Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan haruslah memberikan


pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.
Berdasarkan hal tersebut, beberapa dekade terkahir ini munculah istilah akreditasi
untuk menilai kualitas suatu organisasi termasuk rumah sakit. Secara umum
akreditasi berarti pengakuan oleh suatu jawatan tentang adanya wewenang
seseorang untuk melaksanakan atau menjalankan tugasnya. Pada tahun 1955
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik menetapkan keputusan dimulainya program
akreditasi rumah sakit. Pada tahun 1979 proses akreditasi mulai direalisasikan.
Persyaratan untuk lulus akreditasi rumah sakit di Indonesia secara umum adalah
memiliki program pengendalian mutu yang baik.
Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh
pemerintah pada manajemen rumah sakit karena telah memenuhi standar yang
ditetapkan. Adapun tujuan akreditasi rumah sakit adalah meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan, sehingga sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia yang
semakin selektif dan berhak mendapatkan pelayanan yang bermutu. Undang-
Undang No 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit, disebutkan bahwa
akreditasi bertujuan meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit dan meningkatkan
perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit dan rumah
sakit sebagai institusi. Dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
diharapkan dapat mengurangi minat masyarakat untuk berobat keluar negeri.
Untuk menghadapi dinamika masyarakat yang semakin kritis, pemerintah melalui
Kementrian Kesehatan tidak tinggal diam. Kementerian Kesehatan mewajibkan
dilaksanakannya akreditasi rumah sakit di Indonesia.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit,
Pasal 29 huruf b menyebutkan bahwa Rumah Sakit wajib memberikan pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit,
kemudian pada pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan rumah sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3

1
(tiga) tahun sekali. Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya
keselamatan dan budaya kualitas di rumah sakit, sehingga senantiasa berusaha
meningkatkan mutu dan keamanan pelayanannya.
Rumah sakit tidak hanya sekedar menampung orang sakit saja melainkan
harus lebih memperhatikan aspek kepuasan bagi para pemakai jasanya, dalam hal
ini pasien. Penilaian terhadap kegiatan rumah sakit adalah hal yang sangat
diperlukan dan sangat diutamakan. Kegiatan penilaian kinerja organisasi atau
instansi seperti rumah sakit, mempunyai banyak manfaat terutama bagi pihak-
pihak yang memiliki kepentingan terhadap rumah sakit tersebut. Bagi pemilik
rumah sakit, hasil penilaian kegiatan rumah sakit ini dapat memberikan informasi
tentang kinerja manajemen atau pengelola yang telah diberikan kepercayaan untuk
mengelola sumber daya rumah sakit. Bagi masyarakat, semua hasil penilaian
kinerja rumah sakit dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan pertimbangan
kepada siapa (rumah sakit) mereka akan mempercayakan perawatan
kesehatannya.
Akreditasi rumah sakit menunjukkan komitmen nyata sebuah rumah sakit
untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas asuhan pasien, memastikan bahwa
lingkungan pelayanannya aman dan rumah sakit senantiasa berupaya mengurangi
risiko bagi para pasien dan staf rumah sakit. Dengan demikian akreditasi
diperlukan sebagai cara efektif untuk mengevaluasi mutu suatu rumah sakit, yang
sekaligus berperan sebagai sarana manajemen.
Laporan ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi para masyarakat,
mahasiswa, dan para tenaga medis mengenai sistem akreditasi rumah sakit,
khususnya di RSUD Kota Surakarta.

2
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Pada minggu kedua stase IKM, kelompok kami mendapat jadwal kegiatan
di RSUD Surakarta selama 3 hari, yaitu mulai tanggal 5 Oktober sampai tanggal
7Oktober 2015. Hari pertama di RSUD Surakarta, kelompok kami mendapatkan
bimbingan mengenai sistem rujukan di Rumah Sakit. Kelompok kami melakukan
orientasi ke Instalasi Gawat Darurat, Ruang Poliklinik, Front Office (tempat
pendaftaran) dan Ruang Rekam Medik untuk mendapatkan informasi mengenai
pelaksanaan sistem rujukan internal dan eksternal di RSUD Surakarta. Di Instalasi
Gawat Darurat kami mengamati penerimaan pasien rujukan dengan kegawatan,
selain itu kami juga mengamati cara merujuk pasien dari PPK II ke PPK III. Di
tempat pendaftaran kami mengamati sistem penerimaan rujukan, terutama dari
PPK I dan rujukan balik dari PPK III. Di ruang poliklinik kami mengamati sistem
rujukan internal antar poliklinik serta rujukan eksternal baik ke PPK I maupun
PPK III. Di ruang rekam medik kami mengamati sistem filling rekam medik
rumah sakit, cara penomoran rekam medik, sistem penyimpanan serta sistem
pemusnahan data rekam medik. Setelah orientasi kami berdiskusi tentang
kelebihan dan kelemahan sistem rujukan di RSUD Surakarta dengan dokter Niken
Yuliani Untari.
Hari kedua di RSUD Surakarta kami mendapatkan bimbingan mengenai
Rekam Medis oleh Ibu Dewi Setyowati yang membahas Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis. Bimbingan selanjutnya
tentang Program Pengendalian Infeksi yang berlaku di RSUD Surakarta. Materi
PPI diberikan oleh Bapak Yudi Agung Setiawan.
Hari ketiga di RSUD Surakarta kami mendapatkan 3 bimbingan. Yang
pertama mengenai Keuangan dan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit, misalnya JKN dan PKMS. Materi ini disampaikan oleh Ibu Rohmah
Danarti. Selama proses bimbingan berjalan lancar dan ada sesi diskusi untuk tanya
jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami. Bimbingan selanjutnya mengenai
K3 Rumah Sakit yang diberikan oleh Ibu Etiec Nurjanah. Selama proses

3
bimbingan berjalan lancar dan terdapat sesi diskusi untuk tanya jawab mengenai
hal-hal yang belum dipahami. Bimbingan ketiga mengenai Manajemen dan
Administrasi Rumah Sakit yang berlaku di RSUD Surakarta dan mengenai
Program Penanggulangan Bencana yang berlaku di RSUD Surakarta. Kedua
materi ini diberikan oleh dokter Sigit Hermawan dari bagian Pelayanan Medik
(Yanmed). Selama proses bimbingan berjalan lancar dan ada sesi diskusi untuk
tanya jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami. Selama kegiatan di RSUD
Surakarta dari mulai hari pertama sampai dengan hari ketiga, kegiatan kami
berjalan dengan lancar.

4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Akreditasi Rumah Sakit


Akreditasi rumah sakit adalah akreditasi yang diberikan oleh
pemerintah dan/atau Badan Akreditasi Rumah Sakit yang bersifat
independen yang telah memenuhi standar dan kriteria yang ditentukan
(Depkes RI, 2009).
Berdasar Permenkes RI No. 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi
Rumah Sakit, disebutkan bahwa pengertian akreditasi adalah pengakuan
terhadap Rumah Sakit yang diberikan oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, setelah
dinilai bahwa Rumah Sakit itu memenuhi Standar Pelayanan Rumah Sakit
yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit secara
berkesinambungan.
Di Indonesia akreditasi rumah sakit baik tingkat nasional maupun
internasional diatur oleh pemerintah melalui Undang-Undang maupun
peraturan tertulis lainnya, yaitu: UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit pasal 40 ayat 1. “dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah
Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun
sekali”, ayat 2. “Akreditasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh suatu lembaga independen baik dari dalam maupun dari
luar negeri berdasarkan standar akreditasi yang berlaku”.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa
pemerintah memberikan dukungan sepenuhnya terhadap rumah sakit
untuk mengembangkan kualitas pelayanan kesehatan sehingga mendapat
akreditasi internasional. Dengan demikian diharapkan setiap organisasi
rumah sakit mampu mengembangkan potensi dan kualitas pelayanan
kesehatan dengan semaksimal mungkin (Depkes RI, 2012).
Kementerian Kesehatan berupaya untuk menjaga mutu layanan
melalui kegiatan akreditasi rumah sakit baik rumah sakit pemerintah
maupun swasta. Dasar hukum pelaksanaan akreditasi rumah sakit adalah
UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 29 huruf b

5
menyebutkan bahwa Rumah Sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit,
kemudian pada Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi
secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali. Dari Undang-Undang
tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Akreditasi rumah sakit
penting untuk dilakukan dengan alasan agar mutu/kualitas diintegrasikan
dan dibudayakan kedalam sistem pelayanan di Rumah Sakit (UU RI No
44, 2009)
Sebagai salah satu subsistem dalam pelayanan kesehatan, rumah
sakit menjadi tempat rujukan bagi berbagai unit pelayanan kesehatan
dasar. Rumah sakit merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang jasa
dengan ciri-ciri padat karya, padat modal, padat teknologi, padat masalah
dan padat umpatan. Sejalan dengan lajunya pembangunan nasional maka
tuntutan akan mutu pelayanan kesehatan oleh rumah sakit juga semakin
meningkat. Hal ini ditandai dengan berbagai kritikan tentang
ketidakpuasan terhadap pelayanan rumah sakit berbagai upaya termasuk
melalui jalur hukum. Oleh karena itu upaya untuk menjaga dan
meningkatkan mutu layanan rumah sakit baik untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat baik internal maupun eksternal rumah sakit perlu
dilaksanakan.

B. Pelaksanaan Akreditasi RumahSakit oleh KARS


a) Definisi KARS
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) adalah lembaga
independen pelaksana akreditasi rumah sakit yang bersifat fungsional
non struktural dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan.
KARS tersebut dibentuk pertama kali pada tahun 1995 dan setiap 3
(tiga) tahun peraturan diperbarui,yang terakhir diperbarui melalui
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :417/Menkes/Per/II/2011 tentang
Komisi Akreditasi Rumah Sakit, dengan tugas dan fungsi
melaksanakan akreditasi di Indonesia.
b) Tugas KARS
1. Merumuskan kebijakan dan tata laksana akreditasi RS

6
2. Menyusun Renstra Akreditasi RS
3. Menyusun Peraturan Internal KARS
4. Menyusun standar akreditasi
5. Menetapkan status akreditasi RS
6. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan pembimbingan
serta pengembangan di bidang akreditasi dan mutu pelayanan RS
7. Mengangkat dan memberhentikan surveior
8. Membina kerjasama dg institusi di dlm maupun di luar
negeriyang berkaitan dg bid akreditasi dan peningkatan mutu
pelayanan RS
9. Melakukan sosialisasi dan promosi kegiatan akreditasi
10. Melakukan monitoring dan evaluasi dalam bidang akreditasiRS
11. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan akreditasi RS
c) Rencana Program
 Mempersiapkan KARS untuk terakreditasi intemasional oleh
ISQUA
 Menyusun peraturan internal KARS
1. Kebijakan dan tata laksana akreditasi RS
2. Pengangkatan dan Pemberhentian surveior
3. Tata tertib dan kode etik surveior
4. Diklat surveior
5. Tata cara pencatatan dan pelaporan
 Menyusun Renstra KARS
 Mempersiapkan dan menjalankan model akreditasi baru
1. Standar akreditasi
2. Tracer metodologi
3. Pedoman penyusunan dokumen akreditasi
4. Standar pelatihan surveior
5. Pembimbingan RS
 Mengejar target akreditasi RS

C. Manfaat Akreditasi
1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan Rumah
Sakit yang bersangkutan karena berorientasi pada peningkatan mutu
dan keselamatan pasien.
2. Proses administrasi, biaya serta penggunaan sumber daya akan
menjadi lebih efisien.
3. Menciptakan lingkungan internal RS yang lebih kondusif untuk
penyembuhan, pengobatan dan perawatan pasien.
4. Mendengarkan pasien dan keluarga, serta menghormati hak-hak
pasien serta melibatkan merek adalah proses perawatan.

7
5. Memberikan jaminan, kepuasan serta perlindungan kepada masyarakat
atas pemberian pelayanan kesehatan.
6. Terbentuknya budaya mutu dalam memberikan pelayanan kesehatan
pada pasien sesuai standar di RS.
7. Sebagai salah satu syarat peningkatan kelas RS.
8. Peningkatan kesejahteraan rumah sakit.

D. Standar Akreditasi Baru Rumah Sakit


1) Standar Akreditasi Baru merupakan suatu pedoman yang bertujuan
untuk :
a. Memandu manajemen RS agar efektif dan efisien
b. Memandu RS dalam upaya memperbaiki mutu, keselamatan dan
efisiensi pelayanan pasien
c. Meninjau ulang fungsi-fungsi penting RS
d. Mengetahui dan memahami standar akreditasi yang harus dipenuhi
RS
e. Meninjau ulang pemenuhan harapan standar dan persyaratan
tambahannya
f. Menjadi terbiasa dengan istilah yang digunakan di dalam standar.
2) Standar Akreditasi Baru Rumah Sakit
a. Kelompok Standar Pelayanan Berfokus pada Pasien
 Bab 1. Akses Ke Pelayanan Dan Kontinuitas Pelayanan
(APK)
 Bab 2. Hak Pasien Dan Keluarga (HPK)
 Bab 3. Asesmen Pasien (AP)
 Bab 4. Pelayanan Pasien (PP)
 Bab 5. Pelayanan Anestesi Dan Bedah (PAB)
 Bab 6. Manajemen Dan Penggunaan Obat (MPO)
 Bab 7. Pendidikan Pasien Dan Keluarga (PPK)
b. Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit
 Bab 1. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
 Bab 2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
 Bab 3. Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Pengarahan (TKP)
 Bab 4. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
 Bab 5. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)
 Bab 6. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
c. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit
 Sasaran I : Identifikasi pasien dengan tepat
 Sasaran II : Tingkatkan komunikasi yang efektif
 Sasaran III :Tingkatkan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (high-alert)

8
 Sasaran lV :Pastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-
pasien operasi
 Sasaran V :Kurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
 Sasaran VI :Kurangi risiko pasien jatuh
d. Sasaran MDGs
 Sasaran I : Penurunan angka kematian bayi dan
Peningkatan kesehatan ibu
 Sasaran II : Penurunan angka kesakitan HIV/AIDS
 Sasaran III : Penurunan angka kesakitan TB (Sutoto,
2012)

E. Elemen Penilaian Akreditasi


Akreditasi RS versi 2012 terdapat 15 bab/kelompok kerja (Pokja),
323 standar dan 1218 elemen penilaian (EP), antara lain :

NO BAB/POKJA STD EP

1 Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) 6 24

2 Hak Pasien dan Keluarga (HPK) 30 100

3 Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) 7 28

4 Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) 23 88

5 Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) 3 19

6 Akses Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK) 23 85

7 Asesmen Pasien (AP) 44 184

8 Pelayanan Pasien (PP) 22 74

9 Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) 14 51

10 Manajemen Penggunaan Obat (MPO) 21 84

11 Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) 28 109

12 Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS) 24 99

13 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) 24 83

14 Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP) 27 98

15 Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) 27 92

(Sutoto, 2012)

9
F. Proses Penilaian Akreditasi
Proses penilaian akreditasi meliputi :
1) Sumber data :
a. Wawancara : Pada pimpinan RS - Pada staf RS - Pada pasien dan
keluarga (minimal 4)
b. Observasi : Fasilitas, alat, prosedur tindakan, dll
c. Kelengkapan dokumen : Kebijakan/SK, pedoman, standar prosedur
operasional (SOP)/Protap, bukti pelaksanaan kegiatan, program
kerja, laporan harian, laporan bulanan/harian, dll.
2) Cara penilaian :
a. Tim penilai (surveyor) akan berada di RS selama ± 3 hari yang
terdiri dari 3 orang (manajemen, medis dan keperawatan).
b. Pimpinan RS kemudian mempresentasikan program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien RS.
c. Dilanjutkan telaah dokumen, telaah rekam medik tertutup dan telaah
rekam medik terbuka serta survey lapangan.
d. Penilaian lapangan ditekankan pada telusur pasien untuk di
wawancarai/ observasi langsung atas pelayanan kesehatan yang
telah/sedang/akan diterima pasien.
e. Dalam waktu yang bersamaan, kelengkapan dokumen akreditasi
juga di observasi dan ditanyakan pada jajaran staf dan pimpinan RS.
f. Temuan atas ketidaklengkapan dokumen/ kekurangan mutu
pelayanan harus diperbaiki saat itu setelah mendapat rekomendasi
surveyor.
g. Telusur lingkungan terhadap fasilitas Rumah Sakit.
h. Telusur KPS.
i. Presentasi FMEA, Pedoman Praktik Klinis/Clinical Pathways, Risk
Manajemen Dan IKP (Insiden Keselamatan Pasien).
j. Wawancara Pimpinan.
k. Exit Conference (Rustiyanto, 2010).

10
3) Hasil penilaian :
Terdapat 4 kriteria hasil penilaian terhadap EP :
a. Tercapai penuh ( skor 10)
 Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf

ditemukan jawaban “ya” atau “selalu”, atau dapat menjawab


sesuai dengan konteks pertanyaan.
 Melalui observasi dokumen, ditemukan minimal 9 dari 10
dokumen yang diminta atau 90 % dokumen lengkap.
 Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan sudah

berjalan minimal 4 bulan terakhir dari masa penilaian.


b. Tercapai sebagian (skor 5)
 Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf

ditemukan jawaban “tidak selalu” atau “kadang-kadang”.


 Melalui observasi dokumen, ditemukan 50 sampai 89 %

dokumen yang diminta.


 Bukti dipenuhinya persyaratan hanya dapat ditemukan di
sebagian daerah/unit kerja dimana persyaratan harus ada.
 Kebijakan/prosedur dapat dilaksanakan tetapi tidak dapat

dipertahankan.
 Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan sudah
berjalan 1 - 3 bulan terakhir dari masa penilaian
c. Tidak tercapai (skor 0)
 Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf

ditemukan jawaban “jarang” atau “tidak pernah”.


 Melalui observasi dokumen, ditemukan <50% dari dokumen
yang diminta.
 Bukti dipenuhinya persyaratan tidak dapat ditemukan di
daerah/unit kerja dimana persyaratan harus ada.
 Kebijakan/proses ditetapkan tetapi tidak dilaksanakan.
 Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan sudah
berjalan hanya ≤1 bulan terakhir dari masa penilaian.

d. Tidak dapat diterapkan

11
Sebuah EP dinilai “tidak dapat diterapkan” jika persyaratan
dari EP tidak dapat diterapkan di RS (contohnya, RS tidak
melakukan riset, tidak ada donasi organ).

Nilai skor kemudian akan diakumulasikan pada masing-masing


standar yang terdapat dalam bab untuk menentukan apakah suatu standar
telah mencapai batas yang telah ditentukan.EP dinilai dalam skor,
sedangkan standard dan bab/grup dinilai dalam persen (%) (Sutoto, 2012).

G. Kriteria dan Kategori Kelulusan Akreditasi Rumah Sakit


Bagi RS yang telah lulus akreditasi nantinya akan di kategorikan ke
dalam 4 tingkatan :

Pokja Pratama Madya Utama Paripurna


SKP Tiap BAB dan Tiap BAB Tiap BAB Tiap BAB dan
Rata-rata Grup dan Rata-rata dan Rata-rata rata-rata Grup
HPK
MAYOR dg Grup Grup Mayor dg Nilai ≥
PPK Nilai ≥ 80% MAYOR dg MAYOR dg 80%
PMKP Nilai ≥ 80% Nilai ≥ 80%

MDGs Tiap BAB dan


Rata-rata Grup
APK
MINOR dg
AP Nilai≥ 20%
PP
PAB Tiap BAB dan
Rata-rata
MPO
Grup MINOR
MKI dg Nilai ≥
KPS 20%

PPI Grup MINOR


dg Nilai ≥
TKP
20%
MFK

H. Faktor–Faktoryang Mendukung Keberhasilan Program Akreditasi


RS
1. Akreditasi diwajibkan dalam UU RS.
2. Akreditasi diwajibkan dalam perizinan RS.

12
3. Adanya komitmen stake holder (Kemenkes, Pemda,Pemilik RS &
seluruh jajaran di RS) untuk melaksanakan akreditasi.
4. Adanya sikap proaktif dari Dinkes Propinsi untuk pembinaan ke RS
dalam persiapan akreditasi.
5. Pemberdayaan surveior yang ada di daerah untuk efisiensi biaya.

I. Alur Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit:

PERPANJANGAN PENINGKATAN
RS PERPANJANGAN
IZIN PENINGKATAN
KELAS
RS IZIN KELAS

STUDI KELAYAKAN &


STUDI
TATAKELAYAKAN
RUANG &
TATA RUANG AKREDITASI
(PelayananAKREDITASI
bermutu - Kemkes)
(Pelayanan bermutu - Kemkes)

IZIN MENDIRIKAN
(2 thn –IZIN MENDIRIKAN
Pemda Prop/Kab/Kota)
(2 thn – Pemda Prop/Kab/Kota) MEMENUHI STANDAR INPUT,
MEMENUHI
PROSES, STANDAR INPUT,
OUTPUT/OUTCOME
PROSES, OUTPUT/OUTCOME

MEMENUHI STANDAR INPUT


MEMENUHI
(blm STANDAR
dpt memenuhi INPUT
semuanya)
(blm dpt memenuhi semuanya)
REGISTRASI
REGISTRASI
(Pencatatan resmi - Kemkes)
(Pencatatan resmi - Kemkes)
IZIN OPERASIONAL SEMENTARA
IZIN OPERASIONAL
(1 thn SEMENTARA
– Pemda Prop/Kab/Kota)
(1 thn – Pemda Prop/Kab/Kota)

IZIN OPERASIONAL TETAP


BAB IV IZIN OPERASIONAL TETAP
(5 thn – Pemda/Kab/Kota)
(5 thn – Pemda/Kab/Kota)
PENETAPAN KELAS PEMBAHASAN
PENETAPAN
(pengelompokan KELAS
RS berdasarkan
Fas & kmampuan yan berdasarkan
(pengelompokan RS - Kemkes)
FasKegiatan
& kmampuan yan -diKemkes)
akreditasi RSUD Kota Surakarta dimulai dari kegiatan
persiapan pra akreditasi yang dilaksanakan pada bulan Juli 2015. Dari awal
minggu pertama bulan Juli dilakukan pembentukan Tim yang terdiri dari 15

13
kelompok kerja dan diadakan rapat rutinsetiap minggunya. Selain itu juga mulai
dilakukan penyusunan dokumen terkait, pengiriman delegasi untuk kegiatan
training, serta perencanaan dan realisasi pembenahan sarana dan prasarana.
Pada minggu kedua Bulan Juli hingga minggu kedua bulan Agustus
dilakukan kegiatan studi banding ke RSUD Dr. Moewardi. Untuk
mengkoordinasikan kemajuan akreditasi dan memperbaharui pengetahuan terkait
akreditasi maka dilakukan rapat koordinasi tim pada minggu keempat tiap
bulannya. Pada bulan Agustus minggu pertama dan kedua dilakukan workshop.
Agenda bulan Agustus sampai dengan September yaitu workshop patient safety
dan PPI. Deklarasi Keselamatan Pasien dilakukan pada minggu kedua bulan
Agustus. Pada bulan Agustus juga dilakukan sosialisasi dokumen dan observasi
akreditasi.
Bimbingan KARS dilakukan pada minggu kedua dan ketiga bulan Agustus
dan Oktober. Self-assesment dokumen akan dilakukan pada bulan September
selama lima minggu. Untuk bulan November masih akan dilakukan bimbingan
selama dua minggu. Sampai saat ini RSUD Kota Surakarta masih dalam tahap pra
akreditasi dimana masih banyak hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk mencapai
akreditasi.
Dalam proses akreditasi ini RSUD Kota Surakarta memiliki beberapa
kendala atau hambatan yaitu:
1. RSUD Surakarta belum memiliki pengalaman akreditasi rumah sakit.
Sebelum menjadi RSUD Surakarta pada Tahun 2009, Rumah Sakitini
masih menjadi Rumah Sakit Bersalin. Sesuai Permenkes tahun 2012, setiap
Rumah Sakit baru yang telah memperoleh izin operasional dan beroperasi
sekurang-kurangnya dua tahun wajib mengajukan permohonan Akreditasi.
Oleh karena itu, RSUD Surakarta mulai sedikit demi sedikit mewujudkan
realisasi akreditasi. Selain itu, perubahan lokasi RSUD Surakarta pada`tahun
2012 ke Ngipang menjadi salah satu kendala.
2. Sumber Daya Manusia (SDM) RSUD Surakarta yang minim
SDM RSUD Surakarta yang masih minim menjadi salah satu kendala.
Setiap individu memilki job desk masing-masing sehingga akan
mengutamakan job desk untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
Oleh karena itu, perihal akreditasi akan sedikit terkesampingkan. SDM yang

14
minim juga akan berdampak pada minimnya SDM yang sudah mengikuti
pelatihan akreditasi
3. Waktu yang terbatas untuk persiapan dokumen
Rumah Sakit tentu saja mengutamakan mutu pelayanan terhadap
konsumen. Sehingga, waktu untuk mempersiapkan dokumen terkait keperluan
akreditasi sangat terbatas. Setiap individu fokus terhadap tugasnya di
pelayanan. Maka, dibutuhkan SDM dan waktu yang lebih khusus untuk
mempersiapkan dokumen akreditasi.
4. Kurangnya sosialisasi akreditasi terhadap seluruh civitas hospitalia
Sosialisasi berkenaan dengan akreditasi masih kurang dan belum
menyeluruh. Terutama terhadap pasien yang juga termasuk dalam civitas
hospitalia. Sosialisasi akreditasi harus diberikan secara merata agar masing-
masing individu dapat berperan dalam meningkatkan kualitas pelayanan
sebagai start point untuk mencapai keberhasilan akreditasi.
5. Sulitnya menyamakan persepsi terhadap prioritas pemenuhan standar
Karena akreditasi ini merupakan pengalaman baru bagi RSUD Surakarta,
menyamakan persepsi dalam hal prioritas merupakan hal yang sulit.
Diperlukan rapat dan bimbingan untuk mensinkronisasi kesenjangan persepsi
tersebut.
Untuk membantu mengatasi kendala yang timbul, terdapat beberapa
persiapan yang dapat dilakukan untuk menghadapi akreditasi rumah sakit,
diantaranya:

1. Persiapan organisasi
a. Membentuk tim khusus akreditasi yang akan bertanggung jawab atas
terlaksananya akreditasi rumah sakit dan bertugas bertanggung jawab
terhadap direktur serta membawahi civitas hospitalia.
b. Tim akreditasi terbagi menjadi beberapa koordinator sesuai dengan
pembagian hal-hal terkait persiapan dan pelaksanaan akreditasi
c. Diperlukan tim yang berdedikasi tinggi, yang kreatif dan mampu

membimbing civitas hospitalia dalam mensukseskan akreditasi. Bila perlu


tidak terikat dengan bidang pelayanan agar dapat fokus dan bekerja
maksimal terhadap keperluan akreditasi.
2. Persiapan bahan

15
a. Mempersiapkan instrumen akreditasi, sebaiknya berpedoman pada
edisi terakhir.
b. Mempersiapkan dokumen-dokumen terkait Rumah Sakit tentang
Standar, sesuai Bidang Pelayanan masing-masing.
c. Tim Akreditasi dan Pokja mempelajari, memahami & menguasai
secara rinci Instrumen Akreditasi, Dokumen standar & dokumen penting
lainnya, agar tercapai persepsi yang tersinkronisasi.
3. Penyusunan SOP
a. Bentuk Tim Inti (1- 3 orang) sebagai Penyusun SOP.
b. Penyusunan SOP dilakukan oleh Tim Inti dibantu Staf Pokja/ Unit terkait
c. Gunakan format SOP yang standar.
d. Penomoran SOP sebaiknya sentral.
e. Sebaiknya dibuat daftar SOP secara sentral, dikelola oleh Tim Akreditasi /

Staf yang ditunjuk


4. Perbaikan Struktur Proses Hasil (Outcome)
a. Pembenahan & perbaikan struktur / proses / hasil dilakukan oleh
Pokja & unit yang bersangkutan sesuai dengan pemahaman atas standar,
instrumen akreditasi, SOP dan sebagainya.
b. Setelah survei akreditasi, kegiatan ini tetap berjalan secara kontinu
& adekuat sesuai dengan kekurangan & kelemahan yang ada, serta sesuai
dengan rekomendasi surveyor
5. Self Assesment
a. Pembenahan & perbaikan yang dilakukan dievaluasi secara periodik

secara self assessment.


b. Penilaian dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi.
c. Hasil : Skor dan Nilai ( % ) dilaporkan secara periodik kepada Direktur

dan Self Assesment final dilaporkan ke KARS.


d. Penilaian dilakukan oleh Pokja yang bersangkutan dengan supervisi

Panitia Akreditasi.
e. Cara lain : dilakukan penilaian secara silang, sesuatu Pokja menilai Bidang
Pelayanan Pokja yang lain.
f. Bila Skor & Nilai tidak mencapai target, dapat dimintakan Bimbingan
Akreditasi kepada KARS
6. Persiapan Hari-H Survei
a. Permintaan tanggal survei kepada KARS, hari I survei agar dimulai
sesudah hari Senin.
b. Pada hari H-1 (Senin) dilakukan Gladi Bersih secara teliti
c. Persiapkan ruangan :ruang pertemuan surveyor & pokja, 1
surveyor 1 ruangan, ruang surveyor untuk rapat tim surveyor, ruangan2 /

16
lokasi di unit 2 pelayanan dan siapkan para staf /petugasnya, ruang
pertemuan pleno, + alat audiovisual.
d. Persiapkan usulan Jadwal Survei selama 3 hari / 4 hari, diajukan
kepada Ketua Tim Surveyor pada hari H survey.
e. Persiapan Pokja :Petugas Presentan : 1-2 orang bertugas
menjawab, menerangkan, mempresentasi hal-hal yang diminta Surveyor.
Petugas ini harus menguasai seluruh konteks Bidang Pelayanan yang
bersangkutan.
7. Kegiatan 3-4 hari Survei
a. Setiap hari : segera sesudah survei selesai, lakukan rapat koordinasi,

kumpulkan semua Pokja.


b. Tiap Pokja melaporkan :Hasil suvei, berbagai kekurangan yang ditemukan

Surveyor, PR yang harus diselesaikan (data-data yang harus dilengkapi,


dan sebagainya), Gambaran tentang Surveyor (kritikan maupun pujian),
Sore / Malam hari itu juga selesaikan hal-hal yang didiskusikan pada
Rapat Koordinasi tersebut. Hal tersebut dilakukan tiap hari (Rustiyanto,
2010).

17
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
1. Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan terhadap Rumah Sakit yang
diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, setelah dinilai bahwa Rumah Sakit itu
memenuhi Standar Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit secara berkesinambungan.
2. Penilaian akreditasi dapat berasal dari dalam negeri melalui lembaga
KARS maupun dari luar negeri yaitu JCI dimana keduanya mengacu pada
standar: kelompok sasaran yang berfokus pada pasien, kelompok standar
manajemen rumah sakit, kelompok keselamatan pasien dan sasaran
MDGs. Hal ini sesuai dengan tujuan akreditasi, yaitu meningkatkan
keselamatan pasien rumah sakit dan meningkatkan perlindungan bagi pasien,
masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit dan rumah sakit sebagai
institusi.
3. RSUD Kota Surakarta sampai dengan saat ini berada pada tahap pra
akreditasi yaitu persiapan untuk mencapai akreditasi dimana terdapat
beberapa kendala seperti: belum adanya pegalaman akreditasi RSUD Kota

18
Surakarta, SDM yang minim, waktu yang terbatas untuk mempersiapkan
dokumen yang diperlukan, kurangnya sosialisasi akreditasi terhadap
seluruh civitas hospitalia serta, sulitnya menyamakan persepsi terhadap
prioritas pemenuhan standar

B. Saran
1. Perlu dilakukan sosialisasi yang menyeluruh terhadap civitas hospitalia
hingga pasien agar masing-masing individu dapat berperan dalam
mencapai keberhasilan akreditasi yang maksimal.
2. Diperlukan kegiatan studi banding ke rumah sakit yang lebih
berpengalaman dalam hal akreditasi serta mengundang trainer untuk
dilakukan pelatihan dan bimbingan terkait persiapan dan kegiatan
akreditasi.
3. Perlu dilakukan persamaan persepsi terkait hal-hal prioritas dalam
akreditasi agar tidak ada kesenjangan.
4. RSUD Kota Surakarta harus tetap terus mengembangkan diri demi
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal, meningkatkan mutu
pelayanancontohnya dengan menambahkan sumber daya manusia (baik
PNS maupun non PNS) atau penambahan sarana-prasarana penunjang baik
medis maupun non-medis.

19
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI (2007). Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI (2009). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2009 tentang
Standar pelayanan minimal rumah sakit, http://www.spm.depkes.go.id.
diakses pada tanggal 20 Agustus 2015.

Depkes (2011).Instrumen akreditasi rumah sakit standar akreditasi versi 2012


edisi-1. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Depkes RI (2012). Pedoman pelaksanaan jaminan kesehatan


masyarakat(JAMKESMAS). Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia.

Rustiyanto, E. 2010. Stastistik rumah sakit untuk pengambilan keputusan.


Yogyakarta: Cetakan Pertama Graha Ilmu.

Sutoto, 2012. Instrumen akreditasi rumah sakit standar akreditasi versi 2012.
Jakarta

The Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations (2011). US


Department of Health and Human Services. Oakbrook Terrace, Illinois
USA

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44, Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

20

Anda mungkin juga menyukai