Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/284752593

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TERHADAP DPPH DAN IDENTIFIKASI


GOLONGAN SENYAWA AKTIF EKSTRAK KASAR MIKROALGA Chlorella sp.
HASIL KULTIVASI DALAM MEDIUM EKSTRAK TAUGE

Article · March 2013


DOI: 10.18860/al.v0i0.2890

CITATIONS READS

2 1,651

4 authors, including:

Ahmad Ghanaim Fasya


Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
25 PUBLICATIONS   22 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Monolith organic View project

All content following this page was uploaded by Ahmad Ghanaim Fasya on 18 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ALCHEMY, Vol. 2 No. 3 Oktober 2013, hal 150 - 204

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TERHADAP DPPH DAN IDENTIFIKASI


GOLONGAN SENYAWA AKTIF EKSTRAK KASAR MIKROALGA Chlorella sp.
HASIL KULTIVASI DALAM MEDIUM EKSTRAK TAUGE

Siti Khairul Bariyyah, A. Ghanaim Fasya, Munirul Abidin, A. Hanapi


Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

ABSTRACT

Chlorella sp. is one of the low-level plants that have the potential to be utilized, as stated in al Quran
surah asy Syu’ara: 7. Chlorella sp. is one species of microalgae containing antioxidant compound, such as
flavonoid, tanin, phenolic compound, terpenoid, chlorophyll and karotenoid. Purpose this research was to
determine potential antioxidant activity and active compound of Chlorella sp.
Chlorella sp. was cultivated in Tauge Extract Medium (TEM) 4 % and harvesting at 10th day. Extraction
of Chlorella sp. was estimated by maceration method using two variationsolvent, methanol and ethyl acetate.
Antioxidant activity of crude extract Chlorella sp. wasestimated by DPPH assay with spectrofotometryUV-Vis.
Identification of active compound was estimated by phytochemical reagent assay, as alkaloid, flavonoid, steroid,
triterpenoid, tanin, and ascorbic acid.
The result showed that the highest number of cells (4,6 x 105 cell/mL) when Chlorella sp. cultivation in
TEM occured at 10th day. The rendemen of methanol and ethyl acetate extract of Chlorellasp. as follows7,001 %
and 3,673 %. EC50 value of methanol and ethyl acetate extract Chlorellasp. were 18,610 ppm and 27,320 ppm.
The identification result of active compound of crude extract Chlorellasp. showed that methanol extract contains
steroid, tannin, and ascorbic acid, while ethyl acetate extract contains tannin and ascorbic acid.

Keywords : Chlorella sp., Tauge Extract Medium, Antioxidant, DPPH

ABSTRAK

Chlorella sp. merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang mempunyai potensi untuk
dimanfaatkan, sebagaimana Firman Allah Swt. dalam al-Quran surat asy Syu’ara ayat 7. Chlorella sp. termasuk
dalam spesies mikroalga dari kelompok Chlorophyta yang mengandung senyawa yang berpotensi sebagai
antioksidan seperti flavonoid, tanin, senyawa fenolik, terpenoid, klorofil dan karotenoid. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui potensi aktivitas antioksidan dan golongan senyawa aktif dari Chlorella sp. yang
ditumbuhkan dalam Medium Ekstrak Tauge (MET).
Chlorella sp. dikultivasi dalam MET 4 % dan pemanenan dilakukan pada hari ke-10. Ekstraksi Chlorella
sp. dilakukan dengan metode maserasi menggunakan dua variasi pelarut yaitu metanol dan etil asetat. Aktivitas
antioksidan ekstrak kasar Chlorella sp. dilakukan dengan uji DPPH secara spektrofotometri sinar tampak.
Identifikasi golongan senyawa aktif dilakukan dengan menggunakan uji reagen secara kualitatif yang meliputi
alkaloid, flavonoid, steroid, triterpenoid, tanin, dan asam askorbat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan sel tertinggi (4,6 x 105 sel/mL) saat kultivasi Chlorella
sp. dalam MET terjadi pada hari ke-10. Rendemen dari ekstrak metanol dan ekstrak etil asetat Chlorellasp.
berturut-turut adalah 7,001 % dan 3,673 %. Ekstrak metanol Chlorella sp. mempunyai aktivitas antioksidan yang
kuat dengan nilai EC50 sebesar 18,610 ppm, begitu juga dengan ekstrak etil asetat yang mempuyai nilai EC50
sebesar 27,320 ppm. Hasil identifikasi golongan senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak kasar Chlorella
sp. menunjukkan bahwa ekstrak metanol mengandung steroid, tanin dan asam askorbat, sedangkan ekstrak etil
asetat mengandung tanin dan asam askorbat.

Kata kunci : Chlorella sp., MET, Antioksidan, DPPH

I. PENDAHULUAN mempunyai batang, akar, dan daun


Chlorella sp. merupakan tumbuhan sebenarnya. Chlorella sp. tumbuh di air
ganggang hijau bersel tunggal, hidup tawar, air payau, dan air asin. Beberapa
menyendiri atau berkelompok, tidak keunggulan mikroalga Chlorella sp.,
195
ALCHEMY, Vol. 2 No. 3 Oktober 2013, hal 195 - 204

diantaranya berkembang biak dengan cepat, nutrient organik seperti karbohidrat,


mudah dalam membudidayakannya protein, vitamin dan lemak yang
(Sidabutar, 1999) karena hidupnya tidak dibutuhkan sebagai sumber energi bagi
tergantung musim, tidak memerlukan pertumbuhan mikroalga. Selain itu, media
tempat yang luas dan tidak memerlukan perlakuan MET ini juga mengandung
waktu yang lama untuk memanennya makronutrient anorganik seperti K, P, Ca,
(Borowitzka, 1988), keseluruhan organnya Mg, dan Na yang dibutuhkan oleh sel
dapat dimanfaatkan, mengandung senyawa mikroba sebagai komponen penyusun sel,
pemacu pertumbuhan. Selain itu, Chlorella sedangkan mikronutrien seperti Fe, Zn, Mn,
sp. mengandung berbagai nutrien seperti dan Cu dibutuhkan oleh sel sebagai
protein, karbohidrat, asam lemak tak jenuh, kofaktor enzim dan sebagai komponen
vitamin, enzim (Kawaroe, 2008), klorofil a, pembentuk klorofil (Richmond, 2006).
klorofil b, serta karotenoid. Klorofil dan Dilaporkan bahwa senyawa-senyawa dalam
karotenoid ini dapat berfungsi sebagai media kultur juga akan mengefektifkan
antioksidan. fotosintesis pada mikroalga. Fotosintesis
Antioksidan merupakan senyawa yang berlangsung efektif akan
yang dapat menghambat reaksi oksidasi, mempengaruhi produk yang dihasilkan
dengan mengikat radikal bebas dan molekul (Wulandari, dkk., 2010). Selain itu, setiap
yang sangat reaktif (Winarsi, 2007). jenis media kultur memberikan pengaruh
Keberadaan antioksidan dapat melindungi berbeda terhadap kualitas kandungan
tubuh dari berbagai penyakit degeneratif mikroalga (Carolina, 1995).
dan kanker, serta membantu menekan
proses penuaan/ antiaging (Tapan, 2005). II. METODE PENELITIAN
Saat ini antioksidan yang umum digunakan Lokasi dan Waktu Penelitian
merupakan antioksidan sintetik diantaranya Penelitian ini dilaksakan di
Butylated hydroxyanisole (BHA), Butylated Laboratorium Kimia Organik,
hydroxytoluene (BHT), Propylgallate (PG) Laboratorium Bioteknologi Jurusan Kimia
dan Tert-Butylhydroquinone (TBHQ) dan Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi
(Sherwin, 1990). Akan tetapi, senyawa Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
tersebut dicurigai dapat menyebabkan Malik Ibrahim Malang pada bulan Maret –
keracunan dan efek karsinogenik (Grillo Mei 2013.
dan Gulout, 1995; Safer an Nughamish, Alat
1999; Shanab, 2007). Oleh karena itu, Seperangkat alat gelas, cawan
pengembangan serta pemanfaatan porselen, shaker, oven, desikator, rotary
antioksidan yang lebih efektif dan berasal evaporator vacuum, kuvet, inkubator, pipet
dari alam penting untuk dilakukan (Oktay, tetes, aluminium foil, neraca analitik,
et al., 2003). sentrifuse, spektronik 20+, dan
Pengujian aktivitas antioksidan spektofotometer UV-Vis Varian Carry.
mikroalga Chlorella sp. yaitu pada ekstrak Bahan
biomassa. Oleh karena itu, Chlorella sp.
Isolat mikroalga Chlorella sp. dari
dikultivasi terlebih dahulu dalam media
Laboratorium Ekologi Universitas Maulana
kultur. Media yang digunakan dalam
Malik Ibrahim Malang. Bahan-bahan lain
penelitian ini adalah Medium Ekstrak
yang digunakan adalah metanol p.a., etil
Tauge (MET). MET ini merupakan salah
asetat p.a., tauge (kacang hijau), akuades,
satu media alami untuk pertumbuhan
larutan DPPH, kloroform, anhidrida asetat,
mikroalga. Tauge kacang hijau merupakan
asam sulfat pekat, serbuk Mg, HCl 37 %,
jenis sayuran yang umum dikonsumsi,
HCl 2 %, reagen Dragendorff, reagen
mudah diperoleh, ekonomis, dan tidak
Mayer, FeCl3 1 %, larutan gelatin, kalium
menghasilkan senyawa yang berefek toksik.
permanganat, vitamin C, dan BHT.
Media perlakuan MET mengandung
196
ALCHEMY, Vol. 2 No. 3 Oktober 2013, hal 150 - 204

Metode Penelitian menit, kemudian dimasukkan dalam


A. Kultivasi Mikroalga Chlorella sp. desikator dan ditimbang. Selanjutnya,
1. Sterilisasi Alat dipanaskan kembali dalam oven 30 menit,
didinginkan dalam desikator dan ditimbang
Ditutup alat-alat yang akan
kembali hingga berat konstan. Kadar air
disterilkan dengan alumunium foil.
dihitung menggunakan rumus berikut :
Dimasukkan ke dalam autoklaf dan diatur
pada suhu 121 oC dengan tekanan 15 psi (b - c)
(per square inchi). Sterilisasi dilakukan Kadar air = × 100%
b-a
untuk alat selama 30 menit (Hidayat, 2009). Dimana :
2. Pembuatan Medium Ekstrak Tauge a = bobot cawan kosong
Pembuatan medium ekstrak tauge b = bobot sampel + cawan sebelum
diawali dengan pembuatan larutan stok dipanaskan
MET yaitu 100 gram tauge direbus dalam c = bobot cawan + sampel setelah
500 mL akuades yang mendidih selama 1 dipanaskan
jam hingga volume ekstrak 200 mL.
Medium ekstrak tauge dibuat dengan cara C. Preparasi Sampel
melarutkan ekstrak tauge ke dalam akuades Sampel biomassa Chlorella sp. basah
dengan masing-masing konsentrasi 4 % diambil seluruhnya kemudian
(Prihantini, dkk., 2005). dikeringanginkan pada suhu ruang selama
3. Kultivasi Chlorella sp. dalam Media 12 jam. Selanjutnya dilakukan ekstraksi
Ekstrak Tauge pada sampel biomassa kering yang
diperoleh.
Sebanyak 100 ml isolat Chlorella sp.
diinokulasikan ke dalam masing-masing
D. Ekstraksi Senyawa Aktif Mikroalga
600 mL MET dalam erlenmeyer 1000 mL
yang ditempatkan pada rak kultur yang Chlorella sp.
telah dilengkapi dengan pencahayaan Biomassa Chlorella sp. kering
menggunakan lampu TL 36 watt (intensitas diambil 50 gram kemudian dimaserasi
cahaya 1000 – 4000 lux) dan masing-masing dengan pelarut metanol dan
fotoperiodisitas 14 jam terang dan 10 jam etil asetat sebanyak 250 mL selama 24 jam
gelap selama 10 hari (Prihantini, dkk., dengan dishaker selama 5 jam. Maserasi
2005). dilakukan tiga kali. Setelah itu dipisahkan
4. Pemanenan Biomassa Chlorella sp. antara filtrat dengan residu menggunakan
Media kultur Chlorella sp. corong buchner. Filtrat yang diperoleh
disentrifuse selama 15 menit dengan dipekatkan dengan rotary evaporator
kecepatan 3000 rpm. Biomassa Chlorella vacuum hingga diperoleh ekstrak pekat
sp. dipisahkan dari supernatannya. metanol dan etil asetat.

B. Penentuan Kadar Air E. Uji Aktivitas Antioksidan dengan


Cawan yang akan digunakan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)
dipanaskan dahulu dalam oven pada suhu 1. Penentuan Panjang Gelombang
100–105 °C selama 15 menit, kemudian Maksimum
cawan disimpan dalam desikator 10 menit, Larutan DPPH 0,5 mM sebanyak 5
selanjutnya ditimbang dan dilakukan mL dimasukkan dalam kuvet hingga penuh.
perlakuan yang sama hingga diperoleh berat Dicari λmaks larutan dan dicatat hasil
cawan yang konstan. Biomassa Chlorella pengukuran λmaks untuk digunakan pada
sp. ditimbang 1 mg kemudian dimasukkan tahap selanjutnya (Hanani, dkk., 2005).
ke dalam cawan dan dikeringkan di dalam 2. Penentuan Waktu Kestabilan
oven pada suhu 100 – 105 ºC selama 30 Pengukuran Antioksidan
197
ALCHEMY, Vol. 2 No. 3 Oktober 2013, hal 195 - 204

Larutan ekstrak 30 ppm dipipet cincin kecoklatan atau violet pada


sebanyak 6,75 mL. Ditambahkan larutan perbatasan dua pelarut menunjukkan
DPPH 0,5 mM sebanyak 2,25 mL, adanya triterpenoid.
kemudian dicari waktu kestabilan tanpa 2. Uji Flavonoid
inkubasi dan setelah inkubasi pada suhu 37 Ekstrak dilarutkan dalam 1 – 2 mL
ºC dan rentangan waktu 5 – 100 menit metanol panas 50 %, kemudian ditambah
dengan interval 5 menit. Sampel diukur logam Mg dan 0,5 mL HCl pekat. Senyawa
pada λmaks yang telah diketahui pada tahap flavonoid akan menimbulkan warna merah
sebelumnya. atau jingga.
3. Pengukuran Potensi Antioksidan Pada 3. Uji Alkaloid
Sampel Ekstrak kasar ditambah 0,5 mL HCl
Sampel ekstrak dilarutkan dalam 2 %, selanjutnya larutan dibagi dalam dua
pelarutnya dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, tabung. Tabung I ditambahkan 2 – 3 tetes
25, dan 30 ppm. Ekstrak masing-masing reagen Dragendorff, tabung II ditambahkan
konsentrasi dipipet 6,75 mL dan 2 – 3 tetes reagen Mayer. Jika tabung I
ditambahkan 2,25 mL DPPH 0,5 mM terbentuk endapan jingga dan pada tabung
kemudian diinkubasi dengan suhu 37 oC II terbentuk endapan kekuning-kuningan
pada waktu kestabilan yang diperoleh pada menunjukkan adanya alkaloid.
tahap sebelumnya, kemudian diukur 4. Uji Tanin
absorbansinya menggunakan  Uji dengan FeCl3
spektrofotometer UV-Vis pada panjang Ekstrak ditambahkan dengan 2 – 3
gelombang 518,0 nm. Data absorbansinya tetes larutan FeCl3 1 %. Jika larutan
yang diperoleh dari tiap konsentrasi menghasilkan warna hijau kehitaman atau
masing-masing ekstrak dihitung nilai biru tua, maka mengandung tanin.
persen (%) aktivitas antioksidannya
 Uji dengan Larutan Gelatin
(Arindah, 2010):
A kontrol–A sampel
Ekstrak ditambah dengan larutan
Aktivitas =( ) × 100% gelatin. Jika terbentuk endapan putih,
antioksidan Akontrol
menunjukkan adanya tanin.
Selanjutnya, dihitung nilai EC50 nya 5. Uji Asam Askorbat
dengan memperoleh persamaan regresi Masing-masing ekstrak dilarutkan
menggunakan program “GraphPad prism5 dalam akuades kemudian ditambahkan
software, Regression for analyzing dose- larutan KMnO4 0,1 %. Jika terbentuk warna
response data”. cokelat maka menunjukkan adanya asam
Kontrol yang digunakan yaitu larutan askorbat.
DPPH 0,5 mM dalam metanol p.a.
Pembanding BHT dan asam askorbat G. Analisis Data
(Vitamin C) diperlakukan seperti sampel. Analisis data dilakukan dengan
menghitung persen (%) aktivitas
F. Identifikasi Golongan Senyawa Aktif antioksidan yang diperoleh dari data
Secara Kualitatif absorbansi kemudian dilakukan perhitungan
1. Uji Triterpenoid dan Steroid nilai EC50 dengan menggunakan persamaan
Ekstrak kasar diambil dan dilarutkan regresi yang menyatakan hubungan antara
dengan kloroform sebanyak 0,5 mL, lalu konsentrasi ekstrak (x) dengan persen (%)
ditambah dengan 0,5 mL anhidrida asetat. aktivitas antioksidan (y). Sampel yang
Selanjutnya ditambah dengan 1 – 2 mL mempunyai nilai EC50 terendah
H2SO4 pekat melalui dinding tabung menunjukkan bahwa sampel tersebut
tersebut. Warna hijau kebiruan memiliki kemampuan sebagai antioksidan
menunjukkan adanya steroid, jika berupa yang tinggi.

198
ALCHEMY, Vol. 2 No. 3 Oktober 2013, hal 150 - 204

III. HASIL DAN PEMBAHASAN terjadinya pemanfaatan nutrien (unsur hara)


A. Kultivasi Mikroalga Chlorella sp. yang terkandung dalam MET oleh sel-sel
Kultivasi Chlorella sp. dilakukan Chlorella sp. Begitu juga kesesuaian faktor
dalam Medium Ekstrak Tauge (MET) cahaya, temperatur, dan pH yang digunakan
menggunakan erlenmeyer 1000 mL. MET mendukung penyerapan nutrien oleh sel-sel
merupakan salah satu sumber media alami Chlorella sp.
yang dapat digunakan untuk media
pertumbuhan mikroalga (Prihantini, dkk.,
2005). MET mengandung unsur makro dan
mikro, vitamin, mineral serta asam amino
yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
mikroalga. Unsur hara yang terkandung
Kultur hari ke-0 Kultur hari ke-5 Kultur hari ke-10
dalam MET seperti K, P, Fe, Na, dan K,
sedangkan vitamin yang terkandung dalam Gambar 1. Warna kultur Chlorella sp. pada
media tersebut diantaranya karoten, hari berbeda
thiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin C
(Persagi, 2009). Pertumbuhan mikroalga pada kultur
Chlorella sp. dikultur dalam MET juga ditandai dengan bertambah besarnya
selama 10 hari dengan fotoperiodisitas 14 ukuran sel atau bertambah banyaknya
jam terang dan 10 jam gelap. Cahaya jumlah sel. Pertumbuhan Chlorella sp. yang
mempunyai peranan yaitu sebagai sumber dikultivasi dalam MET pada penelitian ini
energi dalam proses fotosintesis. memiliki pola pertumbuhan yang dimulai
Penyinaran dengan lampu TL selama kultur dari fase eksponensial, fase stasioner, dan
digunakan sebagai pengganti cahaya fase kematian. Fase eksponensial dimulai
matahari agar sel Chlorella sp. dapat dari hari ke-0 sampai hari ke-8, fase
melakukan proses fotosintesis. stasioner terjadi pada hari ke-8 sampai hari
Temperatur selama kultivasi ke-11 dan fase kematian setelah hari ke-11
Chlorella sp. menggunakan temperatur sampai hari ke-15. Pola pertumbuhan
ruang (biasanya berkisar antara temperatur Chlorella sp. tidak mengalami fase lag. Hal
25 – 30 ºC). Kondisi temperatur tersebut ini terjadi karena Chlorella sp. yang
merupakan kisaran temperatur yang baik diinokulasikan tersebut diambil dari fase
untuk pertumbuhan mikroalga termasuk eksponensial sehingga tidak mengalami
Chlorella sp. karena untuk pertumbuhan fase lag. Salah satu faktor yang menentukan
mikroalga yang optimal digunakan lamanya fase adaptasi adalah umur kultur
temperatur 15 – 30 ºC (De La Nouve dan yang digunakan sebagai inokulum. Fase
De Pauw, 1988). adaptasi akan menjadi lebih singkat atau
Derajat keasaman (pH) pada kultur bahkan tidak terlihat apabila sel-sel yang
Chlorella sp. selama kultivasi berkisar 7 – diinokulasikan berasal dari kultur yang
7,2. Kisaran pH ini berada pada kisaran pH berada dalam fase eksponensial. Fase
yang sesuai untuk pertumbuhan mikroalga adaptasi tidak terlihat secara jelas pada
yaitu 4,5 – 9,3 (Prihantini, dkk., 2005). media perlakuan kemungkinan juga
Selama kultivasi terjadi perubahan disebabkan sel-sel yang diinokulasikan
warna kultur pada media perlakuan yang cepat beradaptasi terhadap media kultur
semula berwarna hijau kekuningan menjadi yang baru, mampu tumbuh dan membelah
hijau tua seperti pada Gambar 1. Warna dengan cepat (Prihantini, dkk., 2005).
hijau dari kelima media relatif sama.
Perubahan warna kultur ini diasumsikan B. Pemanenan Mikroalga Chlorella sp.
juga diikuti dengan peningkatan kepadatan Pemanenan Chlorella sp. dilakukan
sel Chlorella sp. yang menandakan pada fase stasioner. Fase stasioner

199
ALCHEMY, Vol. 2 No. 3 Oktober 2013, hal 195 - 204

merupakan tahap pertumbuhan yang D. Preparasi Sampel


konstan dimana laju reproduksi sama Preparasi sampel pada mikroalga
dengan laju kematian. Meskipun pada fase Chlorella sp. dilakukan dengan cara
stasioner nutrien semakin berkurang, tetapi pengeringan biomassa hasil kultur.
pembelahan sel masih dapat berlangsung. Pengeringan biomassa mikroalga Chlorella
Hal ini disebabkan sel memiliki cadangan sp. dilakukan dengan cara dikeringanginkan
energi sehingga masih dapat menggunakan pada suhu ruang selama 12 jam
komponen tersebut untuk melakukan menggunakan kipas angin. Hembusan kipas
pertumbuhan dan mempertahankannya angin yang dihasilkan kipas angin tidak
meski sangat rendah (Schlegel, 1994). Pada menimbulkan panas dan dapat membawa
fase stasioner juga terjadi metabolisme uap air yang lebih besar daripada
sekunder yang merupakan keseluruhan pengeringan AC dan blowerheat, sehingga
proses sintesis dan perombakan produk proses pengeringan berlangsung lebih cepat
metabolit primer (Herbert, 1995). Selain sebelum terjadinya kerusakan bahan
itu, terjadi penumpukan produk beracun (Sopyan, 2001).
dan kehabisan nutrien, serta menghasilkan Hasil yang diperoleh dari proses
komponen-komponen (metabolit sekunder) pengeringan ini menunjukkan bahwa dari
yang berfungsi untuk pertahanan hidup. 400 gram biomassa basah didapatkan
Contoh produk senyawa metabolit sekunder biomassa kering sebesar 55 gram, yang
seperti senyawa fenol, alkaloid, triterpenoid berwarna hijau pekat.
(Yudha, 2008).
Pemanenan Chlorella sp. dilakukan E. Ekstraksi Senyawa Aktif Mikroalga
pada fase stasioner yaitu pada hari ke-10.
Chlorella sp.
Hal ini karena pada hari tersebut,
pertumbuhan Chlorella sp. mencapai Ekstraksi Chlorella sp. dilakukan
kepadatan sel tertinggi yang ditandai dengan metode maserasi menggunakan dua
dengan kultur yang berwarna hijau tua variasi pelarut yang berbeda kepolarannya,
dengan jumlah sel 4,6 x 106 sel/mL. Proses yaitu metanol (polar) dan etil asetat
pemanenan Chlorella sp. dilakukan dengan (semipolar). Maserasi ini digunakan karena
cara mengumpulkan biomassa dan filtrat prosesnya mudah, sederhana, dan tidak
dalam wadah botol. Filtrat dan biomassa menggunakan suhu tinggi yang
dari hasil pemanenan dipisahkan dimungkinkan dapat merusak senyawa aktif
menggunakan sentrifuse dengan kecepatan pada mikroalga Chlorella sp.
3000 rpm selama 15 menit. Teknik Hasil rendemen ekstrak metanol dan
pemisahan biomassa dan filtrat dengan etil asetat ditunjukkan pada Tabel 2.
menggunakan sentrifuse merupakan salah
Tabel 2. Rendemen Ekstrak Chlorella sp.
satu cara yang efisien (Volshak, 1990).
Rendemen Warna Ekstrak
Pelarut
(%)(b/b) Pekat
C. Analisis Kadar Air Metanol 7,001 Hijau tua pekat
Penentuan kadar air dilakukan Etil asetat 3,673 Hijau tua
dengan menguapkan sampel dalam oven kecoklatan
pada suhu 100 – 105 ºC. Kadar air dari
biomassa Chlorella sp. ditunjukkan pada Rendemen ekstrak metanol lebih
Tabel 1. besar daripada etil asetat, hal ini karena
pelarut metanol yang bersifat polar lebih
Tabel 1. Kadar air biomassa Chlorella sp. banyak mengekstrak senyawa aktif daripada
Biomassa Kadar Air (%) pelarut etil asetat yang bersifat semipolar.
Basah 93,046 Metanol merupakan pelarut polar yang
Kering 12,036 sering digunakan karena penetrasi ke dalam
dinding sel lebih efisien sehingga
200
ALCHEMY, Vol. 2 No. 3 Oktober 2013, hal 150 - 204

menghasilkan metabolit sekunder lebih


banyak. Hal ini menyebabkan maserasi
dengan pelarut metanol akan
mengahasilkan ekstrak dengan kandungan
metabolit sekunder lebih banyak dan
beragam.

F. Uji Aktivitas Antioksidan dengan


DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)
1. Penentuan Panjang Gelombang Gambar 3. Penentuan waktu kestabilan
Maksimum ekstrak etil asetat
Hasil penentuan panjang gelombang
DPPH 0,5 mM diperoleh panjang 3. Pengukuran Potensi Antioksidan pada
gelombang maksimum sebesar 518,0 nm. Mikroalga Chlorella sp.
2. Penentuan Waktu Kestabilan Uji kuantitatif potensi antioksidan
Pengukuran Antioksidan pada ekstrak Chlorella sp. dalam penelitian
Pengukuran waktu kestabilan ini dilakukan dengan uji DPPH secara
dilakukan untuk mengetahui waktu sampel spekrofotometri sinar tampak. Metode ini
dan DPPH sudah bereaksi secara stabil didasarkan pada perubahan warna radikal
yang ditunjukkan dengan tidak adanya lagi DPPH. Perubahan warna tersebut
penurunan absorbansi. Setiap senyawa disebabkan oleh reaksi antara radikal bebas
memiliki waktu kestabilan yang berbeda DPPH dengan satu atom hidrogen yang
untuk dapat bereaksi secara sempurna dilepaskan senyawa yang terkandung dalam
(Brand dan William, 1995). bahan uji untuk membentuk senyawa 1,1-
Penentuan waktu kestabilan pada diphenyl-2-picrylhydrazin yang berwarna
ekstrak metanol dan ekstrak etil asetat kuning. Pada metode ini absorbansi yang
dilakukan tanpa inkubasi dan dengan diukur adalah absorbansi larutan DPPH sisa
inkubasi pada suhu 37 ºC selama 5 – 100 yang tidak bereaksi dengan senyawa
menit dengan interval 5 menit. Hasil antioksidan (Josephy, 1997).
penentuan waktu kestabilan menunjukkan Pengujian aktivitas antioksidan pada
bahwa sampel yang ditambahkan dengan ekstrak metanol dan etil asetat Chlorella sp.
DPPH dengan inkubasi memiliki nilai yaitu dengan variasi konsentrasi 5, 10, 15,
absorbansi yang lebih stabil dibandingkan 20, 25, dan 30 ppm, selanjutnya diukur
tanpa inkubasi. Grafik penentuan waktu serapannya pada panjang gelombang 518,0
kestabilan ekstrak metanol dan etil asetat nm dengan waktu kestabilan yang telah
setelah ditambah larutan DPPH ditunjukkan didapatkan pada masing-masing ekstrak.
pada Gambar 2 dan Gambar 3. Parameter yang digunakan untuk
mengetahui potensi antioksidan dalam
ekstrak Chlorella sp. yaitu persen (%)
aktivitas antioksidan dan nilai EC50. EC50
dapat didefinisikan sebagai konsentrasi
larutan sampel yang akan menyebabkan
reduksi terhadap aktivitas DPPH sebesar 50
%. Semakin kecil nilai EC50 maka aktivitas
antioksidannya semakin tinggi (Molyneux,
2004). Data hasil % aktivitas antioksidan
Gambar 2. Penentuan waktu kestabilan dan nilai EC50 ditunjukkan pada Tabel 3.
ekstrak metanol

201
ALCHEMY, Vol. 2 No. 3 Oktober 2013, hal 195 - 204

Tabel 3. Persen aktivitas antioksidan dan nilai EC50 ekstrak Chlorella sp. dan
pembanding
N % aktivitas antioksidan Nilai
Sampel
o 5 ppm 10 ppm 15 ppm 20 ppm 25 ppm 30 ppm EC50(ppm)
1 Ekstrak Metanol 5,784 6,041 9,590 69,690 85,383 90,139 18,610
2 Ekstrak etil asetat 5,927 7,373 7,404 8,218 15,358 85,580 27,320
3 Asam askorbat 67,620 92,744 95,056 96,190 96,744 96,795 3,527
4 BHT 39,460 66,247 77,674 86,498 89,823 89,879 6,552
Steroid akan mengalami dehidrasi dengan
Ekstrak mikroalga Chlorella sp. penambahan asam kuat dan menghasilkan
fraksi metanol dan etil asetat memiliki produk oksidasi yang memberikan reaksi
potensi antioksidan yang kuat, walaupun warna hijau kebiruan. Hasil identifikasi
lebih rendah jika dibandingkan dengan menunjukkan bahwa ekstrak metanol
antioksidan asam askorbat dan BHT. Chlorella sp. mengandung steroid yang
ditandai dengan terbentuknya warna hijau
G. Uji Fitokimia Ekstrak Chlorella sp. kebiruan.
dengan Reagen
Uji fitokimia dilakukan untuk 2. Tanin
mengetahui kandungan senyawa aktif pada Uji fitokimia adanya senyawa tanin
tanaman. Uji fitokimia pada penelitian ini dalam ekstrak Chlorella sp. menggunakan
dilakukan terhadap ekstrak metanol dan uji dengan FeCl3 dan uji dengan larutan
ekstrak etil asetat Chlorella sp. Hasil uji gelatin. Uji fitokimia pertama yaitu
fitokimia mikroalga Chlorella sp. menambah ekstrak dengan larutan FeCl3
ditunjukkan dalam Tabel 4. sebagai reagen, hasil positif ditunjukkan
Tabel 4. Hasil pengamatan uji fitokimia ekstrak
dengan perubahan warna menjadi hijau
mikroalga Chlorella sp. kehitaman atau biru tua. Sedangkan uji
Hasil Pengujian fitokimia kedua yaitu menambahkan gelatin
N Golongan
Ekstrak
Ekstrak ke dalam ekstrak dan ditunjukkan dengan
o Senyawa Etil adanya endapan putih.
Metanol
asetat
Uji fitokimia dengan penambahan
Alkaloid - -
1 Flavonoid - - FeCl3 menunjukkan hasil negatif karena
2 Steroid + - tidak terbentuk warna hijau kehitaman/biru
3 Triterpenoid - - tua.Uji fitokimia dengan penambahan
4 Tanin gelatin menunjukkan hasil positif yang
5 - FeCl3 - -
ditunjukkan dengan adanya endapan putih.
- gelatin + +
Asam askorbat + + Uji fitokimia tanin dengan
6 penambahan FeCl3 menunjukkan hasil
negatif sedangkan dengan penambahan
Keterangan : tanda (+) : terkandung
gelatin menunjukkan hasil positif. Hal ini
senyawa/warnamuda
tanda (–) : tidak terkandung diduga karena senyawa tanin yang
senyawa/tidak terbentuk warna terkandung dalam ekstrak masih dalam
bentuk glikosidanya sehingga sulit
1. Steroid berikatan dengan ion logam (mengkelat ion
Uji yang digunakan untuk logam). Akan tetapi, dengan penambahan
mengidentifikasi adanya golongan senyawa gelatin semua tanin menimbulkan endapan
steroid pada ekstrak kasar Chlorella sp. sedikit atau banyak (Harborne, 1987). Hal
yaitu menggunakan reaksi Liebermann- ini dikarenakan, meskipun masih dalam
Burchard (anhidrida asetat-H2SO4 pekat) bentuk glikosidanya, tanin masih mampu
yang menghasilkan warna hijau biru.
202
ALCHEMY, Vol. 2 No. 3 Oktober 2013, hal 150 - 204

untuk berinteraksi dengan gelatin melalui Sherwin, F.R., 1990. Antioxidant. In: Food
ikatan hidrogen. Additive (ed. Branen R). New York:
Marcel Dekker.
3. Asam Askorbat Grillo, C.A. and F.N. Dulout. 1995.
Cytogenetic Evaluation of Butylated
Ekstrak metanol dan ekstrak etil Hydroxytoluene. Mutat. Res., (345) :
asetat positif mengandung asam askorbat 73–85.
yang ditunjukkan dengan terbentuknya Safer, A.M. dan A.L. Nughamish. 1999.
warna coklat. Hal ini didukung bahwa asam Hepatotoxicity Induced by the
askorbat bersifat polar sehingga akan larut Antioxidant Food Additive Butylated
dalam senyawa polar maupun semipolar. Hydroxytoluene (BHT) in Rats: An
Electron Microscopical Study. Histol.
IV. KESIMPULAN Histopathol., XIV: 391–406.
Shanab, S.M.M.. 2007. Antioxidant and
Aktivitas antioksidan ekstrak
Antibiotic Activities of Some Seaweeds
Chlorella sp. terhadap DPPH (1,1-diphenyl- (Egyptian Isolates). Agriculture and
2-picrylhydrazyl) ditunjukkan dengan nilai Biology, IX (2): 220–225.
EC50. Nilai EC50 dari ekstrak metanol dan Oktay, M., I. Gulcin, and O., Kufrevioglu,
ekstrak etil asetat berturut-turut yaitu 2003. Determination of In Vitro
18,610 ppm dan 27,320 ppm. Aktivitas Antioxidant Activity of Fennel
antioksidan Chlorella sp. tergolong kuat (Foeniculum Vulgare) Seed Extract.
karena mempunyai nilai EC50 kurang dari Lebensmittel-Wissenchaft and
50 ppm. Technology, XXXVI: 263-271.
Hasil identifikasi golongan senyawa Richmond, A.E.. 1986. Microalga Culture.
dalam ekstrak kasar mikroalga Chlorella Tokyo: CRC Press.
Wulandari, A.P., Frida N., Annisa E.P., dan
sp. dengan pelarut metanol dan etil asetat
Dilaekha R.P.. 2010. Identifikasi
menunjukkan bahwa ekstrak metanol Mikroalgae di Sekitar Pantai
mengandung senyawa steroid, tanin, dan Pangandaran dan Potensi
asam askorbat, sedangkan ekstrak etil asetat Pertumbuhannya pada Formulasi
mengandung tanin dan asam askorbat. Medium Ekstrak Tauge (MET).
Prosiding Seminar Nasional Limnologi,
V. DAFTAR PUSTAKA V.
Sidabutar, E.A.. 1999. Pengaruh Medium Carolina, S. 1995. Kualitas Algae Bersel
Pertumbuhan Mikroalga Chlorella sp. Tunggal Chlorella sp. pada Berbagai
terhadap Aktivitas Senyawa Pemacu Media. Seminar Ilmiah. Balai
Pertumbuhan yang Dihasilkan. Skripsi Pengembangan Teknologi Tepat Guna,
Tidak Diterbitkan. Institut Pertanian Puslitbang Fisika Terapan-LIPI, Subang.
Bogor. Hidayati, Nurul. 2009. Uji Efektivitas
Borowitzka, M. A. dan Lesley, J. B. 1988. Antibakteri Ekstrak Kasar Daun The
Microalgae Biotechnology. London: (Camellia sinensis L, v. assamica) Tua
Cambridge University Press. Hasil Ekstraksi Menggunakan Pelarut
Kawaroe, M. 2008. Mikroalga sebagai Bahan Akuades dan Etanol. Skripsi Tidak
Baku Biofuel. Surfactant and Bioenergy Diterbitkan. Malang: Universitas Islam
Research Centre, Lembaga Pengabdian Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Pada Masyarakat, Institut Pertanian Prihantini, N.H, Putri B., dan Yuliati R..
Bogor. 2005. Pertumbuhan Chlorella sp. dalam
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Medium Ekstrak Tauge (MET) dengan
Radikal Bebas. Yogyakarta: Penerbit Variasi pH Awal. Makara, Sains, IX (1):
Kanisius. 1-6.
Tapan E.. 2005. Kanker, Antioksidan, dan Hanani, E., M. Abdul dan Ryany, S. 2005.
Terapi Komplementer. Jakarta: PT Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam
Gramedia. Spons Callyspongia sp. dari Kepulauan

203
ALCHEMY, Vol. 2 No. 3 Oktober 2013, hal 195 - 204

Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian, II Yudha, A.P.. 2008. Senyawa Antibakteri dari
(3): 127-133. Mikroalga Dunaliella sp. pada Umur
Arindah, D. 2010. Fraksinasi dan Identifikasi Panen yang Berbeda. Skripsi Tidak
Golongan Senyawa Antioksidan pada Diterbitkan. Bogor : Fakultas Perikanan
Daging Buah Pepino (Solonum dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Muricatum aiton) yang Berpotensi Bogor.
sebagai Antioksidan. Skripsi Tidak Vonshak, A. 1990. Recent Advances in
Diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia Microalgal Biotechnology.
Fakultas Sains dan Teknologi Biotechnology adv, VIII.
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Sopyan, I. 2001. Rancangan Awal Alat
Malik Ibrahim Malang. Pengering Energi Matahari (Solar
Persagi (Persatuan Ahli Gizi Indonesia). 2009. Dryer) untuk Pengeringan Rumput Laut.
Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Skripsi Tidak Diterbitkan. Bogor:
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Institut Pertanian Bogor.
De La Noue dan De Pauw. 1988. The Potential Brand-Williams, W. 1995. Use of Free Radical
of Microalgal Biotechnology : A Review Method to Evaluate Antioxidant activity.
of Production and Uses of Microalgae. Lebensmettel – Wissenschaft and
Journal of Biotechnology Advances, VI. Technologie. Dalam Ratmo. 2007.
Schlegel, S. 1994. Mikrobiologi Umum. Tedja Potensi Ekstrak Daun Sirih Merah
Baskara, penerjemah. Yogyakarta: (Piper crocotum) sebagai Antioksidan.
Gajahmada University Press. www.kimiabrawijaya.ac.id.
Herbert RB. 1995. Biosintesis Metabolit Josephy, P.D. 1997. Molecular Toxicology.
Sekunder. Bambang Srigandono, New York: Oxford University Press.
penerjemah. Edisi kedua. Semarang: Harborne, JB.. 1987. Metode fitokimia Edisi
IKIP Semarang Press. Kedua. Padmawinata K, Soediro I,
penerjemah. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.

204

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai