LAPORAN KASUS
BRONKOPNEUMONIA
Oleh:
Pendamping:
2017
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Data Pasien Ayah Ibu
Nama An. R Tn. T Ny. S
Umur 5 tahun 1 bulan 30 tahun 28 tahun
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan
Alamat Jelantik
Agama Islam Islam Islam
Suku bangsa Sasak
Pendidikan - SMA SMA
Pekerjaan - Wiraswasta IRT
Penghasilan - - -
Keterangan Hubungan dengan
orang tua : Anak
Kandung
Tanggal Masuk 02 Juni 2017
RS
II. ANAMNESIS
Dilakukan sacara alloanamnesis kepada ibu dan ayah pasien.
a. Keluhan Utama :
Sesak sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
b. Keluhan Tambahan :
Batuk berdahak, demam, lemas
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari SMRS. Sesak
dirasakan makin memberat, tidak ada bunyi mengi saat sesak. Ibu pasien juga
mengeluh pasien batuk berdahak, namun dahak sulit dikeluarkan. Pasien sulit
untuk mengeluarkan dahak. Awalnya pasien mengalami demam sejak 2 hari
SMRS, diikuti dengan penurunan nafsu makan dan tubuhnya merasa lemas.
Semenjak sakit pasien tidak sekolah. Sudah berobat ke puskesmas hanya
2
diberikan obat penurun panas dan obat batuk, namun tidak ada perbaikan.
BAK dan BAB tidak ada keluhan.
Riwayat kontak penderita TB disangkal, penurunan BB tidak
diketahui.
3
g. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :
Pertumbuhan gigi I : Usia 9 bulan (normal: 5-9 bulan)
Psikomotor
Kesan : Riwayat
Tengkurap : Usia 4 bulan (normal: 3-4 bulan)
pertumbuhan
Duduk : Usia 6 bulan (normal: 6 bulan)
dan
Berdiri : Usia 10 bulan (normal: 9-12 bulan)
perkembangan
Bicara : Usia 11 bulan (normal: 9-12 bulan)
pasien baik
Berjalan : usia 12 bulan (normal: 13 bulan)
h. Riwayat Makanan
Umur ASI/Susu Buah/biskuit Bubur susu Nasi tim
(bulan) Formula
0-2 +/-
2-4 +/-
4-6 +/-
6-7 +/- + + +
8-10 +/+ - - -
10-12 +/+ - - -
Kesan : Pasien selalu minum ASI sampai umur 12 bulan dan minum susu formula
mulai usia 8 bulan, pasien mulai makan makanan buah atau biskuit sejak berumur
6 bulan.
i. Riwayat Imunisasi :
Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)
BCG 1 bln
DPT 2 bln 4 bln 6 bln
POLIO Lahir 2 bln 4 bln 6 bln
CAMPAK 9 bln
HEPATITIS B Lahir 1 bln 6 bln
4
J. Riwayat Keluarga
Ayah Ibu
Nama Tn. T Ny. S
Perkawinan ke 1 1
Umur 30 28
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kesan : Keadaan kesehatan kedua orang tua dalam keadaan baik
PEMERIKSAAN FISIK
Refleks Fisiologis
Pemeriksaan Kanan Kiri
Sup dan Inf
Bisep + +
Trisep + +
Patela + +
Achiles + +
Refleks Patologis
Pemeriksaan Kanan Kiri
Sup dan Inf
Hoffman Trommer - -
Babinski - -
Chaddock - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Klonus patella - -
6
Klonus achilles - -
IV. RESUME
Seorang anak laki-laki usia 5 tahun 1 dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari
SMRS. Sesak dirasakan semakin berat. Pasien juga mengeluh pasien batuk berdahak,
demam dan tubuhnya lemas. Sudah berobat ke Puskesmas tidak ada perbaikan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang dan
sesak ringan, kesadaran compos mentis, nadi 120x/menit, RR 40x/menit, suhu 39,2ºC,
ronkhi (+/+). Pemeriksaan lab leukositosis 12,44 ribu.
7
V. DIAGNOSIS KERJA
Bronchopneumonia
VI. PENATALAKSANAAN
Non Medika Mentosa
Oksigen nasal kanul 2 liter/menit
Rawat di ruangan, observasi bila sesak nafas berat
Edukasi orangtua mengenai penyakit yang diderita
Tirah baring
Diet biasa
Medika Mentosa
IVFD D51/4NS 14 tpm makro
Inj. Ampicillin 4x425mg
Inj. Gentamicin 1x42,5mg
Inj. Paracetamol 3x300mg
Inj. Dexamethasone 3x1/2 amp
VII. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad fungsionam : ad bonam
- Quo ad sanationam : ad bonam
8
TINJAUAN PUSTAKA
A. PNEUMONIA
DEFINISI
Gambar 1. Bronkopneumonia
EPIDEMIOLOGI
Insidens penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan
kecacatan yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek
umum berhubungan dengan infeksi saluran napas yang terjadi di masyarakat (PK)
atau di dalam rumah sakit/ pusat perawatan (pneumonia nosokomial/ PN). 1
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju.
Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat
penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan
influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang
9
per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa
di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10%. Di Amerika
dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%. Penyebab
pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan
hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak segera
diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika secara
empiris.2,3
ETIOLOGI
a. Usia
b. Status imunologis
c. Status lingkungan
d. Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi udara)
e. Status imunisasi
f. Faktor pejamu (penyakit penyerta, malnutrisi).
Usia pasien merupakan peranan penting pada perbedaan dan kekhasan
pneumonia anak, terutama dalam spectrum etiologi, gambaran klinis dan strategi
pengobatan. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus
grup B dan bakteri gram negatif seperti E.colli, pseudomonas sp, atau Klebsiella sp.
Pada bayi yang lebih besar dan balita pneumoni sering disebabkan oleh Streptococcus
pneumonia, H. influenzae, Stretococcus grup A, S. aureus, sedangkan pada anak yang
lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi
Mycoplasma pneumoniae.
10
Gambar 2. E.colli Gambar 3. Klebsiella sp Gambar 4. Pseudomonas sp
Daftar etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan usia yang bersumber dari
data di Negara maju dapat dilihat di tabel 1.
Streptococcus pneumonie
Virus
CMV
HMV
11
Adenovirus Staphylococcus aureus
Influenza Virus
Adenovirus Virus
Influenza
Parainfluenza
Virus
12
Adenovirus
Epstein-Barr
Rinovirus
Varisela zoster
Influenza
Parainfluenza
PATOGENESIS
14
GEJALA KLINIS
Riwayat klasik dingin menggigil yang disertai dengan demam tinggi, batuk
dan nyeri dada. Anak sangat gelisah, dispnu, pernapasan cepat dan dangkal disertai
pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang-kadang
disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit,
mungkin terdapat batuk setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi
produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik,
tetapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung dan sianosis
sekitar mulut dan hidung baru dipikirkan kemungkinan pneumonia. Penyakit ini
sering ditemukan bersamaan dengan konjungtivitis, otitis media, faringitis, dan
laringitis. Anak besar dengan pneumonia lebih suka berbaring pada sisi yang sakit
dengan lutut tertekuk dengan nyeri dada.
PEMERIKSAAN FISIK
15
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan Mikrobiologis
4. Pemeriksaan serologis
Uji serologik untuk medeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik
mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah. Akan tetapi, diagnosis infeksi
Streptokokus grup A dapat dikonfirmasi dengan peningkatan titer antibodi seperti
antistreptolisin O, streptozim, atau antiDnase B. Uji serologik IgM dan IgG antara
fase akut dan konvalesen pada anak dengan infeksi pneumonia oleh Chlamydia
pneumonia dan Mycoplasma pneumonia memiliki hasil yang memuaskan tetapi tidak
bermakna pada keadaan pneumonia berat yang memerlukan penanganan yang cepat.
16
5. Pemeriksaan Rontgen
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang sesuai
dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya disertai pemeriksaan penunjang.
17
Pada bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau beberapa lobus.
Foto rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, atelektasis,
abses paru, pneumotoraks atau perikarditis. Gambaran ke arah sel polimorfonuklear juga
dapat dijumpai. Pada bayi-bayi kecil jumlah leukosit dapat berada dalam batas yang
normal. Kadar hemoglobin biasanya normal atau sedikit menurun.3,4,5
Bronkopneumonia berat :
Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup minum,maka anak
harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
Bronkopneumonia :
Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :
Bukan bronkopenumonia :
Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu dirawat dan
tidak perlu diberi antibiotika.
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan antibiotika
Pneumonia ringan
- Amoksisilin 25 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis sehari selama 3 hari.
Diwilayah resistensi penisilin yang tinggi dosis dapat dinaikan sampai 80-
90 mg/kgBB.
- Kotrimoksazol (trimetoprim 4 mg/kgBB – sulfametoksazol 20 mg/kgBB)
dibagi dalam 2 dosis sehari selama 3 hari
Pneumonia berat
- Amoksisilin 50-100 mg/kgBB IV atau IM setiap 8 jam, diobserasi dalam
72 jam pertama. Bila respon baik diteruskan selama 5 hari dilanjutkan
per oral 15mg/kgBB/kali dibagi 3 dosis selama 5 hari
- Kloramfenikol 25mg/kgBB setiap 8 jam bila pemberian amoksisilin IV
tidak berespon dengan baik
- Seftriakson 80-100 mg/kgBB IV atau IM sekali sehari
- Pemberian antibiotik diberikan selama 10 hari pada pneumonia tanpa
komplikasi, sampai saat ini tidak ada studi kontrol mengenai lama terapi
antibiotik yang optimal
19
- ampicillin + aminoglikosid
- amoksisillin-asam klavulanat
- amoksisillin + aminoglikosid
- sefalosporin generasi ke-3
Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)
- beta laktam amoksisillin
- amoksisillin-amoksisillin klavulanat
- golongan sefalosporin
- kotrimoksazol
- makrolid (eritromisin)
Anak usia sekolah (> 5 thn)
- amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
2. Penatalaksaan suportif
- Pemberian oksigen 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2 >
92%
- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
- Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena dengan dosis awal
0,5 x 0,3 x BE x BB (kg). Selanjutnya periksa ulang AGD setiap 4-6 jam.
Bila AGD tidak bisa dilakukan maka dosis awal bikarbonat 0,5 x 2-3 mEq
x BB (kg).
- Obat penurun panas dan pereda batuk sebaiknya tidak diberikan pada 72
jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik awal.
Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi bila suhu ≥ 39 oC.
Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan yang
nyata dalam 24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai
dengan kuman penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada
tidaknya penyulit seperti empyema, abses paru yang menyebabkan seolah-olah
antibiotik tidak efektif).6
20
PROGNOSIS
21
DAFTAR PUSTAKA
1.Behrman RE, Vaughan VC. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Bagian II. Edisi 15. EGC,
Jakarta: 2000. hal: 883-889.
2.Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI,
Jakarta: 2000. hal 465.
5. Pedoman Pelayanan Medis. Jilid 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: 2010.
6.Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6,
Penerbit EGC, Jakarta: 2005, hal: 804.
7.Soeparman, Waspadji S. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 1999.
hal: 695-705.
22