Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KEGIATAN

F.3 Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta Keluarga Berencana

PELAYANAN ANTE NATAL CARE

Disusun Oleh:
dr. Khaleda Fatmawati

Periode November 2018 – Maret 2019


Internsip Dokter Indonesia Kota Salatiga
Periode November 2017 - November 2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)

Laporan F.3 Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta Keluarga Berencana

Topik:

Pelayanan Ante Natal Care

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip


sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter
Indonesia Kota Salatiga

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal Februari 2019

Mengetahui,
Dokter Internship, Dokter Pendamping

dr. Khaleda Fatmawati dr. Galuh Ajeng Hendrasti


NIP. 19821014 201001 2 017

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan di seluruh dunia
lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Di
Indonesia menurut Survai Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007, angka kematian ibu masih cukup tinggi, yaitu 228 per 100.000
kelahiran hidup. Prioritas penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan
(28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), abortus (5%) dan partus lama
(5%). Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu,
anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi
penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi. Menurunkan Angka
Kematian Anak dan meningkatkan Kesehatan Ibu adalah dua dari
delapan tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dikarenakan
masih tingginya angka kematian dan kesakitan ibu serta angka kematian
bayi yang merupakan indikator kesehatan umum dan kesejahteraan
masyarakat. Angka kematian ibu (AKI) mengacu kepada jumlah kematian ibu
yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Untuk
meningkatkan kesehatan ibu, target yang ingin dicapai Millenium
Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian ibu 228 per
100.000 kelahiran hidup tahun 2007 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun1.
Penyebab tersebut sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan
kehamilan (antenatal care) yang memadai. Antenatal Care (ANC) sebagai
salah satu upaya penapisan awal dari faktor resiko kehamilan. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama kehamilan untuk
mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan
juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin.3
Antenatal care (ANC) merupakan pelayanan kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

3
berkompeten dan dilaksanakan sesuai dengan Standar Pelayanan Kebidanan
(SPK). Pelayanan ANC menurut SPK meliputi timbang berat badan (BB),
ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uterus, memberikan imunisasi TT
lengkap, pemberian tablet besi (Fe), lakukan tes penyakit menular seksual
(PMS), dan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan persalinan ibu.
ANC dilakukan minimal empat kali selama masa kehamilan guna
memantau kesehatan ibu hamil dan deteksi faktor risiko secara dini,
pencegahan, dan penanganan komplikasi.2
Berdasarkan data bagian Kesehatan Ibu dan Anak, jumlah ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Cebongan hingga bulan Desember 2018 yakni 361
ibu hamil, terbagi pada kelurahan Noborejo berjumlah 126 ibu hamil,
kelurahan Ledok berjumlah 143 ibu hamil dan kelurahan Cebongan
berjumlah 72 ibu hamil. Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal K1 sebanyak 341 ibu hamil dan pelayanan antenatal K4 sebanyak
328 ibu hamil. Hasil pelacakan resiko tinggi ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Cebongan sebanyak 15 ibu hamil.
ANC dilakukan untuk semua ibu hamil baik pada kehamilan normal
maupun kehamilan dengan risiko tinggi. Pengawasan antenatal memberikan
manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai hamil
secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah
dalam pertolongan persalinannya. Diketahui bahwa janin dalam rahim dan
ibu yang optimal akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, dan
perkembangan janin. ANC juga berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat
dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan jalan menegakkan
kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam
jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan.5
Dengan adanya kunjungan yang teratur dan pengawasan yang rutin dari
bidan atau dokter, maka selama masa kunjungan tersebut, diharapkan
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan dapat dikenali secara lebih dini dan

4
dapat ditangani dengan cepat dan tepat. Hal ini dapat mengurangi risiko
kesakitan dan kematian bagi ibu hamil.
B. PERMASALAHAN
1. Identitas pasien dan pasangan
a. Nama Istri : Ny. T
b. Umur : 30 tahun
c. Paritas : G2P1A0
d. Alamat : Cebongan
e. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
f. Tanggal periksa : 19 Januari 2019
g. Nama Suami : Tn. R
h. Umur : 34 tahun
i. Pekerjaan : Swasta
2. Anamnesis
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 19 Januari 2019
a. Keluhan selama kehamilan : Pusing
b. Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT : 28 Mei 2018
HPL : 5 Maret 2019
Usia Kehamilan : 38 Minggu
Pasien tidak haid sejak bulan Juni 2018, sekitar satu bulan setelah
terlambat haid pasien melakukan tes kehamilan dengan tes pack dan
didapatkan hasil positif. Kemudian pasien memeriksakan diri ke bidan
dan dinyatakan hamil. Selama kehamilan pasien sering mengeluh
pusing dan terkadang disertai mual ringan.
c. Riwayat Persalinan
I : G1, hamil aterm, laki-laki, BBL 3000 gram, lahir normal, ditolong
oleh Bidan, usia saat ini 3 tahun.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Tekanan Darah Tinggi : disangkal
- Riwayat Kencing Manis : disangkal

5
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Alergi : disangkal
e. Riwayat ANC
Pemeriksaan kehamilan dilakukan di puskesmas. Pemeriksaan
kehamilan dilakukan satu bulan sekali dengan pemeriksaan
laboratorium pada kunjungan pertama ANC. Pasien mendapat
multivitamin dan suplemen besi.
f. Riwayat Haid
- Menarche : 12 tahun
- Siklus haid : 28 hari
- Lama haid : 7 hari
- Dismenore : (-)
g. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami sekarang. Usia
pernikahan 8 tahun.
h. Riwayat KB : Suntik 3 bulan
i. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Tekanan Darah Tinggi : disangkal
- Riwayat Kencing Manis : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Alergi : disangkal
3. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan tanggal 19 Januari 2019
a. Keadaan Umum : compos mentis, gizi kesan cukup
b. Tanda Vital
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
Respirasi : 20x/ menit
Suhu : 36,6ºC
Berat Badan : 84 kg
Tinggi Badan : 160 cm

6
LILA : 25 cm
c. Status Internus
- Kepala : Mesocephale
- Mata : Conjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-)
- Hidung : discharge (-), septum deviasi (-), napas cuping
hidung (-)
- Telinga : sekret tidak ada, tragus pain tidak ada
- Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-)
- Tenggorok : uvula ditengah, tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)
- Leher : normocolli, limfonodi tidak membesar
- Thoraks : bentuk normochest
Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I–II int. normal, reguler, bising (-).
Pulmo
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, gerak dada
tertinggal (-)
Palpasi : Stem fremitus dada kanan = kiri
Perkusi : sonor // sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
- Abdomen
Inspeksi : Cembung pada bagian perut, striae gravidarum (-)
Palpasi : Ballotment (+)
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Tidak dilakukan
- Ekstremitas
Akral dingin - - edema - - sianosis - -
- - - - - -

7
d. Status Obstetri
Abdomen:
- Inspeksi : cembung, striae gravidarum (+)
- Palpasi :
Leopold I : TFU 33 cm. Teraba masa besar dan lunak.
Leopold II : Teraba tahanan memanjang pada uterus bagian
lateral kiri. Teraba bagian kecil-kecil pada uterus bagian lateral
kanan.
Leopold III : Teraba massa bulat, keras. Massa bulat dan keras
mudah digoyang.
Leopold IV : Konfigurasi kedua tangan divergen.
- Auskultasi : DJJ 141 x/menit
- TBJ : (33-12)x155= 3255 gram
Genitalia:
- Eksterna : tidak dilakukan
- Interna : tidak dilakukan

4. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 19 Januari 2019
a. Hb : 10,1 gr/dL
b. Golongan darah :O
c. HbsAg : Negatif
d. PITC : Negatif

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Intervensi yang dipilih ialah melakukan pemeriksaan kehamilan rutin
atau Antenatal Care (ANC). Ibu-ibu dengan kehamilan berisiko tinggi
ataupun yang tidak berisiko diperiksa kehamilannya secara keseluruhan untuk
mengetahui perkembangan kesehatan janin dan kondisi ibu, serta tanda-tanda
bahaya saat kehamilan atau setelah persalinan.

8
D. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan ANC di Puskesmas Cebongan dilaksanakan setiap hari mulai
pukul 08.00 sampai selesai. Kegiatan pemeriksaan diawali dengan
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan ibu hamil dan
pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Dilanjutkan dengan pemeriksaan
tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu. Dilakukan anamnesis
pada pasien berupa identitas, keluhan yang dirasakan saat itu, Hari Pertama
Haid Terakhir (HPHT) dan penentuan Hari Perkiraan Lahir (HPL),
penentuan usia kehamilan, dan riwayat obstetri sebelumnya. Selanjutnya
pasien diminta untuk berbaring di bed pemeriksaan untuk dilakukan
pemeriksaan abdomen berupa pengukuran tinggi fundus, posisi janin, bagian
terendah janin dan pengukuran denyut jantung janin. Pada pasien yang
pertama kali melakukan ANC serta ibu hamil yang berisiko sebelumnya,
pasien juga diminta untuk melakukan pemeriksaan hemoglobin, golongan
darah, dan PITC.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien, didapatkan hasil
pengukuran tekanan darah ialah 120/70 mmHg. Seluruh hasil pemeriksaan
dicatat di dalam buku kesehatan ibu hamil yang diberikan puskesmas.
Edukasi yang diberikan:
- Mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar gizi seimbang, terutama
daging merah, hati , sayur-sayuran hijau serta mengurangi minum teh
untuk dapat meningkatkan kadar haemoglobin
- Mengkonsumsi suplemen dan vitamin yang sudah diberikan
- Menghindari makanan yang mengandung alkohol, rokok, obat-obatan,
jamu, serta mengurangi konsumsi lemak, gula, dan pemanis buatan.
- Makan makanan yang diproses dengan baik sampai matang dan bersih.
- Menghindari makan makanan yang dapat meningkatkan tekanan darah
seperti garam, kopi
- Memberi informasi kepada pasien dan keluarga mengenai tanda-tanda
bahaya dalam kehamilan, tanda-tanda awal persalinan, dan risiko yang
mungkin timbul saat persalinan dan setelah persalinan.

9
- Menyarankan kepada pasien datang ke dokter spesialis kandungan untuk
melakukan pemeriksaan yang lebih lanjut seperti USG.
- Memberi motivasi kepada pasien untuk selalu berpikir positif terhadap
kehamilannya dan menghindari stress selama kehamilan.

E. MONITORING DAN EVALUASI


Kegiatan ANC bertujuan untuk mengetahui ibu hamil yang memiliki
risiko kehamilan maupun tidak. Ibu hamil yang memiliki risiko akan selalu
dimonitor setiap kunjungan sehingga akan menurunkan angka kematian ibu,
sedangkan ibu hamil yang tidak berisiko tinggi juga tetap dipantau untuk
mencegah munculnya tanda-tanda bahaya dalam kehamilan.
Hasil evaluasi kegiatan ANC ini adalah ditemukannya risiko pada
pasien yaitu kadar haemoglobin 10,1 mmHg yang merupakan anemia. Pasien
termasuk ke dalam risiko tinggi sehingga pasien diberikan edukasi juga untuk
mengkonsumsi gizi seimbang serta diberikan suplemen penambah darah
untuk meningkatkan kadar haemoglobin.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANTE NATAL CARE
1. Definisi 6,7,9
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan
untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga
mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI
dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.. Pelayanan antenatal
ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan
memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani
secara memadai.
ANC adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil
secara berkala untuk menjaga keselamatan ibu dan janin. Pemeriksaan
ANC adalah suatu program terencana berupa observasi, edukasi dan
penanganan medik pada ibu hamil, guna memperoleh suatu proses
kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.
Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan
antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu
hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna
meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.
Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC), petugas
mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan
intrauterine serta ada tidaknya masalah atau komplikasi. Kunjungan
Antenatal Care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan pemberi
perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi
serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi
bagi ibu dan petugas kesehatan.

11
2. Tujuan ANC 2
Pelayanan antenatal care diberikan sedini mungkin kepada wanita
semenjak dirinya hamil. Pedoman pelayanan antenatal care menurut
Depkes (2007) memiliki beberapa tujuan, yaitu:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial
ibu.
c. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit-penyulit
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, dan persalinan yang aman
dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan peran ibu agar masa nifas berjalan normal dan
mempersiapkan ibu agar dapat memberikan ASI secara eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi, agar dapat tumbuh kembang secara normal.
g. Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati, dan kematian neonatal.
h. Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin.

3. Cakupan Ante Natal Care 2,3


Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara keseluruhan
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar
kehamilan berlangsung sehat
b. Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi
kehamilan
c. Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman

12
d. Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan
jika terjadi penyulit/komplikasi
e. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu
bila diperlukan
f. Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila
terjadi penyulit/komplikasi.

4. Kebijakan Program Pelayanan Antenatal Care terpadu 2,3


Kebijakan program pelayanan an tenatal menetapkan frekuensi
kunjungan antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan,
dengan ketentuan sebagai berikut : (Depkes, 2009).
a. Minimal satu kali pada trimester pertama (K1) hingga usia kehamilan
14 minggu. Tujuannya adalah :
- Penapisan dan pengobatan anemia
- Perencanaan persalinan
- Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
b. Minimal satu kali pada trimester kedua (K2), usia kehamilan 14 – 28
minggu. Tujuannya adalah :
- Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
- Penapisan pre-eklampsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan
saluran perkemihan
- Mengulang perencanaan persalinan
c. Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4), usia kehamilan
28-36 minggu dan setelah 36 minggu sampai lahir. Tujuannya adalah :
- Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
- Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
- Memantapkan rencana persalinan
- Mengenali tanda-tanda persalinan

13
Pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan segera setelah diketahui
terlambat haid dan pemeriksaan khusus dilakukan jika terdapat keluhan-
keluhan tertentu.

5. Standar Pelayanan Ante Natal Care 5,7,8


Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus
Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
a. Timbang berat badan. Penimbangan berat badan pada setiap kali
kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan
pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9
kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap
bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
b. Ukur lingkar lengan atas (LiLA). Pengukuran LiLA hanya dilakukan
pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil berisiko kurang energi
kronis (KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang
mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan
KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
c. Ukur tekanan darah. Pengukuran tekanan darah pada setiap kali
kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi
(tekanan darah > 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia
(hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau
proteinuria)
d. Ukur tinggi fundus uteri. Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali
kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin
sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak
sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan
pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur
setelah kehamilan 24 minggu.
e. Hitung denyut jantung janin (DJJ). Penilaian DJJ dilakukan pada akhir
trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat

14
kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit
menunjukkan adanya gawat janin.
f. Tentukan presentasi janin. Menentukan presentasi janin dilakukan
pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika,
pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin
belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit
atau ada masalah lain.
g. Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT). Untuk mencegah terjadinya
tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada
saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-nya.
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status
imunisasi ibu saat ini.
h. Beri tablet tambah darah (tablet besi). Untuk mencegah anemia gizi
besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet
selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.
i. Periksa laboratorium (rutin dan khusus). Pemeriksaan laboratorium
dilakukan pada saat antenatal meliputi:
1) Pemeriksaan golongan darah Pemeriksaan golongan darah pada
ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu
melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang
sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi
kegawatdaruratan.
2) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) Pemeriksaan kadar
hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada
trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan
ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita
anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia
dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam
kandungan.

15
3) Pemeriksaan protein dalam urin Pemeriksaan protein dalam urin
pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas
indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya
proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu
indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.
4) Pemeriksaan kadar gula darah. Ibu hamil yang dicurigai
menderita Diabetes Melitus harus dilakukan pemeriksaan gula
darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester
pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester
ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).
5) Pemeriksaan HIV Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah
dengan risiko tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai
menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani konseling kemudian
diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk
menjalani tes HIV.
6) Pemeriksaan BTA Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil
yang dicurigai menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar
infeksi Tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain
pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.
j. Tatalaksana/penanganan Kasus Berdasarkan hasil pemeriksaan
antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan
yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar
dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat
ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
k. KIE Efektif. KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal
yang meliputi:
1) Kesehatan ibu Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan
kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan
ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama kehamilannya
(sekitar 9- 10 jam per hari) dan tidak bekerja berat.

16
2) Perilaku hidup bersih dan sehat Setiap ibu hamil dianjurkan untuk
menjaga kebersihan badan selama kehamilan misalnya mencuci
tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari dengan menggunakan
sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta
melakukan olah raga ringan.
3) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan
persalinan Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari
keluarga terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga
atau masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan
bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini penting
apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar
segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
4) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai
tanda-tanda bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas
misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar
cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-
tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari
pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan.
5) Asupan gizi seimbang Selama hamil, ibu dianjurkan untuk
mendapatkan asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang
seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh kembang
janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan
minum tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah anemia
pada kehamilannya.
6) Gejala penyakit menular dan tidak menular. Setiap ibu hamil
harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular (misalnya
penyakit IMS,Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular
(misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan
ibu dan janinnya.

17
7) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah
tertentu (risiko tinggi). Konseling HIV menjadi salah satu
komponen standar dari pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu
hamil diberikan penjelasan tentang risiko penularan HIV dari ibu
ke janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan sendiri
keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu
hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi
penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu
hamil tersebut HIV negatif maka diberikan bimbingan untuk tetap
HIV negatif selama kehamilannya, menyusui dan seterusnya.
8) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif Setiap
ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya
segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan
tubuh yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI
dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
9) KB paska persalinan Ibu hamil diberikan pengarahan tentang
pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan
kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri
sendiri, anak, dan keluarga.
10) Imunisasi Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus
neonatorum. k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada
kehamilan (Brain booster) Untuk dapat meningkatkan
intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil dianjurkan
untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi
pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode
kehamilan.

18
6. Pemeriksaan Antenatal Care 6,7,8,9
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai
jenis pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis
(kejiwaan) ibu hamil.

Pemeriksaan laboratorium/penunjang dikerjakan sesuai tabel di atas.


Apabila di fasilitas tidak tersedia, maka tenaga kesehatan harus merujuk
ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
a. Penanganan dan Tindak Lanjut kasus.
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium/ penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja
atau diagnosa banding, sedangkan bidan/perawat dapat mengenali
keadaan normal dan keadaan bermasalah/tidak normal pada ibu hamil.
berikut ini adalah penanganan dan tindak lanjut kasus pada pelayanan
antenatal terpadu.

19
20
Pada setiap kunjungan antenatal, semua pelayanan yang meliputi
anamnesa, pemeriksaan dan penanganan yang diberikan serta rencana
tindak-lanjutnya harus diinformasikan kepada ibu hamil dan suaminya.
Jelaskan tanda-tanda bahaya dimana ibu hamil harus segera datang
untuk mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan.
Apabila ditemukan kelainan atau keadaan tidak normal pada
kunjungan antenatal, informasikan rencana tindak lanjut termasuk
perlunya rujukan untuk penanganan kasus, pemeriksaan
laboratorium/penunjang, USG, konsultasi atau perawatan, dan juga
jadwal kontrol berikutnya, apabila diharuskan datang lebih cepat.

b. Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal terpadu.


Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar
pelayanan antenatal terpadu yang berkualitas. Setiap kali pemeriksaan,
tenaga kesehatan wajib mencatat hasilnya pada rekam medis, Kartu Ibu
dan Buku KIA. Pada saat ini pencatatan hasil pemeriksaan antenatal
masih sangat lemah, sehingga data-datanya tidak dapat dianalisa untuk
peningkatan kualitas pelayanan antenatal. Dengan menerapkan
pencatatan sebagai bagian dari standar pelayanan, maka kualitas
pelayanan antenatal dapat ditingkatkan.

c. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif.

21
KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari
pelayanan antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk
membantu ibu hamil dalam mengatasi masalahnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Data dan informasi kesehatan


Indonesia. Jakarta: DepKes RI, 2013.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Standar pelayanan kebidanan.
Jakarta: DepKes RI, 2007.
3. Depkes RI. 2010. Pemeriksaan Kehamilan. Diambil 25 Januari 2017, dari
http : //www.Depkes.go.id
4. Badan Pusat Statistik. Survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun
2007. Jakarta; (online), diakses dari www.datastatistik-indonesia.com pada
25 Januari 2017.
5. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2010.
6. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Obstetri Williams volume 1. Edisi 23. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC ; 2013.
7. Mochtar R. Sinopsis obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ;
2004.
8. Prawirohardjo S. Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta : Penerbit Prawirohardjo ;
2009.
9. Sastrawinata S. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas
Kedokteran. Bandung : Universitas Padjadjaran Bandung ; 2003.

23
LAMPIRAN

24

Anda mungkin juga menyukai