Bab Ii I
Bab Ii I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit di Indonesia sendiri tidak luput dari kejadian KAK mapupun
PAK. Rumah Sakit Daerah dr. H. Soemarno Sosroatmodjo merupakan salah satu
rumah sakit milik pemerintah yang berlokasi di Kabupaten Bulungan Provinsi
Kalimamtan Utara. Berdasarkan survei pendahuluan di instalasi gawat darurat, dalam
1
kurun waktu 2013-2015 terjadi kasus kegawatdaruratan yang telah ditangani
sebanyak 19.826 kasus dengan tenaga perawat sebanyak 18 orang. Beberapa kasus
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang sering dialami perawat di bagian ini
adalah sakit pinggang, tertusuk jarum suntik, dan tergores pecahan botol .
Pada tahun 2015 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh telah terjadi 19 kasus kecelakan kerja. Rincian kasus yang didapatkan dimana
18 kasus terjadi pada perawat yaitu 13 orang perawat tertusuk jarum, 2 orang terpapar
cairan tubuh, 1 orang terpapar cairan B3 (obat kemoterapi), dan 2 orang terpeleset
sedangkan 1 kasus lainnya terjadi pada petugas pemeliharaan sarana yang terluka
akibat terlepasnya penutup tabung oksigen. Ketua Komite Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) juga meyakini masih banyak kasus-kasus
kecelakaan kerja lainnya yang tidak dilaporkan kepada pihak rumah sakit.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Oleh sebab itu ketika perawat telah terpapar dengan cairan tubuh pasien
seperti darah dikarenakan perawat tidak melakukan prosedur sesuai dengan SOP yang
sudah ditetapkan dan juga tidak menggunakan APD maka akan adanya kemungkinan
perawat akan terinfeksi penyakit-penyakit menular dari pasien itu sendiri seperti
Hepatitis maupun HIV/AIDS.
4
Penyakit penular yang terjadi karena kerja perawat yaitu :
5
untuk menahan tepi luka.
3. Mengambil Jarum suntik, APD : Masker dan
Sampel Tempat tidur rendah, Sarung Tangan
Darah Perawat tidak pakai
APD.
4. Mengangkat Tempat tidur rendah, Meminta bantuan
dan Posisi waktu petugas Partner.
memindahkan mengangkat janggal.
pasien
5. Melakukan Cairan tubuh pasien, SOP Suctioning
Suctioning droplet dari pasien, APD : Masker dan
Posisi kerja. Sarung Tangan.
6. Memasang Cairan tubuh pasien, SOP pasang kateter
Kateter urine pasien APD : Sarung Tangan
7. Memberikan Jarum suntik, terpapar SOP tindakan
Obat injeksi darah, tidak pakai APD. APD : Sarung Tangan
8. Melakukan Pekerjaan cepat dan SOP bantuan hidup
Resusitasi berulang, dasar (BHD)
Paru Tempat tindakan tidak APD : Sarung
punya matras resusitasi, Tangan
Posisi kerja
membungkung,
Keluarga pasien ada di
dalam . ruangan
9. Merawat Darah Pasien, SOP merawat luka
Luka Meja tindakan rendah. APD : Sarung
Tangan, celemek
6
10. Memberi Memakai jarum suntik, SOP injeksi
injeksi tidak pakai APD APD : Sarung
Tangan.
11. Memberikan Feses SOP tindakan
obat melalui APD : Sarung
rectal Tangan.
(Ramdan & Rahman, 2017).
Adanya resiko ergonomi yang berupa postur janggal yang disebabkan oleh faktor
sarana kerja. Diantaranya tempat tidur pasien yang tidak layak sehingga tidak bisa
diatur tinggi rendahnya tempat tidur sehingga perawat harus membungkuk ketika
melakukan tindakan seperti memasang infus, menjahit luka, injeksi dan lain
sebagainya sehingga menyebabkan musculoskeletal disorder (MSDS), seperti nyeri
otot dan low back pain (LBP).
7
Semua bentuk intervenis dalam keperawatan kesehatan kerja berdasarkan
konsep pencegahan (Travers &Doughall, 2000, dalam Nies & Swansoms,2000).
Ada 3 level strategi dalam melaksanakan praktek keperawatan kesehatan kerja
(Stanhope & Lancaster,2004).
Tiga level strategi ini dibagi dalam bentuk, yaitu pencegahan primer, pencegahan
sekunder, dan pencegahan tersier.
1. Pencegahan primer
2. Pencegahan sekunder
Bentuk intervensi yang dilakukan leh perawat kesehatan kerja adalah skreening
kesehatan, pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan kesehatan secara berkala, dengan
cara yang relatif mudah dan biaya yang minimal. Skrening kesehatan berupa
pemeriksaan kesehatan mata, deteksi dini penyakit kanker, tekanan darah tinggi, serta
pemeriksaan gula darah untuk mendeteksi timbulnya oenyakit diabetes mellitus.
8
Pencegahan sekunder yang diberikan perawat kesehatan kerja juga bberupa
penempatan ulang atau evaluasi dan rotasi kerja terhadap pekerja dari satu unit kerja
ke unit lain, sehingga pekerja memperoleh situassi yang baru, tidak merassa
kejenuhan dengan situasi kerja yang lama (Nies & Ewen, 2011)
9
5. Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan
kerja dan mengupayakan pencegahannya.
3. Pencegahan tersier
Pada level pencegahan tersier, OHN berperan dalam upaya rehabilitasi status
kesehatan pekerja setelah mengalami sakit yang berat atau masalah kesehatan serius
lainnya. Bentuk intervensinya mengevaluasi status kesehatan pekerja yang baru saja
dirawat di rumah sakit karena mmenderita penyakit tertentu atau mengalami
kecelakaan kerja.
10
a. Pemeriksaan Awal
b. Pemeriksaan Berkala
c. Pemeriksaan Khusus
11