
sebagai bukti kepemilikan usaha
3
bagi pemerintah dan meningkatkan citra bagi suatu bangsa, sehingga secara
keseluruhan mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
4
produksi sekalipun hal tersbut akan mengakibatkan mereka merugi
diandingkan dengan produsen lain. Di banyak Negara berkembang masih
terdapat jenis entrepreneurship yang lain yang disebut sebagai Parasitic
Entrepreneurship, dalam konteks ilmu ekonomi disebut sebagai Rent-
seekers (pemburu rente). (Winardi, 1977).
5
6. Menjadi pimpinan dari
karyawan
Menjadi seorang job seekers atau job creators memiliki kelemahan masing-
masing dimana, seorang karyawan (job seekers) tidak jarang timbul rasa tertindas
atau tidak diperlakukan dengan adil dan tidak dapat bertindak apapun karena
kapasitas kita yang hanya sebagai karyawan dan tidak dapat melawan pimpinan
kita. Sedangkan menjadi pencipta lapangan pekerjaan (job creators) kita harus
memikirkan beberapa hal, yaitu berbagai risiko yang akan dihadapi. Karena tidak
semua pencipta lapangan pekerjaan dapat menjalankan usahanya sesuai rencana.
Menjadi pencipta lapangan pekerjaan, harus memperhitungkan dengan matang
modal, jenis usaha, pangsa pasar, dan perkiraan kelangsungan usaha dengan melihat
trend dan kebutuhan masyarakat pada saat ini.
Jika kita menginginkan sistem perekonomian yang kuat maka mau tidak
mau kita harus berubah, dengan mengambil pilihan sebagai seorang wirausaha.
Wirausaha menyumbang begitu banyak pemasukan bagi bangsa kita, disamping
mengurangi pengangguran. Karena seorang wirausahawan yang tahu bagaimana
menemukan suatu, merangkai dan mengendalikan sumber-sumber (yang kadang-
kadang dimiliki oleh orang lain) untuk mewujudkan tujuannya. Pendidikan
kewirausahaan di perguruan tinggi bertujuan untuk membentuk manusia secara
utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan keterampilan
sebagai wirausaha.
Berikut ini adalah strategi mengubah paradigma dari Job Seeker menjadi Job
creator :
6
ditanamkan dalam sekejap. Memerlukan waktu cukup banyak untuk
membangun kultur kewirausahaan. Setiap keluarga harus menanamkan jiwa
wirausaha sejak dini dalam diri anak-anak mereka. Kultur beberapa suku di
Indonesia memang menggunakan profesi wirausaha sehingga banyak
wirausaha tangguh yang berasal dari suku tesebut. Namun secara umum
kultur masyarakat Indonesia masih menggunakan profesi yang relatif
“tanpa resiko” misalnya menjadi pegawai negeri, bekerja di perusahaan
besar.
7
d. Optimalisasi Balai Pelatihan Kewirausahaan
Mengoptimalkan balai latihan kerja (BLK). Dengan
mengoptimalkan BLK maka, kekurangan daya serap perguruan tinggi bias
diantisipasi. Disebutkannya, saat ini BLK belum begitu termaanfaatkan
untuk mengatasi pengangguran. Begitu pula dengan BLK-BLK, banyak
yang belum berkembang dengan baik terutama dalam penyerapan para
lulusan untuk masuk ke dunia kerja.
8
a. Teori Life Path Change
Menurut Shapero dan Sokol (1982) dalam Sundjaja (1990), tidak semua
wirausaha lahir dan berkembang mengikuti jalur yang sistematis dan terencana.
Banyak orang yang menjadi wirausaha justru tidak memaluli proses yang
direncanakan. Antara lain disebabkan oleh:
1) Negative displacement
Seseorang bisa saja menjadi wirausaha gara-gara dipecat dari tempatnya
bekerja, tertekan, terhina atau mengalami kebosanan selama bekerja,
dipaksa/terpaksa pindah dari daerah asal. Atau bisa juga karena sudah memasuki
usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya.
2) Being between things
Orang-orang yang baru keluar dari ketentaan, sekolah, atau penjara,
kadangkala merasa seperti memasuki dunia baru yang belum mereka mengerti dan
kuasai. Keadaan ini membuat mereka seakan berada di tengah-tengah dari dua
dunia yang berbeda, namun mereka tetap harus berjuang menjaga kelangsungan
hidupnya. Di sinilah biasanya pilihan menjadi wirausaha muncul karena dengan
menjadi wirausaha mereka bekerja dengan mengandalkan diri sendiri.
3) Having positive pull
Terdapat juga orang-orang yang mendapat dukungan membuka usaha dari
mitra kerja, investor, pelanggan, atau mentor. Dukungan memudahkan mereka
dalam mengantisipasi peluang usaha, selain itu juga menciptakan rasa aman dari
risiko usaha. Seorang mantan manajer di sebuah perusahan otomotif, misalnya,
yang memutuskan untuk masuk ke bisnis suku cadang otomotif, misalnya dengan
bahan baku ban bekas, seperti stopper back door, engine mounting, atau mufler
mounting. Perusahaan otomotif tersebut memberi dukungan dengan menampung
produk mantan manajernya tersebut.
9
mencapai tujuan (goal directed behavior). Seseorang terjun dalam dunia wirausaha
diawali dengan adanya kebutuhan-kebutuhan, ini mendorong kegiatan-kegiatan
tertentu, yang ditujukan pada pencapaian tujuan. Dari kaca mata
teori kebutuhan dan motivasi tingkah laku, seperti menemukan kesempatan
berusaha, sampai mendirikan dan melembagakan usahanya merupakan goal
directed behavior.
a. Innovation (Inovasi)
Faktor personal yang mendorng inovasi adalah:
1) Keinginan berprestasi
10
2) Adanya sifat penasaran
3) Keinginan menanggung resiko
4) Faktor pendidikan dan
5) Faktorpengalaman.
Faktor lingkungan yang medorong inovasi adalah :
1) Adanya peluang
2) Pengalaman
3) Kreativitas
c. Implementasi (pelaksanaan)
Beberapa faktor personal yang mendorong pelaksanaan dari sebuah binis
adalah sebagai berikut :
1) Siap mental secara total
2) Adanya manaer pelaksana sebagai tangan kanan, pembantu utama.
3) Adanya komitmen yang tinggi terhadap bisnis
4) Adanya visi, pandangan yang jauh ke depan guna mencapai
keberhasilan.
11
d. Growth ( Proses Pertumbuhan )
1) Adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha sehingga semua
rencana dan pelaksanaan operasional berjalan produktif.
2) Adanya strategi yang mantap sebagai produk dari tim yang kompak.
3) Adanya roduk yang di banggakan, atau keitimewaan yang dimiliki
misalnya kualitas makanan, lokasi usaha, manajemen, personalia dsb.
4) Adanya konsumen dan pemasok barang yang terus menerus.
5) Adanya pihak investor yang memberikan fasilitas keuangan.
6) Adanya kebujaksanaan pemerintahan yang menunjang berupa
peraturan bidang ekonomi yang menguntugkan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kewirausahaan adalah mental dan sikap jiwa yang selalu aktif berusaha
meningkatkan hasil karyanya dalam arti meningkatkan penghasilan.Untuk
membawa sebuah usaha pada kesuksesan, Wirausaha berperan penting dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, baik secara langsung maupun tidak
langsung sesuai dengan besarnya usaha yang dijalankan.
Setiap usaha memiliki rintangannya sendiri dan cara penyelesaian yang
berbeda. Seorang wirausaha harus memiliki jiwa wirausaha yang kuat sehingga
perencanaan hingga pelaksanaan usaha dapat terlaksana dengan baik dan usaha
dapat berkembangBerwirausaha tidak harus dengan modal keuangan yang
besar.Modal yang dibutuhkan adalah semangat, ketekunan, dan keikhlasan.
3.2 .Saran
Dalam menjalankan sebuah usaha pasti banyak menemukan
hambatan,entah itu hambatan yang berasal dari keuangan maupun faktor
lainnya. Namun jangan menjadikan hambatan ini alasan untuk berhenti berjuang
untuk menjalankan sebuah usaha,jadikan hambatan ini sebagai pembelajaran
sebelum menuju sukses. Berwirausaha tidak hanya dengan adanya modal yang
besar namun hal terpenting yang harus diperhatikan adalah semangat,ketekunan
dan keikhlasan.
13