Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Teknologi

h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI

Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474

PENENTUAN KARYAWAN KONTRAK MENJADI


KARYAWAN TETAP PT. TIMBANG DELI DENGAN
METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
Dewi Lestari, Anita Sindar RMS
STMIK Pelita Nusantara, Medan Indonesia

Email : dewilestari0601@yahoo.com, 2haito_ita@yahoo.com

Abstrak
Perubahan status karyawan kontrak menjadi karyawan tetap umumnya dilaksanakan perusahaan
berdasarkan beberapa penilaian, namun sering merugikan para karyawan karena dianggap kurang adil.
Perlu suatu metode seleksi yang transparan dan objektif. Sistem Pengambil Keputusan (SPK) dapat
membantu memutuskan pengangkatan karyawan tetap dengan menggunakan metode Analitycal
Hierarchy Process (AHP). Perhitungan AHP berdasarkan kriteria dan sub kriteria. Kriteria penilaian
karyawan tetap berdasarkan kinerja, masa kerja, absensi, dan loyalitas. Semakin besar nilai akhir yang
diperoleh pada perhitungan AHP, peluang menjadi karyawan tetap semakin besar. Total perhitungan AHP
diperoleh dari penjumlahan nilai dari setiap baris (Kinerja, Masa Kerja, Absensi, Loyalitas). Sebagai
dasar untuk merangking penentuan pengangkatan karyawan kontrak menjadi karyawan tetap. Semakin
besar nilainya, pegawai tersebut akan semakin baik untuk menjadi karyawan tetap. Hasil perhitungan
AHP dalam memutuskan menjadi pegawai tetap di PT. Timbang Deli yaitu Suwandi Daulay dengan nilai
Kinerja = 0.558, Masa Kerja = 0.263, Absensi = 0.122, Loyalitas = 0.023, Total Nilai = 0.928.

Kata kunci: Karyawan, SPK, Metode AHP

1. PENDAHULUAN
Setiap perusahaan membutuhkan karyawan sebagai tenaga yang menjalankan setiap
aktivitas yang ada dalam organisasi perusahaan, karyawan kontrak dan karyawan tetap.
Karyawan kontrak merupakan karyawan yang hanya dipekerjakan ketika perusahaan
membutuhkan tenaga kerja tambahan saja beroperasi secara manual, sementara karyawan tetap
merupakan karyawan yang telah memiliki kontrak ataupun perjanjian kerja dengan perusahaan
dalam jangka waktu yang tidak ditetapkan (permanen). Karyawan tetap biasanya cenderung
memiliki hak yang jauh lebih besar dibandingkan dengan karyawan tidak tetap. Selain itu,
karyawan tetap juga cenderung jauh lebih aman (dalam hal kepastian lapangan pekerjaan)
dibandingkan dengan karyawan tidak tetap. Karyawan kontrak merupakan karyawan yang
hanya dipekerjakan ketika perusahaan membutuhkan tenaga kerja tambahan saja. Karyawan
kontrak biasanya dapat diberhentikan sewaktu-waktu oleh perusahaan ketika perusahaan sudah
tidak membutuhkan tenaga tambahan lagi [1].
Perubahan status karyawan menjadi karyawan tetap memerlukan proses yang logis dan
harus menunjukkan keadilan pada seluruh karwawan. Untuk menghasilkan suatu keputusan yan
tepat dan transparan, diperlukan suatu metode yang mampu memberikan solusi dalam
menentukan karyawan tetap sehingga perusahaan dan karyawan tidak merasa dirugikan. Sistem
Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sistem yang memberikan dukungan solusi dari
masalah yang semi terstruktur dan terstruktur, SPK mendukung berbagai level, untuk individu
dan juga kelompok. Sistem pendukung keputusan merupakan sistem yang independen dan

27
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI

Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474

squen sial maksudnya yaitu memberikan keputusan yang saling berkaitan dan berurutan. SPK
mudah dibangun dan penggunaanya evolusioner yaitu mengarah pada penyempurnaan sistem
(berevolusi), selain itu mempunyai berbagai pemodelan dan juga dilengkapi dengan knowledge
dan pengetahuan [2]. SPK terdiri dari beberapa metode, dalam permasalahan ini Analitycal
Hierarchy Process (AHP) sangat cocok diterapkan. Metode AHP digunakan untuk memecahkan
suatu situasi yang komplek tidak terstruktur kedalam beberapa komponen dalam susunan yang
hirarki, dengan memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap variabel secara relatif, dan
menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada
tersebut [3].
Proses pengambilan keputusan biasanya memilih suatu alternatif yang terbaik. Seperti
melakukan struktur persoalan, penentuan alternatif-alternatif, penenetapan nilai kemungkinan
untuk variabel aleatori, penetap nilai, persyaratan preferensi terhadap waktu, dan spesifikasi atas
resiko. Dalam penelitian metode AHP disimpulkan semakin besar nilai total perankingan,
pegawai tersebut akan semakin baik untuk menjadi karyawan tetap. Peneletian sebelumnya,
dalam menentukan karyawan tetap menggunakan metode Topsis, yaitu dengan menentukan
ranking kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria diperoleh hasil nilai V terbesar
(jarak kedekatan setiap alternatif terhadap solusi ideal) dipilih menjadi karyawan tetap [4].

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karyawan
Menurut Hasibuan dalam Maulana, Ibrahim Malik (2017:11), karyawan adalah setiap
orang yang menyediakan jasa (baik dalam bentuk pikiran maupun dalam bentuk tenaga) dan
mendapatkan balas jasa ataupun kompensasi yang besarannya telah ditentukan terlebih dahulu.
Jika dikelompokkan berdasarkan statusnya, karyawan dalam perusahaan dapat dibagi menjadi
dua jenis kelompok karyawan yaitu karyawan tetap dan karyawan tidak tetap [5].
1. Karyawan Tetap
Karyawan tetap merupakan karyawan yang telah memiliki kontrak ataupun perjanjian kerja
dengan perusahaan dalam jangka waktu yang tidak ditetapkan (permanent). Karyawan tetap
biasanya cenderung memiliki hak yang jauh lebih besar dibandingkan dengan karyawan tidak
tetap. Selain itu, karyawan tetap juga cenderung jauh lebih aman (dalam hal kepastian lapangan
pekerjaan) dibandingkan dengan karyawan tidak tetap.
2. Karyawan Tidak Tetap (Kontrak)
Karyawan tidak tetap (kontrak) merupakan karyawan yang hanya dipekerjakan ketika
perusahaan membutuhkan tenaga kerja tambahan saja. Karyawan tidak tetap biasanya dapat
diberhentikan sewaktu-waktu oleh perusahaan ketika perusahaan sudah tidak membutuhkan
tenaga tambahan lagi. Jika dibandingkan dengan karyawan tetap, karyawan tidak tetap
cenderung memiliki hak yang jauh lebih sedikit dan juga cenderung sedikit tidak aman (dalam
hal kepastian lapangan pekerjaan).

2.2. Sistem Pendukung Keputusan


Keputusan merupakan kegiatan memilih suatu strategi atau tindakan dalam pemecahan
masalah. Tindakan memilih strategi atau aksi yang diyakini manajer akan memberikan solusi
terbaik atas sesuatu disebut pengambilan keputusan. Tujuan dari keputusan adalah untuk
mencapai target atau aksi tertentu yang harus dilakukan [6]. Kriteria atau ciri-ciri dari keputusan:

28
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI

Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474

1. Banyak pilihan / alternative.


2. Ada kendala atau syarat.
3. Mengikuti suatu pola/model tingkah laku, baik yang terstruktur maupun tidak terstruktur.
4. Banyak input/variabel.
5. Dibutuhkan ketepatan, kecepatan, dan keakuratan.

2.3. Analytical Hierarchy Process (AHP)


Peralatan utama AHP adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi
manusia. Keberadaan hierarki memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak
terstruktur dalam sub-sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk hierarki [7].
Beberapa prinsip AHP [8] :
1. Membuat Hierarki
Sistem yang kompleks dipahami dengan memecahnya menjadi elemen-elemen pendukung,
menyusun elemen secara hierarki, dan menggabungkannya atau mensintesisnya.
2. Penilaian kriteria dan alternatif
Kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan menurut Saaty (1988),
untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekspresikan
pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty bisa diukur
menggunakan tabel analisis, Tabel 1.
Table 1: Nilai dan Defenisi Pendapat Kualitatif
INTENSITAS
KEPENTINGAN KETERANGAN
1 Kedua elemen sama pentingnya.
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lainnya.
5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lainnya.
7 Elemen yang satu jelas lebih penting dari elemen yang lainnya.
9 Satu elemen mutlak lebih penting dari elemen lainnya.
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan.
Kebalikan Jika aktivitas i mendapatkan satu angka dengan aktivitas J, maka j
memiliki nilai kebalikannya dibandingkan dengan i.
3. Menentukan prioritas
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise
comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif kriteria bisa disesuaikan
dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot dan
prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan
matematika.
4. Konsistensi Logis
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama, objek-objek yang serupa bisa dikelompokkan
sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut tungkat hubungan antar objek
yang didasarkan pada kriteria tertentu.
Prosedur AHP :
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hierarki
dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan hierarki adalah dengan menetapkan tujuan
yang merupakakan sasaran sistem secara keseluruhan pada level teratas.
2. Menentukan prioritas elemen

29
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI

Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474

a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan


pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang
diberikan.
b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk mempresentasikan
kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya.
3. Sintesis
Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk
memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah :
a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.
b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk
memperoleh normalisasi matriks.
c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk
mendapatkan nilai rata-rata
4. Mengukur konsistensi
Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada
karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi
yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah:
a. Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai
pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua, dan seterusnya.
b. Jumlahkan setiap baris.
c. Hasil dari penjumlahanbaris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan.
d. Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada, λ hasilnya disebut
maks.
5. Hitung consistency index (CI) dengan rumus :
 max  n
CI 
n 1
Keterangan: n = banyaknya elemen λmaks = Hasil jumlah dibagi dengan n
6. Hitung rasio konsistensi/concistency ratio (CR) dengan rumus :
CI
CR 
RI
Keterangan: CR = Consistency Ratio I = Consistensy Index IR = Index Random Consistency
7. Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka data judgement harus
diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI atau sama dengan 0,1, maka hasil perhitungan
bisa dinyatakan benar.

3. METODOLOGI

Data yang dibutuhkan dalam sistem pendukung keputusan penentuan pengangkatan


karyawan kontrak menjadi karyawan tetap ini adalah sebagai berikut :
1. Data karyawan
2. Data Kriteria pengangkatan karyawan
Setelah menentukan kriteria dalam menentukan program penentuan pengangkatan karyawan
kontrak menjadi karyawan tetap maka langkah selanjutnya Membuat matriks perbandingan
berpasanganyang menggambarkan kontribusi relatifvatau pengaruh setiap elemen terhadap
masing-masing kriteria dengan kriteria lainnya.
Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:

30
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI

Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474

1. Menjumlahkan hasil kali per baris.


2. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan.
3. Hasil poin 2 dibagi jumlah elemen, akan didapatkan λ Max
CI
4. CR  …………………………………………(1)
RI
5. Index Konsistensi
CI
CR  ...............................................................(2)
RI
6. Rasio konsistensi dimana RI adalah indeks random konsistensi. Jika rasio konsistensi ≤ 0.1,
hasil perhitungan data dapat dibenarkan.

Mulai

Metode AHP

Input Perbandingan Berpasangan


Kriteria & Sub Kriteria

Normalisasi Matriks Perbandingan


Berpasangan

C R < 0.1

Normalisasi Matriks Perbandingan


Berpasangan

Nilai Bobot Karyawan

Perkalian Nilai Bobot Kriteria Dan


Bobot Alternatif /Karyawan

Nilai AHP dari Masing-Masing


Karyawan

Selesai

Gambar 1 : Metode Peneltian Pemilihan Karyawan Tetap

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Sumber Data
1. Data karyawan :
a. Id Karyawan. Id Karyawan/No Induk Karyawan adalah no unik berupa primary key yang
hanya dimiliki oleh satu karyawan.

31
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI

Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474

b. Nama Karyawan. Nama karyawan adalah nama nama karyawan kontrak PT. Timbang
Deli yang akan dinilai untuk penentuan karyawan tetap.
c. Umur Karyawan
d. Alamat Karyawan
2. Data Kriteria pengangkatan karyawan :
a. Kinerja, penilaian kinerja karyawan dari atasan karyawan
b. Masa Kerja, seberapa lama karyawan tersebut bekerja
c. Absensi, riwayat absensi karyawan
d. Loyalitas, loyalitas karyawan terhadap perusahaan berdasarkan penilaian atasan
b. Perhitungan AHP
1. Menentukan prioritas kriteria:
a. Kinerja jelaslebih penting dari loyalitas dan lebih penting dari dari absensi dan sedikit
lebih penting dari masa kerja.
b. Masa kerja lebih penting dari loyalitas dan sedikit lebih penting dari absensi
c. Absensi sedikit lebih penting dari loyalitas
2. Membuat matriks perbandingan berpasangan
Penilaian perbandingan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain, Tabel 2
.
Tabel 2 : Masukan Nilai Perbandingan Kriteria
Kinerja Masa Kerja Absensi Loyalitas
Kinerja 1.00 3.00 5.00 7.00
Masa Kerja 1/3 1.00 3.00 5.00
Absensi 1/5 1/3 1.00 3.00
Loyalitas 1/7 1/5 1/3 1.00
Angka 1 pada kolom Kinera baris Kinerja menggambarkan tingkat kepentingan yang sama
antara Kinerja dengan Kinerja. Sedangkan angka 3 pada kolom Masa kerja baris Kinerja
menunjukan Kinerja sedikit lebih penting dibandingkan dengan Absensi, rumus ,
hasil pada Tabel 3.
Tabel 3 : Matriks Nilai Perbandingan Berpasangan Kriteria
Kinerja Masa Kerja Kinerja Loyalitas
Kinerja 1.00 3.00 5.00 7.00
Masa Kerja 0.333 1.00 3.00 5.00
Absensi 0.200 0.333 1.00 3.00
Loyalitas 0.143 0.200 0.333 1.00
Jumlah 1.676 4.533 9.333 16.00
Angka 0.333 pada kolom Kinerja baris Masa Kerja merupakan hasil perhitungan 1 di bagi nilai
pada Masa Kerja (3). Angka-angka yang lain diperoleh dengan cara yang sama.
3. Membuat matriks nilai kriteria
Matriks ini diperoleh dengan rumus berikut: Nilai baris kolom baru = nilai baris kolom
lama/jumlah masing-masing kolom lama, hasil pada Tabel 4.
Tabel 4 : Matriks Nilai Kriteria
Kinerja Masa Kerja Absensi Loyalitas Jumlah Prioritas
Kinerja 0.597 0.662 0.536 0.438 2.232 0.558
Masa Kerja 0.199 0.221 0.321 0.313 1.053 0.263
Absensi 0.119 0.074 0.107 0.188 0.487 0.122
Loyalitas 0.085 0.044 0.036 0.063 0.228 0.057

32
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI

Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474

Nilai 0,597 pada kolom Kinerja baris Kinerja Tabel 4 diperoleh dari nilai kolom Kinerja baris
Kinerja Tabel 3 dibagi jumlah kolom Kinerja Tabel.3. Nilai kolom jumlah pada Tabel 4
diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya. Untuk baris pertama nilai 2.232 merupakan
hasil penjumlahan dari 0.597+0.662 +0.536+0.438. Nilai pada kolom prioritas diperoleh dari
nilai pada kolom jumlah dibagi dengan jumlah kriteria dalam penelitian ini.
4. Penghitungan rasio konsistensi
Penghitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR) <= 0,1. Jika
ternyata nilai CR lebih besar dari 0,1, maka matriks perbandingan harus diperbaiki.
Tabel 5 : Perhitungan Rasio Konsistensi
Jumlah perbaris Prioritas Hasil
Kinerja 2.232 0.558 2.789
Absensi 1.053 0.263 1.317
Masa Kerja 0.487 0.122 0.609
Loyalitas 0.228 0.057 0.284
Jumlah 5.00
Jumlah (hasil penjumlahan dari niai-nilai hasil) = 5.00
N (Jumlah kriteria) =4
Λmaks (jumlah/n) = 1.250
CI (λ maks-n)/n-1) = -0.917
CR = CI/IR(IR lihat tabel 3.2) = -1.01
Oleh karne CR < 0.1 maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut dapat diterima
5. Menentukan prioritas subkriteria
Penghitungan subkriteria dilakukan terhadap sub-sub dari semua kriteria, dalam hal ini terdapat
4 kriteria yang berarti akan terdapat 4 perhitungan prioritas subkriteria, subkriteria dari masing-
masing kriteria adalah Baik, cukup, dan kurang.
6. Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria yaitu baik, cukup dan kurang dimana penilaian
dari subkriteria dari setiap alternatif yang ditentukan dari manajemen PT. Timbang Deli:
a. Kinerja: Penilaian langsung dari atasan karyawan tersebut dengan tiga kategori yaitu baik,
cukup, dan kurang.
b. Penilaian Absensi: dalam 2 tahun terakhir absensi sebanyak 0-3 bernilai baik, 4-6 bernilai
cukup, dan lebih dari 6 bernilai kurang
c. Penilaian Masa kerja: Lebih dari dua tahun bernilai baik, masa kerja 1 tahun sampai 2 tahun
bernilai cukup, dan masa kerja dibawah 1 tahun bernilai kurang.
d. Penilaian Loyalitas: Penilaian langsung dari atasan karyawan tersebut dengan tiga kategori
yaitu baik, cukup, dan kurang
Dan perhitungan prioritas untuk masing-masing subkriteria:
1) Baik lebih penting dari Kurang dan sedikit lebih penting dari cukup
2) Cukup sedikit lebih penting dari kurang.
7. Membuat matriks perbandingan berpasangan
8. Membuat matriks perbandingan berpasangan untuk subkriteria Kinerja
Tabel 6 : Matriks Berpasangan Subkriteria Kinerja
Baik Cukup Kurang
Baik 1.000 3.000 5.000
Cukup 0.333 1.000 3.000
Kurang 0.200 0.333 1.000
Jumlah 1.533 4.333 9.000
9. Membuat matriks nilai sub kriteria
10. Membuat matriks penjumlahan setiap baris

33
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI

Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474

11. Perhitungan rasio konsistensi


Jumlah (hasil penjumlahan dari nilai hasil) = 3.99
N(jumlah kriteria) =3
Λmaks (jumlah/n) = 1.33
CI ((λ maks-n)/n-1) = -0.835
CR = CI/IR (IR Lihat tabel 3.2) = -2.879
Oleh karena CR < 0.1 maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima.
12. Perhitungan subkriteria Absensi, Masa kerja dan Loyalitas dilakukan dengan cara sama.
13. Menghitung Hasil
Prioritas hasil perhitungan pada pada langkah - langkah diatas kemudian dituangkan dalam
matriks. Berikut ini adalah data karyawan yang akan menjadi Alternatif Kandidat Karyawan
kontrak yang akan menjadi karyawan tetap, Tabel 7.
Tabel 7 : Kandidat Karyawan Kontrak Menjadi Karyawan Tetap
No Id Karyawan Nama Karyawan Umur Alamat Karyawan
1 250145 Nanang Suprayanto 31 Desa Jaharun B kec Galang
2 250136 Chairul Imam 25 Galang Kota
3 240141 Nanda Barus 24 DesaGalang Suka Kec Galang
4 256135 Suparmin 33 Desa Paku Kec Galang
5 250267 Viki Harcia Chaniago 25 Desa Tanah Merah Kec Galang
6 230041 Feri Ari Sandi 23 Desa Suka Mulia Kecamatan Pagar
Merbau
7 250017 Suwandi Daulay 29 Desa Keramat Gajah kecamatan galang

Tabel 8 : Nilai Kriteria Karyawan Dengan Subkriteria


Nama Kinerja Masa Kerja Absensi Loyalitas
Nanang Suprayanto Cukup Cukup Baik Kurang
Chairul Imam Kurang Baik Cukup Cukup
Nanda Barus Cukup Kurang Cukup Cukup
Suparmin Baik Cukup Baik Baik
Viki Harcia C Cukup Baik Cukup Baik
Feri Ari Sandi Cukup Cukup Cukup Cukup
Suwandi Daulay Baik Baik Cukup Baik

Tabel 9 : Perkalian Prioritas kriteria Karyawan Dengan Prioritas Subkriteria


Nama Kinerja Masa Kerja Absensi Loyalitas Total
Nanang Suprayanto 0.229 0.108 0.122 0.010 0.469
Chairul Imam 0.093 0.263 0.050 0.023 0.429
Nanda Barus 0.229 0.044 0.050 0.023 0.346
Suparmin 0.558 0.108 0.122 0.057 0.845
Viki Harcia c 0.229 0.263 0.050 0.057 0.599
Feri Ari Sandi 0.229 0.108 0.050 0.023 0.410
Suwandi Daulay 0.558 0.263 0.122 0.023 0.928

14. Untuk menghindari karyawan kontrak yang belum memenuhi kriteria terpilih menjadi
karyawan Tetap, PT. Timbang Deli Indonesia memberikan persyaratan minimal yang harus
dipenuhi oleh karyawan kontrak untuk menjadi karyawan tetap yaitu Kinerja harus bernilai
baik, masa kerja harus bernilai baik, absensi minimal cukup dan loyalitas minimal cukup.
Angka angka diatas jika disajikan dalam perkalian prioritas pembobotan kriteria dan sub kriteria
di penelitian ini adalah bernilai 0.894, jadi yang layak menjadi karyawan tetap adalah karyawan
bernilai 0.894, Tabel 10.

34
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI

Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474

Tabel 10 : Hasil Akhir Penilaian Karyawan Dengan AHP 0.928


Nama Kinerja Masa Kerja Absensi Loyalitas Total Ket
Nanang
0.229 0.108 0.122 0.010 0.469 Belum Layak
Suprayanto
Chairul Imam 0.093 0.263 0.050 0.023 0.429 Belum Layak
Nanda Barus 0.229 0.044 0.050 0.023 0.346 Belum Layak
Suparmin 0.558 0.108 0.122 0.057 0.845 Belum Layak
Viki Harcia c 0.229 0.263 0.050 0.057 0.599 Belum Layak
Feri Ari Sandi 0.229 0.108 0.050 0.023 0.410 Belum Layak
Suwandi Daulay 0.558 0.263 0.122 0.023 0.928 Layak

c. Hasil Akhir Perhitungan AHP


Kolom total pada Tabel 10 diperoleh dari penjumlahan nilai dari setiap baris. Nilai total
penjumlahan (Kinerja, Masa Kerja, Absensi, Loyalitas) sebagai dasar untuk merangking
penentuan pengangkatan karyawan kontrak menjadi karyawan tetap.
d. Implementasi Sistem

Login

user

<<include>>

Kelola data kriteria

<<include>>
Kelola data karyawan

<<include>>
Kelola data analisis
kriteria

<<include>>
Kelola data analisis
alternatif

<<include>>
Kelola Hasil Kriteria

<<include>>
Kelola Hasil alternatif

<<include>>
Laporan karyawan
bermasah

Gambar 2 : Use Case Diagram

35
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI

Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474

Form Perbandingan Berpasangan Kriteria: Masukan nilai prioritas kriteria di matriks


perbandingan berpasangan, Lalu klik proses untuk memproses perhitungan ahp dan disebelah
kanan monitor akan muncul nilai λ maks, nilai indeks konsistensi, nilai rasio konsistensi dan
keterangan konsisten atau tidak nilai perhitungan AHP. Klik tombol simpan untuk menyimpan
nilai kriteria perhitungan AHP, Gambar 3.

Gambar 3 : Form Perbandingan Berpasangan Kriteria


Form Perbandingan Berpasangan Sub Kriteria, masukan nilai prioritas sub kriteria di matriks
perbandingan berpasangan, klik proses untuk memproses perhitungan AHP dan disebelah kanan
monitor akan muncul nilai λ maks, nilai indeks konsistensi, nilai rasio konsistensi dan
keterangan konsisten atau tidak nilai perhitungan AHP, Gambar 4.

Gambar 4 : Perbandingan Berpasangan Subkriteria

Gambar 5 : Form Perhitungan AHP

36
Jurnal Teknologi
h t tp : // lp p m. u pi yp t k. ac . id /o j s3 /i nd e x. p hp /T E KN O LO GI

Vol. 8 Issue 2 Oktober 2018, Hal 27-37 E-ISSN: 2541-1535 |P-ISSN : 2301-4474

Gambar 6 : Laporan Hasil Akhir Perhitungan AHP

5. KESIMPULAN
1. Semakin besar nilai akhir perhitungan AHP, peluang menjadi karyawan tetap semakin
besar, dari perhitungan AHP dalam memutuskan menjadi pegawai tetap diperoleh Suwandi
Daulay dengan nilai : Kinerja = 0.558, Masa Kerja = 0.263, = 0.122, Absensi = 0.023,
Loyalitas = 0.928.
2. Nilai masing-masing kriteria dan subkriteria, pada metode AHP yaitu : menghitung matriks
ternormalisasi, terbukti mampu untuk menyelesaikan masalah penentuan karyawan kontrak
menjadi karyawan tetap di PT. Timbang Deli Indonesia dengan menyajikan hasil yang
akurat dan objektif untuk semua nilai karyawan berdasarkan nilai karyawan dan perkalian
nilai bobot kriteria dan subkriteria.

Referensi
[1] Bayu Purnama Putra, Djamhur Hamid, Ika Ruhana, Analisis Perbandingan Prestasi Kerja Karyawan
Kontrak Dengan Karyawan Tetap (Studi Pada Karyawan Pt. Yanaprima Hastapersada, Tbk Cabang
Sidoarjo), Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 26 No. 1 hal: 1-6, September 2015.
[2] Teuku Mufizar, Teten Nuraen, Arianti Salama, Sistem Pendukung Keputusan Dalam Penentuan
Pertukaran Pelajar Di SMA Negeri 2 Tasikmalaya Dengan Metode Analytical Hierarchy Process
(AHP), Cogito Smart Journal/VolL. 3/NO. 1, hal: 68-82, JUNI 2017.
[3] E. Wiyanti, A. Sindar, Implementasi Analytical Hierarchy Process dalam Menentukan Tingkat
Kepuasan Pelayanan E-ktp (Studi Kasus Kantor Camat Pagar Merbau), Jurnal Nasional Komputasi
dan Teknologi Informasi, Vol. 1 No. 2, hal : 93 – 98, Oktober 2018.
[4] Satriawaty Mallu, Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Karyawan Kontrak Menjadi Karyawan
Tetap Menggunakan Metode Topsis, Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Terapan Volume I, No 2,
hal 36-42,30 April 2015.
[5] Ebedia Hilda Am, Erna Kumalasari N, Rr. Yuliana Rachmawati K, Penerapan Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) Pada Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi
Menggunakan Framework Laravel (Studi Kasus : Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta),
Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 hal : 49-57, Desember 2015.
[6] Gathot Pujo Sanyoto, Rani Irma Handayani, Euis Widanengsih, Sistem Pendukung Keputusan
Pemilihan Laptop Untuk Kebutuhan Operasional Dengan Metode AHP (Studi Kasus: Direktorat
Pembinaan Kursus dan Pelatihan Kemdikbud), Jurnal Pilar Nusa Mandiri Vol. 13, No. 2.hal 167-175,
September 2017.
[7] Aji Sasongko, Indah Fitri Astuti, Septya Maharani, Pemilihan Karyawan Baru Dengan Metode AHP
(Analytic Hierarchy Process), Jurnal Informatika Mulawarman, Vol. 12, No. 2 hal 88-94, September
2017.
[8] Danang, Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan PTS Jurusan Komputer Menggunakan Metode
AHP Di Kota Semarang, Jurnal SIMETRIS, Vol 8 No 1 hal 45-53, April 2017.

37

Anda mungkin juga menyukai