Anda di halaman 1dari 9

Bahan Irigasi Saluran Akar

a. Bahan Irigasi Saluran Akar


Sejak dulu, berbagai bahan irigasi saluran akar dalam bentuk larutan telah
dikembangkan untuk memaksimalkan tindakan cleaning and shaping dalam perawatan
endodonti. Tentu saja dalam pengembangannya, suatu bahan irigasi harus memenuhi
beberapa kriteria - kriteria yang telah ditetapkan. Bahan irigasi yang ideal harus memiliki
beberapa sifat, yaitu:
 Memiliki sifat antimikroba.
 Tidak mengiritasi jaringan
 Memiliki kemampuan untuk melarutkan jaringan nekrotik
 Memiliki tingkat toksisitas yang rendah.
 Dapat menjadi pelumas yang baik (Memiliki tegangan permukaan yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalir ke wilayah yang tidak terjangkau.)
 Tidak toksik dan tidak mengiritasi jaringan sehat.
Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah mudah diperoleh, relatif murah,
mudah digunakan, mudah disimpan dan dapat disimpan cukup lama. Bahan irigasi memiliki
fungsi sebagai berikut:
 Bahan irigasi dapat melakukan fungsi fisik dan biologis. Bahan irigasi dapat
membersihkan sisa dentin dari saluran akar. Dengan demikian, sisa dentin tidak
tertinggal di dalam saluran akar.
 Instrumen tidak bekerja dengan baik di saluran yang kering sehingga dengan adanya
bahan irigasi dapat meningkatkan efektivitas dari instrumen.
 Bahan irigasi dapat melarutkan jaringan nekrosis.
 Bahan irigasi dapat membantu menghilangkan debris dari kanal aksesori dan kanalis
lateral yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan instrumen.
 Kebanyakan bahan irigasi memiliki aksi antibakteri.
Umumnya bahan irigasi yang sering digunakan pada perawatan saluran akar,yaitu :
 Alkali: Sodium hipoklorit 0,5-5,25%
 Agen Chelating: Ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA)
 Oksidator: Hidrogen peroksida, peroksida karbamid
 Agen antibakteri: Klorheksidin, Bisdequalinium asetat
Berbagai teknik irigasi saluran akar telah dikembangkan dalam ilmu endodonti hingga
saat ini. Secara garis besar, teknik irigasi saluran akar, yaitu secara manual. Teknik irigasi saluran
akar secara manual adalah teknik irigasi sederhana yang umumnya menggunakan syringe plastik
dan jarum yang dibengkokkanPrinsip dari teknik ini adalah menggunakan positive pressure dalam

aplikasinya. Jarum irigasi dibengkokkan menjadi sudut tumpul yaitu 30o dari titik tengah jarum
agar dapat mencapai saluran, baik pada gigi posterior maupun gigi anterior. Posisi jarum
hendaknya longgar di dalam kanal, hal ini bertujuan untuk memungkinkan pengaliran
kembali larutan untuk membawa debris dan menghindari penekanan larutan ke dalam
jaringan periapikal.Untuk mengurangi bahan irigasi yang berlebih dapat menggunakan sterile
gauge pack atau papper point. Pada kasus dimana saluran akar yang besar, tempatkan jarum
sampai resisten, kemudian tarik 2- 3mm dan depositkan cairan irigasi. Untuk mendapatkan
pembersihan yang efektif ukuran saluran akar harus 30 atau lebih. Bahan irigasi tidak boleh
melewati daerah apical.
Ukuran syringe plastik yang digunakan biasanya bervariasi antara 1-20 mL. Meskipun
syringe yang berkapasitas besar dapat menghemat waktu, namun operator sering merasakan
kesulitan dalam mengatur tekanan yang dikeluarkan. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-
hal yang tidak diinginkan, syringe bervolume kecil (1-5 mL) lebih disarankan dalam irigasi
saluran akar. Ukuran jarum yang biasanya digunakan adalah 25G, 27G dan 30G sesuai
dengan ukuran Organisasi Standar Internasional. Umumnya, ukuran jarum yang lebih kecil
lebih disukai karena penetrasi bahan irigasi ke bagian apeks lebih maksimal, namun
penggunaannya tetap harus berhati-hati agar tidak mengakibatkan bahan irigasi melewati
apikal.
Jenis-jenis bahan irigasi
1. Sodium Hipoklorit (NaOCl)
Dalam bidang kedokteran gigi, NaOCl mulai digunakan sebagai bahan irigasi saluran
akar pada awal tahun 1920-an. Sampai saat ini, NaOCl merupakan bahan irigasi yang paling
sering digunakan dalam perawatan saluran akar.
Konsentrasi sodium hipoklorit yang digunakan dalam perawatan saluran akar, telah
menjadi perdebatan panjang. Konsentrasi yang lebih tinggi menunjukkan efektivitas sodium
hipoklorit yang lebih besar sesuai dengan peningkatan konsentrasi. Beberapa penelitian
invitro menunjukkan larutan 5,25% NaOCl mampu mematikan kuman E.faecalis dalam
waktu 30 detik dan semua sel jamur dalam waktu 15 detik, dibandingkan dengan waktu 10-
30 menit yang diperlukan oleh larutan 2,5% dan 0,5% NaOCl. Penelitian in vivo lain
menunjukkan larutan sodium hipoklorit 2.5% yang ditahan selama 5 menit dalam saluran
akar, mampu membuat saluran akar menjadi steril. Ruddle CJ yang mengutip penelitian in
vivo yang dilakukan oleh Daughenbaugh dan Grey, menunjukkan larutan 5,25% NaOCl
mampu menembus, melarutkan dan membilas keluar jaringan organik dan debris dari seluruh
aspek saluran akar, baik ramifikasi besar maupun ramifikasi kecil.
Mekanisme kerja Sodium hipoklorit yaitu apabila ada suhu tubuh, reaktif klorin pada
larutan akuades membentuk hipoklorit (OCL-) dan asam hipoklorus (HOCL-). Adanya 5 %
klorin bebas pada sodium hipoklorit, dapat menyebabkan perubahan protein menjadi amino.
Hipoklorit dapat melarutkan jaringan karena bersifat basa kuat (pH 12). Untuk meningkatkam
efektivitasnya, 1 persen bikarbonat ditambahkan sebagai bahan buffering. Buffering
menyebabkan larutan menjadi tidak stabil, sehingga menyebabkan berkurangnya waktu kerja
sodium hipoklorit sehingga harus disimpan pada tempat yang gelap dan dingin.
Keuntungan Sodium hipoklorit, yaitu:
 Memiliki sifat antibakteri dan bleaching action.
 Dapat sebagai bahan pelumas saluran akar.
 Ekonomis.
 Mudah Diperoleh.
Kekurangan sodium hipklorit :
 Karena tegangan permukaan yang tinggi, kemampuannya untuk membasahi dentin
kurang.
 Dapat mengiritasi jaringan, dekstrusi periapikal, dapat mengakibatkan kerusakan
sel yang parah.
 Jika terjadi kontak dengan gingiva dapat menyebabkan radang gingiva memiliki bau dan
rasa yang kurang sedap.
 Uap natrium hipoklorit dapat mengiritasi mata.
 Dapat merusak instrumen

Gambar. Sodium Hypoclorit(NaOCl)


Cara Aplikasi NaOCL adalah:

1. Menggunakan jarum endo yang telah dibengkokkan

2. Kemudian larutan disemprotkan hati-hati tanpa tekanan

3. Larutan yang keluar di absorbsi dengan kasa


2. Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)

Ethylenediamine Tetra-Acetic Acid (EDTA) mulai digunakan sebagai bahan irigasi

sejak tahun 1957. Penggunaan EDTA efektif untuk mendemineralisasi permukaan dentin dan

menghilangkan smear layer, namun tidak efektif untuk menghilangkan debris organik dan

tidak memiliki efek antimikrobial. Oleh sebab itu, penggunaan EDTA sering dikombinasikan

dengan NaOCl yang dapat melarutkan jaringan pulpa dengan baik dan memiliki efek

antimikrobial. Namun, penggunaannya harus dilakukan secara terpisah karena EDTA sangat

reaktif terhadap NaOCl. Efek EDTA pada dentin bergantung pada konsentrasi larutan dan

lamanya waktu berkontak dengan dentin. EDTA efektif digunakan pada pH netral dan

konsentrasi yang umum dipakai dalam bidang endodonti adalah 17%. Waktu yang

direkomendasikan adalah irigasi dengan EDTA 17% selama 1 menit pada akhir prosedur

preparasi untuk menghilangkan smear layer. Dentin yang terpapar EDTA selama lebih dari

10 menit dapat menyebabkan dentin peritubular dan intratubular terkikis berlebihan.

Mekanisme aksi EDTA

Menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat ion metalik yang dibutuhkan

oleh bakteri untuk pertumbuhan. EDTA memiliki aksi yang terbatas. EDTA dapat membentuk

ikatan yang stabil dengan kalsium dan melarutkan dentin, akan tetapi ketika semua ion

pengikat telah bereaksi maka tercapai titik puncak keseimbangan sehingga mencegah

pelarutan dentin lebih lanjut.

Penggunaan EDTA:

 Memiliki sifat melarutkan dentin.

 Membantu dalam memperbesar saluran akar yang sempit.

 Memudahkan saat instrumentasi.

 Mengurangi waktu yang diperlukan saat melakukan debridement.


Gambar EDTA
3. Hidrogen peroksida (H2O2)

Hidrogen peroksida (H2O2) merupakan cairan asam lemah dengan pH 5.Pada

kedokteran gigi biasanya digunakan larutan dengan konsentrasi 3-5%. Hidrogen peroksida

amat beracun terhadap sel, bereaksi dengan gugus SH. Melalui kontak dengan enzim katalase

dan gluthation-peroxidase, H2O2 melepaskan On (onascent) yang menghasilkan buih bila

berkontak dengan jaringan vital, darah, atau pus (nanah). Pada irigasi saluran akar,

pembentukan buih ini dapat membersihkan sisa jaringan dan sisa dentin. Dengan terlepaskan

On (onascent) maka bakteri anaerob akan dihancurkan. Penggunaan larutan H2O2 3% diikuti

dengan larutan irigasi lainnya misal akuades, karena sisa oksigen peroksida dalam saluran

akar harus dinetralisir atau dihilangkan. Irigasi dilakukan secara berselang untuk

menghilangkan efek On (onascent) karena On yang terlepas dapat menyebabkan tekanan

yang membesar pada saluran akar yang menutup dan pembengkakan serta rasa sakit.

Hidrogen peroksida merupakan larutan yang terbentuk dari reaksi asam sulfat dan barium

peroksida. Hidrogen peroksida 3% apabila berinteraksi dengan darah, pus, serum, air liur dan

bahan organik lainnya akan menghasilkan H2O + Onascent.

Efek tersebut mengangkat kotoran dalam saluran akar.Berdasarkan penguraian senyawa

H2O2 menjadi H2O + Onascent. Onascent yang timbul bersifat sementara, selanjutnya akan

berubah menjadi O2. Gas oksigen yang terjadi akan menghasilkan gelembung udara

kemudian akan membantu pengeluaran kotoran secara efektif. Gas oksigen yang terbentuk

juga akan menghancurkan kuman anaerob beserta bahan yang dihasilkan. Hidrogen

peroksidase (H2O2) 3% tidak dapat menembus struktur gigi yang lebih dalam seperti tubuli

dentin dan saluran akar tambahan.Namun, hidrogen peroksidase (H2O2) 3% harus

dibersihkan dari kavitas gigi sebelum kavitas ditutup, karena evaluasi oksigen setelah

penutupan dapat mendorong kotoran dan mikroorganisme ke jaringan periapikal.Gas oksigen

yang terjebak dapat terbawa keluar menuju jaringan periapikal dan menimbulkan empisema

(pembengkakan pada bagian wajah).


Gambar. Hidrogen peroksida

4. Minosep (Klorheksidin (CHX)


Larutan ini bersifat basa kuat dan paling stabil dalam bentuk garam, yaitu klorheksidin
diglukonat. CHX merupakan antiseptik yang potensial, sehingga CHX 0,1% - 0,2% sering
digunakan untuk mengontrol pembentukan plak dalam rongga mulut. CHX juga
direkomendasikan sebagai bahan irigasi dan medikamen saluran akar karena bersifat
biokompatibel dan memiliki efek antimikrobial yang luas.Terlebih lagi, CHX sangat efektif
untuk melawan bakteri E.facealis yaitu salah satu bakteri patogen yang paling sering
ditemukan pada perawatan saluran akar yang gagal.
Chlorhexidine adalah spektrum agen antimikroba yang luas. Mekanisme antibakteri
klorheksidin terkait dengan struktur molekul kation bisbiguanide. Molekul kationik diserap
ke membran sel bagian dalam bermuatan negatif dan menyebabkan kebocoran komponen
intraselular. Pada konsentrasi rendah, bertindak sebagai bakteriostatik, sedangkan pada
konsentrasi yang lebih tinggi; menyebabkan koagulasi dan pengendapan sitoplasma oleh
karena itu CHX bertindak sebagai bakterisida. Selain itu, chlorhexidine memiliki sifat
substantivitas (Efek residu). 2 dan 0,2 persen chlorhexidine dapat menyebabkan aktivitas
antimikroba residual selama 72 jam, jika digunakan sebagai irigasi endodontik.
5. Minosep (Klorheksidin (CHX)
Larutan ini bersifat basa kuat dan paling stabil dalam bentuk garam, yaitu klorheksidin
diglukonat. CHX merupakan antiseptik yang potensial, sehingga CHX 0,1% - 0,2% sering
digunakan untuk mengontrol pembentukan plak dalam rongga mulut. CHX juga
direkomendasikan sebagai bahan irigasi dan medikamen saluran akar karena bersifat
biokompatibel dan memiliki efek antimikrobial yang luas.Terlebih lagi, CHX sangat efektif
untuk melawan bakteri E.facealis yaitu salah satu bakteri patogen yang paling sering
ditemukan pada perawatan saluran akar yang gagal.
Chlorhexidine adalah spektrum agen antimikroba yang luas. Mekanisme antibakteri
klorheksidin terkait dengan struktur molekul kation bisbiguanide. Molekul kationik diserap
ke membran sel bagian dalam bermuatan negatif dan menyebabkan kebocoran komponen
intraselular. Pada konsentrasi rendah, bertindak sebagai bakteriostatik, sedangkan pada
konsentrasi yang lebih tinggi; menyebabkan koagulasi dan pengendapan sitoplasma oleh
karena itu CHX bertindak sebagai bakterisida. Selain itu, chlorhexidine memiliki sifat
substantivitas (Efek residu). 2 dan 0,2 persen chlorhexidine dapat menyebabkan aktivitas
antimikroba residual selama 72 jam, jika digunakan sebagai irigasi endodontik.

Keuntungan dan Penggunaan


Solusi 2 persen digunakan sebagai irigasi di saluran akar.Solusi 0,2 persen dapat
digunakan dalam mengendalikan aktivitas plak. Hal ini lebih efektif pada bakteri gram
positif daripada gram negatif

Kekurangan
 Hal ini tidak dianggap sebagai irigasi utama dalam standar terapi endodontik.
 Hal ini dapat melarutkan sisa-sisa jaringan nekrotik.
 Hal ini kurang efektif pada gram negatif dari pada gram positif

Gambar. CHX

Anda mungkin juga menyukai