Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH MANAJEMEN LINGKUNGAN INDUSTRI

“GREEN TECHNOLOGY : PENGEMBANGAN ENERGI BARU


DAN TERBARUKAN; PENGEMBANGAN PLASTIK RAMAH
LINGKUNGAN”

Oleh

Chrisman A.S. Siagian (F34160028)

Kris Damayanti PD (F34160030)

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat karena


hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Misalnya untuk
penerangan, proses industri atau untuk menggerakkan peralatan rumah tangga
diperlukan energi listrik, untuk menggerakkan kendaraan baik roda dua maupun
empat diperlukan bensin, serta masih banyak peralatan di sekitar kehidupan
manusia yang memerlukan energi. Kebutuhan energi yang semakin meningkat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya peningkatan jumlah penduduk,
peningkatan taraf hidup masyarakat, jumlah kendaraan yang semakin meningkat
serta pertumbuhan industri semakin pesat sehingga menyebabkan konsumsi energi
yang meningkat.

Penggunaan energi terbarukan sebagai energi alternatif sudah merupakan


suatu keharusan karena kebutuhan konsumsi energi yang meningkat setiap tahun
berbanding terbalik dengan produksi energi (energi konvensional) yang semakin
menurun. Hal ini dapat memicu ketahanan energi dimasa yang akan datang.
Sehingga perlu dilakukan penganekaragaman penggunaan energi dalam
menyelesaikan permasalahan kebutuhan energi.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana produksi dan penggunaan energi fosil?


1.2.2 Apa saja pencemaran yang ditimbulkan akibat penggunaan energi
fosil serta apa arti penting energi terbarukan?
1.2.3 Apa saja jenis dan karakteristik energi terbarukan?
1.2.4 Bagaimana produksi energi terbarukan?
1.2.5 Bagaimana Life Cycle Analysis (LCA) energi terbarukan?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui produksi dan penggunaan energi fosil.


1.3.2 Mengetahui pencemaran yang ditimbulkan oleh penggunaan energi
fosil serta arti penting energi terbarukan
1.3.3 Mengetahui dan mengidentifikasi jenis seta karakteristik energi
terbarukan
1.3.4 Mengetahui dan memahami produksi energi terbarukan baik dari
segi bahan, proses, dan produk.
1.3.5 Mengetahui Life Cycle Analysis dari energi terbarukan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Green Technology

Satu dekade ini isu yang sedang hangat diperbincangkan diseluruh belahan
bumi adalah isu tentang global warming atau pemanasan global. Fenomena alam
ini telah disadari oleh seluruh umat manusia sebagai dampak dari aktivitas
manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada di dalam perut dan
muka bumi. Upaya yang bisa dilakukan oleh manusia hanya menahan laju
dampak dari pemanasan global tersebut, dampak yang terjadi apabila tidak
ditahan lajunya akan berakibat fatal bagi kehidupan manusia di muka bumi. Salah
satu contoh dampak yang secara nyata telah dirasakan oleh manusia akhir-akhir
ini adalah bergesernya waktu pada musim-musim yang terjadi di bumi, musim
kemarau dan musim penghujan tidak dapat diprediksi waktunya, kecenderungan
yang terjadi musim kemarau dan penghujan yang berkepanjangan. Mencairnya es
yang berada di kutub utara, hal ini dibuktikan dengan menurunnya luasan
permukaan es yang ada di kutub utara.
Hal ini dapat dapat berdampak pada naiknya permukaan air laut yang
dapat menenggelamkan daratan yang berdekatan dengan lautan. Masih banyak
dampak yang dapat ditimbulkan oleh pemanasan global yang harus disadari oleh
manusia, sebagian kecil dampak yang sudah terjadi saja dapat merubah pola hidup
yang sudah biasa dijalani manusia apalagi dampak yang lebih besar muncul, hal
ini harus segera dicegah. Dari upaya-upaya yang telah dilakukan oleh manusia
munculah konsep Green Technology/ Teknologi Hijau atau dapat disebut
juga Clean Technology/Enviromental Technology. Konsep ini terlahir dari
kesadaran manusia akan kebutuhan sumber daya alam yang ada di bumi secara
berkelanjutan, hal-hal yang berkaitan dengan pengurangan daya dukung bumi
termasuk dampak pemanasan global berusaha dikurangi dengan melakukan upaya
dan tindakan yang lebih ramah lingkungan.

2.1.1 Definisi
Beberapa definisi tentang Green Technology yang diambil dari berbagai
sumber : “Teknologi hijau (Greentech) yang juga dikenal dengan teknologi
lingkungan (envirotech) dan teknologi bersih (cleantech) adalah integrasi antara
teknologi modern dan ilmu lingkungan untuk lebih melestarikan lingkungan
global dan sumber daya alam serta untuk mengurangi dampak negative dari
aktifitas manusia di planet bumi”
“Teknologi hijau merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelestarian
atau keberlanjutan kehidupan di planet bumi ini. Kelestarian atau keberlanjutan
(sustainabilitas) yang dapat diartikan sebagai perihal pemenuhan kebutuhan
masyarakat secara berkelanjutan dimasa deoan tanpa merusak sumber daya alam,
atau pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri”
“Teknologi lingkungan (envirotech) atau teknologi hijau (greentech) atau
teknologi bersih (cleantech) adalah aplikasi ilmu lingkungan untuk melestarikan
lingkungan alam dan sumber daya untuk mengekang dampak negatif dari
keterlibatan manusia. Pembangunan yang berkelanjutan adalah inti dari teknologi
lingkungan”
“Teknologi hijau (greentech) adalah pengembangan dan penerapan
produk, peralatan dan sistem yang digunakan untuk melestarikan lingkungan alam
dan sumber daya, yang meminimalkan dan mengurangi dampak negatif dari
aktivitas manusia terhadap lingkungan”
Dari beberapa pengertian dari Green Technology yang ada, dapat
disimpulkan bahwa secara garis besar pengertian dari Greentech adalah integrasi
antara teknologi modern dan ilmu lingkungan yang diaplikasikan untuk
melestarikan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan di masa
depan tanpa merubah lingkungan dan sumber daya alam.

2.1.2 Tujuan
Di masa depan teknologi hijau akan dianggap sebagai tujuan dari
kehidupan manusia karena manusia tidak bisa terus menerus menggunakan
teknologi yang menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan dan setiap
bentuk kehidupan yang bergantung kepada lingkungan. Peran kitalah sebagai
manusia yang senantiasa harus menjaga planet bumi dari kerusakan dan
kehancuran.
Teknologi hijau bertujuan untuk menemukan dan mengembangkan
cara-cara untuk menyediakan kebutuhan bagi manusia tanpa menyebabkan
kerusakan lingkungan atau pengurangan sumber daya alam yang cepat di planet
bumi. Salah satu contoh alternatif teknologi konvensional yang diterapkan guna
mengaplikasikan konsep teknologi hijau adalah proses pendaur-ulangan sampah,
upaya ini dapat memberikan pengurangan yang signifikan terhadap efek negatif
pada lingkungan yaitu mengurangi jumlah limbah dan polusi yang dihasilkan dari
kegiatan yang dilakukan oleh manusia.
Konsep penerapan teknologi hijau secara umum memiliki beberapa
tujuan utama yang memilki prioritas untuk dapat diterapkan dalam kehidupan
manusia, yaitu :
1. Keberlangsungan – Upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara
terus menerus di masa depan tanpa merusak atau menghabiskan sumber
daya alam.
2. Pendaur-ulangan sampah – Upaya untuk mengakhiri siklus barang sekali
pakai, dengan menciptakan produk yang sepenuhnya dapat diperoleh
kembali atau digunakan kembali
3. Pengurangan Sumber Sampah – Upaya untuk mengurangi sumber limbah
dan polusi dengan mengubah pola produksi dan pola konsumsi.
4. Inovasi – Upaya untuk mengembangkan alternative teknlogi yang ramah
lingkungan guna memenuhi kebutuhan manusia tanpa merusak
lingkungan.
5. Viabilitas – upaya untuk menciptakan suatu pusat kegiatan ekonomi di
seluruh bidang teknologi dan produk yang memberikan keuntungan bagi
lingkungan dan menciptakan peluang usaha baru yang benar-benar
melindungi planet bumi dari kerusakan.
6. Edukasi – Upaya untuk meningkatkan pemahaman akan pentingnya
penerapan teknologi hijau guna mendukung terciptanya daya dukung
lingkungan yang berkelanjutan.
Prinsip utama pada Konsep Green Technology meliputi 3 hal yaitu :
1. Kenyamanan Sosial
2. Ekonomis
3. Ramah Lingkungan

2.1.3 Penerapan
Ragam atau tipe dalam penerapan konsep Green Technology di dunia
didasarkan pada prinsip-prisip utama pada Greentech . Konsep Greentech
diterapkan untuk membantu manusia dari teknologi yang paling sederhana hingga
teknologi yang paling mutakhir untuk mencapai kehidupan yang nyaman,
ekonomis dan ramah lingkungan. Pada dasarnya konsep Greentech yang
diterapkan dalam menciptakan produk adalah untuk meminimalkan bahan baku,
mengefisiensikan proses, dan memaksimalkan output produk tetapi menghasilkan
sampah yang minimal. Hal ini selaras dengan prinsip yang ada di konsep
Greentech.
Penggolongan Greentech dalam berbagai tipe disesuaikan dengan penerapannya
antara lain :

2.1.3.1 Energi
Menekan angka pencemaran karbon ke udara dengan mengurangi
pengunaan bahan bakar energi yang berasal dari fosil. Kita ketahui bersama
sumber energi fosil memiliki potensi yang terbatas dan menghasilkan dampak
yang tidak baik bagi lingkungan yaitu menghasilkan pencemaran karbon, hal ini
akan berdampak buruk bagi bumi apabila tidak diambil tindakan. Penerapan
konsep Greentech adalah untuk mengefisienkan tingkat penggunaan energi, mulai
dari sistem eksplorasi sumber energi, proses pengkonversian sumber tersebut
menjadi energi hingga terbentuknya energi yang dapat dimanfaatkan masyarakat.
Dengan adanya efisiensi energi diharapkan pencemaran karbon dapat ditekan.
Solusi lain dari konsep Greentech adalah dengan mengganti sumber energi dari
fosil energi menjadi renewable energy atau energi terbarukan yang lebih
potensial, ramah lingkungan dan dapat diperbaharui kembali. Renewable energy
merupakan konsep utama dalam penerapan Greentech di bidang energi, beberapa
contoh Renewable energy antara lain :
o Waste to Energy
o Biomass Enegy
o Hydro Energy
o Wind Energy
o Solar Energy
o Geothermal Energy
Contoh Penerapan di Indonesia :
a. Penggunaan tenaga air (Hydro power) sebagai sumber energi listrik
b. Penggunaan tenaga surya (Solar cell power) sebagai sumber listrik
c. Pemanfaatan biomassa menjadi biofuel untuk bahan bakar (limbah
tanaman jarak, tebu, ketela, jagung)
d. Pemanfaatan biogas dari limbah organik dan kotoran ternak sebagai
pengganti bahan bakar minyak tanah/kayu bakar
e. Pemanfaatan biogas sebagai pengerak generator gas untuk pembangkit
listrik

2.1.3.2 Bangunan
Konsep green building atau bangunan ramah lingkungan didorong menjadi
tren dunia bagi pengembangan properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan ini
punya kontribusi menahan laju pemanasan global dengan membenahi iklim
mikro. Poin terbesar dalam konsep ini adalah penghematan air dan energi serta
penggunaan energi terbarukan.
Hal-hal yang menyangkut bangunan ramah lingkungan adalah
membangun hanya yang diperlukan dan tidak menggunakan lebih dari yang
diperlukan, menganut prinsip keterkaitan, serta memandang profesi arsitek
sebagai “pengurus bumi” (steward of the earth). Untuk strategi yang dapat
diterapkan antara lain pemanfaatan material berkelanjutan, efisiensi lahan,
keterkaitan dengan ekologi lokal, keterkaitan antara transit dan tempat tinggal,
rekreasi dan bekerja, serta efisiensi penggunaan air, penanganan limbah, dan
mengedepankan kondisi lokal baik secara fisik maupun secara sosial.
Contoh penerapan konsep design Green Building :
a. Meminimalkan penggunaan lampu dengan memanfaatkan cahaya alami
b. Meminimalkan penggunaan mesin pendingin ruangan dan air dengan
mengefektifkan design bangunan
c. Pengelolaan limbah “closed cycle” untuk gedung tempat tinggal
d. Menyediakan ruang terbuka hijau untuk tiap bangunan/gedung yang
dibangun
e. Penggunaan material bangunan yang ramah lingkungan dan tahan lama

2.1.3.3 Chemistry
Green Chemistry adalah suatu falsafah atau konsep yang mendorong desain dari
sebuah produk ataupun proses yang mengurangi ataupun mengeliminir
penggunaan dan penghasilan zat-zat (substansi) berbahaya. Green Chemistry lebih
berfokus pada usaha untuk meminimalisir penghasilan zat-zat berbahaya dan
memaksimalkan efisiensi dari penggunaan zat-zat (substansi) kimia. Sedangkan,
Environmental Chemistry lebih menekankan pada fenomena lingkungan yang
telah tercemar oleh substansi-substansi kimia.
Green Chemistry itu sendiri memiliki 12 asas, antara lain
1. Menghindari penghasilan sampah
2. Desain bahan kimia dan produk yang aman
3. Desain sintesis kimia yang tak berbahaya
4. Penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable)
5. Penggunaan katalis
6. Menghindari bahan kimia yang sifatnya derivatif (chemical derivatives)
7. Desain sintesis dengan hasil akhir (produk) yang mengandung proporsi
maksimum bahan mentah
8. Penggunaan pelarut dan kondisi reaksi yang aman
9. Peningkatan efisiensi energi
10. Desain bahan kimia dan produk yang dapat terurai
11. Pencegahan polusi
12. Peminimalan potensi kecelakaan kerja
Contoh penerapan konsep Green Chemistry :
a. Vitamin C (asam askorbat) untuk proses pembuatan polimer
b. Gula dan minyak sayur sebagai bahan baku cat
c. Gula pati dan selulosa sebagai bahan bakar
d. Pemakaian enzim untuk pembuatan bahan dasar kosmetik
e. Kacang kedelai sebagai Bahan Pembuatan Toner printer
f. Kacang kedelai sebagai bahan baku pembuatan lem perekat
4. Nanotechnology
Green Nanotechnology merupakan pengembangan dari clean technology
yang merupakan suatu upaya untuk meminimalisasi potensi resiko kerusakan
lingkungan dan manusia yang terkait dengan pembuatan dan penggunaan produk
nanoteknologi serta untuk mendorong penggantian produk yang ada dengan
produk nano baru yang lebih ramah lingkungan.
Tujuan dari Green Nanotechnology ada dua yaitu :
1. Memproduksi Nanomaterials dan produk tanpa merugikan lingkungan atau
kesehatan manusia, dan memproduksi nano-produk yang memberikan solusi
terhadap masalah lingkungan hidup.
Contoh :
o Membran nano dapat membantu produk terpisah reaksi kimia yang
diinginkan dari bahan limbah.
o Katalis Nanoscale bisa membuat reaksi kimia yang lebih efisien
dan lebih boros.
2. Mengembangkan produk-produk yang menguntungkan lingkungan baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Contoh :
o Nanomaterials atau produk langsung dapat membersihkan situs
limbah berbahaya, air desalinasi, polutan merawat dan memonitor
polusi lingkungan.
o Nanocomposites ringan untuk mobil dan alat transportasi lainnya
dapat menghemat bahan bakar dan mengurangi bahan yang
digunakan untuk produksi.
Penerapan Green Technology di Indonesia untuk Pengembangan UKM
1. Penggunaan Mikroorganisme Lokal (MOL) untuk Menyuburkan Tanaman
Pertanian
Penerapan teknologi dari masa lalu yang kini mulai terlupakan, penyubur
tanaman memanfaatkan mikroorganisme lokal menjadi harapan menuju pertanian
ramah lingkungan dan mandiri, bebas dari pupuk dan obat-obatan kimiawi.
Prinsip Kerja :
Penerapannya yaitu dengan membuat larutan hasil fermentasi berbagai
bahan organik yang sarat dengan mikroorganisme lokal. Larutan fermentasi
tersebut dibuat dengan cara mencampurkan bahan-bahan organik menjadi satu
kemudian ditutup rapat sehingga proses an-aerob terjadi dan mikroorganisme
akan berkembang biak. Bahan organik yang digunakan beragam, mulai dari buah-
buahan busuk, sampah organik rumah tangga, bonggol pisang, tunas bambu
(rebung) sampai urine ternak yang difermentasi dalam air cucian beras dan air
kelapa.
Contoh Larutan Mikroorganisme Lokal Penyubur Tanaman dan fungsinya

Jenis MOL Kegunaan Waktu Penggunaan

MOL Buah-buahan Membantu bulir padi lebih Saat malai mulai tumbuh,
berisi setelah umur padi 60 hari

MOL Daun Cebreng Menungkatkan pertumbuhan Umur padi 30 hari sesudah


daun tanam

MOL Bonggol Pisang Mempercepat proses reaksi Umur padi 10, 20, 30 dan 40
kompos hari sesudah tanam

MOL Sayuran Merangsang pertumbuhan Umur padi 60 hari sesudah


malai tanam

MOL Tunas Bambu Meningkatkan pertumbuhan Umur padi 15 hari sesudah


tanaman masa tanam

MOL Sampah Dapur Memperbaiki kesuburan tanah Disemprotkan ke tanah saat


diolah sebelum ditanami

MOL Keong Mas Menambah nutrisi tanaman Umur padi 15 hari setelah
tanam

MOL : Mikroorganisme Lokal

Sumber : (Kompas Cetak, Jumat 6 Mei 2011) (Maman Suherman, Mubiar


Purwasasmita dan Karya tulis “Pemberdayaan MOL sebagai Upaya Peningkatan
Kemandirian Petani” oleh Ahmad Syaifudin dan Leny Mulyani)

Jenis Mikroorganisme yang ada didalam Larutan MOL : Aspegillus sp., Bacillus
sp., Lactobacillus sp., Azospirillium sp., Azotobacter sp., Pseudomonas sp.

Manfaat lain dari penggunaan MOL sebagai pupuk organik :

a. Meningkatkan hasil pertanian serta meningkatkan nilai hasil panen karena


dikelola dengan pupuk organik yang ramah lingkungan

b. Lebih murah dalam pembuatannya karena memanfaakan bahan organik yang


sudah tidak digunakan lagi sehingga mengurangi sampah yang dibuang

c. Mengurani ketergantungan petani terhadap pupuk kimiawi sehingga petani


lebih mandiri dengan penggunaan pupuk organik

d. Produk hasil pertanian akan lebih aman untuk dikonsumsi karena


menggunakan pupuk organik

e. Pupuk yang dihasilkan mengandung unsur yang komplek dan mikroba yang
berfungsi menyeimbangkan ekosistem alami tanah

f. Membentuk rongga-rongga di tanah yang berfungsi sebagai tempat hidup


mikroorganisme, mengalirkan air, dan nutrisi

2. Penggunaan Pengawet Alami dalam Mengawetkan Produk Makanan atau


Agriculture

Penggunaan pengawet menggunakan bahan kimia akan sangat


membahayakan bagi kesehatan manusia, apalagi bila digunakan untuk
mengawetkan makanan. Salah satu contoh pengawet kimia adalah
formalin/formadehida dan boraks. Formaldehida pada makanan dapat
menyebabkan keracunan pada tubuh manusia, dengan gejala : sakit perut akut
disertai muntah-muntah, mencret berdarah, depresi susunan syaraf dan gangguan
peredaran darah.
Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat
buruk, namun sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ
hati, otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga
dapat diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil
akan dikelurkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat.
Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga
menganggu alat reproduksi pria. Boraks yang dikonsumsi cukup tinggi dapat
menyebabkan gejala pusing, muntah, mencret, kejang perut, kerusakan ginjal,
hilang nafsu makan.

Prinsip Kerja :

Pada dasarnya penggunaan pengawet alam adalah dengan memanfaatkan


dan menggali potensi bahan pengawet dari alam. Hal ini dilakukan untuk
menghindari penggunaan bahan kimiawi sebagai pengawet makanan atau buah-
buahan. Solusi pemanfaatan pengawet alami harus segera digalakkan apabila tidak
ingin menimbulkan masalah kesehatan. Beberapa bahan pengawet alami yang
lebih ramah lingkungan yang bisa dimanfaatkan :

a. Penggunaan lidah buaya sebagai pengawet makanan segar, buah-buahan dan


sayuran

b. Penggunaan tanaman picung (Pangium edule) atau kluwak sebagai pengawet


ikan segar

c. Penggunaan kulit rajungan yang mengandung chitosan untuk pengawet


industri makanan

d. Penggunaan tanaman Gambir (Uncariae Romulus) untuk pengawet industri


makanan

e. Penggunaan asap cair dari pembakaran serabut kelapa untuk pengawet ikan
segar

f. Pemanfaatan limbah cangkang udang sebagai bahan pengawet kayu

g. Pemanfaatan eksraktif alam untuk pengawet kayu

Manfaat dari penggunaan pengawet alami :

a. Mengurangi dampak buruk bagi kesehatan dari penggunaan bahan pengawet


kimiawi

b. Memberdayakan potensi bahan alam dan limbah organik sebagai bahan


pengawet alami
c. Membuka potensi lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sebagai
pemasok bahan baku

3. Pembuatan Plastik Biodegradable yang Ramah Lingkungan

Plastik berbahan polietilen membutuhkan waktu penguraian yang lama sekali oleh
bumi. Hal tersebut akan mengancam kesuburan tanah, karena dengan adanya
plastik dari polietilen mikroba tanah akan kesulitan mengurai tanah menjadi
subur. Penggunaan plastik berulang-ulang dan pendaur ulangan juga bukan
merupakan solusi yang terbaik dalam menekan angka pengunaaan plastik. Karena
plastik daur ulang yang biasanya berwarna hitam mengandung karsinogen yang
dapat membahayakan kesehatan manusia apabila digunakan sebagai pembungkus
makanan. Untuk itu perlu dicarikan solusi dengan mencari bahan pembuat plastik
yang ramah lingkungan yaitu membuat plastik yang lebih cepat dan mudah
terurai.

Plastik yang ramah lingkungan adalah plastik yang dibuat dari bahan alam yang
mudah terbaharukan atau bahan yang tidak berbahaya dan proses terurainya lebih
cepat serta lebih mudah. Penemuan terbaru plastik ramah lingkungan dapat dibuat
dari bahan yang mengandung poli asam laktat (PLA). Poli asam laktat menjadi
kandidat yang menjanjikan, karena PLA dapat diproduksi dari bahan alam
terbarui seperti pati-patian dan selulosa melalui fermentasi asam laktat. Berbagai
bahan alam yang digunakan untuk membuat plastik ramah lingkungan :

a. Bioplastik dari PHA (Poly Hydroxy Alkanoat) yang dihasilkan Ralstonia


euthropa

b. Biobag, plastik yang dihasilkan dari mates bi (kulit jagung)

c. Plastik ramah lingkungan yang dihasilkan dari limbah minyak kelapa sawit

d. Plastik biodegradable yang dihasilkan dari pati singkong dan chitosan

e. Plastik ramah lingkungan berbahan bonggol tanaman pisang

f. Plastik ramah lingkungan berbahan lidah buaya

Dalam proses pembuatan plastik dari bahan-bahan diatas biasanya dicampurkan


bahan seperti kitosan dan gliserol. Kitosan mengandung protein untuk
memperkuat sifat mekanika atau kekuatan
plastik. Gliserol sebagai plasticizer yang ramah lingkungan untuk memberikan
kelenturan atau elastistisitas pada plastik

Manfaat pembuatan plastik biodegradable :

a. Mempercepat proses penguraian plastik oleh tanah


b. Mengurangi pembuatan plastik berbahan polietilen

c. Memberdayakan potensi bahan alam yang ramah lingkungan sebagai bahan


pembuat plastik

d. Membuka potensi lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sebagai


penyedia bahan baku proses

4. Pemanfaatan Limbah Industri Biomassa sebagai Sumber Energi Alternatif


dan Bahan Bermanfaat

Indonesia memiliki potensi besar dalam industri biomassa yang sampai saat ini
masih skala kecil yang dimanfaatkan. Selain potensi pemanfaatannya, industri
biomassa juga memiliki potensi limbah yang besar yang masih bisa dimanfaatkan
menjadi sumber energi alternatif pengganti BBM dan bahan berguna lainnya.
Industri yang bergerak di bidang biomassa antara lain pertanian, perkebunan,
peternakan dan kehutanan. Beberapa contoh limbah industri biomassa yang dapat
dimanfaatkan kembali :

a. Pemanfaatan limbah serbuk gergaji sebagai briket bioarang

b. Pemanfaatan limbah padat dan lindi hitam industri pulp sebagai bahan
biobriket

c. Pemanfaatan limbah padat tebu pada industri gula sebagai briket arang

d. Pemanfaatan bonggol jagung menjadi tepung sebagai media tumbuh jamur

e. Pemanfaatan limbah padat tebu sebagai papan partikel

f. Pemanfaatan serbuk gergaji sebagai media tumbuh jamur

g. Pemanfaatan sekam padi sebagai bahan baku pada industri kimia dan bahan
bangunan

Manfaat dari pemanfaatan limbah industri biomassa :

a. Menerapkan konsep zero waste dalam pengelolaan industri

b. Menciptakan sumber energi alternatif pengganti BBM

c. Menciptakan peluang lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan


bagi masyarakat

2.1 Produksi dan Konsumsi Energi Fosil


Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya, perubahannya
sering mempengaruhi lingkungan dan udara yang kita hirup dengan berbagai cara.
Energy kimia dalam bahan bakar fosil diubah menjadi energy panas, mekanik, atau
listrik melalui pembakaran dan ini sebagai penghasil polutan terbesar. Dan dengan
demikian pembangkit listrik, kendaraan bermotor, dan kompor adalah penyebab
utama terjadinya polusi udara. Polutan yang dikeluarkan biasanya dikelompokan
menjadi hidrokarbon (HC), nitrogen oksida (NOx), dan karbon monoksida (CO).
Polutan yang dihasilkan pada pembakaran fosil merupakan faktor terbesar terjadinya
asap, hujan asam, pemanasan global dan perubahan iklim. Hal yang tidak bisa
dipungkiri lagi, penggunaan energi dari fosil (minyak bumi, batu bara, gas alam)
masih tinggi. Berdasarkan Handook of Energy & Economic Statistics of Indonesia
2016 (HEESI 2016), tiga sumber utama pasokan energi di Indonesia masih dipegang
oleh energi fosil yaitu minyak bumi & produknya, batu bara, dan gas alam &
produknya. Untuk EBT sendiri, peringkat teratas pemasok tertinggi oleh energi yang
berasal dari biomassa, air (hydro power), kemudian diikuti dengan geothermal dan.
Namun persentase perbandingan penggunaan energi fosil dan energi terbarukan
masih sangat jomplang. Dari data HEESI 2016, batu bara memasok sekitar 24,8 %
kemudian 30,2 % oleh minyak bumi dan 19,03 % oleh gas alam dengan total sebesar
74,14 %.
Dampak buruk terhadap lingkungan dan jumlah pasokan yang semakin menurun
menjadi salah satu alasan utama pergantian penggunaan energi fosil menjadi energi
alternatif atau Energi Baru Terbarukan (EBT). Namun ketika kembali melihat data,
saya sendiri merasa dibohongi, karena penggunaan energi fosil sebenarnya terlihat
masih di prioritaskan dan sangat bertolak belakang kicauan media yang sering
membahasan EBT.
Lantas tidak serta merta besok, lusa, minggu depan, bulan depan bahkan
tahun depan kita bisa langsung beralih menggunakan EBT atau mulai mengganti
pasokan energi kita sedikit demi sedikit. Hal ini semakin sulit dilakukan di daerah
padat penduduk perkotaan, dimana suplai energi sudah dapat dengan mudah diakses
dengan harga jauh lebih terjangkau dibandingkan EBT. Namun masyarakat masih
tetap dapat mengurangi produksi emisi gas dari penggunaan energi fosil, yang saat ini
banyak dikenal dengan sebutan konservasi energi. Konservasi energi adalah
pengguanaan energi dengan efisiensi dan rasional tanpa mengurangi penggunaan
energi yang memang benar-benar diperlukan. Potensi konservasi energi pada semua
sektor memiliki peluang penghematan sangat besar, yaitu 10% - 35%. Penghematan
dapat direalisasikan dengan cara mudah, dapat mencapai 10-15%, sedangkan
penghematan dengan investasi dapat meraih sampai 30%. Konservasi energi perlu
dilakukan terkait dengan permasalahan kelangkaan energi di masa depan.
Upaya ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah dalam pengembangan
energi terbarukan, namun sektor industri juga harus menjalankan kebijakan
konservasi energi. Salah satunya industri terkait konstruksi, penting bagi pemilik dan
perancang bangunan untuk mengintegrasikan strtegi efisiensi energi pad tahap desan
awal untuk diimplementasikan pada tahap-tahap konstruksi, pengadaan dan
operasional bangunan.
Salah satu kebijakan pemerintah yaitu Kebijakan Industri hijau yaitu industri yang
dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan
sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan
industi dan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat. Kebijakan ini ditetapkan dalam undang-undang Nomor 3 Tahun 2014
Tentang Perindustrian.
mewujudkan industri hijau, pemerintah akan merumuskan kebijakan, penguatan
kapasitas terkait kelembagaan, standardisasi dan pemberian fasilitas.
Pelaksanaan industri hijau dapat tercapai apabila penggunaan bahan baku, energi, dan
limbah/emisi dapat diminimalisir. Hal ini dapat dilakukan dengan penggunaan
sumber daya dan energi yang efisien, eco-design, daur ulang rendah karbon, guna
menghasilkan produk yang bersih. Untuk itu diperlukan dukungan kelembagaan,
insentif, standard dan sertifikasi, research and development, pembiayaan, pendidikan
dan pelatihan, bantuakn teknis, dan sistem informasi. Saat ini pemerintah
menfokuskan industri hijau pada empat jenis industri karena mulai menggunakan
EBT sebagai sumber energi yaitu CPO, indusri pulp dan kertas, serta industri gula,
bahkan sudah berkembang luas karena EBT juga mulai digunakan pada indsutri
semen.
Berikut ini pemanfaatan EBT pada 4 industri yang sudah saya sebutkan diatas:
• Industri Industri crude palm oil (CPO) banyak menghasilkan limbah padat
seperti tandan kosong, serat, dan cangkang dan limbah cair (POME). Cangkang dan
serat digunakan sebagai bahan bakar boiler sedangkan tandan kosong digunakan
sebagai pupuk dan penyubur tanah. Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)
merupakan limbah cair yang menghasilkan biogas (anaerobik) yang dapat digunakan
sebagai bahan bakar PLTG. Nilai kalor cangkang dan serat rata-rata sekitar 20.093
kJ/kg dan 19.055 kJ/kg, sedangkan nilai kalor biogas sekitar 5.350 kkal/m3.
• Industri pulp dan kertas juga berhasil mengolah hasil samping non-
condensate gas menjadi bio-methanol pengganti minyak bakar, mengolah sludge
menjadi bio-sludge sebagai sumber energi untuk boiler, dan memanfaatkan reject
pellet (limbah plastik) pada industri kertas.
• Pada industri gula tebu, produksi bagasse sebagai limbah memiliki potensi
untuk dijadikan energi biomassa, namun produksi bagasse tidak mencukupi
kebutuhan energi industri gula (hanya 78%), sehingga diperlukan bahan bakar lain,
seperti minyak residu, kayu, sekam, moulding, cacahan tebu, minyak solar dan
lainnya.
• Pada industri semen, jenis energi alternatif yang digunakan sangat beragam
mencakup ban bekas, sampah, limbah plastik, tempurung kelapa, makanan bekas, oil
sludge, kemasan bekas, rice husk, dan lainnya. Berbeda dengan ketiga industri
terpilih di atas, pemanfaatan energi alternatif pada industri semen tidak di disain sejak
awal sehingga merupakan tambahan yang memerlukan modifikasi tersendiri dalam
proses penyediaan dan pemanfaatan energi alternatif. Penggunaan energi alternatif
pada industri semen secara ekonomi menguntungkan dan kendala yang dapat terjadi
adalah kontunuitas pasokan energi alternative

Dampak :
• Asap dan ozon

Asap berwarna kuning gelap atau kecoklatan yang membentuk gumpalan


udara yang mengambang di daerah-daerah berpenduduk pada hari musim panas2).
Asap sebagian besar terdiri dari lapisan bawah ozon (O3), tetapi juga banyak
mengandung unsur-unsur kimia lainnya, termasuk karbon monoksida (CO), unsur
partikel seperti debu, senyawa volatil organic (VOCs) seperti benzene, butane, dan
hidrokarbon lainnya. Lapisan bawah ozon yang berbahaya jangan disamakan dengan
lapisan ozon yang berguna di stratosfer untuk melindungi bumi dari sinar ultraviolet
matahari yang berbahaya. Ozon di bagian permukaan tanah merupakan polutan
dengan beberapa pengaruh yang merugikan
kesehatan. Sumber utama nitrogen oksida dan hidrokarbon adalah kendaraan
bermotor. Hidrokarbon dan nitrogen oksida bereaksi terhadap sinar matahari pada
hari yang cerah untuk membentuk lapisan bawah ozon, yaitu komponen utama dari
asap . Puncak dari pembentukan asap biasanya pada sore hari saat suhu tertinggi dan
banyak sinar matahari. Meskipun lapisan bawah asap dan ozon terbentuk di daerah
perkotaan dengan lalu lintas yang padat atau daerah industri, namun angin yang
bertiup dapat membawanya beberapa ratus mil ke kota lain. Ini menunjukkan bahwa
polusi tidak mengenal batas, dan merupakan masalah global. Lapisan bawah ozon,
yang merupakan komponen utama kabut asap, terbentuk ketika HC dan NOx bereaksi
pada saat terik matahari. Ozon dapat menyebabkan iritasi pada mata dan merusak
kantung udara pada paruparu, dimana oksigen dan karbon dioksida bertukar, yang
pada akhirnya menyebabkan pengerasan pada jaringan lunak dan kenyal. Hal itu juga
dapat menyebabkan sesak napas, kelelahan, sakit kepala, mual, dan memperburuk
masalah pernapasan seperti asma. Setiap bagian ozon berdampak kecil terhadap
kerusakan pada paru-paru, seperti halnya asap rokok, yang akhirnya mengikis
kapasitas paru-paru setiap manusia. Tetap berada di dalam rumah dan mengurangi
aktivitas fisik pada saat kondisi asap meningkat dapat meminimalisasi kerusakan
yang parah. Ozon juga merugikan tumbuhtumbuhan dengan merusak jaringan-
jaringan daun. Untuk meningkatkan kualitas udara di daerah-daerah dengan masalah
ozon terburuk, Reformulated Gasoline (RFG) yang mengandung 2% oksigen telah
diperkenalkan. Penggunaan RFG telah menghasilkan penurunan yang signifikan
dalam emisi ozon dan polutan lainnya, dan penggunaannya diwajibkan untuk
daerahdaerah yang rawan banyak asap. Polutan yang berbahaya lainnya pada asap
adalah karbon monoksida, yang tidak berwarna, tidak berbau, dan merupakan gas
yang beracun. Karbon monoksida sebagian besar berasal dari kendaraan bermotor,
dan dapat mencapai tingkat yang berbahaya di daerah dengan lalu lintas sangat padat.
Karbon monoksida menghalangi organ-organ tubuh untuk mendapatkan oksigen
dengan cara mengikat sel darah merah yang seharusnya membawa oksigen. Pada
jumlah yang kecil, karbon monoksida dapat menyebabkan berkurangnya jumlah
oksigen yang dikirim ke otak, organ dan otot lainnya, memperlambat reaksi dan
reflek, dan bersifat merusak. Itu menimbulkan ancaman yang serius bagi orang yang
berpenyakit jantung yang disebabkan rapuhnya kondisi system peredarahan darah dan
janin, karena oksigen sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak. Pada jumlah yang
besar, dapat berakibat fatal, sebagaimana dibuktikan dengan banyaknya kematian
yang disebabkan oleh mobil yang dipanaskan di dalam garasi dan kebocoran gas
buangan ke dalam mobil. Asap juga mengandung unsur partikel yang tersuspensi
seperti debu yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan industri. Partikel seperti itu
dapat menyebabkan iritasi pada mata dan paru-paru karena dapat membawa senyawa,
seperti asam dan logam.
HUJAN ASAM
Bahan bakar fosil adalah campuran dari berbagai macam bahan kimia,
termasuk belerang (sulfur) dalam jumlah kecil. Sulfur pada bahan bakar bereaksi
dengan oksigen membentuk sulfur dioksida (SO2), yang merupakan polutan udara.
Sumber utama SO2 adalah pembangkit tenaga listrik yang membakar batubara
dengan kandungan sulfur tinggi. Di Amerika Serikat dilakukan The Clean Air Act
tahun 1970 telah membatasi
emisi SO2 dengan tegas yang mengharuskan pembangkit-pembangkit untuk
menggunakan Scrubber, untuk mengubah menjadi batubara dengan kandungan sulfur
rendah, atau mengubah menjadi gas batubara dan memperbaiki sulfur
kembali.Kendaraan bermotor juga merupakan salah satu sumberSO2 karena bensin
dan solar juga mengandung sulfur dengan jumlah kecil. Letusan gunung merapi dan
air mata panas juga melepaskan sulfur dioksida (ditandai dengan bau seperti bau telur
busuk). Gambar 3. Asam sulfat dan asam nitrat terbentuk Ketika sulfur oksida dan
nitrat oksida bereaksi dengan uap air dan bahan kimia lainnya pada ketinggian di
atmosfir di bawah terik matahari. Sulfur oksida dan nitrat oksida bereaksi dengan uap
air dan bahan kimia lainnya di lapisan atas atmosfer dihadapan sinar matahari untuk
membentuk asam sulfat dan asam nitrat (Gbr.3). Asam yang terbentuk biasanya
terlarut dalam tetesan air yang jatuh ke dalam awan atau kabut. Tetesan sarat asam
ini, seperti pada jus lemon, turun dari udara ke tanah bersama hujan atau salju. Hal ini
dikenal sebagai hujan asam. Tanah mampu menetralkan asam tertentu, tetapi jumlah
besar yang dihasilkan oleh pembangkit listrik yang menggunakan batubara murah
dengan kandungan sulfur tinggi telah melampaui batas kemampuan tanah, dan
sebagai hasilnya banyak danau dan sungai di daerahdaerah industri seperti New York,
Pennsylvania, dan Michigan menjadi sangat asam bagi kehidupan ikan.4 Hutan di
daerahdaerah tersebut juga mengalami kerusakan secara perlahan karena menyerap
asam melalui daun, batang, dan akar. Bahkan struktur marmer memburuk akibat
hujan asam. Besarnya masalah ini tidak diketahui sampai awal 1970-an, dan langkah-
langkah serius telah dilakukan sejak saat itu untuk mengurangi pembentukan sulfur
dioksida secara drastis dengan penggunaan scrubber pada pembangkit-pembangkit
dan dengan desulfurisasi batubara sebelum pembakaran.

EFEK RUMAH KACA PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM

Anda mungkin menyadari ketika anda meninggalkan mobil di bawah terik


matahari , interior di dalam mobil menjadi lebih panas dari pada udara di luar mobil,
dan mungkin anda bertanya-tanya mengapa mobil anda berfungsi seperti perangkap
panas. Ini dikarenakan kaca pada ketebalan yang dapat mentransmisikan dengan
mudah lebih dari 90% radiasi dalam jarak pandang dan buram (non-transparan)
menjadi radiasi dengan jarak panjang gelombang inframerah yang lebih panjang.
Oleh karena itu, kaca memungkinkan radiasi matahari untuk masuk secara bebas,
tetapi menghalangi radiasi inframerah yang dipancarkan oleh permukaan interior. Ini
menyebabkan peningkatan suhu pada interior sebagai akibat dari penumpukan energi
panas di dalam mobil. Efek pemanasan ini dikenal sebagai efek rumah kaca, karena
efek ini digunakan terutama di rumah kaca. Efek rumah kaca juga dialami oleh bumi
dalam skala besar. Permukaan bumi, yang menghangat pada siang hari karena adanya
penyerapan energi surya, dan mendingin pada malam hari dengan memancarkan
sebagian energinya ke ruang angkasa berupa radiasi infra merah. Karbon dioksida,
uap air, dan sisa dari beberapa gas lainnya seperti metana dan nitrogen oksida
menyelimuti bumi dan membuat bumi tetap hangat pada malam hari dengan cara
menghalangi panas yang terpancar dari bumi. Oleh karena itu, ini disebut juga "gas
rumah kaca", dengan CO2 sebagai komponen utamanya. Uap air biasanya tidak
termasuk didalamnya karena jatuh berupa hujan atau salju sebagai bagian dari siklus
air dan aktivitas manusia dalam memproduksi air (seperti pembakaran bahan bakar
fosil) yang tidak merubah konsentrasi uap air di atmosfer (yang sebagian
besar disebabkan oleh penguapan dari sungai, danau, lautan, dll). CO2 berbeda,
bagaimanapun, aktivitas masyarakat kita merubah konsentrasi CO2 di atmosfer. Efek
rumah kaca membuat kehidupan di bumi terus berlangsung dengan menjaga bumi
tetap hangat (sekitar 30oC). Namun, jumlah gas yang berlebih ini mengganggu
keseimbangan karena terlalu banyak energi 137 lokasi berubah. Konsekuensi-
konsekuensi yang tidak diinginkan ini efek rumah kaca ini disebut sebagai pemanasan
global atau perubahan iklim global).
Perubahan iklim global terjadi karena penggunaan yang berlebihan dari bahan
bakar fosil seperti batu bara, produk minyak bumi, dan gas alam di pembangkit
tenaga listrik, transportasi, bangunan, dan pabrik, dan telah menjadi perhatian dalam
beberapa dekade terakhir. Pada tahun 1995, sebanyak 6,5 miliar ton karbon terlepas
ke atmosfer sebagai CO2. Konsentrasi CO2 di atmosfer sekarang ini adalah sekitar
360 ppm (atau 0,36%). Konsentrasi ini adalah 20% lebih tinggi dari satu abad yang
lalu, dan diperkirakan akan meningkat sampai lebih dari 700 ppm pada tahun 21004).
Pada kondisi normal, tumbuh-tumbuhan mengkonsumsi CO2 dan melepaskan O2
pada saat proses potosintesis, dengan demikian konsentrasi CO2 di atmosfer tetap
terjaga pada kondisi aman. Pohon yang tumbuh besar mengkonsumsi CO2 sekitar 12
kg tiap tahunnya dan mengeluarkan cukup oksigen dan dapat menunjang kebutuhan
bernapas untuk empat keluarga. Akan tetapi, penebangan hutan dan meningkatnya
produksi CO2 dalam beberapa dekade terakhir mengganggu keseimbangan ini. Dalam
laporan tahun 1995, ilmuwan terkemuka di dunia menyimpulkan bahwa suhu di bumi
meningkat sekitar 0.5oC selama beberapa abad terakhir, dan mereka memperkirakan
bahwa suhu di bumi akan meningkat sekitar 20oC lagi pada tahun 2100. Kenaikan
sebesar ini dikhawatirkan dapat menyebabkan perubahan besar pada pola cuaca
dengan badai dan hujan lebat serta banjir di beberapa tempat dan kemarau di tempat
lain, banjir besar karena akibat mencairnya es di kutub, hilangnya lahan basah dan
wilayah pesisir karena meningkatnya permukaan laut, banyaknya bentuk dalam
penyediaan air, perubahan ekosistem diakibatkan ketidakmampuan beberapa spesies
hewan dan tanaman untuk menyesuaikan diri dengan perubahan cuaca, meningkatnya
wabah penyakit karena kenaikkan suhu, dan efek samping yang merugikan kesehatan
manusia dan kondisi sosial ekonomi di beberapa daerah. Ancaman yang serius ini
telah menggerakkan PBB untuk membentuk sebuah komite mengenai perubahan
iklim. Emisi ini dan lainnya dapat dikurangi secara signifikan dengan cara membeli
sebuah mobil hemat energi yang membakar lebih sedikit bahan bakar dengan jarak
yang sama, dan dengan mengemudi secara wajar. Menghemat bahan bakar, sama
dengan menghemat uang dan menyelamatkan lingkunngan. Contohnya, memilih
kendaraan yag mengkonsumsi 8 L/100 km daripada 12 L/100 km akan mencegah 2
ton CO2 terlepas ke atmosfer setiap tahun dan juga menghemat biaya bahan bakar
$400 per tahun (dengan kondisi mengemudi rata-rata 20.000 km per tahun dan biaya
bahan bakar sebesar $ 0,53/L).
Sejalan dengan kebijakan dibidang energi, yaitu intensifikasi, diversifikasi,
dan konservasi, langkah-langkah penting perlu ditempuh dalam rangka penyusunan
alternative strategi dibidang energi yang merupakan pola penentu perkembangan
energi nasional dimasa mendatang. Implementasi kebijakan energi meliputi beberapa
aspek salah satunya adalah penggunaan
teknologi tepat guna. Teknologi tersebut haruslah : a. Teknologi yang menghasilkan
pengganti minyak, sebagaimana minyak adalah energi yang tidak terbarukan b.
Teknologi yang mendukung penyediaan energi yang berkelanjutan (sustainable
energy supply) c. Teknologi energi yang bersih dan efisien untuk mendukung
pelestarian lingkungan. Konsep penggunaan energi mixe harus mempertimbangkan
banyak hal, salah satunya adalah dampak terhadap lingkungan jika alternatif
penggunaan energi tersebut diterapkan.
Kebutuhan energi listrik di Indonesia terus meningkat sesuai dengan
perkembangan industri dan hasil kajian menunjukkan bahwa pada tahun 2025 akan
menjadi 4 kali lipat dibanding pada tahun 2000 Energi fosil merupakan energi yang
tak terbaharukan, dan dalam penggunaannya sebagai sumber energi listrik akan
memiliki dampak terhadap sumber daya dan lingkungan.
Pentingnya renewable energy :
Renewable energy is derived from resources that, for all practical purposes, cannot be
depleted and roduce fewer pollutants. This makes renewable energy fundamentally
different from fossil fuels and has prompted many countries, including Turkey, to
promote its use through incentive and subsidy schemes.
The benefit from greater exploitation of these sources would be enormous:
(i) reduced reliance on imported fuels (increased energy security);
(ii) decreased environmental impact compared to fossil fuel and nuclear power plants
(i.e. no greenhouse gas emissions (except biomass and biogas) or toxic waste);
(iii) competitive costs (which are still decreasing) compared to many conventional
technologies; and
(iv) no fuel costs (except biomass and biogas) and virtually inexhaustible fuel
sources(Guner Law Office, 2008).
Renewable energy which stems from natural sources such as sun light, wind,
rain, wave, water and geothermal heat sustains itself and does not contaminate the
environment. When we look at the kinds of renewable energy, we see that solar
energy, wind energy, biomass energy and moving water in generally. In fact, sunlight
is an excellent source of heat and electricity, the two most important forms of energy
we consume. Solar energy is becoming increasingly popular for remote power needs
such as telecommunication towers, agricultural applications (irrigation and pasture
management), in tropical countries that are not connected to an electrical grid, for
heating swimming pools, and many other applications around the world. Wind energy
is really just another form of solar energy. Sunlight falling on oceans and continents
causes air to warm and rise, which in turn generates surface winds. More recently,
wind has been harnessed as a clean, safe source of electricity. The term "biomass"
refers to any form of plant or animal tissue. In the energy industry, biomass refers to
wood, straw, biological waste products such as manure, and other natural materials
that contain stored energy. The energy stored in biomass can be released by burning
the material directly, or by feeding it to micro-organisms that use it to make biogas, a
form of natural gas. Energy from biomass is still used around the world, for
everything from cooking and heating to generating electricity. Today, the energy of
falling water is used mainly to drive electrical generators at hydroelectric dams. As
long as snow and rainfall can fill the streams and rivers, moving water can be a
renewable source of energy. In recent years, we have seen large fluctuations in the
cost of natural gas, oil, and electricity due to global economics, market deregulation,
and political events in some parts of the world. Renewable energy is not subject to
sharp price changes because it comes from sources such as sunshine, flowing water,
wind, and biological waste, all of which are free. This gives people greater certainty
about the cost of energy, which is good for society and the economy. By comparison,
fossil fuels are limited in their supply, and their price will increase as they become
scarcer. When fossil fuels are burned, they release carbon dioxide. This gas acts like
an invisible blanket, trapping more of the sun's energy in the atmosphere, causing the
Earth to warm up little by little. Carbon dioxide is building up in the atmosphere as
more and more fossil fuels are used in homes, factories, and automobiles. If this
continues, most scientists think our planet is likely to become significantly warmer,
which could cause many serious problems around the world. The importance of
energy in economic development has been recognized almost universally; the
historical data attest to a strong relationship between the availability of energy and
economic activity. During the past two decades the risk and reality of environmental
degradation have become more apparent. Growing evidence of environmental
problems is due to a combination of several factors; the environmental impact of
human activities has grown dramatically because of the sheer increase of world
population, consumption, industrial activity, etc. Achieving solutions to the
environmental problems that are faced today requires long-term potential actions for
sustainable development. In this regard, renewable energy resources appear to be one
of the most efficient and effective solutions, which is why there is an intimate
connection between renewable energy and sustainable development.

2.2 Pencemaran Akibat Penggunaan Energi Fosil dan Arti Penting Energi
Terbarukan

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungan sekitarnya, baik


itu lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Seiring dengan perkembangan
zaman, jumlah penduduk dunia juga terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya, sehingga peningkatan akan kebutuhan energi tidak dapat dihindarkan
lagi. Saat ini, hampir semua kebutuhan energi yang manusia gunakan diperoleh
dari konversi sumber energi fosil, misalnya energi untuk pembangkit listrik,
industri dan berbagai macam alat-alat transportasi.

Bahan bakar fosil itu sendiri adalah bahan bakar yang terbentuk dari
proses alam seperti dekomposisi anaerobik dari sisa-sisa organisme termasuk
fitoplankton dan zooplankton yang mengendap ke bagian bawah laut (atau danau)
dalam jumlah besar, selama jutaan tahun. Bahan bakar fosil merupakan sumber
daya tak terbarukan karena proses pembentukannya memerlukan waktu jutaan
tahun, sedangkan cadangan di alam habis jauh lebih cepat daripada proses
pembentukannya. Produksi dan penggunaan bahan bakar fosil menimbulkan
keprihatinan lingkungan. Sebuah gerakan global menuju generasi energi
terbarukan karena itu dilakukan untuk membantu memenuhi kebutuhan energi
meningkat.

Diperkirakan oleh Energy Information Administration bahwa pada tahun


2007 sumber utama energi terdiri dari minyak bumi 36,0%, batu bara 27,4%, gas
alam 23,0%, yang berarti 86,4% konsumsi energi primer di dunia adalah bahan
bakar fosil. Sedangkan sumber energi non-fosil seperti tenaga air, nuklir, dan
lainnya ( panas bumi , surya , gelombang , angin , kayu , limbah ) hanya sebesar
13,6%. Padahal energi non-fosil ini jika dikelola dengan benar akan memberikan
kontribusi besar pada konsumsi energi dunia yang tumbuh sekitar 2,3% per tahun.

Anda sadari atau tidak, pemakaian energi fosil yang terus menerus akan
mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan makhluk
hidup. Hal tersebut dikarenakan bahan bakar fosil seperti batubara , minyak bumi
, dan gas alam mengandung persentase karbon yang tinggi. Gas karbon adalah
gas tanpa warna yang merupakan senyawa karbon dengan oksigen, tidak terbakar
dan larut dalam air. Jika gas karbon tersebut terlepas ke udara akan bersenyawa
dengan oksigen dan membentuk gas karbon dioksida. Karbon dioksida adalah
salah satu gas rumah kaca yang meningkatkan radiasi dan memberikan kontribusi
pada pemanasan global , yang menyebabkan rata-rata suhu permukaan bumi
meningkat.

Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi dari alam
untuk memenuhi kebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan. Berikut merupakan beberapa dampak negatif penggunaan
energi fosil:

2.2.1 Dampak terhadap udara dan iklim

Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya:


minyak bumi, batu bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida
(CO2), nitrogen oksida (NO2),dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan
pencemaran udara (hujan asam, smog dan pemanasan global). Emisi
NO2 (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NO2 ke udara. Di udara, setengah
dari konsentrasi NO2 berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran bahan
bakar fosil untuk pembangkit listrik dan transportasi), dan sisanya berasal dari
proses alami (misalnya kegiatan mikroorganisme yang mengurai zat organik). Di
udara, sebagian NO2 tersebut berubah menjadi asam nitrat (HNO3) yang dapat
menyebabkan terjadinya hujan asam.

Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang
berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar
NO2di udara, setengah dari konsentrasi SO2 juga berasal dari kegiatan manusia.
Gas SO2 yang teremisi ke udara dapat membentuk asam sulfat (H2SO4) yang
menyebabkan terjadinya hujan asam. Emisi gas NO2 dan SO2 ke udara dapat
bereaksi dengan uap air di awan dan membentuk asam nitrat (HNO3) dan asam
sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat. Jika dari awan tersebut turun hujan,
air hujan tersebut bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pH
“hujan normal”), yang dikenal sebagai “hujan asam”. Hujan asam menyebabkan
tanah dan perairan (danau dan sungai) menjadi asam. Untuk pertanian dan hutan,
dengan asamnya tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi.
Untuk perairan, hujan asam akan menyebabkan terganggunya makhluk hidup di
dalamnya. Selain itu hujan asam secara langsung menyebabkan rusaknya
bangunan (karat, lapuk).
Smog merupakan pencemaran udara yang disebabkan oleh tingginya kadar
gas NO2, SO2, O3 di udara yang dilepaskan, antara lain oleh kendaraan bermotor,
dan kegiatan industri. Smog dapat menimbulkan batuk-batuk dan tentunya dapat
menghalangi jangkauan mata dalam memandang. Emisi CO2 adalah pemancaran
atau pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke udara. Emisi CO2 tersebut
menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, sehingga terjadi
peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global. CO2 tersebut menyerap sinar
matahari (radiasi inframerah) yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu atmosfer
menjadi naik. Hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan
permukaan air laut.

Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang berasal,
antara lain, dari gas bumi yang tidak dibakar, karena unsur utama dari gas bumi
adalah gas metana. Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang
menyebabkan pemasanan global. Batu bara selain menghasilkan pencemaran
(SO2) yang paling tinggi, juga menghasilkan karbon dioksida terbanyak per
satuan energi. Membakar 1 ton batu bara menghasilkan sekitar 2,5 ton karbon
dioksida. Untuk mendapatkan jumlah energi yang sama, jumlah karbon dioksida
yang dilepas oleh minyak akan mencapai 2 ton sedangkan dari gas bumi hanya 1,5
ton.

2.2.2 Dampak terhadap perairan

Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan


minyak bumi yang tidak layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau
kecelakaan lain akan mengakibatkan tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau air
tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan.

Selain itu, pencemaran air oleh minyak bumi juga bisa disebabkan oleh
pembuangan minyak pelumas secara sembarangan. Pembuangan sisa sampah cair
pabrik ke sungai atau laut juga ikut memegang andil yang besar terhadap
pencemaran air ini. Di laut sering terjadi pencemaran oleh minyak dari tangki
yang bocor. Dengan adanya minyak pada permukaan air menghalangi kontak
antara air dengan udara sehingga kadar oksigen didalam air akan berkurang dan
dapat mengganggu biota-biota yang berada didalam air tersebut. Pada dasarnya
pencemaran air disebabkan oleh kesalahan manusia.

2.2.3 Dampak terhadap tanah

Dampak penggunaan energi terhadap tanah dapat diketahui, misalnya dari


pertambangan batu bara. Masalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul
terutama dalam pertambangan terbuka (Open Pit Mining). Pertambangan ini
memerlukan lahan yang sangat luas. Perlu diketahui bahwa lapisan batu bara
terdapat di tanah yang subur, sehingga bila tanah tersebut digunakan untuk
pertambangan batu bara maka lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk
pertanian atau hutan selama kurun waktu tertentu
2.3 Jenis dan Karakteristik Energi Terbarukan
Sumber energi terbaharui (renewable) didefinisikan sebagai sumber energi yang
dapat dengan cepat diisi kembali oleh alam. Berikut ini adalah yang termasuk
sumber energi terbaharui:

2.3.1 Matahari

Energi matahari diperoleh dari cahaya panas yang merupakan komponen dari
panas matahari. Selain memanaskan air, energi ini juga bisa diubah menjadi
listrik. Secara global, matahari menyediakan 10.000 kali energi bumi yang dapat
di memanfaatkan siapapun secara gratis, dan merupakan salah satu sumber energi
alternatif yang potensial untuk dikelola dan dikembangkan lebih lanjut, terutama
bagi negara-negara tropis seperti Indonesia.

2.3.2 Angin

Energi angin adalah energi yang dihasilkan oleh udara yang berhembus di
permukaan bumi. Energi angin dapat diubah menjadi energi mekanik untuk
menghasilkan usaha. Karena angin tidak menimbulkan polusi, maka banyak
negara-negara membangun turbin angin sebagai sumber tenaga listrik tambahan.

2.3.3 Panas Bumi

Energi panas bumi adalah energi panas yang berasal dari dalam bumi. Energi
panas ini dihasilkan di dalam inti bumi yang ditimbulkan oleh peristiwa peluruhan
partikel-partikel radioaktif di dalam batuan. Inti bumiterbentuk dari magmayang
mengalir menembus berbagai lapisan batuan di bawah tanah. Saat mencapai reser
air bawah tanah, terbentuklahair panas bertekanan tinggi yang keluar ke
permukaan bumi melalui celah atau retakan di kulit bumi, maka timbul sumber air
panas yang biasa disebut uap panas.

2.3.4 Biomassa
Biomassa merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui karena tumbuh-
tumbuhan dapat kita tanam setiap saat. Dari berbagai macam bahan bakar
biomassa, kayu merupakan kebutuhan yang sangat banyak digunakan, seperti
pada rumah tangga dan pada ketel uap. Membakar biomassa bukan cara satu-
satunya untuk menghasilkan energi karena biomassa dapat juga dikonversi ke
bentuk energi lain diantaranya gas metana atau etanol dan biosolar.

2.4 Produksi Energi Terbarukan

Berikut akan kami uraikan beberapa langkah-langkah sederhana yang


dibutuhkan namun perlu adanya penelitian lebih lanjut lagi untuk
menyempurnakan hal-hal tersebut.

2.4.1 Semua hal ada dibumi ini dapat difermentasi menjadi sumber
energi alternatif terbarukan.
Seperti yang kami katakan sebelumnya bahwa segala sesuatu yang organik
dan terdiri dari senyawa kompleks (karbohidrat, lemak dan protein juga
yang lainnya) dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar minyak dan gas.
Bahkan tanah sekalipun bisa menjadi bahan bakar, buktinya minyak bumi
dapat di gali/ di bor dari dalam tanah.

2.4.2 Prinsip dasar.

Inti dari proses yang kita lakukan adalah mengurai bahan organik menjadi
bahan anorganik sehingga menghasilkan gas dan minyak yang dapat
dimanfaatkan demi keberlangsungan hidup umat manusia. Proses ini
diambil alih oleh aktivitas bakteri/ mikroorganisme tertentu.

2.4.3 Bahan alami yang dapat diproses.

Contoh bahan alamiah yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan ini adalah
minyak kelapa, kelapa sawit, buah aren, ubi kayu dan lain sebagainya. Ada
begitu banyak bahan alami yang jumlahnya melimpah di alam.
Gunakanlah yang pertumbuhannya cepat sehingga dapat diambil
manfaatnya segera. Tumbuhan yang perkembangannya cepat berarti cepat
juga kemampuannya untuk menyerap berbagai polutan yang terkandung di
udara bebas. Semua bagian-bagian tumbuhan dapat dimanfaatkan, mulai
dari daun, batang, buah hingga akarnya sekalipun.

Jangankan tumbuhan hijau yang masih aktif, sampah saja (yang organik)
dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. Mulai dari kulit
pisang, sisa sayur, sisa bahan dapur, sisa nasi, sisa lauk, sisa gulai, kulit
buah (jeruk, semangka, apel, melon dll) dan lain sebagainya.

2.4.4 Teknik pembuatannya.

Cara pembuatannya, semua bahan-bahan padat tersebut digiling dan


dihaluskan (kecuali untuk bahan cair seperti minyak kelapa, sawit dan
gula aren). Kemudian disatukan menurut jenisnya.

2.4.5 Memilih mikroorganisme yang terbaik.

Tentukan jenis bakteri (mikroorganisme) yang digunakan untuk


memecahkan senyawa organik menjadi anorganik (perlu penelitian
lanjutan). Apakah kita perlu mengkoleksi fitoplankton yang hidup di dasar
laut? Pada dasarnya bakteri ada dimana-mana namun untuk memperoleh
bibit unggul perlu analisis yang lebih lanjut.

2.4.6 Larutkan garam.

Tambahkan garam dengan kadar tertentu. Bisa saja dalam kadar 1%, 2%,
3%, 3,5% (setara dengan kadar garam samudera) atau lebih. Pada
dasarnya kadar garam lautan adalah yang paling pas sebab lautan adalah
penghasil gas metana nomor satu di dunia. Silahkan lakukan penelitian
ulang.

2.4.7 Masukkan dalam wadah kedap udara.

Letakkan di dalam ruangan/ wadah yang tertutup rapat dan anti bocor bila
perlu kedap udara. Untuk mengkondisikan lingkungan dengan pemilihan
mikroorganisme yang tepat.

2.4.8 Dibutuhkan tekanan.

Berikan tekanan sebanyak 1 atm, 2 atm, 3 atm dan seterusnya (silahkan


lakukan penelitian ulang). Hal ini dilakukan agar kuman yang diperkaya
semakin selektif dan adonan yang digunakan semakin baik untuk
pertumbuhannya.

Bila perlu tekanan yang kita berikan disetarakan dengan tekanan di dalam
dasar laut sehingga mikroorganisme (fitoplankton) yang digunakan dapat
tumbuh subur.

2.4.9 Diperlukan waktu tunggu yang cukup.

Tunggu selama beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan. Perlu
penelitian lebih lanjut sehingga waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama
juga tidak terlalu singkat agar hasil yang diberikan benar-benar efektif dan
efisien.

2.4.10 Jadilah gas dan minyak bumi.

Maka jadilah gas (bagian atasnya) dan minyak bumi buatan


(bagian bawahnya). Lakukan diferensiasi dan pemisahan dengan
mengambil terlebih dahulu substrat dalam bentuk gas kemudian menguras
substrat dalam bentuk minyak setelahnya. Pada dasarnya, ketika semua
bahan organik difermentasikan oleh bakteri menjadi bahan anorganik
maka akan dilepaskan suatu zat (gas metana) yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar

2.5 Life Cycle Analysis (LCA) Energi Terbarukan

Cycle Assessment (LCA) adalah metode yang digunakan untuk


mengevaluasi konsumsi energi dan bahan mentah, emisi yang dikeluarkan ke
lingkungan, dan limbah lainnya yang berkaitan dengan siklus hidup suatu
produk atau sistem. Siklus hidup suatu produk atau sistem adalah siklus dari
mulai produk itu tidak ada atau masih berupa bahan mentah yang ada di
alam, kemudian diproses menjadi produk, sampai produk itu tidak bisa
digunakan lagi dan menjadi limbah padat yang dibuang ke alam. Menurut
ISO, skema langkah kerja LCA ditunjukkan oleh Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Langkah Kerja LCA
Langkah awal adalah Defining Goal, Scope, and Boundary Definition.
Langkah ini akan menentukan tujuan dibuatnya LCA dan mendeskripsikan
kegunaan yang diharapkan dari hasil LCA. Sesuai bab 1, laporan LCA yang
merujuk pada laporan yang dibuat oleh DOE tentang Life Cycle Assessment
of Energy and Environmental Impacts of LED Lighting Products ini bertujuan
untuk mengetahui data-data LCA untuk lampu LED sehingga dapat
dibandingkan dengan lampu pijar dan CFL serta untuk mengetahui dampak
lingkungan yang ditimbulkan oleh ketiga teknologi penerangan tersebut. Pada
langkah ini juga akan ditentukan scope dan batasan yang mendefinisikan
proses apa saja yang dikaji dan jangkauan dari analisis. Berdasaran laporan
yang dibuat oleh DOE, laporan LCA ini membatasi jangkauan analisis hanya
pada tahap material acquisition, raw material processing, manufacturing and
assembly, transpor-tation, dan usage.
Langkah berikutnya adalah Life-Cycle Inventory (LCI) Analysis.
Langkah ini termasuk pengumpulan data dan perhitungan untuk
mengkuantifikasi input dan output dari sebuah sistem produk (sebuah set
komplit yang meliputi kegiatan produksi, penggunaan, sampai pembuangan).
Data yang dimaksud di sini adalah nilai kuantisasi dari energi dan bahan
mentah yang digunakan dan limbah serta emisi yang dikeluarkan ke alam.
Secara sederhana, tahapan proses yang tergabung dalam sebuah sistem
produk dapat ditunjukkan oleh Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Tahapan Life-Cycle


Tahap primary resource acquistion atau material acquisition adalah tahap
dimana bahan mentah diambil dari alam. Di dalam laporan ini, akuisisi bahan
mentah meliputi bahan yang tidak dapat diperbarui seperti
aluminium, mercury, dan tungsten.
Tahap raw material processing adalah tahap dimana bahan mentah yang
diakuisisi diubah menjadi bentuk yang dapat digunakan untuk memfabrikasi
sebuah produk jadi.
Tahap manufacturing and assembly adalah tahap dimana bahan yang keluar
dari raw material processing diproses dan dirakit hingga menjadi barang jadi,
lalu dikemas dan ditransportasikan atau didistribusikan kepada konsumen.
Transpor-tasi yang dimaksud di sini boleh jadi melalui darat, laut, dan udara.
Tahap usage adalah tahap dimana produk jadi digunakan oleh konsumen.
Tahap ini meliputi energi yang dibutuhkan dalam pengoperasian produk
selama masa penggunaan atau umur hidup produk tersebut dan limbah
lingkungan yang terjadi selama penggunaan produk.
Tahap end of life adalah tahap dimana konsumen tidak lagi membutuhkan
produk tersebut. Tahap ini meliputi energi yang dibutuhkan dan limbah ling-
kungan yang dihasilkan berkenaan dengan kegiatan pembuangan dan/atau
kegiatan recycling. Kegiatan recyclingdibutuhkan untuk mengurangi bahan
mentah pada tahap raw material processing sehingga energi yang dibutuhkan
untuk mendapatkan bahan mentah dari alam dan limbah serta emisi ke
lingkungan pada tahap tersebut dapat dikurangi.
Setelah mendapatkan nilai-nilai kuantisasi dari setiap tahap atau dengan kata
lain data LCI sudah didapatkan, maka langkah selanjutnya dalam LCA
adalah Life-Cycle Impact Assessment (LCIA). Langkah ini akan membahas
dampak potensial terhadap lingkungan. Jika hasil LCI fokus pada kuantisasi
tahap-tahap pada Gambar 2.2, maka pada hasil LCIA adalah turunan akibat
limbah dan emisi yang dikeluarkan oleh tahap-tahap tersebut.
Langkah terakhir adalah Interpretation. Langkah ini meliputi pengambilan
kesimpulan dan rekomendasi berkaitan dengan hasil LCI dan LCIA. Langkah
ini boleh jadi akan memerlukan tinjauan ulang terhadap langkah-langkah
sebelumnya jika diperlukan.

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Sumber-sumber energi begitu banyak terdapat di Indonesia, seperti batubara atau
minyak hadirsecara alamiah dapat ditemukan diberbagai belahan nusantara. Keseluruh
sumber energi inimudah diambil dari bumi dan juga mudah digunakan. Bahkan gas alam
jauh lebih ramahlingkungan bila dibandingkan dengan batubara dan minyak. Energi jenis
ini banyak sekalidigunakan di lingkungan sekitar kita sehari-hari, seperti memasak,
listrik, transportasi danmanfaktur.
Teknologi hijau (Greentech) yang juga dikenal dengan teknologi lingkungan
(envirotech) dan teknologi bersih (cleantech) adalah integrasi antara teknologi
modern dan ilmu lingkungan untuk lebih melestarikan lingkungan global dan
sumber daya alam serta untuk mengurangi dampak negative dari aktifitas manusia
di planet bumi. Konsep penerapan teknologi hijau secara umum memiliki
beberapa tujuan utama yang memilki prioritas untuk dapat diterapkan dalam
kehidupan manusia, yaitu keberlangsungan, pendaur-ulangan sampah ,
pengurangan sumber sampah, dan inovasi.

DAFTAR PUSTAKA

Astra IM. 2010. Energi dan dampaknya terhadapt lingkungan. Jurnal Meteorologi
dan Geofisika. 11(2) : 131-139.

https://www.kompasiana.com/afifahluthfiya/59998b7b8d6c99575736a5b2/penggu
naan-energi-fosil-masih-tinggi-lantas-bagaimana
Juwito AF, Pramonohadi S, Haryono T. Optimalisasi Energi Terbarukan pada
Pembangkit Tenaga Listrik dalam Menghadapi Desa Mandiri Energi di
Margajaya. JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA. 15 (1) : 22-34

Anda mungkin juga menyukai