OLEH:
I PUTU YUDIARTA, S.Kep.
NIM. C2218066
A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. PENGERTIAN
Arthritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal
asam urat pada jaringan sekitar sendi (tofi). Gout merupakan istilah yang dipakai
untuk sekelompok gangguan metabolic yang ditandai dengan meningkatnya
konsentrasi asam urat/ hiperurisemia (Setiyohadi, 2009).
Gout adalah kelompok keadaan heterogenus yang berhubungan dengan defect genetic
pada metabolism purin (hiperurisemia). Pada keadaan ini bisa terjadi oversekresi
asam urat/defect renal yang mengakibatkan penurunan ekskresi asam urat
(Misnadiarly, 2007).
Atritis pirai atau Gout adalah penyakit yang disebabkan oleh penumpukan
kristal/ asam urat pada jaringan terutama jaringan sendi.
Kejadian GOUT meningkat terjadi pada laki-laki dewasa berusia >30 tahun dan
wanita setelah menopause >50 tahun karena pada wanita yang sudah mengalami
menopause mengalami perubahan hormon estrogen. Proporsi berdasarkan jenis
kelamin dijumpai 90-95% pada pria dan terjadi pada 5% perempuan.
Alat gerak pasif terdiri dari tulang, alat gerak pasif terdiri dari otot, dengan pusat
gerakan berada pada persendian (artikulus).
a. Osteologi (tulang)
Tulang akan mendapatkan aliran darah (membawa makanan) dan mendapat
serabut saraf (perasaan nyeri), dan tulang akan bertumbuh sesuai dengan usia.
Fungsi tulang :
1) Melindungi alat-alat dalam (organ yang berada di dalam rongga dada,
abdomen, pelvis, dan cranium).
2) Tempat melekatnya otot.
3) Sebagai alat gerak pasif.
4) Memberi bentuk pada tubuh manusia.
5) Sebagai tempat membuat sel darah merah.
6) Sebagai tempat menyimpan mineral (kalsium, pospor)
b. Arthrologi (persendian)
Tubuh manusia dibentuk oleh sejumlah tulang (206 buah), yang saling
berhubungan membentuk artikulus, memungkinkan manusia dapat berdiri dan
duduk dengan stabil, dan bergerak dengan leluasa sesuai keinginannya.
Atas dasar struktur dan fungsi artikulus dibagi menjadi :
1) Synarthrosis
Diantara kedua ujung tulang yang membentuk artikular terdapat suatu
jaringan, terdiri dari :
a) Syndesmosis, jaringan penghubung adalah jaringan ikat.
b) Synchendrosis, jaringan penghubungdan diaphyse sebelum penulangan
selesai atau symphysis osseum pubis pada usia dewasa.
c) Synostosis, jaringan penghubung ialah tulang, misalnya diantara os ilium,
os pubis, dan os ischium pada usia dewasa.
2) Diarthrosis
Ujung-ujung tulang yang membentuk artikulus bebas, tidak ada jaringan di
antaranya, mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
a) Salah satu ujung tulang membentuk caput artikular dan ujung tulang lain
membentuk cavitas glenoidas.
b) Kedua ujung tulang di bungkus oleh capsula artikularis.
c) Alat-alat khusus meliputi : labrum artikular, discus dan meniscus
artikularis, bursa mukosa, dan ligamentum
3. Myologi (otot)
Otot skelet dikendalikan oleh system saraf pusat dan perifer. Dibagi dalam tiga
kelomp[ok yaitu :
a. Otot rangka (lurik), diliputi ileh kapsul jarangan ikat.
b. Otot visceral (polos), terdapat pada saluran pencernaan, saluran perkemihan, dan
pembuluh darah.
c. Otot jantung, ditemukan hanya pada jantung dan kontraksinya diluar control atau
diluar keinginan.
3. ETIOLOGI
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan
kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit
dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam pembentukan
purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
a. Faktor genetik seperti gangguan metabolism purin yang menyebabkan asam urat
berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat atau keduanya.
b. Konsumsi minuman beralkohol, khususnya bir, meningkatkan risiko untuk gout.
c. Konsumsi makanan tinggi purin seperti jeroan, daging kambing, dagang sapi,
daging babi, kacang-kacangan, bayam dan jamur.
d. Asam urat meningkat pada tingkat pubertas pada pria dan pada wanita
menopause.
e. Konsumsi obat-obatan,
1) Diuretik dan beberapa obat hipertensi
2) Aspirin
3) Vitamin B12
4) Obat sititoksik
5) Obat kanker (Misnadiarly, 2007).
c. Stadium kronis
1) Inflamasi kronis dan endapan tofaseosa yang mempercepat degenerasi sendi
sekunder, dan akhirnya mengakibatkan erosis, deformitas, dan
ketidakmampuan.
2) Hipertensi dan albuminuria (pada beberapa pasien)
3) Keterlibatan ginjal dengan kerusakan tubular yang berkaitan dan
menyebabkan disfungsi ginjal kronis
4) Poliartritis persisten yang menyakitkan dan disertai tofi besar dan subkutaneus
di akrtilago, membrane synovial, tendon, dan jaringan lunak.
5) Pembentukan tofi di jari tangan, tangan, lutut, kaki bawah, sisi ulnar lengan
atas, heliks telinga, tendon Achilles, dan (jarang terjadi) organ internal,
misalnya ginjal dan miokardium
6) Ulserasi kulit di tofus disertai pelepasan eksudat atau pus seperti kapur dan
berwarna putih
7) Urolitiasis (umum), (Misnadiarly, 2007).
akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya
satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang menyebabkan tulang sendi
menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya
yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi
pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai dengan demam ringan. Biasanya
berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan dengan interval yang tidak teratur.
Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan
gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2 tahun
setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan polyarticular yang
tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai
dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout kronik ditandai dengan
polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada kartilago, membrane
synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar,
helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti ginjal. Kulit luar
mengalami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal
asam urat (Setiyohadi, 2009).
6. PATWAY
(terlampir)
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Serum asam urat
Umumnya meningkat > 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan
hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
Kadar asam urat normal pada pria dan perempuan berbeda. Kadar asamurat normal
pada pria berkisar 3,5 – 7 mg/dl dan pada perempuan 2,6 – 6mg/dl. Kadar asam
urat diatas normal disebut hiperurisemia.
b. Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm selamaserangan
akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batasnormal yaitu
5000 - 10.000/mm.
c. Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen
ratemengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat
di persendian.
d. Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresidan asam
urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24 jamasam urat di
dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin
meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan
ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam urat. Instruksikan pasien
untuk menampung semua urin dengan peses atau tisu toilet selama waktu
pengumpulan.
e. Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkantidak
terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang
progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang berada di bawah
sinavial sendi (Misnadiarly, 2007).
8. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Gout tidak dapat disembuhkan, namun dapat diobati dan dikontrol. Gejala-gejala
dalam 24 jam biasanya akan hilang setelah mulai pengobatan. Gout secara umum
diobati dengan obat anti inflamasi. Yang termasuk didalamnya adalah :
a. NSAIDs, seperti ibuprofen atau naproxen, secara umum diberikan
untuk mengobati serangan berat dan mendadak, obat ini biasanya
menurunkan peradangan dan nyeri.
b. Kortikosteroid, dapat diberikan pada orang yang tidak dapat
menggunakan NSAIDs. Steroid bekerja sebagai anti peradangan. Steroid dapat
diberikandengan suntikan langsung pada sendi yang terkena atau diminum
dalam bentuk tablet.
c. Colchicine sering juga digunakan untuk mengobati peradangan pada
penyakitgout.
d. Allupurinol dapat menurunkan kadar asam urat dengan cara menekan produksi
asam urat. Obat ini bekerja pada metabolisme asam urat denganmencegah
perubahan zat purine dalam makanan menjadi asam urat. Pengobatan ini tidak
dianjurkan untuk orang dengan fungsi ginjal yang kurang, selain itu dapat
menimbulkan efek samping seperti kemerahan dan kerusakan hati.
Non Medikamentosa
Bagi yang telah menderita gangguan asam urat, sebaiknya membatasi
diriterhadap hal-hal yang bisa memperburuk keadaan. Misalnya, membatasi
makanantinggi purin dan memilih yang rendah purin. Penggolongan makanan
berdasarkan kandungan purin :
a. Golongan A: Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg/100gram
makanan) adalah hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jeroan,udang, remis,
kerang, sardin, herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi(tape), alkohol serta
makanan dalam kaleng.
b. Golongan B: Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100gram
makanan) adalah ikan yang tidak termasuk golongan A, daging sapi,kerang-
kerangan, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis,
jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.
c. Golongan C: Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg/100gram
makanan) adalah keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.
d. Pengaturan diet sebaiknya segera dilakukan bila kadar asam urat melebihi 7
mg/dldengan tidak mengonsumsi bahan makanan golongan A dan membatasi diri
untuk mengonsumsi bahan makanan golongan B.
e. Juga membatasi diri mengonsumsi lemak serta disarankan untuk banyak minumair
putih.
f. Apabila dengan pengaturan diet masih terdapat gejala-gejala peninggian asamurat
darah, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terdekat untuk penangananlebih
lanjut.
g. Hal yang juga perlu diperhatikan, jangan bekerja terlalu berat, cepat tanggap
danrutin memeriksakan diri ke dokter. Karena sekali menderita, biasanya
gangguanasam urat akan terus berlanjut (Setiyohadi, 2009).
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa
medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis
kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor dapat memperberat keadaan
penyakit.
2. Keluhan Utama
Gejala yang muncul : nyeri sendi, pembengkakan pada sendi, sendi terasa panas/
hangat.
3. Riwayat Kesehatan Saat Ini:
Meliputi perjalanan penyakit yang dialami pasien saat ini, berapa lama onset penyakit
sudah dialami, gejala yang dialami selama menderita penyakit saat ini dan perawatan
yang sudah dijalani untuk mengobati penyakit saat ini. Disamping itu apakah saat ini
pasien memiliki pola hidup yang tidak sehat seperti minum kopi, merokok, alkohol,
sering makan daging, dan keseharian dengan beban psikis.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi status kesehatan anggota keluarga yang lain, apakah ada keluarga yang
mengalami sakit serupa yaitu hipertensi dengan pasien saat ini, atau penyakit
keturunan.
5. Riwayat Lingkungan Hidup
Pengkajian ini merupakan bentuk pengkajian yang bertujuan untuk mengidentifikasi
pengaruh lingkungan terhadap kesehatan pasien, faktor lingkungan yang ada
keterkaitanya dengan sakit yang dialami pasien saat ini dan kemungkinan masalah
yang dapat terjadi akibat pengaruh lingkungan. Data pengkajian dapat meliputi
kebersihan dan kerapian ruangan, penerangan, sirkulasi udara, keadaan kamar mandi
dan WC, pembuangan air kotor, sumber air minum, pembuangan sampah, sumber
pencemaran, penataan halaman, privasi, resiko injury.
6. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perjalanan penyakit yang sebelumnya
pernah dialami oleh pasien, sehingga dapat dijadikan acuan dalam analisis sakit yang
saat ini pasien alami dan dalam penentuan pengobatan selanjutnya. Data yang dapat
dikaji berupa penyakit yang pernah diderita, riwayat alergi, riwayat kecelakaan,
riwayat dirawat di RS, riwayat pemakaian obat. Apakah sewaktu sehat pasien
memiliki kebiasaan yang buruk misalnya merokok, minum kopi, alcohol, sering
makan daging atau makanan dengan kolesterol tinggi.
7. Tinjauan Sistem
a. Keadaan umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif
atau GCS dan respon verbal klien (Pasien sadar akan waktu, tempat dan orang.
Disorientasi terjadi pada gangguan otak (misalnya delirium, demensia), stroke,
dan trauma fisik. Pasien letargi umumnya mengantuk dan mudah tertidur, terlihat
mengantuk, dan merespon pertanyaan dengan sangat lambat. Pasien stupor hanya
merespon jika digoncang dengan keras dan terus menerus dan hanya dapat
member jawaban yang terdengar seperti menggerutu tidak jelas. Pasien yang sama
sekali tidak sadar (pasien koma) tidak merespon stimulus dari luar ataupun nyeri.
b. Sistem Integumen
Tujuan pengkajian disini adalah untuk mengetahui kondisi kulit, rambut, dan
kuku. Data yang dapat dikaji meliputi keluhan (misalnya gatal / benjolan kulit).
inspeksi warna kulit, jaringan parut, lesi, kondisi vaskularisasi superficial. Palpasi
suhu kulit, tekstur (halus/kasar) mobilitas/turgor. Inspeksi dan Palpasi warna kuku,
bentuk, rambut (jumlah, distribusi, dan tekstur), warna pucat pada kulit.
c. Kepala
Data yang dapat ditemukan : pasien dapat mengeluhkan sakit kepala, vertigo. Data
obyektif dapat dilakukan dengan mengkaji: kesimetrisan wajah, tengkorak. Wajah
normalnya simetris antara kanan dan kiri.
d. Mata
Pemeriksaan pada mata mengetahui adanya kelainan atau penurunan fungsi
penglihatan.
e. Telinga
Pemeriksaan pada telinga secara lengkap mengetahui adanya kelainan atau
penurunan fungsi pendengaran
f. Leher
Data yang dapat ditemukan : pasien dapat mengeluhkan rasa berat ditengkuk. Data
obyektif dapat dilakukan dengan mengkaji: pembesaran kelenjar tiroid, ditensi
vena jugularis.
g. Sistem Respirasi
Data yang dapat ditemukan : pasien dapat mengeluhkan sesak
h. Sistem Kardiovaskuler
Data yang dapat ditemukan : pasien dapat mengeluhkan dada berdebar (palpitasi),
nyeri dada. Data obyektif dapat dilakukan dengan mengkaji : adanya takikardia,
pembesaran jantung, murmur, gangguan irama jantung (aritmia) adanya bunyi
jantung ke 3 atau ke 4.
i. Gastrointestinal/Abdomen
Data obyektif dapat dilakukan dengan mengkaji : adanya pembesaran ginjal,
pulsasi aorta abdominalis.
j. Sistem Urinari
Data yang dapat ditemukan : pasien dapat mengeluhkan rasa haus, banyak kencing
(poliuria), sering kencing dimalam hari (nokturia) karena peningkatan aliran darah
ginjal dan filtrasi glomerolus bahkan sampai hematuria.
k. Sistem Muskuloskeletal
Data obyektif dapat dilakukan dengan mengkaji: pulsasi arteri perifer yang
melemah/menghilang, edema.
l. Sistem Saraf Pusat
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis yang ditandai dengan indikasi
nyeri yg dapat di amati.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot yg ditandai
dgn keterbatasan rentang pergerakan sendi
3. Risiko kerusakan integritas kulit yang ditandai dengan imobilisasi fisik
4. Defisiensi pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.
THOPI
TERAPI FARMAKO (KORTIKOSTEROID) GANGGUAN METABOLISME PURIN
TERJADI PADA UJUNG-UJUNG SENDI KAKI
DEFISIT PENGETAHUAN
KRISTAL ASAM URAT BERSIFAT GANGGUAN TRANSPORTASI
REAKSI ANTIGEN ANTIBODI
MENGAKTIFKAN SISTEM KOMPLEMEN ELEKTROLIT
NYERI AKUT
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan NIC: pain level a. Membantu dalam S : pasien
berhubungan dengan keperawatan selama 4 x mengendalikan mengatakan mampu
a. Lakukan pengkajian nyeri
agens cedera biologis 24 jam diharapkan kebutuhan manajemen mengontrol nyeri ,
secara komprehensif termasuk
yang ditandai dengan pasien : nyeri dan keefektifan melaporkan bahwa
lokasi,
indikasi nyeri yg dapat program. nyeri berkurang dan
NOC : pain level
di amati karakteristik, durasi, frekuensi, menyatakan rasa
b. Istirahat dapat
a. Mampu mengontrol kualitas dan faktor presipitasi nyaman setelah
menurunkan
nyeri (tahu penyebab nyeri berkurang
b. Berikan posisi yang nyaman, metabolisme setempat
nyeri, mampu
sendi yang nyeri (kaki) dan mengurangi O : Pasien tidak
menggunakan
diistirahatkan dan diberikan pergerakan pada sendi tampak meringis
teknik nonfarmakologi bantalan. yang sakit.Bantalan atau tanda-tanda
untuk mengurangi nyeri, yang empuk/lembut nyeri
c. Berikan kompres hangat atau
mencari bantuan) (Skala akan mencegah
dingin. A : Intervensi
3) pemeliharaan
tercapai seluruhnya
d. Cegah agar tidak terjadi iritasi kesejajaran tubuh
b. Melaporkan bahwa
pada tofi, misal menghindari yang tepat dan P : Pertahakan
nyeri berkurang dengan
penggunaan sepatu yang sempit, menempatkan stress kondisi klien dan
menggunakan
terantuk benda yang keras. pada sendi yang sakit. beri HE mengenai
manajemen e. Berikan masase lembut. c. Pemiberian kompres penyakitnya
dapat memberikan
nyeri (Skala 3) f. Ajarkan klien untuk sering
efek vasodilatasi dan
mengubah posisi tidur.
c. Mampu mengenali keduanya mempunyai
nyeri (skala, intensitas, g. Ajarkan penggunaan tehnik efek membantu
frekuensi dan tanda manajemen stress,misalnya pengeluaran endortin
nyeri) relaksasi progresif, sentuhan dan dingin dapat
terapeutik, dan pengendalian menghambat impuls-
(Skala 3)
nafas. impuls nyeri.
d. Menyatakan rasa
h. Kolaborasi dengan dokter d. Bila terjadi iriitasi
nyaman setelah nyeri
dalam pemberian obat-obatan maka akan semakin
berkurang (Skala 3)
colchille, Allopurinol (Zyloprin) nyeri. Bila terjadi luka
e. Tanda vital dalam akibat tofi yang pecah
rentang normal (Skala 3) maka rawatlah sucara
steril dan juga
perawatan drain yang
dipasang pada luka.
e. Meningkatkan
relaksasi atau
mengurangi tegangan
otot.
f. Mencegah
terjadinya kelelahan
umum dan kekakuan
sendi.Menstabilkan
sendi, mengurangi
gerakan atau rasa sakit
pada sendi.
g. Meningkatkan
relaksasi, memberikan
kontrol dan mungkin
meningkatkan
kemampuan koping.
h. menurunkan kristal
asam urat yang
mempunyai efek
samping, nausea,
vomitus, diare, oliguri,
hematuri.Allopurinol
menghambat asam
urat.
Hambatan mobilitas Setelah dilakukan NIC : energy management a. Tingkat aktifitas / S : Pasien
fisik berhubungan perawatan selama 4 X 24 latihan tergantung dari mengatakan sudah
a. Kaji tingkat inflamasi atau
dengan penurunan jam pasien mampu: perkembangan atau ada peningkatan
rasa sakit pada sendi.
kekuatan otot yg resolusi dan proses aktivitas dan
NOC : mobility
ditandai dgn b. Ajarkan pada klien untuk mengerti tujuan dari
inflamasi.
keterbatasan rentang a. Meningkatkan aktivitas latihan ROM pada sendi yang peningkatan
pergerakan sendi fisik (skala 4) terkena gout jika b. Meningkatkan atau mobilitas
memungkinkan. mempertahankan
b. Mengerti tujuan dari O : pasien tampak
fungsi sendi, kekuatan
peningkatan mobilitas c. Pertahankan istirahat tirah melakukan
otot dan stamina
(Skala 4) baring/duduk jika diperlukan. peningkatan
umum. Latihan yang
Jadwal aktifitas untuk aktivitas
c. Memverbalisasikan tidak adekuat dapat
memberikan periode istirahat
perasaan dalam menimbulkan A : Intervensi
yang terus menerus dan tidur
meningkatkan kekuatan kakakuan sendi dan tercapai seluruhnya
malam hari yang tidak
dan aktifitas yang
terganggu. P : Pertahankan
berlebihan dapat
kemampuan berpindah kondisi klien dan
d. Lakukan ambulasi dengan merusak sendi.
(Skala berikan HE
bantuan misal dengan
c. Istirahat yang mengenai
menggunakan tongkat dan
sistemik selama penyakitnya
berikan lingkungan yang aman
eksaserbasi akut dan
misalnya menggunakan seluruh fase penyakit
pegangan tangga pada bak atau yang penting untuk
pancuran dan toilet. mencegah kelelahan,
mempertahankan
e. Kolaborasi
kekuatan.
Konsul dengan ahli terapi
d. Menghindari cedera
fisik/okupasi dan spesialis
akibat kecelakaan atau
vokasional.
jatuh..
e. Berguna dalam
memformulasikan
program
latihan/aktifitas yang
berdasarkan pada
kebutuhan, individual
dan dalam
mengidentifikasi
mobilisasi.
Risiko kerusakan Setelah dilakukan NIC : Lower extremity a.agar kulit tampak S : pasien
integritas kulit yang tindakan keperawatan monitoring bersih dan lembab mengatakan dapat
ditandai dengan selama 4 X 24 jam pasien sehingga tidak terjadi mengenali tanda
a. Jaga kebersihan kulit agar
imobilisasi fisik akan mampu : komplikasi dan gejala yang
tetap bersih
mengidentifikasikan
NOC : risk detection b. mendeteksi secara
b. Monitor akan adanya risiko
dini jka terdapat
kemerahan
komplikasi O : Tidak tampak
1. Pasien mampu c. Monitor aktivitas dan adanya lesi
c. Untuk mengetahui
megenali tanda mobilisasi
perkembangan A : Intervensi
dan gejala yang
aktivitas dan tercapai seluruhnya
mengindikasikan
mobilisasi pasien
risiko (skala 4) P : pertahankan
2. Tidak adanya lesi kondisi klien dan
(skala 3) berikan HE
3. Pasien mampu mengenai
mengindentifikasi penyakitnya
sumber tekanan
(skala 4)
Defisiensi Setelah diberikan asuhan NIC : Teaching: Disease 1. mengetahui apa S : Pasien
pengetahuan tentang keperawatan selama 4x24 Process yang diketahui mengatakan paham
1. Kaji sejauh mana tingkat
penyakitnya jam diharapkan klien pasien tentang tentang kondisi ,
pengetahuan pasien tentang
berhubungan dengan meunjukkan pengetahuan penyakitnya. penyakit dan
penyakitnya. 2. agar pasien
kurang informasi. tentang proses pengobatan nya
2. Beri pendidikan kesehatan
mengetahui tata
penyakitnya, dengan
tentang penyakit dan
laksana penyakit, O : Pasien mampu
kriteria hasil :
perawatan pasien.
perawatan dan melaksanakan
3. Beri kesempatan pasien dan
NOC: pencegahan prosedur yang di
keluaga pasien untuk
penyakit typhoid. jelaskan secara
Kowlwdge : disease bertanya bila ada yang
benar
process belum dimengerti. 3. mengetahui sejauh
4. Beri reinforcement positif A : Intervensi
mana pengetahuan
Kowledge : health jika klien menjawab dengan tercapai seluruhnya
pasien dan
behavior tepat.
keluarga pasien P : pertahankan
1. Klien dan keluarga setelah di beri kondisi klien.
menyatakan penjelasan tentang
pemahaman tentang penyakitnya.
penyakit, kondisi,
4. memberikan rasa
dan pengobatan
2. Klien dan keluarga percaya diri pasien
melaksanakan sakitnya.
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
3. Klien dan keluarga
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya
D. EVALUASI
Evaluasi tindakan keperawatan dilakukan dengan mengevaluasi respon subjektif dan mengobservasi respon objektif pasien yang
disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil rencana tindakan asuhan keperawatan yang telah dibuat sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kluwer, Wolters. 2011. Nursing The Series for Clinical Exceleence. Jakarta : INDEKS.
Misnadiarly. 2007. Rematik: Asam Urat- Hiperurisemia, Arthritis Gout. Jakarta: Pustaka
Obor Populer.
Setiyohadi, Bambang dkk. 2009. Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM jilid III Edisi V.
Jakarta : InternaPublishing.