Anda di halaman 1dari 12

3.3.

Pengaruh Temperatur Dan Tekanan Terhadap Semen


Kenaikan temperatur dan tekanan akan kenaikan compressive strength dari
semen. Akan tetapi untuk temperatur diatas 230 °f, compressive strength dari semen
turun. Penurunan strength dari semen disebut dengan strength retrogression.
Strength Retrogression dapat juga terjadi karena penambahan air diwaktu pembuatan
bubur semen selalu banyak. Selain dari itu pemakaian dari additive terlalu banyak
dapat menyebabkan strength retrogression. Bentonite yang terlalu banyak juga
minyaknya, sebab bentonite harus dibatasi dan bentonite jangan digunakan untuk
temperatur yang lebih dari 230 °f. Strength semen akan naik dengan bertambahnya
waktu. Hal ini berlangsung sampai waktu setahun atau lebih, setelah itu strength dari
semen konstan.

3.4. Tekanan Squeeze Yang Dibutuhkan


Menggunakan air asin zat kimia dalam menentukan tekanan rekah formasi
yang akan di Squeeze. Lumpur tidak dapat digunkan sebagai fluida rekah formasi,
karena padatannya dapat menyumbat pori-pori dari lapisan formasi yang direkahkan.
Tekanan yang diberikan di permukaan ditambah dengan tekanan fluida pendorong
dan tekanan bubur semen lebih besar dari tekanan rekah formasi. Ini suatu ketentuan
tekanan yang diperlukan untuk Squeeze bertekanan tinggi.
3.6 Teori Squeeze Cementing
Mekanisme dehidrasi semen jika ditempatkan dipermukaan media beroprasi yang
kemudian di dalam penekanan adalah sama persis seperti lumpur pemboran (proses
terjadi mud cake). Bubur semen bukanlah fluida sesungguhnya akan tetapi adalah
partikel-partikel padatan semen yang dikelilingi air, jadi bubur semen tidak bisa
dipompa kedalam batuan yang berpemeabilitas seperti halnya fluida yang
sesungguhnya seperti minyak atau air.
Jika semen terhidrasi pada media berpori berpermeabilitas, air akan terperas dari
campuran buburnya dan endapan padatnya yang terdiri dari partikel-partikel semen
akan terbentuk dipermukaan media berpermeabilitas tersebut membentuk suatu “filter
cake”.
Ketebalan “filter cake” semen tersebut tergantung kepada:

a. Permeabilitas dari filter cake atau formasi (mana yang paling rendah).
b. Karakteristik perasan (filtration) dari bubur semen.
c. Besarnya perbedaan tekanan yang dikerjakan.
d. Lama waktu penekanan.

3.7 Teknik-Teknik Squeeze Cementing


Pengerjaan squeeze cementing bukanlah pekerjaan yang bisa dibuat standar yang
bisa memenuhi semua keadaan. Setiap sumur masing-masing mempunyai problem-
problem khusus yang kadang-kadang tidak bisa diperkirakan. Oleh sebab itu
pekerjaan squeeze cementing sangat tergantung kodisi di lapangan karena squeeze
cementing dipergunakan terutama untuk hal-hal sebagai berikut:

3.7.1 Rekomplesi
1. Braden Head (open ended tubing) squeeze, metod ini digunakan dengan cara
menempatkan cement slurry di depan perforasi dan disebut “blancing – the plug”.
Setelah slurry dicampur, slurry kemudian dipompa kedalam tubing dan diikuti oleh
sejumlah fluida workover yang sudah dihitung sehingga membentuk suatu
keseimbangan (kesamaan tinggi) kolom slurry didalam tubing dan annulus.
Keuntungan Braden Head Squeeze:
a. Tidak memerlukan peralatan khusus.
b. Resiko casing pecah terhindar.
c. Bisa melakukan squeeze job pada casing berdiameter kecil.
Kerugian:
a. Perlu tes tubing.
b. Tidak dapat mendeteksi kebocoran casing.
c. Casing terkena tekanan squeeze.

2. Packer (tool) squeeze, packer squeeze biasanya dipakai apabila:


a. Perkiraan tekanan squeeze akan melebihi kekuatan casing.
b. Casing sudah tua dan bisa saja ada kebocoran di atas perforasi yang akan di
squeeze.
c. Terdapat perforasi atau casing yang bocor yang pernah diperbaiki diatas perforasi
yang akan disqueeze.
Packer yang digunakan adalah dari jenis retrievable packer yang diturunkan bersama
tubing dan diset secara mekanical dan hidrolik.
Keuntungan-keuntungan:
a. Casing dan tubing dapat dites dari kebocoran.
b. Casing terlindung dari tekanan squeeze yang tinggi.
c. Semen tetap berada didalam tubing di atas packer.
d. Bisa melakukan squeeze operation dengan tekanan tinggi.
Kerugian:
a. Biaya tinggi.
b. Resiko packer terjepit (stuck).
c. Resiko meninggalkan ikan (fish) didalam sumur.
Re-komplesi dapat kezona lebih atas atau plugback dan dapat ke zona lebih bawah
atau ke zona yang sama. Pada dasarnya squeeze cementinguntuk keduannya sama
namun perbedannya adalah perlu pembersihan semen sisa bekas squeeze operation
zona atas.

3.7.2 Perbaikan Kegagalan Primary Cementing


Kegagalan primary cementing yang dimaksud disini adalah terjadinya channel-
channel, saluran-saluran pada cement dibelakang casing sehingga menimbulkan
antara zona-zona yang berbeda reservoir atau zona-zona air gas dan minyak.

3.7.3 Memperbaikai Kebocoran Casing


Memperbaiki kebocoran casing yang terjadi diatas top of primary cement selalu
banyak menimbulkan problem. Tidak hanya tingkat keberhasilannya rendah tetapi
juga memerlukan bermacam-macam usaha yang kadang-kadang mahal. Salah satu
problem dalam perbaikan casing ini adalah cement harus mengisi ruangan dibelakang
casing, sedangkan banyak terjadi formasi losscirculation sebab perforasi dangkal
yang harus menderita tekanan penyemenan yang bisa merekahkan formasi ini. Untuk
memeperbaiki casing yang dangkal adalah dengan menggunakan slurry yang
mempunyai fluida loss tinggi.

3.8 Squeeze Cementing Pada Zona Lost Formation


Pekerjaan squeeze cementing yang dilakukan pada zona atau daerah yang loss,
sehingga semen yang dipompakan tidak menempati daerah yang kita inginkan atau
dengan kata lain semen yang dipompakan tersebut akan masuk ke formasi.
Dilihat dari penyebab-penyebab anatara lain:
a. Merupakan zona atau derah yang kadar kepasirannya sangat tinggi
(unconsolidated).
b. Merupakan zona atau daerah yang mempunyai permeability tinggi.
c. Merupakan zona atau daerah yang porositasnya tinggi dan beronga-ronga.
Daerah atau zona loss formation dapat kita tentukan dengan injectivity test yang
rendah ( < 50 psi ). Untuk profil injeksi formasi diklasifikasikan atas tiga jenis
berdasarkan injectivity test dengan standart 0,6 BPM, yaitu:
a. Tight injection (injection pressure> 200 psi)
Digunakan hanya untuk satu sistem bubur semen (slurry) yaitu tail slurry dengan fluid
lossnya rendah.
b. Moderate injection (50 psig < injection pressure< 200 psi)
Digunakan untuk 2 sistem bubur semen yang lead slurry dan tail slurry bubur semen
(slurry) mempunyai fluid loss yang tepat.
c. Loss injection (injection pressure< 50 psi).
Dugunakan untuk 2 sistem diatas, pengguna dua sistem ini untuk menempatkan bubur
semen lead slurry dan tail slurry.

3.9 Cara-Cara Squeeze Cementing


Dikenal dua Squeeze Cementing pada umumnya yaitu:
a. Squeeze Tekanan Tinggi

3.10 Cara Pemompaan Bubur Semen


dikenakan dua cara pemompaan bubur semen pada squeeze cementing ini yairu:

1. Cara Hesitation
.

2. Cara Stage Cementing

3. Cara Bradenhead
Metode ini digunakan dengan cara menempatkan cement slurry di depan perforasi.
Setelah slurry dicampur, slurry kemudian dipompa kedalam tubing dan diikuti oleh
sejumlah fluida work over yang sudah dihitung sehinggan membentuk suatu ke
seimbangan kolom slurry didalam tubing dan annulus. Tubing diangkat diatas cement
slurry dan tubing di lakukan sirkulasi balik untuk membersikan kelebihan cement.

3.11 Faktor Yang Harus Dipertimbangkan Dalam Squeeze Cementing.


3.11.1 Penentuan Jenis (Kandidat) Semen
Hampir keseluruhan sumur mempunyai produksi air yang sangat tinggi, sumur
yang mempunyai water cut yang tinggi di squeeze setelah dilakukan suatu injection
profile dan rencana slurry yang diperlukan untuk pengerjaan.
Berbagai squeeze yang digunakan dapat dikelompokan dengan analisa cement bond
log, log yang dilakukan setelah primary cement job (biasanya menggunakan log
string).

3.11.2 Seleksi Fluida Yang Dipakai Dalam Kerja Ulang


Teknik squeeze cementing dengan tekanan rendah hanya bisa dilakukan jika
fluida yang bersih seperti air, garam (salt water) atau minyak dipakai didalam
pekerjaan kerja ulang (workover). Kemungkinan sukses pekerjaan squeeze cementing
dapat diperoleh jika sumur diperforasi dengan fluida tanpa padatan dan tidak untuk
sumur-sumur yang diperforasi dengan workover fluidnya lumpur pemboran. Jika
perforasi dilakukan dengan lumpur sebagai completion atau workover fluid maka
kemungkinan besar perforasi akan tersumbat oleh bagian padatan lumpur yang tidak
dibersihkan selama masa produksi.
Pada pekerjaan squeeze cementing untuk hal tersebut diperlukan tekanan yang
lebih berat dari tekanan rekah formasi (formation fracture) agar sumbatan padatan
lumpur didalam lubang perforasi bisa dipecahkan. Jika perforasi direkahkan,
diperlukan volume semen yang lebih untuk mengisi rekahan-rekahan. Sebenarnya
penyemenan dengan tekanan tinggi tidak diharapkan sebab:

a. Packer atau retainer harus diperlukan untuk melindungi casing dari tekanan
tinggi, yang bisa merusak casing.
b. Volume semen yang relatif lebih banyak yang diperlukan untuk mengisi rekahan
yang dihasilkan tekanan tinggi.
c. Rekahan yang vertikal yang dihasilkan tekanan tinggi akan merambat kebatas gas
atau air dalam formasi.
Tetapi kadang-kadang sumbatan padatan lumpur itu tidak terpecahkan walaupun
dengan tekanan tinggi. Cara yang terbaik untuk mengtasi ini adalah dengan aciditing
(pengasaman) sebelum operasi squeeze cementing.
Keuntungan nyata squeeze cementing dengan tekanan rendah adalah penggunaan alat-
alat yang lebih murah dibanding dengan squeeze cementing tekanan tinggi. Pompa rig
workover dalam hal ini masih bisa dipakai untuk memompa dan men-squeeze semen.

3.11.3 Pre-job planning


Data spesifikasi haruslah diperoleh sebelum perencanaan squeeze job. Data
tersebut nantinya dipergunakan dalam perencanaan dan implementasi job, beberapa
diantaranya:
a. Gradient formasi fracture.
b. Nature formasi (porositas, permeabilitas, rekah).
c. Maksimum bottom hole temperature.
d. Volume semen yang ditempatkan dilintasan squeeze interval dari squeeze job
awal.
e. Tekanan formasi, differential pressure dan karakteristik fluida.

3.11.4 Service Company Equipment


Dalam melakukan cementing harus ada peralatan pendukung yang mampu
menginjeksi cement secara hydraulic yaitu snubbing unit atau coil tubing unit. Namun
dalam penulisan tugas akhir peralatan yang digunakan ialah snubbing unit.
Snibbing unit adalah suatu unit melakukan intervensi sumur dengan sejumlah joint
pipa, kemampuan untuk rotasi, sirkulasi, menahan beban yang yang berat, dan dapat
dioperasikan pada sumur yang berada dalam keadaan under pressure. Pipa pada
snubbing unit yang dimasukan kedalam sumur disebut dengan “macaroni”.

3.11.5 Responsibility On Site


Responsibility selama perencanaan dan selama pekerjaan dimulai saat squeeze
job. Responsibility ini haruslah diperhatikan tetapi tidak dibatasi oleh beberapa hal
diantaranya:
a. Menjamin keseluruhan perhitungan relative benar, perhitungan ini termasuk
panjang tubing, casing dan perhitungan volume tubing. Quantitas cement dan volume
lubang yang diperlukan perhitungan cement slurry (yield dan density) serta tekanan
dan laju displacement.
b. Menetapkan cement sllurry yang dicampur dan dipompakan pada daerah yang
diinginkan satu atau multi cement.
c. Selalau menghabiskan pada salah satu “tail gate” saat meeting untuk:
1. Memberitahukan kepada selurry personal tenteng keadaan squeeze job.
2. Membuat perhitungan.
3. Membuat prosedur yang akan digunakan selama berlangsungnya squeeze job.
4. Mengulang secara verbal langkah demi langkah untuk pekerjaan.
d. Selalu mengawasi jumlah yang masuk ssat kelangsungan pekerjaan.
Mencampurkan additive yang dilakukan pada saat job rigging up keseluruhan
peralatan mengembangkan injection profile, cement mixing. Penempatan cement
slurry kedalam lubang dan teknik membuat tekanan.
e. Menjamin densitycement slurry yang tersisa sebagai spesifik penembusan saat job
dengan ditimbang secara berkala dan disesuakan.

3.11.6 Perekaman Data


Untuk menambah squeeze lebih mudah dapat diselesaikan dengan perekaman
data permukaan squeeze. Data tersubut dapat dianalisa untuk menentukan apakah
squeeze job yang dilakukan dan hambatan pada saat job berlangsung yang merupakan
hal yang sering terjadi. Data juga digunakan untuk menentukan secara statistik data
yang sangat berguna untuk squeeze job selanjutanya.

3.11.7 Perencanaan Cement Slurry


Perencanaan cement slurry harus dianggap sebelum pekerjaan dimulai untuk
jumlah sampel yang diizinkan saat slurry. Bagaimanapun perencanaan awal haruslah
dicocokkan pada keadaan lingkungan sumur dengan menggunakan data yang diambil
dari infeksi profile awal.
Maka masalah ini cement slurry harus direncanakan dengan cocok pada tiap range
atau tekanan, rates dan temperature.
Tekanan dan temperatureadalah dua variable artinya cement slurry harus
direncanakan temperature dan tekana untuk tiap area kriteria yang sangat penting
untuk dihitung adalah fluid loss dan harga thickening time.
Design cement slurryguidelines telah ditetapkan untuk pengembangan dan test slurry
yang digunakan. Perencanaan ini harus dicocokan dengan tiga katagori injeksi: loose,
moderate dan tight yang terdapat pada nomer wells dan Diversitty Bottom Hole
Temperature (BHST). Cement slurry testing dan perencanaan tersebut harus
difokuskan pada tiga kelompok.
Untuk beberapa squeeze slurry yang digunakan, thickening time dan filtrasi control
dapat ditentukn dengan fluid loss additive. Accelerators dan tiga kelompok
temperature tersebut meliputi:
1. Total thickening time.
Thickening timecement slurry harus dilakukan pada saat hesitation squeeze, schedule
tipa-tipa group. Thickening time harus ditentukan untuk coolest temperature dan
hosttest temperature lapangan ditiap group.
2. Harga fluid loss.
3. Free water dan settling test.

Seluruh slurry harus di test untuk mengetahui karakteristik free water dan settling.
Free water harus dibatasi dari nol atau free water yang mana cement slurry yang
diambil diperlukan dalam squeeze cementing, tidak settling yang diizinkan.
Design cement yang minimun ini akan mempermudah operator saat penentuan
sistem yang terbaik untuk digunakan setelah penganalisaan data injeksi profil. Tiga
design cemnt juga memperkecil testing time yang diperlukan sebagai slurries
lainnyaa.
Pemberat additive dilokasi harus dibatasi besar pengiriman dilokasi yang
kualitasnya rendah dan tidak akan cocok dengan akurasi yang didapatkan dari bulk
plant scales. Secara sedarhana additive ini akan terbungkus untuk 25 saccement
slurries. Secara praktis hal ini hanya menciptakan hubungan keras yang tidak
diperlukan umtuk keseluruhan group yang lebih dulu dan selama job.

3.11.8 Volume Slurry


Volume slurry harus seminim mungkin apabila squeeze job dilakukan dengan
pipa ukuran kecil (coil tubing atau macaroni string).
Tekanan sirkulasi balik (reverse circulation) akan terlalu besar yang
kemungkinan akan melebihi tekanan squeeze akhir (final squeeze pressure) jika
semen tidak semuanya ter “squeeze” hal ini disebabkan perbedaan tekanan hydrostatik
dalam pipa kecil yang berisi cement dan fluida workover diluar pipa tersebut.

3.11.9 Pencampuran Bubur Semen


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencampuran:
a. Fresh water (air bersih tidak mengandung banyak garam) selalu harus dipakai
untuk mencampur smen. Seperti diketahui air laut atau air asin dilapngan yang
mempunyai kadar konsentrasi garam yang rendah sebagai accelator.
b. Dahulukan penambahan retarder, fluid loss atau additive lainnya kedalam air.
c. Tambahkan semen kedalam campuran. Jika gel harus dicampurkan kedalam
slurry, masukan terlebih dahulu satu sack semen kedalam campuran air untuk
mengurangi yield bentonite kemudian secara bersama-sama masukan smen dan
bentonite.

3.11.10 Membuang Kelebihan Semen Dari Lubang Semen


Setelah finnal squeeze pressure tercapai, maka semen yang akan tersisa
didalam lubang sumur harus dibersihkan untuk melanjutkan pengerjaan-pengerjaan
berikutnya dibawah zona yang di squeeze ini. Kelebihan atau sisa semen ini bisa
dibersihkan dengan cara:
a. Sirkulasi pada waktu semen masih “cair”
b. Dibor kemudian setelah semen kering.
Jika fluida semen harus disirkulasi dari sumur, maka sirkulasi harus dilakukan balik
(reverse) yaitu pemompaan harus dilakukan melalui annulus dan kembali
kepermukaan malalui tubing. Hal ini untuk menghindari kemungkinan tubing. Hal ini
untuk menghindari kemungkinan tubing tersemen ditempat. Jika memakai packer
maka sebaliknya memasang beberapa batang tail pipe dibawah packer.

3.11.11 Waktu Tunggu Semen (WOC/Waiting On cement)


Beberapa factor termasuk temperatur dan tekanan sumur perbandingan air/semen,
persentasi retarder menentukan berapa lama sesudah operasi squeeze, semen
mempunyai kekuatan. Tidak ada kriteria khusus bahwa WOC harus memakai 18
semen dengan 24 jam. Yang penting justru semen harus mempunyai waiting on
cement serendah mungkin untuk masi bisa melanjutkan pekerjaan berikutnya.
3.11.12 Pengujian Squeeze Job
Dimaksudkan pengujian disini adalah apakah perforasi yang sudah di squeeze itu
tersumbat dengan baik atau masih ada kebocoran. Jika pengujian dilakukan pada
penyemenan dimana kelebihan semen sudah dibuang dari sumur (apakah dengan cara
sirkulasi atau dibor) maka pengujian dilakukan tes tekanan kesumur, istilahnya
negative test. Yaitu memberikan tekanan tertentu sesuai dengan safety factor dan
tahan tekanan beberapa saat untuk mengamati apakah terjadi penurunan tekanan atau
tidak. Jika tidak terjadi penurunan tekanan berarti lubang perforasi atau
chanelingyang di squeeze terisolate, dan jika sebaliknya maka lubang perforasi atau
chaneling yang di squeeze tidak terisolate.
Setelah melakukan tes tekanan kemudian dilakukan lagi positif test yaitu test
produksi dengan cara penginjeksian gas yang diambil dari flowline yang dialirkan
kesumur melalui pipa macaroni guna mengetahui apakah masih ada water yang ikut
terproduksi, bila hasil squeeze cementing tidak dapat menutupi seluruh zona yang
terbuka sehingga masih terjadi kebocoran dan air masih terproduksi, dari sisi kualitas
pekerjaan itu memang dapat dinyatakan sebagai suatu kegagalan. Namun bila ditinjau
lebih jauh, yaitu walaupun semen tidak dapat menutup seluruhnya zona yang terbuka,
setidaknya dapat mengurangi jumlah terproduksinya air. Dan bila jumlah air yang
terproduksi ternyata berkurang dari semula sehingga bisa diterima dalam batas
ekonomis maka pekerjaan cementing dapat dinyatakan berhasil.

3.12 Evaluasi Hasil Penyemenan


1. Dari hasil evaluasi dapat ditunjukan antara lain:
a. Kualitas penyemenan.
Maksudnya adalah penyemenan ikatan semen baik atau tidak

3.12.1 Cement Bond Log


Cement Bond Log termasuk acoustic logging. Logging berdasarkan getaran
suara yang diberikan. Casing yang tidak terseman akan banyak menyerap getaran
suara yang diberikan, sedangkan casing tersemen dengan baik. Berdasarkan
penyerapan getaran suara dapat dibedakan semen yang mempunyai ikatan yang baik
atau terdapat channeling didalam semen. Selain itu dengan cement bond log dapat
dilihat puncak semen di annulus.
3.12.2 Temperature Survey
Temperature survey membedakan suhu dari casing yang akan tersemen dan yang
tidak tersemen. Bagian yang tersemen mempunyai panas tambahan karena dalam
pengrasannya semen mengeluarkan panas. Survey ini sangat baik untuk menentukan
puncak semen diannulus.

3.13 Menentukan Volume Bubur Semen Squeeze Yang Dibutuhkan


Untuk menentukan volume bubur semen yang dibutuhkan lebih dulu harus
diketahui diameter dalam dari casing dan diameter luar tubing serta tinggi kolom
semen yang diinginkan. Setelah data-data tersebut diperoleh maka volume bubur
semen dapat dicari dengan persamaan:

1. Menentukan panjang kolom maksimum


Rumus yang digunakan

X 
FGxh  500  0,052 xhxc
0,052( s  c)

2. Volume Bubur Semen


Vmax ......................................................................................................................................................................... = X.Vt
cuft
3. Penentuan Banyaknya Semen Kering Yang Dibutuhkan

3.14 Perhitungan Tekanan


Perhitungan tekanan merupakan salah satu perhitungan yang berarti dalam
melaksanakan operasi squeeze cementing. Dalam perhitungan tekanan ini dapat
diketahui irregularitas yang mungkin terjadi selama pendorong dan mungkin
berpengaruh baik pada tekanan maksimun yang diharapkan dan menjadi
pertimbangan terakhir pada sebagian waktu operasi penyemenan selesai. Tekanan-
tekanan yang berhubungan dengan operasi penyemenan adalah :

1. Tekanan Hidrostatis
Ph = 0.052 x ps x h
2. Prf @h ft = Gf x h

3.15 Perencanaan Pekerjaan Squeeze


3.15.1. Fluida Dalam Sumur

3.15.2. Desain Bubur semen

Anda mungkin juga menyukai