Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PENCEMARAN, PENGENDALIAN LINGKUNGAN DAN

LIMBAH INDUSTRI
Pencemaran Udara Akibat Aktivitas Industri Batubara

Oleh :
Maria Klarita Nindi
1611219001

Dosen Pengampu :
Dr. Indang Dewata. M.Si

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
ABSTRAK

Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang


sekaligus menjadi sumber daya energy yang sangat besar. Aktifitas
pertambangan batubara memiliki dampak yang sangat besar bagi
masyarakat disekitarnya, mulai dari dampak positif hingga negatif ikut
terlibat didalamnya. Salah satu contoh dampak positifnya yakni, Di masa
yang akan datang batubara menjadi salah satu sumber energi alternatif
potensial untuk menggantikan potensi minyak dan gas bumi yang semakin
menipis. Pengembangan pengusahaan pertambangan batubara secara
ekonomis telah mendatangkan hasil yang cukup besar, baik sebagai
pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun sebagai sumber devisa.
Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkannya dapat berupa kerusakan
yang tidak dapat diperbaiki terhadap tanah, sumber air, udara dan juga
membahayakan kesehatan, keamanan dan penghidupan masyarakat yang
tinggal di sekitar lokasi pertambangan. Sebagai perusak lingkungan,
pertambangan terbuka (open pit mining) dapat mengubah secara total
baik iklim dan tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit bahan
tambang disingkirkan. Hilangnya vegetasi secara tidak langsung ikut
menghilangkan fungsi hutan sebagai pengatur tata air, pengendalian
erosi, banjir, penyerap karbon, pemasok oksigen dan pengatur suhu.
Selain itu penambangan batu bara juga bisa mengakibatkan perubahan
social ekonomi masyarakat disekitar kawasan penambangan. Upaya
pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh
pertambangan batu bara perlu dilakukan tindakan-tindakan tertentu
sehingga akan dapat mengurangi pencemaran akibat aktivitas
pertambangan batubara dan memperbaiki kerusakan lingkungan yang
telah terjadi di sekitar pertambangan.

1
PENDAHULUAN

Saat ini terdapat puluhan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)


Batubara tersebar dan beroperasi di Indonesia, melepaskan jutaan ton
polusi setiap tahunnya. Dari waktu ke waktu PLTU-PLTU tersebut
mengotori udara kita dengan polutan beracun, termasuk merkuri, timbal,
arsenik, kadmiun dan partikel halus namun beracun, yang telah menyusup
ke dalam paru-paru.

Polusi udara adalah pembunuh senyap, menyebabkan 3 juta


kematian dini (premature death) di seluruh dunia, dimana pembakaran
Batubara adalah salah satu kontributor terbesar polusi ini. Polusi udara
menyebabkan peningkatan risiko kanker paru-paru, stroke, penyakit
jantung, dan penyakit pernapasan.

Penambangan Batubara juga menyebabkan kerusakan yang tidak


dapat diperbaiki terhadap tanah, sumber air, udara dan juga
membahayakan kesehatan, keamanan dan penghidupan masyarakat yang
tinggal di sekitar lokasi pertambangan. Menurut studi yang dilakukan
Greenpeace Indonesia pada 2014 lalu, sepanjang 3000 km atau sebanyak
45% sungai di Kalimantan Selatan berpotensi tercemar limbah berbahaya
dari konsesi tambang.

Badan Energi Internasional (IEA) mengungkapkan bahan bakar fosil


Batubara menyumbang 44% dari total emisi CO2 global. Pembakaran
Batubara adalah sumber terbesar emisi gas GHG (green house gas), yang
memicu perubahan iklim.

Batubara yang dibakar di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)


memancarkan sejumlah polutan seperti NOx dan SO2, kontributor utama
dalam pembentukan hujan asam dan polusi PM2.5. Masyarakat ilmiah dan
medis telah mengungkap bahaya kesehatan akibat partikel halus (PM2.5)

2
dari emisi udara tersebut. PLTU Batubara juga memancarkan bahan kimia
berbahaya dan mematikan seperti merkuri dan arsen.

Bersamaan dengan itu, eksploitasi besar-besaran terhadap


batubara secara ekologis sangat memprihatinkan karena menimbulkan
dampak yang mengancam kelestarian fungsi lingkungan hidup. Untuk
memberikan perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup,
maka kebijakan hukum pidana sebagai penunjang ditaatinya norma-norma
hukum administrasi merupakan salah satu kebijakan yang perlu mendapat
perhatian, dalam rangka memberikan perlindungan terhadap kelestarian
fungsi lingkungan hidup dan korban yang timbul akibat degradasi fungsi
lingkungan hidup.

Tulisan ini berusaha menggambarkan bagaimana kegiatan


penambangan batubara, kerusakan yang diakibatkan dan solusi mengatasi
kerusakan lingkungan pasca penambangan.

3
TINJAUAN PUSTAKA & PEMBAHASAN

2.1 Jenis Batu Bara


Menurut Puslibang Kementrian ESDM, 2006, Jenis dan kualitas
batubara tergantung pada tekanan, panas dan waktu terbentuknya
batubara. Berdasarkan hal tersebut, maka batubara dapat dikelompokkan
menjadi 5 jenis batubara, diantaranya adalah:
1. Antrasit merupakan jenis batubara dengan kualitas terbaik,
batubara jenis ini mempunyai ciri-ciri warna hitam metalik,
mengandung unsur karbon antara 86%-98% dan mempunyai
kandungan air kurang dari 8%.
2. Bituminus merupakan batubara dengan kualitas kedua, batubara
jenis ini mempunyai kandungan karbon 68%-86% serta kadar air
antara 8%-10%. Batubara jenis ini banyak dijumpai di Australia.
3. Sub Bituminus merupakan jenis batubara dengan kualitas ketiga,
batubara ini mempunyai ciri kandungan karbonnya sedikit dan
mengandung banyak air.
4. Lignit merupupakan batubara dengan kwalitas keempat, batubara
jenis ini mempunyai cirri memiliki warna muda coklat, sangat lunak
dan memiliki kadar air 35%-75%.
5. Gambut merupakan jenis batubara dengan kwalitas terendah,
batubara ini memiliki ciri berpori dan kadar air diatas 75%.

2.2 Metode Penambangan Batubara


Kegiatan penambangan batubara dapat dilakukan dengan
menggunakan dua metode yaitu (Sitorus, 2000) :
a. Penambangan permukaan (surface/ shallow mining) , meliputi
tambang terbuka penambangan dalam jalur dan penambangan
hidrolik. Kegiatan penambangan terbuka (open mining) dapat
mengakibatkan gangguan seperti :
 Menimbulkan lubang besar pada tanah.

4
 Penurunan muka tanah atau terbentuknya cekungan
pada sisa bahan galian yang dikembalikan ke dalam lubang
galian.
 Bahan galian tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada
stock fliling dapat mengakibatkan bahaya longsor dan
senyawa beracun dapat tercuci ke daerah hilir.
 Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada
galian tambang yang ditutupi kembali atau yang
ditelantarkan terutama bila terdapat bahan beracun,
kurang bahan organiklhumus atau unsur hara telah
tercuci.
b. Penambangan dalam (subsurfarcel deep mining).

Sistem penambangan batubara yang sering diterapkan oleh


perusahaan-perusahaan yang beroperasi adalah sistem tambang
terbuka (Open Cut Mining) . Penambangan batubara dengan sistem
tambang terbuka dilakukan dengan membuat jenjang (Bench)
sehingga terbentuk lokasi penambangan yang sesuai dengan
kebutuhan penambangan. Metode penggalian dilakukan dengan cara
membuat jenjang serta membuang dan menimbun kembali lapisan
penutup dengan cara back filling per blok penambangan serta
menyesuaikan kondisi penyebaran deposit sumberdaya mineral.
Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat
merusak ekosistem hutan. Apabila tidak dikelola dengan baik,
penambangan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan secara
keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.

2.3 Dampak Penambangan Batubara


1. Dampak Terhadap Lingkungan
Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara,
Nikel dan Marmer serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan

5
negatif bagi lingkungan sekitarnya. Dampak positifnya adalah
meningkatnya devisa negara dan pendapatan asli daerah serta
menampung tenaga kerja, sedangkan dampak negatif dari kegiatan
penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk kerusakan permukaan
bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara, menurunnya
permukaan bumi (land subsidence).
Penambangan Batubara secara langsung menyebabkan
pencemaran antara lain ;
a. Pencemaran air,
Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide)
berinteraksi dengan air menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga
terbunuhnya ikan-ikan di sungai, tumbuhan, dan biota air yang sensitive
terhadap perubahan pH yang drastis. Batubara yang mengandung
uranium dalam konsentrasi rendah, torium, dan isotop radioaktif yang
terbentuk secara alami yang jika dibuang akan mengakibatkan
kontaminasi radioaktif. Meskipun senyawa-senyawa ini terkandung dalam
konsentrasi rendah, namun akan memberi dampak signifikan jika dibung
ke lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi merkuri ke lingkungan
terkonsentrasi karena terus menerus berpindah melalui rantai makan dan
dikonversi menjadi metilmerkuri, yang merupakan senyawa berbahaya
dan membahayakan manusia. Terutama ketika mengkonsumsi ikan dari
air yang terkontaminasi merkuri.
b. Pencemaran udara
Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan.
Udara yang kotor pasti akan mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan
polutan juga berpengaruh dalam merangsang berbagai penyakit
pernafasan seperti influensa,bronchitis dan pneumonia serta penyakit
kronis seperti asma dan bronchitis kronis. Disamping itu, penambangan
batubara juga menghasilkan gas metana, gas ini mempunyai potensi
sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang diakibatkan oleh

6
aktivitas manusia, memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada emisi gas
rumah kaca.
c. Pencemaran Tanah
Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada,
menghancurkan profil tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic,
menghancurkan satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas udara,
mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat
megubah topografi umum daerah penambangan secara permanen.
Aktivitas pertambangan batubara juga berdampak terhadap
peningkatan laju erosi tanah dan sedimentasi pada sempadan dan
muara-muara sungai.
2. Dampak Terhadap Manusia
Dampak pencemaran akibat penambangan batubara terhadap
manusia, seperti munculnya berbagai macam penyakit antara lain :
Limbah pencucian batubara berupa zat-zat yang sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit
kulit pada manusia seperti kanker kulit. Kaarena Limbah tersebut
mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan
(Mn), Asam sulfat (H2sO4), di samping itu debu batubara menyebabkan
polusi udara di sepanjang jalan yang dijadikan aktivitas pengangkutan
batubara. Hal ini menimbulkan merebaknya penyakit infeksi saluran
pernafasan, yang dapat memberi efek jangka panjang berupa kanker
paru-paru, darah atau lambung. Bahkan disinyalir dapat menyebabkan
kelahiran bayi cacat.
Batubara dan produk buangannya, berupa abu ringan, abu berat,
dan kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat : seperti
arsenik, timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium, barium,
cromium, tembaga, molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang
sangat berbahaya jika dibuang di lingkungan.

7
3. Dampak Sosial dan Kemasyarakatan
Konflik lahan hingga pergeseran sosial-budaya masyarakat kerap
terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal yang lahannya
menjadi obyek penggusuran. Perusahaan seringkali melakukan
penggusuran lahan tanpa melewati persetujuan pemilik atau pengguna
lahan. Atau dengan memberikan ganti rugi yang tidak seimbang dengan
hasil yang akan mereka dapatkan nantinya. Tidak hanya konflik lahan,
permasalahan yang juga sering terjadi adalah diskriminasi. Akibat dari
pergeseran ini membuat pola kehidupan mereka berubah menjadi lebih
konsumtif. Bahkan kerusakan moral pun dapat terjadi akibat adanya pola
hidup yang berubah.

2.4 Solusi Terhadap Dampak Pertambangan Batubara


Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang
ditimbulkan oleh penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa
pendekatan, untuk dilakukan tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut :
1) Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif
(control/protective) yaitu pengembangan sarana jalan/jalur khusus
untuk pengangkutan batu bara sehingga akan mengurangi
keruwetan masalah transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan
terhindar dari ruang udara yang kotor. Menggunakan masker debu
(dust masker) agar meminimalkan risiko terpapar/terekspose oleh
debu batu bara (coal dust).
2) Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan
sehingga akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat
kerusakan lingkungan. Upaya reklamasi dan penghijauan kembali
bekas penambangan batu bara dapat mencegah perkembangbiakan
nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas lubang/kawah batu bara
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding place).

8
3) Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam
kegiatan pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku (law enforcement)
4) Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta
dikembangkan untuk membina dan memberikan
penyuluhan/penerangan terus menerus memotivasi perubahan
perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut memelihara
kelestarian lingkungan.

9
KESIMPULAN

Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang


sekaligus menjadi sumber daya energy yang sangat besar. Jenis dan
kualitas batubara tergantung pada tekanan, panas dan waktu
terbentuknya batubara. Berdasarkan hal tersebut, maka batubara dapat
dikelompokkan menjadi 5 jenis batubara, diantaranya adalah antrasit,
bituminus, sub bituminus, lignit dan gambut.

Sistem penambangan batubara yang sering diterapkan oleh


perusahaan-perusahaan yang beroperasi adalah sistem tambang
terbuka (Open Cut Mining)

Adapun berbagai dampak yang ditimbulkan akibat aktivitas


pertambangan batubara yaitu : Dampak terhadap lingkungan berupa
pencemaran air,udara dan tanah. Kemudian dampak terhadap manusia
berupa penururan derajat kesehatan yang diakibatkan dari zat-zat atau
gas berbahaya yang dihasilkan dari kegiatan penambangan batubara.
Serta dampak sosial dan kemasyarakatan berupa konflik lahan hingga
pergeseran sosial-budaya masyarakat

Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang


ditimbulkan oleh penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa
pendekatan, untuk dilakukan tindakan-tindakan tertentu seperti:
Pendekatan teknologi, Pendekatan lingkungan, Pendekatan administratif
serta Pendekatan edukatif.

10
DAFTAR PUSTAKA

Tim Peneliti Universitas Harvard. 2016. Kita, Batubara dan Polusi


Udara. Jakarta: Greenpeace Indonesia

Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Teknologi


Mineral dan Batubara. 2006. Batubara Indonesia. Jakarta :
Departemen ESDM

Soemarwoto, O . 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.


Yogyakarta: Gadjah Mada Uversity Press

Wardana. W. A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan.


Yogyakarta: Andi

11

Anda mungkin juga menyukai