Anda di halaman 1dari 15

Seiring berjalannya waktu, proses penuaan memang tidak bisa

dihindarkan. Keinginan semua orang adalah bagaimana agar tetap tegar dalam
menjalani hari tua yang berkualitas dan penuh makna. Hal ini dapat
dipertimbangkan mengingat usia harapan hidup penduduk yang semakin
meningkat.
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak
secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa
dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah
laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan
suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang
akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental dan sosial secara bertahap (Azizah 2011, h. 1).
Fenomena Demografi Lansia Menurut Expert Committae on Health of
the Erderly: Jumlah lansia di Indonesia diperkirakan beranjak dari peringkat ke-
10 tahun 1980 menjadi peringkat ke-6 dunia pada tahun 2020. Tahun 1990
jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10 juta jiwa/ 5.5% dari
total populasi penduduk. Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3x, menjadi
kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi penduduk. (Lembaga
Demografi FE-UI-1993).
Organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization),
menggolongkan usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut : usia
pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, usia lanjut
(elderly) antara 60-74 tahun, usia tua (old) antara 75-90 tahun, usia sangat tua
(very old) di atas 90 tahun (Kushariyadi 2010, hal. 2).
Dari berbagai pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa lansia
merupakan suatu proses alami. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran
fisik, mental dan sosial secara bertahap kondisi ini menyebabkan tidak ada lagi
daya tahan tubuh terhadap suatu penyakit.
2.1.1. Batasan Usia Lanjut
2.1.1.1. Pra usia lanjut (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2.1.1.2. Usia lanjut
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah
tahapan masa tua dalam perkembangan individu (usia 60 tahun ke
atas). Sedangkan lanjut usia adalah sudah berumur atau tua.
2.1.1.3. Usia lanjut resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
2.1.1.4. Usia lanjut potensial
Usia lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau
kegiatan yang dapat menghasikan barang atau jasa.
2.1.1.5. Usia lanjut tidak potensial
Usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada orang lain (Maryam dkk 2010, h. 1).
2.1.2. Tipe-Tipe Lanjut Usia
Menurut Nugroho (2008) di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak
ditemukan bermacam-macam tipe lanjut usia, yang menonjol antara lain :
2.1.2.1. Tipe arif bijaksana
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, dan menjadi panutan.
2.1.2.2. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan.
2.1.2.3. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
proses penuaan,yang menyebabkan kehilangan kecantikan,
kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, teman yang
disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit
dilayani, dan pengkritik.
2.1.2.4. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dang menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti
kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
2.1.2.5. Tipe bingung
Lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, pasif, acuh tak acuh. (Maryam dkk 2010, h. 2-3).
2.1.3. Mitos Seputar Usia Lanjut
Mitos-mitos seputar usia lanjut antara lain:
2.1.3.1. Kedamaian dan ketenangan
Bahwa para usia lanjut dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih
payahnya di masa muda dan dewasanya, badai dan berbagai
goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil dilewati.
Kenyataan sering ditemui stres karena kemiskinan dan berbagai
keluhan serta penderitaan karena penyakit, depresi, kekhawatiran,
paranoid, masalah psikotik.
2.1.3.2. Mitos konservatisme dan kemunduran.
Konservatif berarti kolot bersikap mempertahankan kebiasaan, tradisi,
keadaan yang berlaku. Bahwa para usia lanjut itu tidak kreatif,
menolak inovasi, berorentasi ke masa silam, kembali ke masa kanak-
kanak, susah berubah, keras kepala dan crewet.
Kenyataannya tidak semua usia lanjut bersikap dan mempunyai
pikiran demikian.
2.1.3.3. Mitos berpenyakitan.
Bahwa para usia lanjut dipandang sebagai masa degenerasi biologis
yang disertai berbagi penyakit.
Kenyataannya tidak semua usia lanjut berpenyakitan dan sekarang
sudah banyak pengobatan dan melakukan pemeriksaan berkala.
2.1.3.4. Mitos senilitas.
Bahwa para usia lanjut sudah pikun.
Kenyataannya banyak yang masih tetap sehat dan segar karena
banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap penurunan daya ingat.
2.1.3.5. Mitos Tidak Jatuh Cinta
Bahwa para usia lanjut sudah tidak lagi jatuh cinta dan bergairah
kepada lawan jenis.
Kenyataannya perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang
masa dan perasaan cinta tidak berhenti hanya karena manjadi tua.
2.1.3.6. Mitos Aseksualitas
Bahwa pada usia lanjut hubungan seks menurun, minat, dorongan,
gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang.
Kenyataannya kehidupan seks para usia lanjut normal saja dan gairah
tetap tinggi. Hal ini banyak dialami para usia lanjut pria yang menikah
lagi.
2.1.3.7. Mitos Ketidakproduktifan
Bahwa para usia lanjut dipandang tidak produktif.
Kenyataannya banyak para usia lanjut mencapai kematangan,
kemantapan dan produktivitas mental dan material (Maryam dkk 2010,
h. 3-4).
2.1.4. Perubahan Fisik Yang Terjadi Pada Lanjut Usia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan
sexsual.
2.1.4.1. Sistem indra
Perubahan sistem penglihatan pada lansia erat kaitannya
dengan presbiopi. Lensa kehilangan elastisitas dan kaku, otot
penyangga lensa lemah, ketajaman penglihatan dan daya akomodasi
dari jarak jauh atau dekat berkurang, penggunaan kacamata dan
sistem penerangan yang baik dapat digunakan.
Sistem pendengaran presbiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia di atas 60 tahun.
Sistem integumen pada lansia kulit mengalami atrofi, kendur,
tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan
sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan
atrofi glandula sebasean dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver sport. Perubahan kulit
lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain angin dan
matahari, terutama sinar ultra violet.
2.1.4.2. Sistem musculoskeletal
Perubahan sistem muskuloskletal pada lansia antara lain
sebagai berikut:
2.1.4.2.1. Jaringan penghubung (kolagen dan elastis).
Kolagen sebagai pendukung utama pada kulit, tendon,
tulang kartilago dan jaringan pengikat mengalami
perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
Perubahan pada kolagen tersebut merupakan penyebab
turunnya fleksibilitas pada lanis sehingga menimbulkan
dampak berupa nyeri, penurunan kemapuan untuk
meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk
ke berdiri, jongkok dan berjalan dan hambatan dalam
melakukan kegiatan sehari hari. Upaya fisioterapi untuk
mengurangi dampak tersebut adalah memberikan latihan
untuk menjaga mobilitas.
2.1.4.2.2. Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian lunak dan
mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi
menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi
cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada
persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Perubahan
tersebut sering terjadi pada persendian besar penumpukan
berat badan. Akibatnya perubahan itu sendi mengalami
peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak, dan
terganggunya aktifitas sehari-hari.
2.1.4.2.3. Tulang
Berkurangnya kepadatan tulang setelah di observasi
adalah bagian dari penuaan fisiologis trabekula longitudinal
menjadi tipis dan trabekula transversal terabsorbsi kembali.
Dampak berkurangya kepadatan akan mengakibatkan
osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas,
dan fraktur. Latihan fiik dapat diberikan sebagai cara untuk
mencegah adanya osteoporosis.
2.1.4.2.4. Otot
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat
bervariasi, penuaan jumlah dan ukuran serabut otot,
peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada
otot mengakibatkan efek negatif. Dampak perubahan
morfologis pada otot adalah penurunan kekuatan,
penurunan fleksibilitas, peningkatan waktu reaksi dan
penurunan kemampuan fungsional otot. Untuk mencegah
perubahan lebih lanjut, dapat diberikan latihan untuk
mempertahankan mobilitas.
2.1.4.2.5. Sendi
Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligament dan fasia mengalami penurunan elastisitas.
Ligament dan jaringan periarkular mengalami penurunan
daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi, dan
klasifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehilangan
fleksibilitanya sehingga terjadi penurunan luas dan gerak
sendi. Kelainan tersebut dapat menimbulkan gangguan
berupa bengkak, nyeri kekakuan sendi, gangguan jalan dan
aktifitas keseharian lainnya. Upaya pencegahan kerusakan
sendi antara lain dengan memberikan teknik perlindungan
sendi dalam beraktifitas.
2.1.4.2.6. Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi
dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena
perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan hipofusi dan
klasifikasi SA nude dan jaringan konduksi berubah menjadi
jaringan ikat. Konsumsi pada tingakt maksimal bekurang
sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna untuk
meningkatkan O² maksimum, mengurangi tekanan darah,
dan berat badan.
2.1.4.2.7. Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan paru
bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru,
udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada
otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan
pernafasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks
berkurang. Umur tidak berhubungan dengan perubahan otot
diafragma, apabila terjadi perubahan otot diafragma, maka
otot thoraks menjadi tidak seimbang dan menyebabkan
terjadinya distorsi dinding thoraks selama respirasi
berlangsung. Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan
seperti arteri yang kehilangan elastisitasnya. Hal ini dapt
menyebabkan peningkatan nadi dan tekanan sistolik darah.
Perubahan tekanan darah yang fisiologis mungkin benar-
benar merupakan tanda penuaan yang normal. Di dalam
sistem pernafasan, terjadi pendistribusian ulang kalsium
pada tulang iga yang kehilangan bnyak kalsium dan
sebaliknya, tulang rawan kosta berlimpah kalsium. Hal ini
berhubungan dengan perubahan postural yang
menyebabkan penurunan efisiensi ventilasi paru.
Berdasakan alasan ini, lansia mengalami salah satu hal
terburuk yang dapat ia lakukan yaitu istirahat di tempat tidur
dalam waktu yang lama. Perubahan dalam sistem
pernapasan membuat lansia lebih rentan terhadap
komplikasi pernapasan akibat istirahat total, seperti infeksi
pernafasan akibat penurunan ventilasi paru.
2.1.4.2.8. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang
nyata. Kehilangan gigi penyebab utama adalah periodendal
disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab
lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
Indera pengecapan menurun adanya iritasi yang kronis, dari
selaput lendir, antropi indera pengecapan (80%), hilangnya
sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa
tentang rasa asin, asam, dan pahit. Pada lambung, rasa
lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun. Peristaltik lemah
dan biasanya timbul konstipasi. Fungsi absobsi melemah
(daya absobsi terganggu). Liver (hati) makin mengecil dan
menurunya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran
darah. Kondisi ini secara normal, tidak ada konsekuensi
yang nyata, tetapi menimbulkan efek yang merugikan ketika
diobati. Pada usia lanjut, obat-obatan dimetabolisme dalam
jumlah yang sedikit. Pada lansia perlu diketahui
kecenderungan terjadinya peningkatan efek samping,
overdosis, dan reaksi yang merugikan dari obat. Oleh
karena itu, meski tidak seperti biasanya, dosis obat yang
diberikan kepada lanisa lebih kecil dari dewasa.
2.1.4.2.9. Sistem Perkemihan
Berbeda dengan sistem pencernaan, pada sistem
perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak
fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi,
ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal. Hal ini akan
memberikan efek dalam pemberian obat pada lansia.
Mereka kehilangan kemampuan untuk mengeksresikan obat
atau produk metabolisme obat. Pola perkemihan tidak
normal, seperti banyak berkemih di malam hari, sehingga
mengharuskan mereka pergi ke toilet sepanjang malam. Hal
ini menunjukkan baha inkontinensia urin meningakat.
2.1.4.2.10. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomis dan
antrofi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia
mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan
penurunan presepsi sensori dan respon motorik pada
susunan saraf pusat dan penurunan reseptor proprioseptif,
hal ini terjadi karena susunan saraf pusat pada lansia
mengalami perubahan morfologis dan biokimia, perubahan
tersebut mengakibatkan penurunan fungsi kognitif.
Koordinasi keseimbangan, kekutan otot, reflek, perubahan
postur dan peningktan waktu reaksi. Hal ini dapat di cegah
dengan pemberian latihan koordinasi dan keseimbangan
serta latihan untuk menjaga mobilitas dan postur.
2.1.4.2.11. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovari dan uterus. Terjadi atrofi payudara. Pada
laki-laki testis masih bisa memproduksi spermatosoa,
meskipun adanya penurunan secara beransur-ansur.
Dorongan seksual menetap sampai usia 70 tahun (asal
kondisi kesehatan baik), yaitu dengan kehidupan seksual
dapat diupayakan sampai masa lanjut usia. Selaput lendir
vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang, dan reaksi sifat menjadi alkali (Azizah 2011, h.
11-13).
2.1.5. Gangguan Sistem Muskuloskeletal Arthritis Gout
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran
khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada
wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita
biasanya mendekati masa menopause. Gout arthritis, atau lebih dikenal
dengan nama penyakit asam urat, adalah salah satu penyakit inflamasi yang
menyerang persendian. Gout arthritis disebabkan oleh penimbunan asam urat
(kristal mononatrium urat), suatu produk akhir metabolisme purin, dalam jumlah
berlebihan di jaringan. Penyakit ini sering menyerang sendi
metatarsophalangeal 1 dan prevalensinya lebih tinggi pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Kadang-kadang terbentuk agregat kristal besar yang
disebut sebagai tofi (tophus) dan menyebabkan deformitas.
Gout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat
pada sendi dan jari (DepKes, 1992). Penyakit metabolik ini sudah dibahas oleh
Hippocrates pada zaman Yunani kuno. Pada waktu itu gout dianggap sebagai
penyakit kalangan sosial elite yang disebabkan karena terlalu banyak makan,
anggur dan seks. sejak saat itu banyak teori. Etiologis dan terapeutik yang
telah diusulkan. Gout adalah kerusakan metabolik yang ditandai dengan
peningkatan konsentrasi serum asam urat dan deposit kristal asam urat dalam
cairan sinovial dan disekitar jaringan sendi. Gout juga dapat didefinisikan
sebagai kerusakan metabolisme purin herediter yang menyebabkan
Peningkatan asam urat yang terakumulasi dalam jaringan tubuh dan
sendi.Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berdasarkan
efek genetic pada metabolisme purin (hiperuresemia). Pada keadaan ini biasa
terjadi over sekresi asam urat atau detek renal yang mengakibatkan sekresi
asam urat/ kombinasi keduanya.
Artritis pirai (gout) adalah jenis artropati kristal yang patogenesisnya
sudah diketahui secara jelas dan dapat diobati secara sempurna. Secara klinis,
artritis pirai merupakan penya-kit heterogen meliputi hiperurikemia, serangan
artritis akut yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi kristal urat di dalam
dan sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbul-kan batu saluran kemih.
Kelainan ini dipengaruhi banyak faktor antara lain gangguan kinetik asam urat
misalhya hiperurikemia. Artritis pirai akut disebabkan oleh reaksi inflamasi
jaring-an terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Tidak
semua orang dengan hiperurikemia adalah penderita artritis pirai atau sedang
menderita artritis pirai. Akan tetapi risiko terjadi artritis pirai lebih besar dengan
meningkatnya konsentrasi asam urat darah (Soedarto 2012, h. 119).
Sakit sendi yang akut atau khronis yang mengenai persendian tepi adalah
akibat pengendapan kristal monosodium urat pada sendi dan tendon dari saru
rasi cairan tubuh yang mengalami hiperuricemic (asam urat darah tinggi)
(Yatim, Faisal 2006, h. 32).
Sutanto (2013, h. 10) menyatakan Penyakit asam urat adalah penyakit
yang sangat mengganggu dan berbahaya. Nyeri yang ditimbulkan penyakit ini
dapat mengganggu aktivitas penderitanya. Selain itu, tonjolan atau benjolan
pada bagian tubuh yang terserang pun mengganggu penampilan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arthritis gout adalah suatu
penyakit sendi yang akut atau khronis yang disebabkan oleh tingginya asam
urat didalam darah yang dicirikan dengan persendian sakit pada saat bergerak.
2.1.6. Etiologi
Gejala arthritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu, dilihat dari
penyebabnya penyakit ini termasuk dalam kelainan metabolik. Kelainan ini
berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu hiperuresemia.
Hiperuresemia terjadi karena :
2.1.6.1. Pembentukan asam urat berlebihan
- Gout primer metabolik, disebabkan sintesis langsung yang
bertambah
- Gout sekunder metabolik, disebabkan pembentukan asam urat
berlebihan karena penyakit lain seperti leukimia, terutama bila
diobati dengan sitostatistika, psoriasis, polisitemia vena dan
mielofibrosis
2.1.6.2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal
- Ginjal yang sehat. Penyebabnya tidak diketahui.
- Gout sekunder renal, disebabkan oleh kerusakan ginjal, misalnya
pada glomerulonefritis kronik atau gagal ginjal kronik
2.1.6.3. Perombakan dalam usus yang berkurang. Namun secara klinis hal ini
tidak penting. Tetapi beberapa kasus menunjukkan adanya hubungan
dengan defek genetik dalam metabolisme purin. Imkompletnya
metabolisme purin menyebabkan pembentukan kristal asam urat di
dalam tubuh atau menimbulkan over produksi asam urat. Over
produksi asam urat ini dapat juga terjadi secara sekunder akibat
beberapa penyakit seperti Sickle cell anemia, kanker maligna,
penyakit ginjal. Penurunan fungsi renal akibat penggunaan obat
dalam waktu yang lama (diuretik) dapat menyebabkan penurunan
ekskresi asam urat dari ginjal. Penyebab Gout dapat terjadi akibat
hiperusemia yang di sebabkan oleh diet yang ketat atau starpasi,
asupan makanan kaya purin yang berlebihan atau kelainan Herediter.
2.1.7. Patofisiologi
Asam urat adalah produk sisa metabolisme purin. Pada keadaan
normal terjadi keseimbangan antara produksi dan ekskresi. Sekitar dua pertiga
(2/3) Jumlah yang, diproduksi setiap hari diekskresikan melalui ginjal dan
sisanya melalui feses. Serum asam urat normal dipertahankan antara 3,4 – 7,0
mg/dl pada pria dan 2,4 – 6,0 pada wanita, pada level lebih dari 7,0 mg/dl akan
terbentuk kristal monosodium urat.
Faktor-faktor yang merupakan presipitasi pembentukan kristal dan
deposit di jaringan antara lain :
- Penurunan PH cairan ekstraseluler
- Penurunan protein plasma pengikat kristal-kristal urat
- Trauma jaringan
- Peningkatan kadar asam urat dari diet
Biasanya menyerang satu persendian, terjadi secara tak terduga, terjadi
padamalam hari yang dapat dipicu oleh trauma, konsumsi alkohol dan
pembelahan. Pada level ini asam urat di dalam persendian menimbulkan
respon inflamasi, selanjutnya leukosit Polimorfonuklear (PMN) menginfiltrasi
persendian dan memfagosit kristal-kristal urat yang menyebabkan kematian
leukosit PMN, pengeluaran enzim-enzim lisosom serta mediator-mediator
inflamasi lainnya kedalam jaringan. Hal ini menyebabkan sendi yang
terserang terlihat kemerahan, papas, bengkak dan terasa nyeri. Sekitar 50%
serangan gout arthritis akut terjadi pada sendi metatarsophalangeal tumit,
sedangkan bagian tubuh lain yang juga mengalami serangan : ankle, tumit,
lutut, jari-jari tangan dan siku. Nyeri bertambah dalam beberapa jam yang
disertai keluhan demam serta peningkatan angka leukosit (white blood cell)
dan sedimen rate. Serangan akut gout ini dapat terjadi dalam beberapa hari
sampai beberapa minggu. Hampir 60% penderita mengalami serangan ulang
setelah satu tahun. (Hadibroto dkk 2005, h. 13).
2.1.8. Tanda dan gejala
Secara klinis ditandai dengan adanya atritis, tofi, dan batu ginjal. Yang
penting diketahui bahwa asam urat sendiri tidak akan mengakibatkan apa-
apa.Yang menimbulkan rasa sakit adalah terbentuk dan mengendapnya kristal
monosodium urat, pengendapannya dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Oleh
sebab itu sering terbentuk tofi pada daerah-daerah telinga, siku, lutut, dorsum
pedis, dekat tendo Achilles pada metatarsofalangeal digiti I, dan sebagainya.
Pada telinga misalnya, karena permukaannyayang lebar dan tipis serta mudah
tertiup angin, kristal-kristal tersebut mudah mengendap dan menjadi tofi.
Demikian pula di dorsum pedis, kalkaneus, dan sebagainya karena sering
tertekan oleh sepatu. Tofi itu sendiri terdirri dari kristal-kristal urat yang diklilingi
oleh benda-benda asing yang meradang, termasuk sel-sel raksasa. Serangan
seringkali terjadipada malam hari. Biasanya sehari sebelum pasien tampak
segar bugar tanpa keluhan. Tiba-tiba tengah malam terbangun karena rasa
sakit yang hebat sekali.
Daerah khas yang sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari kaki
sebelah dalam, disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan,
daan nyeri sekali bila disentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai
satu minggu, lalu menghilang. Sedangkan tofi itu sendiri tidak sakit, tapi dapat
merusak tulang. Sendi lutut juga merupakan tempat predileksi kedua untuk
serangan ini.Tofi merupakan penimbunan asam urat y ang dikelilingi reaksi
radang pada sinovia, tulang rawan, bursa dan jaringan lunak. Sering timbul
tulang rawan telinga sebagai benjolan keras. Tofi ini merupakan menifestasi
lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun setelah serangan artritis akut pertama.
Pada ginjal akan timbul sebagai berikut : Mikrotofi, dapat terjadi di tubuli
ginjal dan menimbulkan nekrosis, Pielonefritis kronis, tanda-tanda
arterosklerosis dan hipertensi, tidak jarang ditemukan pada pasien dengan
kadar asam urat tinggi dalam darah, Nefrolitiasis karena endapan asam urat
tanpa adanya riwayat gout, yang disebut hiperurisemia asimtomatik. Pasien
demikian sebaiknya dianjurkan mengurangi kadar asam uaratnya karena
menjadi faktor resiko dikemudian hari ini dan kemudian terbentuknya batu
asam urat di ginjal.
2.1.9. Penatalaksanaan
- Diet rendah purin. Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal,
ikan sarden, daging kambing) serta banyak minum.
- Tirah baring Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam
setelah serangan menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.

2. Identifikasi tanda dan gejala yang ada pada riwayat keperawatan


3. Nyeri tekan pada sendi yang terkena
4. Nyeri pada saat digerakkan
5. Area sendi bengkak (kulit hangat, tegang, warna keunguan)
6. Denyut jantung berdebar
7. Identifikasi penurunan berat badan
3.1.10. Riwayat Psikososial
- Cemas dan takut untuk melakukan kativitas
- Tidak berdaya
- Gangguan aktivitas di tempat kerja
3.1.11. Pemeriksaan diagnostic
- Asam urat
- Sel darah putih, sel darah merah
- Aspirasi sendi terdapat asam urat
- Rontgen
3.2. Diagnosa Keperawatan
- Nyeri persendian pada Tn.B b/d ketidakmampuan keluarga melakukan
perawatan pada anggota keluarga yang sakit (Gout Artritis)
- Resiko tinggi gangguan pergerakan pada Tn.B b/d ketidakmampuan keluarga
melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit (Gout Artritis)
- Gangguan integritas kulit, terbentuknya tophi (tofi)
3.3. Perencanaan
3.3.10. Gangguan rasa nyaman nyeri
Klien akan menunjukkan tingkat kenyamanan yang lebih baik (rasa nyeri
berkurang)
- Istirahatkan sendi yang sakit dan berikan bantal dibawahnya
- Berikan kompres hangat
- Hindarkan faktor penyebab munculnya iritasi pada tofi
- Berikan obat sesuai program
- Monitor efek samping obat
3.3.11. Gangguan mobilitas fisik
Pasien akan meningkatkan aktivitas sesuai kemampuan
- Anjurkan pasien untuk melakukan gerakan-gerakan bila tidak ada rasa nyeri
- Lakukan ambulasi dengan bantuan missal dengan menggunakan “walker”
atau tongkat
- Lakukan ROM secara berhati-hati
3.3.12. Kurang pengetahuan
Pasien dan keluarga akan meningkat pemahaman tentang penyakit gout dan
cara perawatannya
- Jelaskan proses perjalanan penyakit
- Berikan jadwal/program pengobatan (nama obat, dosis, tujuan dan
efek samping)
- Diskusikan pentingnya diit yang terkontrol

3.4. Implementasi dan Evaluasi


3.4.10. Pada hari Jum’at, 3 Mei 2013 jam 13.00 WIB telah dilakukan penyuluhan
kesehatan tentang Perawatan Penyakit Gout Artritis pada keluarga Tn.B.
Subjektif : Keluarga mengatakan belum begitu paham seputar penyakit Gout
Artritis dan bersedia diberikan penyuluhan.
Objektif : Keluarga dapat menyebutkan pengertian dari Gout Artritis, keluarga
dapat menyebutkan 3 dari 5 penyebab Gout Artritis yaitu kegemukan,
kelaparan dan efek obat, keluarga dapat menyebutkan 2 dari 5 tanda yaitu
nyeri dan pusing.
Analisa : Nyeri persendian pada Tn.B b/d ketidakmampuan keluarga
melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit (Gout Artritis), TUK I
dan II tercapai.
Planning : Mengajarkan manajemen nyeri (ROM)
3.4.11. Pada hari Sabtu, 4 Mei 2013 jam 15.00 telah dilakukan penyuluhan kesehatan
tentang ROM dan mengajarkan gerakan-gerakan ROM pada keluarga Tn B.
Subjektif : Keluarga Tn.B tidak tahu bagaimana cara mengurangi rasa sakit
saat penyakit asam uratnya kambuh dan bersedia diajarkan teknik ROM.
Objektif : Tn.B sangat antusias mengikuti setiap gerakan-gerakan yang
diperagakan, Tn.B aktif bertanya untuk setiap gerakan yang belum paham,
Tn.B dapat mengulangi setiap gerakan secara mandiri setelah di ulang-ulang
beberapa kali.
Analisa : Nyeri persendian pada Tn.B b/d ketidakmampuan keluarga
melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit (Gout Artritis). TUK III,
IV dan V tercapai.
Planning : Intervensi dihentikan
3.5. Evaluasi
Untuk diagnosa pertama masalah teratasi. Keluarga kooperatif dan
mendengarkan saat penulis memberikan penyuluhan, keluarga mampu memahami
apa yang disampaikan penulis dan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan.
Keluarga mengerti mengenai akibat lanjut dari sakit kepala. Nyeri yang dirasakan Ny.B
belum teratasi, karena belum sesuai dengan standart yang ditetapkan yaitu nyeri
hilang atau skala nyeri 0. Tn.B mengatakan skala nyeri 5, keluarga sudah mampu
membuat kompres hangat. Keluarga mengatakan jika nyeri yang dirasakan tidak
segera sembuh akan periksa ke puskesmas atau pelayanan kesehatan terdekat.
Untuk diagnosa kedua masalah teratasi, keluarga mengatakan sudah mengerti
bagaimana merawat anggota keluarga yang sakit gout, Ny.B mengatakan sudah
mengetahui dampak akibat jika gout tidak segera ditangani, keluarga terlihat sudah
mulai mengatur menu makanan rendah purin dan melakukan latihan.

Anda mungkin juga menyukai