Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Infestasi tungau kepala (pediculosis kapitis). infestasi ini masih merupakan infeksi yang
masih sangat sering ditemukan, terjadi secara endemis di Negara yang sedang berkembang dan
secara epidemis di “dunia barat”, tempat kasus biasanya terjadi disekolah dan di komunitas lain
yang didominasi anak-anak. Infeksi biasanya ditularkan melalui kontak langsung kepala ke
kepala, meskipun sebagian ahli percaya bahwa topi dan sisir dapat menjadi alat penular. [1]
Pediculus humanus capitis adalah salah satu ektoparasit penghisap darah yang
berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat menetap. Masalah yang ditimbulkan tungau pada
manusia adalah gatal akibat saliva. Rasa gatal akan mengakibatkan orang untuk menggaruk
kepala. Kebiasaan menggaruk yang intensif dapat menyebabkan iritasi, luka, serta infeksi
sekunder. [2]
Penyebaran Pediculosis capitis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor sosio-
ekonomi, tingkat pengetahuan, personal hygiene buruk, kepadatan tempat tinggal, dan
karakteristik individu seperti umur dan panjang rambut. Pada daerah padat penduduk sering
ditemukan penyakit ini, salah satunya adalah pondok pesantren.[2]
Pada anak sekolah prevalensi penyakit kulit umumnya masih tinggi hal ini menyebabkan
prevalensi Pediculosis capitis masih tinggi di pesantren dikarnakan kurangnya perhatian baik
dari pihak pemilik, pengurus, maupun pemerintah dari segi kebersihan, perilaku, maupun
kepedulian terhadap kesehatan. Budaya tradisonal juga merupakan factor resiko lain dimana
mereka akan saling berbagi tempat tidur. Kondisi tersebut sangat menunjang kelangsungan daur
hidup tungau, kutu bahkan infeksi parasit lainnya.[3]
Gejala klinis penyakit Pediculosis capitis pada anak infestasi kronik Pediculosis capitis
menyebabkan anemia yang akan membuat anak lesu, mengantuk serta mempengaruhi kinerja
belajar dan fungsi kognitif, selain itu pada saat malam hari anak-anak yang terinfeksi mengalami
gangguan tidur karena rasa gatal dan sering menggaruk. Dari sisi psikologis, infestasi kutu
kepala membuat anak merasa malu karena diisolasi dari anak lain.[3]
Penulis referat ini bertujuan untuk menguraiakn lebih lanjut mengenai Peduculosis capitis
sehingga memberikan pengetahuan dalam diagnosis, tatalaksana serta mencegah terjadinya
rekurensi penyakit ini.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh Pediculus humanus var capitis.[4]
Peduculosis adalah gangguan yang disebabkan oleh infestasi tungau salah satunya tungau
pada kepala disebut Pediculus humanus var capitis yang termasuk family pediculidae. [3]

B. Epidemiologi
Penyakit terutama menyerang anak-anak dan cepat menyebar dalam lingkungan hidup
yang padat, misalnya di asrama dan panti asuhan, disertai dengan kondisi hygiene yang
buruk, misalnya jarang membersihkan rambut atau rambut relative sulit dibersihkan (rambut
yang sangat panjang pada wanita). Cara penularan biasanya melalui perantara (benda),
seperti sisir, bantal, kasur dan topi.[3]
Anak-anak usia 3-11 tahun memiliki insiden tertinggi, bervariasi 10% di Malaysia, 40%
ditaiwan. Lebih sering terkena pada anak peremuan dikarnakan memiliki rambut panjang
serta umum pertukaran kuas,sisir dan aksesoris rambut lainnya. Kutu kepala sangat jarang
pada afrika-amerika karena tidak dapat meletakkan posisi telur pada rambut keriting yang
kasar. [3]

C. Etiologi
Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan menjadi kemerahan
jika telah menghisap darah. Betina mempunyai ukuran yang lebih besar (panjang 1,2-3,2
mm lebar lebih kurang setengah panjangnya) daripada yang jantan (sekaligus jumlahnya
lebih sedikit). Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa, dan dewasa. Telur
diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut (makin ke ujung terdapat
telur yang lebih matang).[5]

Siklus Hidup
Sikulus hidup kutu rambut terdiri dari 3 tahap : telur, nimpa, dan dewasa.

2
Telur : telur kutu rambut berukuran 0,8 – 0,3 mm dan berbentuk oval. Telur diletakkan oleh
betina dewasa pada pangkal rambut yang terdekat dengan kulit kepala. Telur membutuhkan
waktu sekitar 1 minggu untuk menetas (6 – 9 hari).
Nimpa : telur yang menetas akan berubah menjadi nimpa. Nimpa terlihat seperti
kutudewasa tetapi berukuran lebih kecil. Nimpa akan menjadi matang setelah 3 kali berubah
dan menjadi dewasa dalam waktu 7 hari setelah menetas.
Dewasa : Kutu dewasa berukuran kira – kira sebesar biji wijen, memiliki 6 buah kaki.
Dewasa betina biasanya berukuran lebih besar dari jantan dan dapat mengeluarkan 8 telur
setiap hari. Untuk dapat bertahan hidup, kutu dewasa harus menghisap darah beberapa kali
sehari. Tanpa darah, kutu dewasa akan mati dalam waktu 1 – 2 hari.

Gambar 2.1 Pediculus capitis dari kiri ke kanan : female, male dan nimfa.[6]

3
Gambar 2.2 Siklus Hidup Pediculus capitis[6]

D. Patogenesis
Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan rasa gatal.
Gatal tersebut timbul karena pengaruh saliva dan ekskreta dari kutu yang masuk kedalam
kulit sewaktu menghisap darah.[8]
Kutu kepala (Pediculus capitis), adalah serangga serangga yang sangat spesifik kira-kira
seukuran biji wijen (2-3 mm). Parasit ini wajib makan secara eksklusif darah pada host
sekitar setiap 4-6 jam. Kutu betina hidup selama 30 hari, selama waktu itu dia meletakkan
telurnya antara 5-10 telur sehari di batang rambut. Telur yang berbentuk kapsul atau oval
berukuran 0,8 mm, telur diletakkan disepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut.
umumnya telur yang berada pada jarak 1 cm dari kulit kepala tidak diketahui. Telur biasanya

4
ditemukan 15 cm atau lebih dari kulit kepala, terutama di daerah di atas tengkuk leher. Telur
menempel ke rambut individu dengan menggunakan matriks protein yang sangat mirip
dengan bahan asam amino dari helai rambut manusia itu sendiri. Kutu kepala jarang hidup
lebih dari 36 jam dari host tanpa makan darah; Namun, dengan suhu yang sesuai (82-
90˚F/28-32˚C) dan kelembapan (70-90%), telur kutu dapat bertahan dan menetas setelah 10
hari jauh dari inang. Penularan terjadi melalui kontak head-to-head langsung menggunakan
benda seperti sisir, tempat tidur, aksesoris rambut, helm dan tutup kepala lainnya.[6]

E. Faktor Resiko
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya pediculosis capitis :
1) Usia, terutama pada kelompok umur 3-11 tahun
2) Jenis kelamin, perempuan lebih sering terkena penyakit Pediculosis capitis karena
hampir semuanya memiliki rambut yang lebih panjang dari pada laki-laki
3) Menggunakan tempat tidur atau bantal bersamaan
4) Menggunakan sisir, aksesoris rambut bersamaan, pada keadaan menggunakan sisir
secara bersamaan akan membuat telur bahkan tungau dewasa menempel pada sisir
maka akan tertular, begitu juga dengan aksesoris rambut seperti kerudung, bando,
dan pita
5) Panjang rambut, orang yang memiliki rambut yang lebih panjang sulit untuk
membersihkannya dibanding orang berambut pendek
6) Frekuensi cuci rambut
7) Ekonomi, tingkat sosial ekonomi yang rendah merupakan faktor resiko yang
signifikan dengan adanya infestasi tungau, selain itu juga dikarenakan
ketidakmampuan untuk mengobati infestasi secara efektif. [14]
8) Bentuk rambut, pada orang afrika atau negro afrika-amerika yang mempunyai
rambut keriting jarang yang terinfestasi kutu kepala karena tungau dewasa betina
susah untuk meletakkan telur.[7]

5
F. Manifestasi klinis
Gejala utama dari manifestasi tungau kepala ialah rasa gatal, namun sebagian orang
asimptomatik dan dapat sebagai karier. Masa inkubasi sebelum terjadi gejala sekitar 4-6
minggu. Tungau dan telur paling banyak terdapat didaerah oksipital kulit dan
retroaurikuler.[5]
Tungau kepala dapat ditemukan dikulit kepala berwarna kuning kecoklatan sampai putih
keabu-abuan, tetapi dapat berwarna hitam gelap bila tertutup oleh darah.Tungau akan
berwarna lebih gelap pada orang yang berambut gelap. Telur berada diatas rambut dan
berwarna kuning kecoklatan atau putih, tetapi dapat berubah menjadi hitam gelap bila
embrio didalamnya mati. [3]
Gigitan dari tungau dapat menghasilkan kelainan kulit berupa eritema, makula dan
papula, tetapi pemeriksa seringnya hanya menemukan eritema, ekskoriasi dan skuama. [6]

Gambar 2.3 Pediculosis captis. Terdapat makula eritematous dan ekskoriasi pada bagian
belakang leher.[3]

6
Gambar 2.4 Telur Pediculus capitis berwarna kuning kecoklatan sampai putih keabu-
abuan yang terdapat di rambut. [6]

Gambar 2.5 Gambaran klinis Pediculosis capitis berupa macula eritema,ekskoriasi, papul
dan telur tungau yang menempel pada rambut.[3]

Garukan pada kulit kepala dapat menyebabkan terjadinya erosi, ekskoriasi dan infeksi
sekunder berupa pus dan krusta. Bila terjadi infeksi sekunder berat, rambut akan bergumpal
akibatnya banyaknya pus dan krusta.[3] Keadaan ini disebut plikapelonika yang dapat
ditumbuhi jamur. Tungau kepala adalah penyebab utama penyakit pioderma sekunder dikulit
kepala di seluruh dunia. [7]

7
G. Pemeriksaan Penunjang

1. Ditemukan tungau dewasa, nimfa atau telur di daerah oksipital dan retrouarikular.[4]
2. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis, Pemeriksaan mikroskop dapat mengkonfirmasi diagnosis. Dengan
pemeriksaan mikroskop dapat terlihat tungau dewasa dengan berukuran 1.0-1.5,
berwarna kelabu, kepala berbentuk segitiga, segmen toraks dan abdomen menyatu.
kaki.[8]
3. Pemeriksaan dengan lampu wood pada daerah yang terinfestasi memperlihatkan
fluoresensi kuning kehijauan dari tungau dan telur.[7]

H. Diagnosis
Diagnosis pasti pada Pediculosis capitis adalah menemukan Pediculus humanus var.
capitis dewasa, nimfa dan telur di kulit dan rambut kepala. Telur (nits) sangat mudah dilihat
dan merupakan marker yang paling efisien dalam mendiagnosis penyakit tersebut. [3]
Penemuan tungau dewasa merupakan tanda bahwa sedang mengalami infeksi aktif, tetapi
tungau dewasa sangat sulit ditemukan karena dapat bergerak sekitar 6-30 cm/menit dan
bersifat menghindari cahaya. Sisir tungau dapat membantu menemukan tungau dewasa
maupun nimfa dan merupakan metode yang lebih efektif dari pada inspeksi visual. [3]
Tungau dewasa meletakkan telur dirambut kurang dari 5 mm dari kulit kepala, maka
sering bertumbuhnya rambut kepala, telur yang semakin matang akan terletak lebih jauh dari
pangkal rambut. Telur yang kecil akan sulit dilihat, oleh karena itu pemeriksa memerlukan
kaca pembesar. Telur-telur terletak terutama didaerah oksipital kulit kepala dan
retroaurikuler. Ditemukan telur bukanlah tanda adanya infeksi aktif, tetapi apabila
ditemukan 0,7 cm dari kulit kepala dapat merupakan tanda diagnostic infeksi tungau. [4]
Warna dari telur yang baru dikeluarkan adalah kuning kecoklatan. Telur yang sudah lama
berwarna putih dan jernih. Untuk membantu diagnosis,dapat menggunakan pemerksaan
lampu wood. Telur dan tungau akan memberikan flouresensi warna kuning-hijau. Sangat
penting untuk dapat membedakan apakah telur tersebut kosong atau tidak. Adanya telur
yang kosong pada seluruh pemeriksaan memberikan gambaran positif palsu adanya infeksi
aktif tungau. [5]

8
I. Diagnosis Banding

1) Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik memberikan gambaran klinis berupa daerah eritema dan skuama
pada daerah kepala dan terasa gatal oleh penderita. Dapat dibedakan dengan pediculosis
kapitis dengan tidak ditemukannya telur atau kutu pada daerah kepala yang gatal. [5]

Gambar 2.6 Dermatitis seboroic


2) Piedra
Piedra adalah infeksi jamur pada helai rambut ditaandai dengan nodul sepanjang
rambut. Dikenal ada 2 jenis piedra yaitu hitam dan putih yang disebabkan jamur
Piedraia hortae (piedra hitam), Trichosporon beigelli (piedra putih). [4]

9
Gambar 2.7 Piedra.[12]
3) Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala dimana terdapat
kelainan berupa lesi bersisik, kemerahan, kerion, dan gatal. Pada pemeriksaan dengan
KOH, akan didapatkan spora dan hifa yang merupakan elemen jamur yang merupakan
penyebab tinea kapitis. [5]

Gambar 2.8 Tinea capitis.[5]

10
J. Penatalaksanaan
Medikamentosa :

Tabel 2.1 Terapi pediculosis capitis. [6]

1. Permethrein cream rinse atau lotion (1%)[6]


Cara penggunaan : rambut dicuci dengan sampo biasa, kemudian dioleskan krim
permetherin selama 10 menit, tetapi permetrin cream 5% diaplikasikan selama 8-12 jam
untuk scabies adalah terapi alternative. Umunya resisten pada kutu kepala dan serangga
lainnya. Mutasi pada gen pengkodean α-subunit dari serangga dengan saluran sodium
natrium menjadi sensitive ehingga menyebabkan penurunan afinitas pegikatan
permethrine. Namun, peneletian digerman menemukan pengobatan permethrine pada
anak-anak yang memiliki mutasi pada tungau dikepala menunjukan keberhasilan terapi.
2. Sampo Lindane 1%
Lindane, hydrocarbon chlorine tersedia dengan konsentrasi 1%. Sampo ini diaplikasikan
pada rambut selama 4 menit. Tetapi memiliki efek samping pada CNS, khususnya jika
menggunakan dalam jangka panjang. Lindane dapat diberikan jika pengobatan topikal

11
lainnya gagal merespon. Tetapi juga sampo lindane umumnya sudah resisten untuk
terapi pada kutu kepala. Pada ibu menyusui dan wanita hamil (termasuk kategori C). [6]
3. Malathion
Merupakan organofosfat yaitu golongan cholinesterase inhibitor.Saat ini
direkomendasikan pemberiannya secra topikal selama 8-12 jam, tetapi dalam 20 menit
sjuga sudah cukup efisien.Tersedia di US dalam bentuk topikal yang mengandung 78%
isopropyl alcohol.yang mana dapat meningkatkan keberhasilan tetapi dapat meyebabkan
rasa terbakar. Walaupun pada inggris dan prancis resisten,namun pada US tidak
resisten. [7]
4. Carbaryl
Seperti malathion, carbaryl adalah golongan cholinesterase inhibitor. Tersedia dalam
bentuk lotion 5% dan sampo di Negara inggris dan Negara lainnya. Produk ini tidak
terdsedia di US. Perbandingan dengan malathion, pada carbaryl lebih toksik tetapi tidak
menyebabkan kematian. [6]
5. Ivermectin
Pemberian secara oral, merupakan antiparasit untuk tungau kepala. Pada Negara eropa
penelitian secara klinikal trial double blind, 95% jika resistan pengobatan pyretrin dan
malation dapat diberikan iver mectin 400mcg/kg pada hari pertama. Ivermectin
merupakan pilihan terapi jika resisten terhadap terapi topikal. Tetapi tidak boleh
diberikan pada anak anak BB 15 kg, ibu menyusi dan wanita hamil. [6]
6. Benzyl Alcohol
Tahun 2009, dapat digunakan pada wanita hamil dan anak-anak usia ≥6 tahun untuk
terapi tungau pada kepala. Benzyl alcohol menyebabkan penutupan saluran pernapasan
(spirakel) pada tungau kepala. Cara penggunaan dengan mengaplikasikan pada rambut
selama 10 menit, diberikan selama 10-14 hari. [6]
7. Spinosad
Tahun 2011, merupakan terapi terbaru untuk anak dengan tungau dikepala pada usia ≥4
tahun. Spinosad merupakan fermentasi dari bakteri Saccharopolyspora spinose yang
menginduksi spasme otot dan paralisis ketika dipalikasikan secra topikal. Sebuah uji
klinis membuktikan sekitar 0,9% spinosad cream diaplikasikan pada rambut selalma 10
menit dapat menyebabkan matinya tungau walaupun tanpa menyisir kembali tungau

12
pada rambut sehingga memiliki khasiat lebih baik disbanding permethrin 1% dan
spinosad tidak memiliki efek samping. [6]
8. Pyretrine
Merupakan ekstrak alami dari bunga chrysanthemum cinerariaefolium. Pasien alergi
bunga ini dapat menyebabkan wheezing dan dispneu. Pyretrine sediaan dlam bentuk
lotion, sampo, sabun dan cream bilas. Tambahan piperonil butoxide memperlambat
biotransformasi pada pyretrine dengan cara menghambat secara parsial enzyme cyp450
pada insekta.Aplikasikan pada rambut selama 10 menit. [7]

K. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad cosmetikam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

L. Pencegahan
Kutu kepala paling sering menyebar melalui hubungan langsung antar kepala dari rambut
ke rambut. Meskipun demikian tungau dapat menyebar melalui pakaian atau aksesoris
kepala yang digunakan secara bersama. Resiko untuk tertular melalui karpet atau tempat
tidur dimana tempat tungau jatuh sangatlah kecil. Kutu kepala dapat bertahan kurang dari 1-
2 hari jika mereka tidak mendapat makanan. Sedangkan telur dapat bertahan sekitar 1
minggu jika tidak berada dikelembapan dan temperature yang sama dengan kulit kepala dan
rambut.[3] Berikut adalah langkah-langkah yang dapat mencegah penyebaran penularan
pediculosis capitis :
- Menghindari adanya kontak langsung rambut dengan rambut ketika bermain dan beraktivitas
dirumah, sekolah, dan dimanapun.
- Tidak menggunakan topi, scarf, jaket, kerudung, sisir, ikat rambut secara bersamaan.
- Melakukan desinfeksi sisir dan sikat dari orang yang terinfeksi dengan merendam di air
panas sekitar 65˚C selama 5-10 menit.
- Mencuci dan menjemur pakaian, perlengkapan tempat tidur, karpet dan lain-lain.

13
BAB III

KESIMPULAN

Pediculus humanus capitis adalah salah satu ektoparasit penghisap darah yang
berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat menetap dan dapat menimbulkan berbagai masalah.
Masalah yang ditimbulkan tuma pada manusia adalah gatal akibat saliva. Rasa gatal akan
mengakibatkan orang untuk menggaruk kepala. Kebiasaan menggaruk yang intensif dapat
menyebabkan iritasi, luka, serta infeksi sekunder.[4]
Infestasi tuma kepala (pediculosis kapitis). infestasi ini masih merupakan infeksi yang
masih sangat sering ditemukan, terjadi secara endemis di Negara yang sedang berkembang dan
secara epidemis di “dunia barat”, tempat ledakan-ledakan kasus biasanya terjadi disekolah dan di
komunitas lain yang didominasi anak-anak. Infeksi biasanya ditularkan melalui kontak langsung
kepala ke kepala, meskipun sebagian ahli percaya bahwa topi dan sisir dapat menjadi alat
penular. [1]
Penyakit terutama menyerang anak-anak dan cepat meluas dalam lingkungan hidup yang
padat, misalnya di asrama dan panti asuhan. Tambahan juga dalam kondisi hygiene yang buruk,
misalnya jarang membersihkan rambut atau rambut relative sulit dibersihkan (rambut yang
sangat panjang pada wanita). Cara penularan biasanya melalui perantara (benda), seperti sisir,
bantal, kasur dan topi. [3]
Anak-anak usia 3-11 tahun memiliki insiden tertinggi, bervariasi 10% di Malaysia, 40%
ditaiwan. Lebih sering terkena pada anak peremuan dikarnakan memiliki rambut panjang serta
umum pertukaran kuas,sisir dan aksesoris rambut lainnya [3]
Diagnosis pasti pada Pediculosis capitis adalah menemukan Pediculus humanus var.
capitis dewasa, nimfa dan telur di kulit dan rambut kepala. Telur (nits) sangat mudah dilihat dan
merupakan marker yang paling efisien dalam mendiagnosis penyakit tersebut. [5]
Terapi medikamentosa yaitu menggunakan permetherine cream 1% yang memiliki fungsi
untuk membunuh tungau. Peremethrin memiliki aktifitas residual selama 2 minggu setelah
pengobatan tunggal selama 10 menit. Dan terapi non-medikamentosa ialah menghindari kontak
langsung kepala ke kepala. [13]

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Brown G, Bovike J, Cunliffe T. Dermatologi Dasar. Jakarta: EGC, 2012.


2. Linuwih dan Atlas. Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Pedikulosis Kapitis Dengan
Karakteristik Demografi santri pesantren X Jakarta Timur. Vol 1, No 1, April 2013.
3. Hardiyanti. Hubungan Personal Hygiene Terhadap Kejadian Pediculosis Capitis Pada
Santriwati di Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar
Lampung (skripsi). Lampung : Fakultas Kedokteran Lampung
4. Handoko PR. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2015.
5. Stone SP, Jonathan NG, Rocky E. Bacelieri Scabies, Other Mites And Pediculosis. In :
Goldsmith LA, katz ST, Gilchiest BA, Palier AS, Leffell DJ, Wolf K. Fitz’s Patrick
Dermatology In General Medicine Eight Edition. New York: Mc Graw Hill.2012.
6. Elsevier Saunders.E-Book Dermatology 3rd. Ed 1. 2012.
7. Nutanson I, Steen DJ, Scwartz RA, Janniger Ck. Pediculosis Humanus Capitis : An Update
Acta Dermatoven APA. 2008.
8. FKUI. Buku Ajar Parasitologi.Ed 4. Bdan Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia.2013.
9. Public Health Service. Guidelines For Treatment Of Pediculosis Capitis(Head Lice). From
<http://www.gov.ns.ca/hpp>
10. Suwandi, Mutiara, Kurniawan, Hardiyanti. Penatalaksanaan Pediculosis Capitis. Majority
Vol 4, No 9. Desember 2015.
11. Hodjanti, Mousavi. Head Lice Infestation In School Children Of A Low Socio-Economy
Area Of Tabriz City. Iran African Journal Of Biotechnology. 2008.
12. Calonje E, Bren T, Lazar A, McKee L. Pathology Of The Skin With Clinical Correlation. Ed
4. Elsevier Saunders. 2012.

15

Anda mungkin juga menyukai