h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI
Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474
Abstrak
Perubahan status karyawan kontrak menjadi karyawan tetap umumnya dilaksanakan perusahaan
berdasarkan beberapa penilaian, namun sering merugikan para karyawan karena dianggap kurang adil.
Perlu suatu metode seleksi yang transparan dan objektif. Sistem Pengambil Keputusan (SPK) dapat
membantu memutuskan pengangkatan karyawan tetap dengan menggunakan metode Analitycal
Hierarchy Process (AHP). Perhitungan AHP berdasarkan kriteria dan sub kriteria. Kriteria penilaian
karyawan tetap berdasarkan kinerja, masa kerja, absensi, dan loyalitas. Semakin besar nilai akhir yang
diperoleh pada perhitungan AHP, peluang menjadi karyawan tetap semakin besar. Total perhitungan AHP
diperoleh dari penjumlahan nilai dari setiap baris (Kinerja, Masa Kerja, Absensi, Loyalitas). Sebagai
dasar untuk merangking penentuan pengangkatan karyawan kontrak menjadi karyawan tetap. Semakin
besar nilainya, pegawai tersebut akan semakin baik untuk menjadi karyawan tetap. Hasil perhitungan
AHP dalam memutuskan menjadi pegawai tetap di PT. Timbang Deli yaitu Suwandi Daulay dengan nilai
Kinerja = 0.558, Masa Kerja = 0.263, Absensi = 0.122, Loyalitas = 0.023, Total Nilai = 0.928.
1. PENDAHULUAN
Setiap perusahaan membutuhkan karyawan sebagai tenaga yang menjalankan setiap
aktivitas yang ada dalam organisasi perusahaan, karyawan kontrak dan karyawan tetap.
Karyawan kontrak merupakan karyawan yang hanya dipekerjakan ketika perusahaan
membutuhkan tenaga kerja tambahan saja beroperasi secara manual, sementara karyawan tetap
merupakan karyawan yang telah memiliki kontrak ataupun perjanjian kerja dengan perusahaan
dalam jangka waktu yang tidak ditetapkan (permanen). Karyawan tetap biasanya cenderung
memiliki hak yang jauh lebih besar dibandingkan dengan karyawan tidak tetap. Selain itu,
karyawan tetap juga cenderung jauh lebih aman (dalam hal kepastian lapangan pekerjaan)
dibandingkan dengan karyawan tidak tetap. Karyawan kontrak merupakan karyawan yang
hanya dipekerjakan ketika perusahaan membutuhkan tenaga kerja tambahan saja. Karyawan
kontrak biasanya dapat diberhentikan sewaktu-waktu oleh perusahaan ketika perusahaan sudah
tidak membutuhkan tenaga tambahan lagi [1].
Perubahan status karyawan menjadi karyawan tetap memerlukan proses yang logis dan
harus menunjukkan keadilan pada seluruh karwawan. Untuk menghasilkan suatu keputusan yan
tepat dan transparan, diperlukan suatu metode yang mampu memberikan solusi dalam
menentukan karyawan tetap sehingga perusahaan dan karyawan tidak merasa dirugikan. Sistem
Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sistem yang memberikan dukungan solusi dari
masalah yang semi terstruktur dan terstruktur, SPK mendukung berbagai level, untuk individu
dan juga kelompok. Sistem pendukung keputusan merupakan sistem yang independen dan
27
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI
Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474
squen sial maksudnya yaitu memberikan keputusan yang saling berkaitan dan berurutan. SPK
mudah dibangun dan penggunaanya evolusioner yaitu mengarah pada penyempurnaan sistem
(berevolusi), selain itu mempunyai berbagai pemodelan dan juga dilengkapi dengan knowledge
dan pengetahuan [2]. SPK terdiri dari beberapa metode, dalam permasalahan ini Analitycal
Hierarchy Process (AHP) sangat cocok diterapkan. Metode AHP digunakan untuk memecahkan
suatu situasi yang komplek tidak terstruktur kedalam beberapa komponen dalam susunan yang
hirarki, dengan memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap variabel secara relatif, dan
menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada
tersebut [3].
Proses pengambilan keputusan biasanya memilih suatu alternatif yang terbaik. Seperti
melakukan struktur persoalan, penentuan alternatif-alternatif, penenetapan nilai kemungkinan
untuk variabel aleatori, penetap nilai, persyaratan preferensi terhadap waktu, dan spesifikasi atas
resiko. Dalam penelitian metode AHP disimpulkan semakin besar nilai total perankingan,
pegawai tersebut akan semakin baik untuk menjadi karyawan tetap. Peneletian sebelumnya,
dalam menentukan karyawan tetap menggunakan metode Topsis, yaitu dengan menentukan
ranking kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria diperoleh hasil nilai V terbesar
(jarak kedekatan setiap alternatif terhadap solusi ideal) dipilih menjadi karyawan tetap [4].
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karyawan
Menurut Hasibuan dalam Maulana, Ibrahim Malik (2017:11), karyawan adalah setiap
orang yang menyediakan jasa (baik dalam bentuk pikiran maupun dalam bentuk tenaga) dan
mendapatkan balas jasa ataupun kompensasi yang besarannya telah ditentukan terlebih dahulu.
Jika dikelompokkan berdasarkan statusnya, karyawan dalam perusahaan dapat dibagi menjadi
dua jenis kelompok karyawan yaitu karyawan tetap dan karyawan tidak tetap [5].
1. Karyawan Tetap
Karyawan tetap merupakan karyawan yang telah memiliki kontrak ataupun perjanjian kerja
dengan perusahaan dalam jangka waktu yang tidak ditetapkan (permanent). Karyawan tetap
biasanya cenderung memiliki hak yang jauh lebih besar dibandingkan dengan karyawan tidak
tetap. Selain itu, karyawan tetap juga cenderung jauh lebih aman (dalam hal kepastian lapangan
pekerjaan) dibandingkan dengan karyawan tidak tetap.
2. Karyawan Tidak Tetap (Kontrak)
Karyawan tidak tetap (kontrak) merupakan karyawan yang hanya dipekerjakan ketika
perusahaan membutuhkan tenaga kerja tambahan saja. Karyawan tidak tetap biasanya dapat
diberhentikan sewaktu-waktu oleh perusahaan ketika perusahaan sudah tidak membutuhkan
tenaga tambahan lagi. Jika dibandingkan dengan karyawan tetap, karyawan tidak tetap
cenderung memiliki hak yang jauh lebih sedikit dan juga cenderung sedikit tidak aman (dalam
hal kepastian lapangan pekerjaan).
28
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI
Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474
29
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI
Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474
3. METODOLOGI
30
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI
Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474
Mulai
Metode AHP
C R < 0.1
Selesai
31
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI
Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474
b. Nama Karyawan. Nama karyawan adalah nama nama karyawan kontrak PT. Timbang
Deli yang akan dinilai untuk penentuan karyawan tetap.
c. Umur Karyawan
d. Alamat Karyawan
2. Data Kriteria pengangkatan karyawan :
a. Kinerja, penilaian kinerja karyawan dari atasan karyawan
b. Masa Kerja, seberapa lama karyawan tersebut bekerja
c. Absensi, riwayat absensi karyawan
d. Loyalitas, loyalitas karyawan terhadap perusahaan berdasarkan penilaian atasan
b. Perhitungan AHP
1. Menentukan prioritas kriteria:
a. Kinerja jelaslebih penting dari loyalitas dan lebih penting dari dari absensi dan sedikit
lebih penting dari masa kerja.
b. Masa kerja lebih penting dari loyalitas dan sedikit lebih penting dari absensi
c. Absensi sedikit lebih penting dari loyalitas
2. Membuat matriks perbandingan berpasangan
Penilaian perbandingan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain, Tabel 2
.
Tabel 2 : Masukan Nilai Perbandingan Kriteria
Kinerja Masa Kerja Absensi Loyalitas
Kinerja 1.00 3.00 5.00 7.00
Masa Kerja 1/3 1.00 3.00 5.00
Absensi 1/5 1/3 1.00 3.00
Loyalitas 1/7 1/5 1/3 1.00
Angka 1 pada kolom Kinera baris Kinerja menggambarkan tingkat kepentingan yang sama
antara Kinerja dengan Kinerja. Sedangkan angka 3 pada kolom Masa kerja baris Kinerja
menunjukan Kinerja sedikit lebih penting dibandingkan dengan Absensi, rumus ,
hasil pada Tabel 3.
Tabel 3 : Matriks Nilai Perbandingan Berpasangan Kriteria
Kinerja Masa Kerja Kinerja Loyalitas
Kinerja 1.00 3.00 5.00 7.00
Masa Kerja 0.333 1.00 3.00 5.00
Absensi 0.200 0.333 1.00 3.00
Loyalitas 0.143 0.200 0.333 1.00
Jumlah 1.676 4.533 9.333 16.00
Angka 0.333 pada kolom Kinerja baris Masa Kerja merupakan hasil perhitungan 1 di bagi nilai
pada Masa Kerja (3). Angka-angka yang lain diperoleh dengan cara yang sama.
3. Membuat matriks nilai kriteria
Matriks ini diperoleh dengan rumus berikut: Nilai baris kolom baru = nilai baris kolom
lama/jumlah masing-masing kolom lama, hasil pada Tabel 4.
Tabel 4 : Matriks Nilai Kriteria
Kinerja Masa Kerja Absensi Loyalitas Jumlah Prioritas
Kinerja 0.597 0.662 0.536 0.438 2.232 0.558
Masa Kerja 0.199 0.221 0.321 0.313 1.053 0.263
Absensi 0.119 0.074 0.107 0.188 0.487 0.122
Loyalitas 0.085 0.044 0.036 0.063 0.228 0.057
32
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI
Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474
Nilai 0,597 pada kolom Kinerja baris Kinerja Tabel 4 diperoleh dari nilai kolom Kinerja baris
Kinerja Tabel 3 dibagi jumlah kolom Kinerja Tabel.3. Nilai kolom jumlah pada Tabel 4
diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya. Untuk baris pertama nilai 2.232 merupakan
hasil penjumlahan dari 0.597+0.662 +0.536+0.438. Nilai pada kolom prioritas diperoleh dari
nilai pada kolom jumlah dibagi dengan jumlah kriteria dalam penelitian ini.
4. Penghitungan rasio konsistensi
Penghitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR) <= 0,1. Jika
ternyata nilai CR lebih besar dari 0,1, maka matriks perbandingan harus diperbaiki.
Tabel 5 : Perhitungan Rasio Konsistensi
Jumlah perbaris Prioritas Hasil
Kinerja 2.232 0.558 2.789
Absensi 1.053 0.263 1.317
Masa Kerja 0.487 0.122 0.609
Loyalitas 0.228 0.057 0.284
Jumlah 5.00
Jumlah (hasil penjumlahan dari niai-nilai hasil) = 5.00
N (Jumlah kriteria) =4
Λmaks (jumlah/n) = 1.250
CI (λ maks-n)/n-1) = -0.917
CR = CI/IR(IR lihat tabel 3.2) = -1.01
Oleh karne CR < 0.1 maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut dapat diterima
5. Menentukan prioritas subkriteria
Penghitungan subkriteria dilakukan terhadap sub-sub dari semua kriteria, dalam hal ini terdapat
4 kriteria yang berarti akan terdapat 4 perhitungan prioritas subkriteria, subkriteria dari masing-
masing kriteria adalah Baik, cukup, dan kurang.
6. Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria yaitu baik, cukup dan kurang dimana penilaian
dari subkriteria dari setiap alternatif yang ditentukan dari manajemen PT. Timbang Deli:
a. Kinerja: Penilaian langsung dari atasan karyawan tersebut dengan tiga kategori yaitu baik,
cukup, dan kurang.
b. Penilaian Absensi: dalam 2 tahun terakhir absensi sebanyak 0-3 bernilai baik, 4-6 bernilai
cukup, dan lebih dari 6 bernilai kurang
c. Penilaian Masa kerja: Lebih dari dua tahun bernilai baik, masa kerja 1 tahun sampai 2 tahun
bernilai cukup, dan masa kerja dibawah 1 tahun bernilai kurang.
d. Penilaian Loyalitas: Penilaian langsung dari atasan karyawan tersebut dengan tiga kategori
yaitu baik, cukup, dan kurang
Dan perhitungan prioritas untuk masing-masing subkriteria:
1) Baik lebih penting dari Kurang dan sedikit lebih penting dari cukup
2) Cukup sedikit lebih penting dari kurang.
7. Membuat matriks perbandingan berpasangan
8. Membuat matriks perbandingan berpasangan untuk subkriteria Kinerja
Tabel 6 : Matriks Berpasangan Subkriteria Kinerja
Baik Cukup Kurang
Baik 1.000 3.000 5.000
Cukup 0.333 1.000 3.000
Kurang 0.200 0.333 1.000
Jumlah 1.533 4.333 9.000
9. Membuat matriks nilai sub kriteria
10. Membuat matriks penjumlahan setiap baris
33
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI
Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474
14. Untuk menghindari karyawan kontrak yang belum memenuhi kriteria terpilih menjadi
karyawan Tetap, PT. Timbang Deli Indonesia memberikan persyaratan minimal yang harus
dipenuhi oleh karyawan kontrak untuk menjadi karyawan tetap yaitu Kinerja harus bernilai
baik, masa kerja harus bernilai baik, absensi minimal cukup dan loyalitas minimal cukup.
Angka angka diatas jika disajikan dalam perkalian prioritas pembobotan kriteria dan sub kriteria
di penelitian ini adalah bernilai 0.894, jadi yang layak menjadi karyawan tetap adalah karyawan
bernilai 0.894, Tabel 10.
34
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI
Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474
Login
user
<<include>>
<<include>>
Kelola data karyawan
<<include>>
Kelola data analisis
kriteria
<<include>>
Kelola data analisis
alternatif
<<include>>
Kelola Hasil Kriteria
<<include>>
Kelola Hasil alternatif
<<include>>
Laporan karyawan
bermasah
35
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI
Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474
36
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI
Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474
5. KESIMPULAN
1. Semakin besar nilai akhir perhitungan AHP, peluang menjadi karyawan tetap semakin
besar, dari perhitungan AHP dalam memutuskan menjadi pegawai tetap diperoleh Suwandi
Daulay dengan nilai : Kinerja = 0.558, Masa Kerja = 0.263, = 0.122, Absensi = 0.023,
Loyalitas = 0.928.
2. Nilai masing-masing kriteria dan subkriteria, pada metode AHP yaitu : menghitung matriks
ternormalisasi, terbukti mampu untuk menyelesaikan masalah penentuan karyawan kontrak
menjadi karyawan tetap di PT. Timbang Deli Indonesia dengan menyajikan hasil yang
akurat dan objektif untuk semua nilai karyawan berdasarkan nilai karyawan dan perkalian
nilai bobot kriteria dan subkriteria.
Referensi
[1] Bayu Purnama Putra, Djamhur Hamid, Ika Ruhana, Analisis Perbandingan Prestasi Kerja Karyawan
Kontrak Dengan Karyawan Tetap (Studi Pada Karyawan Pt. Yanaprima Hastapersada, Tbk Cabang
Sidoarjo), Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 26 No. 1 hal: 1-6, September 2015.
[2] Teuku Mufizar, Teten Nuraen, Arianti Salama, Sistem Pendukung Keputusan Dalam Penentuan
Pertukaran Pelajar Di SMA Negeri 2 Tasikmalaya Dengan Metode Analytical Hierarchy Process
(AHP), Cogito Smart Journal/VolL. 3/NO. 1, hal: 68-82, JUNI 2017.
[3] E. Wiyanti, A. Sindar, Implementasi Analytical Hierarchy Process dalam Menentukan Tingkat
Kepuasan Pelayanan E-ktp (Studi Kasus Kantor Camat Pagar Merbau), Jurnal Nasional Komputasi
dan Teknologi Informasi, Vol. 1 No. 2, hal : 93 – 98, Oktober 2018.
[4] Satriawaty Mallu, Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Karyawan Kontrak Menjadi Karyawan
Tetap Menggunakan Metode Topsis, Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Terapan Volume I, No 2,
hal 36-42,30 April 2015.
[5] Ebedia Hilda Am, Erna Kumalasari N, Rr. Yuliana Rachmawati K, Penerapan Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) Pada Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi
Menggunakan Framework Laravel (Studi Kasus : Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta),
Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 hal : 49-57, Desember 2015.
[6] Gathot Pujo Sanyoto, Rani Irma Handayani, Euis Widanengsih, Sistem Pendukung Keputusan
Pemilihan Laptop Untuk Kebutuhan Operasional Dengan Metode AHP (Studi Kasus: Direktorat
Pembinaan Kursus dan Pelatihan Kemdikbud), Jurnal Pilar Nusa Mandiri Vol. 13, No. 2.hal 167-175,
September 2017.
[7] Aji Sasongko, Indah Fitri Astuti, Septya Maharani, Pemilihan Karyawan Baru Dengan Metode AHP
(Analytic Hierarchy Process), Jurnal Informatika Mulawarman, Vol. 12, No. 2 hal 88-94, September
2017.
[8] Danang, Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan PTS Jurusan Komputer Menggunakan Metode
AHP Di Kota Semarang, Jurnal SIMETRIS, Vol 8 No 1 hal 45-53, April 2017.
37