1. Konsep Manajemen
bahasa Latin, dari kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti
kata kerja to manage, dengan kata benda management dan manager untuk
batasan manajemen, karena itu tidak mudah memberi arti universal yang
1
John M. Echols dan Hasan Shadaly, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, PT. Gramedia,
Jakarta, 2003, hlm. 372.
2
Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta,
2006, hlm. 3.
3
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2011,
hlm. 86.
15
16
4
Jamal Ma’mur Asmani., Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Profesional .
Yogyakarta, Diva Press. 2011, hlm. 70.
5
Syaiful Sagala., Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Alfabeta,
Bandung, 2009, hlm. 49.
6
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2006, hlm. 16.
7
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung,2008,
hlm. 4.
17
pelaksanaan.
mengacu kepada adanya interaksi antara guru dan peserta didik dalam
8
Tim Pengembang MKDP, Ruhimat, Toto (Koord), Kurikulum dan Pembelajaran, PT.
RajaGrafindo Persada. Bandung, 2009, hlm. 128.
9
Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, hlm. 4.
10
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran sebuah Teori dan Konsep Dasar,
PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 183.
18
belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus menerus belajar. Pembelajaran
11
Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Pustaka Bani Quraisy, Yogyakarta,
2008, hlm. 9.
12
Asrori, Psikologi Pembelajaran. CV. Wacana Prima, Bandung, 2009, hlm. 6.
13
Ngainun Naim, dan Patoni, Achmad, Materi Penyusunan Desain Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 66.
14
Ibid. hlm. 67.
19
karakteristik yang hampir sama dan atau kelompok guru mata pelajaran
15
Slameto, Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara, Jakarta, 2001. hlm. 2.
16
Rohman, M. dan Amri Sofan, Strategi dan Desain Pengembangan Sistem
Pembelajaran. Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2011, hlm. 74-75.
20
KTSP
(Struktur Kurikulum, Tim
Mekanisme Pengembang
Pembelajaran dan Kurikulum
Penilaian, dll)
Evaluasi
Silabus
Desain Pembelajaran MGMP
Desain Penilaian
Evaluasi
RPP
Instrumen Penilaian
Bahan Ajar Guru Mata
Pelaksanaan Pelajaran
Pembelajaran dan
Penilaian
Gambar 2.1.
Mekanisme Kerja Tim Pengembang Kurikulum, MGMP
dan Guru Mata Pelajaran17
pendidikan tersebut dengan syarat potensi yang sudah ada lebih memenuhi
17
Ibid. hlm. 75.
21
pembelajaran.
tujuan pembelajaran agar tercapai secara lebih efektif dan efisien dan
18
Surya, M. Op.Cit. hlm. 10.
19
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 2.
22
mengajar dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien; (c) memimpin
yaitu memotivasi para peserta didik untuk siap mengikuti pelajaran; (d)
Dimana tugas guru bukan lagi hanya mendikte peserta didik, tetapi lebih
dari itu, tugas guru yang utama adalah membantu berkembangnya potensi
diri. Pada diri peserta didik ada banyak potensi yang selayaknya
dikembangkan. Jika potensi ini tidak digali, maka peserta didikpun tidak
strategi dan metode yang akan digunakan pada kegiatan tatap muka, tugas
pencapaian kompetensi.22
a. Perencanaan Pembelajaran
22
Rohman, M. dan Amri, Sofan. Op.Cit. hlm. 76.
24
23
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.
Remaja Rosdakarya, Jakarta, 2005, hlm. 17.
24
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional
Pendidikan, 2006, hlm. 15.
25
Majid, Abdul., Op.Cit. hlm. 91.
26
Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2001,
hlm. 27.
25
27
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2018, hlm. 49
28
E Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006,
hlm. 251.
29
Wina Sanjaya, Op.Cit. hlm. 53.
26
b. Pelaksanaan Pembelajaran
guru di kelas dan pengelolaan peserta didik. Selain itu juga memuat
dalam pembelajaran.35
34
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta,
Jakarta, 2010, hlm. 173.
35
Abdul Majid., Op.Cit. hlm. 165.
28
36
Suryobroto, Op.Cit. hlm. 36-37.
37
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta, Bandung, 2010, hlm. 143.
38
Malayu Hasibuan S.P. Op.Cit. hlm. 216.
29
dilaksanakan.
mengendalikan organisasi.39
c. Evaluasi Pembelajaran
hal yang telah dimiliki oleh peserta didik dari hal-hal yang telah
banyak hal-hal yang telah dimiliki oleh peserta didik dari hal-hal yang
sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Bisa juga
dan pengendalian sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan
perbaikan tingkah laku pada diri peserta didik. Hal-hal yang perlu
41
Muhaimin, Sutiah, Prabowo, L.S., Manajemen Pendidikan, Aplikasinya dalam
Penyusunan Rencana Pengembangan Sekola hlm. Kencana, Jakarta, 2009, . hlm. 5.
42
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Agama Islam. Rajawali Pers, Jakarta, 2009,
hlm. 37.
31
pada satuan pendidikan tersebut dengan syarat potensi yang sudah ada
43
Hamzah, Model Pembelajaran; Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm. 89.
32
didik atau peserta didik dapat mengetahui dan mampu melakukan hal-hal
yang berkaitan dengan materi pada akhir pelajaran, (2) adanya pertautan
tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib); (3) Mastery
dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata; (2) role playing yaitu
Artinya : “serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An-
Nahl:125)47
psikomotoriknya. Yang jelas tidak ada satu model pembelajaran pun yang
paling efektif untuk satu mata pelajaran, yang ada adalah satu atau
tetapi belum tentu untuk materi lainnya. Oleh karenanya guru harus cerdas
46
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, Panduan Pembelajaran KBK, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2006, hlm. 137-157.
47
R.H. A. Soenardjo, et.al, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Depag RI, Jakarta, 2009,
hlm. 421.
34
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat
lahir dan batin. Dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa Allah SWT telah
48
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia, Jakarta, 2006, hlm. 13.
49
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hlm. 86.
35
makhluk lainnya yaitu fitrah, kebebasan, ruh yang kekal dan akal.
yang dipahami sebagai usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi
50
Soenardjo, et.al. Op.Cit., hlm. 435.
51
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat.
Jakarta, Gema Insani, Jakarta, 2006, hlm. 34.
52
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hlm. 25-26.
36
Pekerti
diantaranya:
53
Abdul Majid, & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hlm. 130.
54
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolahlm. Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 75-76.
37
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan sasaran yang akan
pendidikan Islam.56
55
Nazarudin. Op.Cit. hlm. 12.
56
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam. Pustaka Setia, Bdnung, 2007, hlm. 19.
38
manusia muslim yang bertaqwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia
Oleh karena itu, tujuan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
harus sesuai dengan tujuan hidup setiap muslim, yaitu untuk menjadi
Artinya : “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu
dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”. (QS.
Al-Baqarah : 21)58
baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam
hidup dunia dan akhirat.59 Untuk itu tujuan Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti harus dikaitkan dengan tujuan hidup manusia. Seperti Firman
57
Nazarudin. Op.Cit. hlm. 16.
58
Soenarjo, Op.Cit., hlm. 11.
59
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta,
2005, hlm. 172.
60
Soenarjo, Op.Cit., hlm. 862.
39
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yaitu: (1)
keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (2) pemahaman atau
agama; (4) pengamalan, dalam arti bagaimana ajaran yang telah diimani,
dipahami dan dihayati atau diinternalisasikan oleh peserta didik itu mampu
sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta
bernegara.
61
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam Dari Paradigma Pengembangan, Manajemen
Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran , PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta,
2009, hlm. 310.
40
memiliki kaitan yang erat, sebagaimana dapat dilihat pada skema berikut:
ISLAM
(AL-QUR’AN DAN SUNNAH/HADIST
Gambar 2.2
Sistematika Ajaran Islam
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
62
Muhaimin., Op.Cit. hlm. 79.
63
Ibid., hlm. 79.
41
berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti dan moral
64
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi KBK, Kencana, Jakarta, 2006,
hlm. 30-32.
42
warga negara yang baik; 9) Belajar sepanjang hayat, dan 10) Perpaduan
C. Pembentukan Karakter
1. Pengertian Karakter
akhlak, dan atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi
66
positif, bukan netral. Sedangkan Karakter menurut Kamus Besar Bahasa
dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir,
65
Singh dan Mr. A.R. Agwan, Encyclopaedia of the Holy Qur’ân, Balaji Offset New
Delhi, 2000, hlm. 175
66
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2013, hlm. 76
67
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2008,
hlm. 876
43
olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau sekelompok
orang.
tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam
dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan
kebiasaan.
1) Pengembangan:
berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap
2) Perbaikan
bermartabat;
3) Penyaring
68
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,
2013, hlm. 36
44
69
Ibid., hlm. 37
45
c. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup
bermasyarakat yang tidak didasari leh nilai-nilai budaya yang diakui
masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian
makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota
masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan
masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam
pendidikan budaya dan karakter bangsa.
d. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus
dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan leh berbagai
satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan
nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga
negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah
sumber yang paling perasinal dalam pengembangan pendidikan budaya
dan karakter bangsa. 70
TABEL. 2. 1
71
DISKRIPSI NILAI KARAKTER
NILAI DESKRIPSI
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
Toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai rang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan rang lain yang berbeda
dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
70
Ibid., hlm. 38
71
Pusat Kurikulum. Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa , Puskur
Pedoman Sekolah, Jakarta, 2009, hlm. 9-10
46
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada rang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
18. Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Tentu, uraian diatas bukanlah harga mati. Sekolah dan guru dapat
dan materi bahasan suatu mata pelajaran. Meskipun demikian, ada 5 nilai
diri setiap siswa ada tiga tahapan strategi yang harus dilalui di antaranya:72
dalam kehidupan.
72
Abdul Majid &Andriyani Dian, Op.Cit., hlm. 109
48
menubuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai- nilai akhlak mulia.
c. Moral Doing/Learning to Do
jujur, disiplin, cinta, kasih, dan sayang, adil serta murah hati dan
73
seterusnya.
73
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,
2013, hlm. 36-37
49
siswa bukan hanya tahu tentang moral (karakter) atau moral knowing,
berikut:74
a. Pengajaran
b. Keteladanan
kelas, melainkan nilai itu juga tampil dalam diri sang guru, dalam
74
Amal M‟mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekola h,
DIVA press, Yogyakarta, 2011, hlm. 68
50
c. Menentukan Prioritas
yang akan ditawarkan kepada peserta didik sebagai bagian dari kierja
76
kelembagaan mereka.
d. Praktis Prioritas
e. Refleksi
merupakan hidup yang tidak layak dihayati. ‟ Tanpa ada usaha untuk
yang berinteraksi langsung kepada anak didik. Meskipun lima hal yang
karakter yang sangat dibutuhkan bangsa ini dimasa yang akan datang.
relevan. Bidang kajian yang akan diteliti pada penelitian ini adalah manajemen
77
Ibid., hlm. 69
52
hal-hal yang sama yang pada penelitian ini. Untuk memudahkan dalam
memahami bagian ini, maka peneliti menyajikannya dalam bentuk uraian dari
Tabel 2.2
78
Sukirman, Tesis. Manajemen Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Malang. Program Pascasarjana UIN Maulana Malik
Ibrahim, Malang, 2010.
53
79
Hidayatul Azizah,Tesis, Peran Manajemen MGMP dalam Meningkatkan Profesionalitas
Guru PAI di Kota Semarang. Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, Semaang, 2012.
54
Pendidikan Agama Islam, ada sejumlah syarat yang perlu dipenuhi. Hal ini
Pendidikan Agama Islam tidak begitu saja muncul tanpa bekal pengetahuan
80
Muhaimin. Op.Cit. hlm. 218.
55
terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan
beban belajarnya dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam
pelajaran tingkat SMP terdiri dari 40 menit tatap muka untuk Tugas
pustaka atau internet, tanya jawab, atau simulasi. Untuk sekolah yang
81
Ibid. hlm. 219.
82
Rohman, M. dan Amri, Sofan. Op.Cit. hlm. 73.
56
demonstrasi.
83
Ibid. hlm. 74.