Anda di halaman 1dari 10

EXPLORER

SEARCH AND RESCUE

1
SEJARAH SAR INDONESIA
Organisasi SAR di Indonesia mulai terbentuk
dengan masuknya Indonesia menjadi anggota ICAO
(International Civil Aviation Organization) atau organisasi
penerbangan sipil internasional pada tahun 1950,
kemudian berubah menjadi IMO (International Maritime
Organization) atau organisasi maritim internasional yang
membuat peraturan internasional untuk keamanan dan
keselamatan di laut (SOLAS atau Safety of Life at Sea).
Kemudian pada tahun 1972 dikeluarkan Kepres No 11
tentang ditetapkannya BASARI (Badan SAR Indonesia)
dan tingkat daerah / Wilayah disebut kantor SAR
sementara untuk daerah yang tidak ada kantor SAR nya
dibentuk FKSD (Forum Koordinasi SAR Daerah) di bawah
Gubernur. Dengan masuknya Indonesia sebagai anggota
resmi ICAO dan IMO maka secara resmi Indonesia telah
ada suatu organisasi yang menangani
musibah/kecelakaan penerbangan, pelayaran, bencana
alam dan rekreatif.

PENYELENGGARAAN ORGANISASI SAR


Dalam penyelenggaraan operasi SAR dilaksanakan
5 tahap kegiatan (SAR Stages) dan ditunjang 5 komponen
(SAR Component) dengan memperhatikan tingkat
keadaan darurat suatu musibah. Operasi SAR segera
diaktifkan setelah adanya musibah atau diketahui adanya
keadaan darurat dan operasi dihentikan bila korban
musibah telah berhasil diselamatkan atau telah diyakinkan
keadaan darurat tak terjadi atau bila hasil evaluasi, tidak
ditemukan tanda-tanda korban tidak di lokasi pencarian.
Keadaan darurat suatu musibah dibagi menjadi 3 tingkat :
1. Tingkat Meragukan (Uncartainity Rhase-
Incerfa)
2. Tingkat Mengkhawatirkan (Alert Rhase -
Alerfa)
Merupakan kelanjutan dari incefa atau diketahui
dalam keadaan mengkhawatirkan karena adanya
ancaman terhadap keselamatannya.

2
3. Tingkat Memerlukan Bantuan (Distress
Rhase - Destresfa)
Merupakan kelanjutan dari tingkat Alerfa

EXPLORER SEARCH AND


RESCUE
(ESAR)

TEKNIK-TEKNIK PENCARIAN
Dalam operasi ESAR, ada beberapa teknik pencarian yang
digolongkan berdasarkan sifat atau situasi keadaan yang
sedang dihadapi:
1. PRELIMINSRI MODE ; dilaksanakan pada saat
kita mendengar terjadinya musibah. Dalam teknik
ini tahap awal operasinya yaitu a) Mengumpulkan
informasi awal, b) unti-unit/ potensi SAR
diberitahu dan dikumpulkan, c) Sampai ke lokasi
unit-unit tersebut debriefing oleh SMC.
2. CONFIEMENT MODE ; pemantapan/ penentuan
garis-garis batas (Border) lokasi pencarian
3. DETECTION MODE ; pemeriksaan daerah yang
dicurigai sebagai lokasi korban
4. TRACKING MODE ; melakukan penyapuan jejak
atau barang-barang milik korban (survivor) yang
tercecer.
5. EVACUATION MODE ; melakukan perawatan
pada korban dan memindahkan korban ketempat
yang aman (Tindakan Evakuasi)

Metode-Metode Pencarian Korban (Survivor)


1. Trail Block
Tim kecil (SRU) dikirim untuk memblokir jalan
setapak yang keluar masuk lokasi pencarian.
Tugas meraka yaitu mencatat nama-nama dan
data daai setiap orang yang meninggalkan lokasi
pencarian dan memberi tahu yang akan masuk

3
lokasi orang hilang. Tugas yang ke-2 yaitu
mengawasi / memperhitungkan bahwa tidak
seorangpun yang dapat lolos lewat tanpa
diketahui, tugas yang terakhir menunggu perintah
selanjutnya dari OSC atau SMC.
2. Road Block
Tugasnya sama dengan Trail Block namun yang
membedakan adalah lokasi yaitu dijalan-jalan
yang dapat dilalui oleh kendaraan.
3. Look Outs
Tugasnya yaitu mengawasi atau mendeteksi
tempat-tempat yang memerlukan pengamatan
yang luas atau mendalam (dengan mengunakan
teropong) dan menyisir lembah-lembah yang
dalam. Tugas selanjutnya yaitu membuat tanda-
tanda yang menarik perhatian survivor (dengan
menggunakan asap, bunyi-bunyian, lampu, atau
bendera).
4. Camp-in
Camp-in adalah tempat atau lokasi dari trail block,
road block, dan looks out yang mempunyai daerah
yan cukup luas dan yang digunakan untuk
mengawasi survivor. Camp-in bisa dijadikan Flying
Camp (tempat beristirahat sementara SRU-SRU).
5. Track Traps
Lokasinya sama dengan Camp-in tetapi lokasi
tidak ditunggu dengan orang atau personil tetapi
dilokasi tersebut disebarkan debu untuk
mendapatkan jejak orang atau korban yang dicari.
6. String Line
Yaitu teknik untuk menandai daerah yang sudah
dilalui atau penandaan batas luar area pencarian
dengan menggunakan bentangan tali yang
bertanda.

DETECTION
Metode Detection
1. Tipe 1 Search
Pemneriksaan pada daerah yang dianggap paling
memungkinkan. Tipe ini mempunyai sifat
pencarian Hastic Searching (terburu-buru)

4
2. Tipe II Search
Tipe ini disebut juga Open Grid yaitu pemeriksaan
yang cepat dan sistematis dengan metode
penyapuan dengan mengguanakan batas waktu
pencarian.
3. Tipe III Search
Yaitu tipe pencarian yang lebih ketat, cermat, dan
sistematis terhadap area pencarian.

MARKER
Marker adalah rambu yang digunakan dalam operasi
ESAR, dipasang oleh SRU diarea pencarian. Marker ini
berisi informasi mengenai operasi ESAR disatu area
pencarian dan merupakan tanggung jawab dari SRU yang
mengisinya. Fungsi marker ini adalah apabila tim pencari
lain atau bahkan survivor menemukan marker tersebut
mereka akan mengetahui informasi tentang adanya
sebuah misi operasi ESAR didaerah tersebut. Bentuk
marker (khususnya dari SARDA DIY) adalah kertas tebal
berukuran kuarto berwarna orange. Biasanya marker ini
diisi oleh SRU untuk menandai : titik awal CSR (Common
Search Point), titik akhir penyapuan, titik penemuan jejak
atau barang yang dicurigai milik survivor, dan biasanya
dipasang di pohon atau tonggok kayu yang ditancapkan.
Secara rinci marker ini berisi :
a) Tim pencari (SRU-SRU)
b) Tanggal dan jam pencarian
c) Nomer Marker
d) Peta Topografi yang digunakan
e) Informasi grid lokasi
f) Tipe pencarian
g) Tipe penyapuan (biasanya menggunakan istilah
dengan angka-kata-angka, contohnya 3 compas 2,
dimana 3 adalah jumlah personil dalam satu SRU dan
2 adalah jarak sapuan antar personil dalam satu SRU).
h) Arah gerak pencarian (dengan menggunakan
Azimuth/sudut kompas).
i) Infomasi penyapuan (berisi koordinat dan ketinggian
posisi marker).
j) Informasi penemuan
k) Deskripsi penemuan.

5
KOMUNIKASI OPOERASI SAR

Fungsi Komunikasi Operasi SAR


Disetiap operasi SAR peranan komunikasi
mempunyai arti yang sangat penting dan sangat
diperlukan dalam mendukung kelancaran dan
keberhasilan setiap operasi SAR. Dalam hal ini komunikasi
mempunyai fungsi pokok sebagai berikut:
1. Komando dan Pengendalian
Komunikasi dipergunakan oleh pengandali operasi
(SMC) untuk memberikan komando kepada unit-unit
operasi dilapangan serta pengandalian jalannya
operasi SAR.
2. Koordinasi
Komunikasi sebagai sarana koordinasi antara semua
unsur-unsur yang terlibat dalam operasi, baik antara
pendukung opersi yang berada di lapangan maupun
dengan komponen pendukung lainnya.

METODE KOMUNIKASI
Dalam prakteknya terdapat bebberapa metode
komunikasi yang bisa dipakai dalam operasi SAR yaitu:
1. Caraka
Metode ini merupakan cara paling aman dalam
penyampaiannya meskipun lambat dan sangat
terbatas jarak jangkauannya serta tergantung pada
keadaan medan dan cuaca.
2. Kawat
Sarana komunikasi ini aman dilaksanakan dan
kecepatannya terjamin, namun jarak jangkauannya
tergantung pada fasilitas yang tersedia.
3. Radio
Merupakan metode yang paling sering digunakan
dalam setiap operasi SAR khususnya operasi-operasi
yang dilaksanakan oleh SRU-SRU bantu darat,
meskipun metode ini merupakan metode yang paling
tidak aman karena rawan terhadap gangguan pemakai
frekuensi lain, keadaan medan, serta cuaca. Disisi lain
metode ini mempunyai kecepatan tinggi.
4. Optis

6
Sarana ini sangat efektif bila sarana komunikasi
lainnya tidak tersedia maupun rusak serta
menguntungkan bagi SRU yang tidak menguasai
metode komunikasi lain atau oleh korban yang tidak
mempunyai peralatan komunikasi radio. Metode ini
jarak jangkauannya terbatas dan tergantung oleh
keadaan cuaca.

Pada setiap operasi SAR pengendali operasi (SMC)


selalu dibantu oleh beberapa staff SMC diantaranya
adalah perwira komunikasi (operator radio) yang
bertugas serta bertanggung jawab penuh pada sarana
serta system komunikasi di pos pengendali operasi,
selain itu perwira komuniksi juga harus menyiapkan
semua peralatan komunikasi dan pendukungnya,
menyiapkan jaringan komunikasi operasi, baik jaring
komando dan pengendali maupun jaring koordinasi
serta bertanggungjawab pada kelancaran lalu lintas
berita yang sangat berperan dalam suatu operasi SAR.
Dan tentu saja seorang operator radio juga harus
mampu menguasai perangkat komunikasi yang
digunakan.

Prosedur Komunikasi Radio dalam operasi SAR


1. Berbicara singkat, jelas dan tegas serta menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti (tidak
mempergunakan ”Q code”, atau ”8 code”).
2. Menggunakan frekuensi yang sudah ditentukan.
3. perangkat komunikasi harus selalu ON, kecuali SMC
atau OSC memerintahkan untuk mematikannya.
4. Diluar jadwal melapor, semua SRU harus stand by dan
pesawat harus selalu ON, kecuali bila SMC atau OSC
memerintahkan untuk mematikan pesawat.
5. Antar SRU tidak diperkenankan untuk saling
berkomunikasi kecuali atas ijin SMC / OSC.

Syarat-syarat Operator Radio SRU


1. Menguasai prosedur menggunkan perangkat radio
yang dipergunakan .
2. Menguasai prosedur komunikasi radio operasi SAR.

7
3. Menguasai kondisi medan yang menjadi area operasi
SRU-nya sehingga bisa mengurangi hambatan
komunikasi radio lapangan.

Prosedur Pelaporan SRU:


Keberangkatan SRU:
SRU yang siap berangkat menuju CSR harus memberi
laporan kepada SMC / OSC.
1. Chek perangkat komunikasi.
2. Regu/panggilan.
3. Team leader.
4. Jumlah personil dan kondisi.
5. Jam berangkat dan perkiraan waktu bisa di CSP.
6. Peralatan operasi/regu yang dibawa serta perbekalan.

SRU Tiba di CSP.


1. Laporkan saat sampai di CSP (disesuaikan dengan
jadwal pelaporan atau perintah SMC / OSC).
2. Situasi di CSP (kondisi medan dan cuaca)
3. Kondisi personil.
4. Rencana operasi.
5. kemungkinan ada bantuan lain yang diperlukan SRU.

Sesuai jadwal pelaporan atau perintah SMC / OSC, SRU


harus selalu melaporkan operasi yang memuat:
1. Posisi saat melapor (koordinat dan ketinggian serta
orientasi medan).
2. Kondisi personil tim.
3. Keadaan medan dan kondisi cuaca.
4. Hasil yang telah dicapai.
5. Hambatan yang ditemui.
6. Rencana operasi selanjutnya.
7. Evaluasi SRU mengenai operasi yang sudah berjalan.

8
ALUR KOMUNIKASI OPERASI SAR

SC

SMC

OSC

SRU SRU
: Jalur Komando dan Pengendalian
: Jalur Koordinasi
Keterangan:
SC (SAR COORDINATOR)
Dijabat oleh seorang pejabat yang karena fungsi
dan wewenangnya mampu memberikan dukungan kepada
Kantor Koordinasi Rescue (KKR) / Sub Koordinasi Rescue
(SKR) untuk menggerakkan unsur-unsur SAR.
SMC (SAR MISSION COORDINATOR)
Dijabat oleh seoarang yang ditunjuk oleh
BASARNAS/KKR/SKR karena memiliki
kemampuan/kualifikasi yang ditentukan atau telah
mengikuti pendidikan. Dan tugasnya adalah
melaksanakan evaluasi kejadian, perencanaan serta
koordinasi pencarian. Tugas ini berlaku untuk satu
kejadian SAR.

OSC (ON SCENE COMMANDER)


Dijabat oleh seseorang yang ditunjuk oleh SMC
untuk mengkoordinasikan serta serta mengendalikan
unsur SAR di lapangan. Berarti melaksanakan tugas-tugas
SMC yang didelegasikan kepadanya. Dengan sendirinya
OSC juga diperlukan persyaratan seperti SMC. OSC ini ada
apabila SMC merasa perlu untuk kalancaran tugas-
tugasnya.
SRU (SEARCH RESCUE UNIT)

9
Adalah unsur SAR atau fasilitas personil yang
secara nyata melaksanakan operasi SAR. Wewenangnya
terbatas pada/untuk pelaksanaan tugas-tugas yang
diberikan oleh SMC/OSC, yaitu memberikan atau
memberitahu kemajuan pelaksanaan tugas kepada SMC.
SRU ini dapat berupa unsur SAR dari berbagai instansi
(instansi militer, lembaga pemerintah/swasta, organisasi
kemasyarakatan, organisasi pemuda, dsb). Dan tentunya
personil tersebut telah terlatih dan dilengkapi dengan baik
serta kesiapan fisik dan mental prima.

From
To
SITUATIONS TEAM REPORT (SITREP)

ALPHA
BRAVO
CHARLIE
DELTA
ECHO 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Off Air at
Keterangan :
(ALPHA) : Posisi saat melapor
(BRAVO) : Penyapuan terakhir dan Teknik
penyapuan
(CHARLIE) : Lebar Penyapuan
(DELTA) : Rencana Penyapuan dan teknik
penyapuan
(ECHO) : Info :
1) Kondisi personil tim
2) Keadaan medan dan cuaca
3) Hasil yang dicapai
4) Hambatan yang ditemui
5) Evaluasi SRU

10

Anda mungkin juga menyukai