Anda di halaman 1dari 45

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Penyakit


1.1.1 Pengertian
Hipertensi heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung
kronis, yang disebabkan kerana peningkatan tekanan darah, baik secara langsung
maupun tidak langsung, Hypertensi heart disease merujuk ke kondisi yang
berkembang sebagai akibat dari hipertensi, dimana sepuluh persen dari individu-
individu dengan hipertensi kronis yang telah mengalami pembesaran ventrikel kiri
(left ventricular hypertrophy) dengan tujuh kali lipat dari sifat mudah kena sakit dan
resiko kematian akibat kegagalan jantung congestive, gangguan hati rhythms
(ventrikel arrhythmias) dan serangan jantung (Morton, 2012 : 134).
Hipertensi heart disease adalah tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 MmHg dan tekanan diastolik 90 MmHg sehingga
meningkatnya tekanan darah menuju jantung (Paula, 20013 : 68).
Hipertensi heart disease adalah meningkatnya tekanan darah menuju jantung
merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal (Oman, 2010 :
39).
1.1.2 Anatomi Fisiologi
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan
jaringan istimewa karena jika dilihat dari bentuk dan susunannya sama denagan otot
serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita
dipengaruhi oleh susunan syaraf otonom (C.Pearce Elyn, 2007. Anatomi dan
Fisiologi untuk Paramedis.PT.Gramedia,Jakarta).
1) Bentuk
Menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan
disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak runcing yang disebut apeks
kordis.

1
2) Letak
Didalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sbelah
kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diafpragma dan pangkalnya dapat
dibelakang kiri antara kosta V dan VI dua jari dibawah papila mamae. Pada tempat
ini teraba adanya pukulan jantung yang disebut iktrus kordis.
3) Ukuran
Lebih besardari genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300
gram.
4) Lapisan-lapisannya terdiri dari :
1. Endrokardium, merupakan lapisan jantung yang terdapat disebelah dalam
sekali yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang melapisi
permukaan ongga jantung.
2. Miokardium, merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot
jantung, otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot, yaitu :
a. Bundalan otot atria, yang terdapat dibagian kiri/kanan dan barsis kordis
yang membentuk serambi atau auvikula kordis.
b. Bundalan otot ventrikuler, yang membentuk bilik jantung yang dimulai
dari cincin atrio ventrikuler sampai diapek jantung.
c. Bundalan otot atrio ventrikuler, yang merupakan dinding pemisah antara
serambi dan bilik jantung.
3. Perikardium, lapisan jantung sbelah luar yang merupakan selaput
pembungkus, terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan pariebel dan viseral yang
bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung.
Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk
menjaga agar pergeseran antara perikardium pleura tidak menimbulkan
gangguan terhadap jantung. Jantung bekerja selama kita masih hidup, karena
itu membutuhkan makanan yang dibawa oleh darah, pembuluh darah yang
terpenting dan memberikan darah untuk jantung dari aorta asendens
dinamakan arteri koronaria.
5) Jantung di persyarafi oleh :
Nervus simpatikus/Nervus akselerantis, untuk menggiatkan kerja jantung
dan nervus para simpatikus, khususnya cabang dari nervus vagus yang bekerja
memperlambat kerja jantung.
6) Jantung dapat bergerak yaitu :
Mengembang dan menguncup disebabkan oleh karena adanya rangsangan
yang berasaldari susunan syaraf otonom. Rangsangan ini diterima oleh jantung
pada simpul syaraf yang terdapat pada atrium dekstra dekat masuknya venakava
yang disebutnodus sino atrial. (sinus krop simpul keith flak). Dari sini rangsangan
akan diteruskan kedinding atrium dan juga kebagian septum kordis oleh nodus
atrib ventrikular atau simpul taara melalui berkas wenkebach. Dari simpul tawara
rangsangan akan melaui bundel atrio ventrikuler (berkas his) dan pada bagian
cincin yang terdapat antara atrium dan ventrikel yang disebut anulus fibrosus,
rangsangan akan terhenti kira-kira 1/10 detik. Seterusnya rangsangan tersebut
akan diteruskan kebagian apeks kordis dan melaui berkas punkinye disebarkan ke
seluruh dinding ventrikel dengan demikian jantung berkontraksi.
Dalam kerjanya jantung mempunyai 3 (tiga) periode :
1. Periode kontriksi (periode sistol)
2. Periode dilatas (periode diastol)
3. Periode istirahat.
7) Siklus jantung
Merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama perdarahan darah.
Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu konstriksi (sistol) dan pengendoran
(iastol) konstriksi dari ke-2 atrium terjadi secara serentak yang disebut sistol atrial
dan pengendorannya disebut diastol atrial.
Lama kontriksi ventrikel + 0,3 detik dan tahap pengendoran selama 0,5
detik
8) Bunyi jantung
Selama gerakan jantung, dapat terdengar 2 macam suara yang disebabkan
oleh katup-katup yang menutup. Bunyi pertama, disebabkan menutupnya
katupatrio ventrikel, dan bunyi kedua karena menutupnya katup aorta dan arteri
pulmonar setelah kontriksi dari ventrikel. Bunyi yang pertama adalah panjang ,
yang kedua pendek dan tajam
9) Debaran jantung (debaran apeks)
Merupakan pukulan ventrikel kiri terhadap dinding anterior yang terjadi
selam kontriksi ventrikel dan debaran ini dapat diraba dan sering terlihat pada
ruang interkostalis kelima kira-kira 4 cm dari garis sternum.
10) Sifat otot jantung
Otot jantung mempunyai ciri-ciri yang khas. Kemampuan berkontraksi otot
jantung sewaktu sistol maupun diastol tidak tergantung pada rangsangan saraf.
Konduktivitas (daya hantar), konstriksi melaui setiap srabut otot jantung secara
halus sekali dan sangat jelas dalam berkas his.
11) Denyut arteri
Merupakan suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompakan
keluar jantung, denyut ini dapat diraba pada arteri radialis dan arteri dorsalis pedis
yang merupakan gelombang aorta ke arteriyang merambat lebih cepat.
12) Daya pompa jantung
Dalam keadaan istirahat jantung beredar 70 x/menit. Pada waktu banyak
pergerakan, kecepatan jantung bisa dicapai 150 x/menit dengan daya pompa 20-
25 L/menit. Setiap menit jumlah volume darah yang tepat sama sekali dialirkan
dari vena ke janung, apabila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel
gagal mengimbangnya dengan daya pompa jantung maka vena-vena dekat
jantung menjadi membengkak berisi darah sehingga tekanan dalam vena naik dan
dalam jangka waktu lama bisa menjadi enema.
13) Katup-katup pada jantung
Didalam jantung terdapat katup-katup yang sangat penting dan artinya
dalam susunan perbedaan darah dan pergerakan jantung manusia.
1. Valvula trikuspidalis. terdapat antara atrium dekstra dengan ventrikel dekstra
yang terdiri dari 3 katup.
2. Valvula bicuspidalis. terletak antara atrium sinistra dengan ventrikel sinistra
yang terdiri dari 2 katup.
3. Valvula seminularis arteri pulmonalis, terletak antara ventrikel dekstra dengan
areri pulmonalis, dimana darah mengalir menuju paru-paru.
4. Vulvula seminularis aorta, terletak antara vertikel sinistra dengan aorta
dimana darah mengalir menuju ke seluruh tubuh.
14) Fungsi jantung
1. Alat transportasi 02, C02, hormon dan zat-zat makanan, sisa metabolisme dari
dan ke jaringan tubuh.
2. Pengatur keseimbangan cairan ekstra sel dan sistem kardiovaskuler.
1.1.2.1 Pengukuran CTR
1. Pembacaan foto thorax:
1. Sinus costofrenicus : tumpul/lancip.
2. Diafragma : normal/ letak rendah atau tinggi.
3. Jantung : normal/cardiomegali.
4. Lapangan paru kiri/kanan : normal/kelainan(+).
2. Hal yang diinterpretasikan dalam rongga thorax:
1. Dinding thorax: costa, clavicula, scapula, vertebrae, soft tissue, pleura, trakea,
RIC.
2. Sinus costofrenicus: (normal lancip) dibentuk oleh costa dan pleura parietal.
3. Diafragma: normal kanan lebih tinggi dari kiri.
4. Hilus: A. Pulmonalis, V. Pulmonalis, Aliran Limfe.
5. Cor
Perhitungan CTR (Cardio Thoracis Ratio)
CTR={(A+B)/(C1+C2)}x 100%
A= Titik terjauh jantung kanan.
B= Titik terjauh jantung kiri.
C= Garis yang melalui kedua sudut costofrenicus yang melewati
cardiofrenicus.
Normal: 48-50 %
CTR>50% = Cardiomegali.
6. Mediastinum.
Organ2 mediastinum:
-Mediastinum superior: trakea, esofagus, truncus gastric cephalica.
-Mediastinum inferior: esofagus, aorta, vena cava inferior.
3. Hal yang perlu diperhatikan dalam interpretasi:
1. Kedudukan: simetris/asimetris.
2. Densitas.
3. Homogen/inhomogen.
4. Batas: tegas/tidak.
5. Ada perselubungan (bayangan padat).
6. Ada cavitas, kalsifikasi, garis fibrotik, bercak-bercak.
1.1.3 Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu : (Morton, 2012: 138)
1) Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
2) Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,
sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi:
1. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3. Stress karena Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan -perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi.
b.Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
1. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
2. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
1. Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
2. Kegemukan atau makan berlebihan
3. Stress
4. Merokok
5. Minum alkohol
6. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a. Ginjal
1. Glomerulonefritis
2. Pielonefritis
3. Nekrosis tubular akut
4. Tumor
b. Vascular
1. Aterosklerosis
2. Hiperplasia
3. Trombosis
4. Aneurisma
5. Emboli kolestrol
6. Vaskulitis
c. Kelainan endokrin
1. DM
2. Hipertiroidisme
3. Hipotiroidisme
d. Saraf
1. Stroke
2. Ensepalitis
3. SGB
e. Obat – obatan
1. Kontrasepsi oral
2. Kortikosteroid
1.1.4 Patofisiologi
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi terhadap
pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung bertambah. Sebagai
akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel kiri untuk meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini
ditandai dengan ketebalan dinding yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk,
dan dilatasi ruang jantung. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan
curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi
dan payah jantung. Jantung semakin terancam seiring parahnya aterosklerosis
koroner. Angina pectoris juga dapat terjadi kerana gabungan penyakit arterial koroner
yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang bertambah akibat penambahan
massa miokard.
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri
yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembutuh
perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel
kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastol. Pengaruh beberapa faktor
humoral seperti rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan peningkatan
aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin
sebagai penunjang saja. Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas. Fungsi pompa
ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan
terjadinya aterosklerosis koroner. Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang
terjadi adalah difus (konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel
kiri meningkat tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri.
Pada stadium selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak
teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada
jantung dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio antara massa
dan volume, oleh karena meningkatnya volum diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan
sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi),
peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot
jantung, serta penurunan efek mekanik pompa jantung, Hal-hal yang memperburuk
fungsi mekanik vantrikel kiri berhubungan erat bifa disertai dengan penyakit jantung
koroner.
1.1.5 Manisfestasi Klinis
Menurut Alsagaff (2009) manifestasi klinis pada hipertensi dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1) Peninggian tekanan darah itu sendiri. Seperti berdebar-debar, rasa melayang
(dizzy) dan impoten
2) Penyakit jantung/hipertensi vaskular seperti cepat capek, sesak
napas, sakit dada (iskemia miokard atau diseksi aorta), bengkak kedua
kaki atau perut. Gangguan vaskular lainnya adalah epistaksis, hematuria,
pandangan kabur karena perdarahan retina, transient serebral
ischemic.
3) Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder: polidipsia, poliuria, dan
kelemahan otot pada aldosteronisme primer, peningkatfin BB dengan emosi yang
labil pada sindrom Cushing. Feokromositoma dapat muncul dengan keluhan
episode sakit kepala, palpitasi, banyak keringat dan rasa melayang saat berdiri
(postural dizzy).
4) Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika
tekanan arteri tidak terukur.
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium awal meliputi:
a. Urinalisis.-protein, leukosit, eritrosit, dan silinder
b. Hemoglobin/hematokrit
c. Elektrolit darah:Kalium
d. Ureum/kreatinin
e. Gula darah puasa
f. Kolesterol total
2) Pemeriksaan Elektrokardiogram
a. Tampak tanda-tanda hipertrofi ventrikel kiri dan strain
b. Gambaran EKG berikut dapat menampilkan berbagai bentuk abnormal
3) Pemeriksaan Ekokardiografi
Ekokardiografi adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang akurat untuk
memantau terjadinya hipertrofi ventrikel, hemodinamik kardiovaskuler, dan tanda-
tanda iskemia miokard yang menyertai penyakit jantung hipertensi pada stadium
lanjut.
Dengan ekokardiografi dapat diketahui apa yang terjadi pada jantung akibat
kompensasi terhadap hipertensi dan perangainya dan dapat dipantau hasil pengobatan
serta perjalanan penyakit jantung hipertensi.
Perubahan-perubahan pada jantung akibat hipertensi yang dapat terlihat pada
ekokardiogram adalah sebagai berikut :
a. Tanda-tanda hipersirkulasi pada stadium dini, seperti: hiperkinssis,
hipervolemia.
b. Hipertrofi yang difus (konsentrik) atau yang iregular eksentrik.
c. Dilatasi ventrikel yang dapat merupakan tanda-tanda payah jantung, serta
tekanan akhir diastolik ventriksl kiri meningkat.
d. Tanda-tanda iskemia seperti hipokinesis dan pada stadium lanjut adanya
diskinetik juga dapat terlihat pada ekokardiogram.
4) Pemeriksaan Radiologi
Pada gambar rontgen torak posisi postero-anterior terlihat pembesaran jantung
ke kiri, elongasi aorta pada hipertensi yang kronis dan tanda-tanda bendungan
pembuluh paru pada stadium payah jantung hipertensi.
Keadaan awal batas kiri bawah jantung menjadi bulat karena hipertrofi
konsentrik ventrikel kiri. Pada keadaan lanjut, apekss jantung membesar ke kiri dan
bawah. Aortic knob membesar dan menonjol disertai klasifikasi. Aorta ascenden dan
descenden melebar dan berkelok (pemanjangan aorta/ elongasio aorta).
1.1.7 Penatalaksaan
Pengobatan pasien dengan penyakit hypertension heart disease (HHD) terbagi
dalam dua kategori-pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan
pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari
140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang
dari 130/90 pada pasien dengan penyakit diatas. Berbagai macam strategi pengobatan
penyakit jantung hipertensi :
1) Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan
obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki
keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan:
a. Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan pengurangan
komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin
sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium yang
dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
b. Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya
belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding vascular.
c. Diet kaya buah dan sayur.
d. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
e. Tidak mengkomsumsi Alkohol.
2) Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olahraga
isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4
kali dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
3) Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif
untuk menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan
dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena
umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik,sehingga dapat meningkatan tekanan darah, memperburuk
angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia.
4) Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan
berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan
kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor,
angiotensin receptor blocker dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada
semua pasien memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai
tekanan darah yang diinginkan.
1.1.8 Komplikasi
a) Gagal jantung
b) Aritmia
c) Serangan jantung
d) Angina
e) Kematian
1.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data. Pengkajian keperawatan
ditujukan pada respon klien terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Nursalam, 2001, hal. 17-18).
1. Pengkajian
Pengumpulan data, data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan,
suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan
hipertensi didapatkan keluhan berupa sakit kepala/pusing.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pada pasien dengan hipertensi didapatkan keluhan pusing, tengkuk
bagian belakang terasa berat, mata berkunang-kunang. Adanya riwayat merokok
dan alkohol.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti hipertensi,
jantung, dan penyakit ginjal. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga\
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
hipertensi,
f. Pemeriksaan Fisik
1) B1: Breathing
Dipnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea, penggunaan otot
pernafasan, bunyi nafas tambahan (krakels/mengi).
2) B2: Blood
Kulit pucat, sianosis, diforesis (kongesti, hipoksemia). Kenaikan tekanan darah,
hipertensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat), takikardi,
bunyi jantung terdengar S2 pada dasar, S3 (CHF dini), S4 (pengerasan ventrikel
kiri/hipertropi ventrikel kiri. Murmur stenosis valvurar. Desiran vascular
terdengar diatas diatas karotis, femoralis atau epigastrium (stenosis arteri). DVJ
(distensi vena jugularis).
3) B3: Brain
Keluhan pening atau pusing, GCS 4-5-6.
4) B4: Blader
Adanya infeksi pada gangguan gijal, adanya riwayat gangguan (susah bak,
sering berkemih pada malam hari).
5) B5: Bowel
Biasanya terjadinya penurunan nafsu makan.
6) B6: Bone
Kelemahan, letih, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin.
f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya.
g. Personal Hygiene
Pada pasien dengan kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan
rutin dan penurunan kesadaran semua kebutuhan perawatan diri dibantu oleh
petugas atau keluarga.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia
miokard, hipertropi ventricular
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
3. Nyeri ( sakit kepala ) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d masukan berlebih
5. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan
perawatan diri
1.2.3 Perencanaan Keperawatan
Dx 1 : Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia
miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien mau berpartisipasi
dalam aktivitas yang menurunkan TD/beban kerja jantung.
Kriteria Hasil : - TD dalam rentang individu yang dapat diterima
- Irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal
Intervensi Rasional
1. Pantau TTD 1. dari tekanan memberikan gambaran yang
2. Catat keberadaan,kualitas lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang
denyutan sentraldan perifer masalah vascular.
3. Auskultasi tonus jantung dan 2. Denyutan karotis,jugularis,radialis dan
bunyi nafas femolarismungkin
4. Amati warna teramati/terpalpasi.Denyut pada tungkai
kulit,kelembaban,suhu,dan mungkin menurun,mencerminkan efek
masa pengisian kapiler dari vasokontriksi(peningkatan SVR) dan
5. Catat edema umum/tertentu kongesti vena.
6. Berikan lingkungan tenang 3. S4 umumnya terdengar pada pasien
dan nyaman,kurangi hipertensi berat karena adanya
aktivitas/keributan hipermetrofi atrium(peningkatan
lingkungan .batasi jumlah volume/tekananatrium)Perkembangan S3
pengunjung dan lamanya menunjukkan hipertrofi ventrikel dan
tinggal. kerusakan fungsi,adanya krakles,mengi
7. Pertahankan pembatasan dapat mengindikasikan kongesti paru
aktivitas seperti istirahat skunder terhadap terjadinya atau gagal
ditempat tidur/kursi;jadwal ginjal kronik.
periode istirahat tanpa 4. adanya pucat,dingin,kulit lembab dan
gangguan;bantu pasien masa pengisian kapiler lambat mungkin
melakukan perawatan diri berkaitan dengan vasokontriksi atau
sesuai kebutuhan. mencerminkan dekompensasi/penurunan
8. Lakukan tindakan-tindakan curah jantung
nyaman seperti pijatan 5. Dapat mengindikasikan gagal
punggung dan jantung,kerusakan ginjal atau vascular.
leher,miringkan kepala di 6. Membantu untuk menurunkan rangsang
tempat tidur. simpatis;meningkatkan relaksasi
9. Anjurkan tehnik 7. Menurunkan stress dan ketegangan yang
relaksasi,panduan imajinasi mempengaruhi tekanan darah dan
,aktivitas pengalihan. perjalanan penyakit hipertensi.
10. Pantau respon terhadap obat 8. Mengurangiketidaknyamanan dan dapat
untuk mengontrol tekanan menurunkan rangsang simpatis.
darah 9. Dapat menurunkan rangsangan yang
menimbulkan stress,membuat efek
tenang,sehingga menurunkan TD.
10. Respon terhadap terapi obat
“stepeed”(yang terdiri atas
diuretic.inhibitorsimpatis dan
vasodilator)tergantung pada individu dan
efek sinergis obat.karena efek samping
tersebut,maka penting untuk
menggunakan obat dalam jumlah paling
sedikit dan dosis paling rendah.

Dx 2 : Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien klien mampu
melakukan aktivitas yang ditoleransi.
Kriteria Hasil : -Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
- melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
-menunjukkan penurunan dalam tanda – tanda intoleransi fisiologi
Intervensi Rasional
1. Kaji respon klien terhadap 1. Menyebutkan parameter membantu
aktivitas,perhatian frekuensi dalam mengkaji respons fisiologi
nadi lebih dari 20x per menit terhadap stres aktivitas dan bila ada
di atas frekuensi istirahat ; merupakan indikator dari kelebihan kerja
peningkatan TD yang nyata yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
selama/sesudah aktivitas, 2. Tehnik menghemat energi mengurangi
dispnea, nyeri dada; penggurangan energy juga membantu
keletihan dan kelemahan keseimbangan antara suplai dan
yang berlebihan; diaphoresis; kebutuhan oksigen.
pusing atau pingsan. 3. Kemajuan aktifitas bertahap mencegah
2. Intruksikan pasien tentang peningkatan kerja jantung tiba-
tehnik penghematan tiba.memberikan bantuan hanya sebatas
energi,mis; menggunakan kebutuhan akan mendorong kemandirian
kursi saat mandi, duduk saat dalam melakukan aktivitas.
menyisir rambut atau
menyikat gigi, melakukan
aktifitas dengan perlahan.
3. Berikan dorongan untuk
melakukan
aktivitas/perawatan diri
bertahap jika dapat
ditoleransi .berikan bantuan
sesuai kebutuhan.

Dx 3 : Nyeri ( sakit kepala ) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri berkurang.
Kriteria Hasil : -Klien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol.
Intervensi Rasional
1. Mempertahankan tirah 1. Meminimalkan stimulasi/meningkatkan
baring selama fase akut relaksasi
2. Berikan tindakan non 2. Tindakan yang menurunkan tekanan
farmakologi untuk vaskuler serebral dan yang
menghilangkan sakit kepala memperlambat/memblok respon simpatis
mis; kompres dingin pada efektif dalam menghilangkan sakit kepala
dahi, pijat punggung dan dan komplikasinya.
leher, tenang, redupkan 3. Aktivitas yang meningkatkan
lampu kamar lampu vasokontriksi menyebabkan sakit kepala
kamar,tehnik relaksasi pada adanya peningkatan tekanan vascular
(panduan imajinasi, serebral.
diktraksi) dan aktifitas 4. Pusing dan penglihatan kabur sering
waktu senggang. berhubungan dengan sakit kepala.pasien
3. Hilangkan/minimalkan juga dapat mengalami episode hipotensi
aktivitas vasokontriksi yang postural.
dapat meningkatkan sakit 5. Meningkatkan kenyamanan
kepala mis; mengejan saat umum.kompres hidung dapat mengganggu
BAB,batuk panjang dan proses menelan atau membutuhkan napas
membungkuk. dengan mulut ,menimbulkan stagnasi
4. Bantu pasien dalam sekresi oral dan mengeringkan membrane
ambulasi sesuai kebutuhan mukosa.
5. Berikan cairan, makanan 6. Munurunkan / mengontrol nyeri dan
lunak,perawatan mulut yang menurunkan rangsang system saraf
teratur bila terjadi simpatis.
pendarahan hidung atau 7. Dapat mengurangi ketegangan dan
kompres hidung telah ketidaknyamanan yang diperberat oleh
dilakukan untuk stress.
menghentikan pendarahan
6. Kolaborasi pemberian obat
analgesik,
7. Kolaberasi pemberian obat
Antiansietas mis;
lorazepanm(ativan),diazepa
m,(valium)

Dx 4 : Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d masukan berlebih


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nutrisi klien
cukup/optimal sesuai kebutuhan.
Kriteria Hasil : - Berat badan klien dalam batas ideal.
Intervensi Rasional
1. Kaji pemahaman pasien 1. Kegemukan adalah resiko tambahan pada
tentang hubungan langsung tekanan darah tinggi karena disproporsi
antara hipertensi dan antara kapasitas aorta dan peningkatan
kegemukan curah jantung berkaitan dengan
2. Bicarakan pentingnya peningkatan massa tubuh.
menurunkan masukan 2. Kesalahan kebiasaan makan makan
kalori dan batasi masukan menujang terjadinya ateroskerosis dan
lemak,garam,dan kegemukan.
gula,sesuai indikasi.

Dx 5 : Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan


perawatan diri.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan
pengetahuan pada klien.
Kriteria Hasil : -Klien paham dengan tentang proses penyakit dan regimen
pengobatan.
Intervensi Rasional
1. Kaji kesiapan dan hambatan 1. Kesalahan konsep dan menyangkal
dalam belajar.termasuk diagnose karena perasaan sejahtera yang
orang terdekat. sudah lama dinikmati mempengaruhi
2. Terapkan dan nyatakan minat pasien dan/orang terdekat untuk
batas TD normal.jelaskan mempelajari penyakit,kemajuan,dan
tentang hipertensi dan prognosis.bila pasien tidak menerima
efeknya pada realitas bahwa membutuhkan pengobatan
jantung,pembuluh darah continue,maka perubahan prilaku tidak
,ginjal dan otak. akan dipertahankan.
3. Hindari mengatakan TD 2. Memberikan dasar untuk pemahaman
normal dan gunakan tentang peningkatan TD dan
istilah”terkontrol dengan mengklarisifikasi istilah medis yang sering
baik “saat menggambarkan digunakan.pemahaman bahwa TD tinggi
tekanan darah pasien TD dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk
pasien dalam batas yang memungkinkan pasien melanjutkan
normal. pengobatan meskipun ketika merasa sehat.
3. Karena pengobatan untuk pasien
hipertensi adalah sepanjang
kehidupan,maka dengan penyampaian
ide”terkontrol”akan membantu pasien
untuk memahami kebutuhan untuk
melanjutkan pengobatan/medikasi.

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 2008: 12).
1.2.5 Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan
merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan,
untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil
dari proses keperawatan. Evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas
asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan
dengan respon prilaku klien yang tampil (Gordon, 2008: 13).
Evaluasi dari diagnosa di atas sebagai berikut :
1) Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia
miokard
2) Sirkulasi tubuh tidak terganggu
3) Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
4) Nutrisi seimbang
5) Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Novi Kristina


Nim : 2011.c.03a.0252
Ruang Praktek : Ruang ICCU
Tanggal Praktek : 16 Maret 2016
Tanggal dan Jam Pengkajian : 16 Maret 2016 pukul 20.00 WIB
2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn.H
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. Mendawai Induk
Tgl MRS : 16 Maret 2016
Diagnosa Medis : HHD
2.1.2 Riwayat Kesehatan/ Perawatan
2.1.2.1 Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas
2.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan merasakan sesak nafas ± sejak satu minggu ini,
sesak dirasakan hilang timbul, sesak dirasakan saat melakukan aktivitas dan
sering pada malam hari. Pasien juga mengatakan nyeri pada dada dan
kemudian dibawa ke IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Di IGD
kesadaran pasien: Compos Menthis, TTV Pasien: TD: 160/110 mmhg, Nadi:
94x/menit, respiration rate: 28x/meit, suhu: 360C. Kondisi pasien lemah, sesak
dan diberikan O2 kanul; 3 liter/menit, Terpasang infus NaCl 500cc/24 jam
pada tangan kiri, mendapatkan injeksi Furosemid 1x1ampul secara intravena.
Lalu diberikan obat oral : Candesartan 1x8mg spironolacton 1x25mg, Digoxin
1x1tablet, ISDN tablet 3x5mg, CP6 1x1 tablet dan dilakukan pemeriksaan
EKG, setelah itu pasien di rawat di ruang ICCU untuk mendapatkan
perawatan intensive.
2.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (Riwayat Penyakit Dan Riwayat Operasi)
Pasien memiliki riwayat jantung 5 tahun yang lalu dan tidak ada
riwayat operasi.
2.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarga ada penyakit keturunan seperti
DM atau jantung.
2.1.2 Genogram Keluarga

Tn.H

Keterangan :

= laki-laki
= Perempuan
= Pasien
= Ada hubungan
= Serumah
=Meninggal
2.1.3 Pemeriksaan Fisik
2.1.3.1 Keadaan Umum :
Pasien tampak sakit sedang, berbaring terlentang, bad rest (+), pasien
menggunakan infus NaCl 500cc/24 jam pada tangan sebelah kanan, Tn.H,
menggunakan oksigen 3 Lpm, pasien tampak tidak rapi dengan rambut putih dan
berantakan, kuku tangan dan kuku kaki kotor.
2.1.3.2 Status Mental :
Untuk status mental pasien Tn.H adalah tingkat kesedaran compos
mentis, dan ekspresi wajah datar, bentuk badan sedang , cara
berbaring/bergerak yang dilakukan oleh pasien terlentang dan dapat miring
kiri dan kanan, berbicara tidak jelas, suasana hati gelisah, untuk penampilan
pasien kurang rapi, insight baik, untuk mekanisme pertahanan diri adaptif.
Fungsi kognitif :
 Orientasi waktu : pasien dapat membedakan pagi, siang, malam.
 Orientasi Orang : pasien dapat membedakan keluarga, dokter dan perawat.
 Orientasi Tempat : pasien mengetahui bahwa dirinya berada di rumah sakit.
Masalah lain : Tidak ada masalah keperawatan
2.1.3.3 Tanda-Tanda Vital :
Pada saat melakukan pengkajian pada pasien Tn.H di ruangan dengan
tanda- tanda vital : Suhu 36,50C dilakukan didaerah Axilla, Nadi 86 x/mnt,
Pernapasan/RR 30 x/mnt dan untuk Tekanan Darah 140/90 mmHg.
2.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Pada saat melakukan pengkajian pada Tn.H, Tn.H mengatakan masih
merasakn sesak nafas dan tidak bias jika tidak menggunakan oksigen dengan dosis 3
Lpm, bentuk dada simetris, pasien merokok, batuk +, tidak ada peningkatan produksi
sputum, sianosis tidak ada, ada sesak napas, tipe untuk pernapasan menggunakan
dada dan perut, irama pernafasan tidak teratur 30x/mnt, suara nafas vesikuler.
Masalah Keperawatan : Pola Nafas Tidak Efektif
2.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Pada saat melakukan pengkajian pada pasien Tn.H di ruang ICCU didaerah
sistem kardiovaskular tidak didapatkan renjatan (syok hipovolemik). Pasien tampak
sianosis, untuk CRT atau capillary reffil time > 2 detik, klien “nyeri pada kepala,
nyeri yang dirasakan seperti di tusuk-tusuk dengan skala nyeri 4 (0-10) terutama pada
saat beraktivitas dengan waktu lamanya tidak menentu ± sekitar 15 menit”. ada nyeri
dada, pasien tampak pucat, oedema tidak ada, ictus cordis tidak terlihat, vena
jugularis tidak meningkat, suara jantung pasien terdengar normal (S1 dan S2) dengan
suara jantung tambahan gallop
Masalah keperawatan : Perubahan Perfusi Jaringan Perifer
Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri Kepala)
2.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Pada saat melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien Tn.G,
pemeriksaan fisik dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) : Buka mata: 4
(membuka mata sepontan), Verbal: 5 (orientasi baik), Motorik: 6 (mengikuti
perintah) dengan jumlah nilai Glasgow Coma Scale (GCS): 15 (sadar penuh), pupil
isokor dan untuk reflek cahaya kanan dan kiri positif, tidak ada nyeri.
Uji Syaraf Kranial : saat dikaji Nervus Kranial I pasien dapat mengetahui bau
minyak kayu putih, Nervus Kranial II pasien dapat melihat dengan baik, untuk
Nervus Kranial III pasien dapat membuka kelopak matanya, untuk Nervus Kranial IV
pasien dapat menggerakan bola mata keatas ke bawah, untuk Nervus Kranial V
pasien membuka mulutnya, untuk Nervus Kranial VI pasien bisa menggerakkan bola
ke kanan ke kiri, Nervus Kranial VII pasien dapat tersenyum dan menggerutkan
dahinya. Nervus Kranial VIII pasien jelas mendengar, Nervus Kranial IX pasien
pasien dapat membedakan rasa makanan. Untuk Nervus Kranial X pasien dapat
menelan dengan baik, untuk Nervus Kranial XI pasien dapat menggerakan bahu,
untuk Nervus Kranial XII respon lidah baik tidak ada gangguan. Dan untuk hasil uji
koordinasi didapatkan hasil positif.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Pada saat melakukan pengkajian pada Tn. H, produksi urine 900 ml dalam 2
jam di ruang ICCU, warna kuning jernih, bau pesing, tidak ada masalah. Balance
cairan Tn. H Input : 500 cc, Output : 900 cc, IWL: 50, Balance: -450 cc
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Pada saat melakukan penkajian pada Tn.H. didapatkan bibir lembab, gigi
tidak ada karises dan tidak lengkap, gusi baik tidak ada peradangan dan
pembengkakan ,warna lidah merah muda dan lembab, mukosa lembab, untuk buang
air besar (BAB) 1x sehari warna kuning, konsistensi lunak, dan tidak ada diare,
konstipasi, feses berdarah, kembung, bising usus 6x/mnit, tidak ada benjolan, dan
tidak ada nyeri tekan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2.1.3.9 Tulang - Otot – Integumen (Bone)
Pada saat melakukan pengkajian pada pasien Tn.H, ukuran otot simetris,
tidak ada: parese, paralise, hemiparese, krepitasi, flasiditas, spastisitas, deformitas
tulang, ada nyeri pada pergelangan kaki kanan, tidak ada kekakuan pada kaki
kanannya dan dan kaki kiri pasien.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
2.1.3.10 Kulit-kulit Rambut
Pada saat pengkajian pada Tn.H, suhu badan hangat, warna kulit normal,
tugor baik, tekstur halus, tidak ada lesi, tekstur rambut kasar, distribusi rambut tidak
merata, rambut putih, bentuk kuku pasien simetris.
Masalah Keparawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2.1.3.11 Sistem Pengindraan
a. Mata/Penglihatan
Bola mata pasien bergerak normal, sklera normal, konjungtiva merah
muda, kornea bening, nyeri tidak ada.
b. Telinga/Pendengaran
Fungsi pendengaran dalam keadaan baik.
c. Hidung/Penciuman
Bentuk hidung simetris, tidak ada : lesi, patensi, obstruksi, nyeri tekan
sinus, transluminasi, tidak adanya septum nasal dan polip.
Masalah Keparawatan : Tidak ada masalah keparawatan
2.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
2.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat pulang agar dapat
melakukan aktivitas seperti biasa, seperti bekerja dan sudah merindukan rumahnya.
2.1.4.2 Nutrisi dan Metabolisme
Pada saat di kaji pada Tn.H, diet biasa dan diet khusus TKTP, serta tidak adanya
mual muntah, dan tidak ada kesukaran menelan.
Pola Makan Sehari-Hari Saat Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x sehari 3x /hari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis Makanan Nasi, lauk pauk, dan Nasi, lauk pauk, dan sayur.
sayur
Jenis Minuman Air mineral Air mineral, teh, dan susu
Jumlah minuman/cc/24 jam ± 500 cc/ 24 jam 1500 cc -2000 cc/ 24 jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
2.1.4.3 Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : siang pukul 14.00-16.00 WIB, malam 21.00-05.00 WIB dan
sesudah sakit : 14.00-15.00 WIB, malam 20.00-05.00 WIB.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
2.1.4.4 Kognitif
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar, pasien mengatakan
ingin tidak mengetahui tentang penyakitnya dan pasien ingin cepat sembuh dan dapat
melakukan aktivitas seperti biasanya.
Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan
2.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran).
Gambaran diri : Pasien seorang kepala rumah tangga.
Ideal diri : Pasien ingin cepat sembuh dan sehat
Identitas diri : Pasien adalah seorang laki-laki.
Harga diri : Pasien menghargai dirinya dan hidupnya sekarang
Peran : Sebagai suami dan ayah.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2.1.4.6 Aktivitas Sehari-Hari
Aktivitas pasien selama di RS hanya beristirahat, kebutuhan ADL
pasien dapat dilakukan pasien sendiri dan dibantu oleh keluarga.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
2.1.4.7 Koping –Toleransi Terhadap Stress
Pasien mengatakan bila ada masalah pasien akan menrceritakannya kepada
keluarganya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Pasien dan keluarga mengatakan selamat pasien mendapatkan pengobatan dan
perawatan di RS tidak ada tindakan dokter maupun perawat yang bertentangan
dengan nilai keyakinan pasien dan keluarganya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2.1.5 Sosial – Spiritual
1) Kemampuan Berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar secara verbal maupun
nonverbal. Pasien dapat berkomunikasi dengan perawat, dokter, keluarga dan
pasien lain, dengan menggunakan bahasa Indonesia.
2) Bahasa Sehari-Hari
Pasien mengatakan bahasa yang digunakan sehari-harinya menggunakan
bahasa bahasa Jawa dan Indonesia.
3) Hubungan Dengan Keluarga
Hubungan pasien dan keluarganya baik, terlihat dari keluarga yang
memperhatikan/ mengurus pasien selama sakit.
4) Hubungan Dengan Teman/Petugas Kesehatan/Orang lain
Pasien mengatakan hubungan dengan teman, petugas kesehatan dan orang
lain pasien dan keluarga koorperaktif dan berjalan dengan baik.
5) Orang Berarti/Terdekat
Pasien mengatakan orang yang berati adalah keluarganya terutama istri dan
anak-anaknya.
6) Kebiasaan Menggunakan Waktu Luang
Pasien mengatakan mengunakan waktu luangnya dengan beristirahat di
tempat tidurnya.
7) Kebiasaan Beribadah :
Pasien mengatakan selama sakit pasien hanya beristirahat di tempat tidur
dan berdoa di tempat tidur.
2.1.6 DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATURIUM, PENUNJANG
LAINNYA)
Tanggal pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai Normal

WBC = 10.14x103/uL 4-10 x 103/uL


RBC = 4.92x106/uL 3.5-5.5 x 106/uL
16 Maret 2016 HGB = 13,1 g/dl 11-16 g/dl
PLT = 177x103/uL 150-400 x 103/uL
GDS = 126 mg/dl < 200 mg/dl
Creatinin = 1,16 mg/dl 0,17-1,5 mg/dl
CTR = 65 % 48 – 50%
17 Maret 2016

EKG 12 Lead Irama Jantung: Ireguler HR : 110 x/mnt


Rumus 3 Dalam
Lead II
= Jumlah R dalam 30
kotak besar x 10 =
Heart Rate.
= 11x10 = 110 x/mnt

16 Maret 2016
Hasil foto rontgen didapatkan adanya hepatomegali dengan nilai 65 %
2.1.7 PENATALAKSANAAN MEDIS
No Cara
Terapi Dosis Indikasi
. Pemberian
1. Infus Nacl 500 mg/ Intravena Indikasi :
24 jam bolus Pengganti cairan plasma isotonik
yang hilang
Kontra Indikasi :
Pada klien asidosis berlebihan dan
klien hiperkalemia tidak dianjurkan.
2. Injeksi Lasix 1x1 Intravena Indikasi :
ampul bolus Obat yang berfungsi sebagai diuretic,
yang digunakan untuk membuang
cairan yang ada di dalam tubuh dan
membuangnya lewat urine.
Kontra Indikasi :
Gagal ginjal akut yang disertai dengan
anuria (tidak dibentuknya kemih oleh
ginjal), koma hepatikum, hipokalemia,
hiponatremia, hipovolemia dengan
atau tanpa hipotensi. Gangguan fungsi
ginjal atau hati.
3. Candesartan 8 mg Pemberian Indikasi:
0-0-1 Oral Untuk Pengobatan hipertensi.
Kontra Indikasi :
Pasien yang hipersensitif
terhadap candesartan atau komponen
yang terkandung dalam formulasinya.
Wanita hamil dan menyusui.
Gangguan hati yang berat dan/
ketoasidosis
4. 5 mg Melalui Indikasi:
ISDN
3x1 Oral Obat jenis vasodilator, digunakan
Isosorbid
Dinitrat untuk meningkatkan persediaan darah
dan oksigen ke jantung, dan dapat
mencegah nyeri dada akibat angina.
Kontra Indikasi:
Hipersensitivitas terhadap nitrat,
hipotensi dan hipovolemia, kardiopati
obstruktif hipertrofik, stenosis aorta,
tamponade jantung, perikarditis
konstriktif, stenosis mitral, anemia
berat, trauma kepala, perdarahan
otak, glaukoma sudut sempit.
5. CPG 75 mg Melalui Indikasi:
1x1 Oral Digunakan untuk menghambat
pembekuan darah.
Kontra Indikasi:
Pendarahan patologik, pendarahan
intrakranial, tukak lambung
6. Digoxin 0,25 mg Melalui Indikasi:
1x1 Oral Gagal jantung kongestif akut dan
kronik. Takikardi supraventrikuler
paroksismal
Kontra Indikasi:
Blok AV total dan blok AV derajat 2
(2:1), henti sinus, sinus bradikardi
yang berlebihan, pemberian kalsium
parenteral.
7. Spironolactone 25 mg Melalui Indikasi:
1x1 Oral Hipertensi esensial, edema pada gagal
jantung kongestif, sirosis hati,
sindroma nefrotik,
hiperaldosteronisme primer.
Kontra Indikasi:
Gagal ginjal progresif, penggunaan
bersama suplemen K dan diuretik
hemat K, hiperkalemia.

Palangka Raya, 16 Maret 2016


Mahasiswa,

Novi Kristina
3.1 Analisa Data
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS: Pasien mengatakan Hipertensi Heart Disease Pola Nafas Tidak
nafasnya masih terasa ↓ Efektif
terasa sesak dan tidak Hipertrophy Ventrikel Kiri
bisa tidak menggunakan ↓
o2. Tekanan atrium kiri ↑
DO: ↓
1. Pasien nampak lemah Suplai O2 ↓
2. Menggunakan pernafasan ↓
dada dan perut Sesak nafas
3. Irama pernafasan tidak
teratur
4. Suara nafas Vesikuler
5. Terpasang oksigen 3 Lpm.
6. Batuk +
7. Posisi klien semifowler
8. Suara jantung pasien
terdengar normal (S1 dan
S2) dengan suara jantung
tambahan gallop.
9. TTV:
TD :140/90 mmHg
N : 86 x/mnt
S : 36,50C
RR : 30 x/mnt
10. Hasil pemeriksaan
foto rontgen didapatkan
adanya hepatomegali
dengan nilai 65 %
11. Balance cairan Tn. H
Input : 500 cc, Output :
900 cc, IWL: 50, Balance:
-450 cc
DS: Pasien mengatakan Hipertensi Heart Gangguan Perfusi
“kadang-kadang saya Disease Jaringan
merasa nyeri kepala” ↓
DO: Hipertrophy Ventrikel Kiri
1. Pasien tampak lemah. ↓
2. Pasien tampak sianosis Tekanan Atrium Kiri
3. Pasien tampak pucat ↓
4. Konjungtiva: anemis Volume sekuncup
5. Akral dingin menurun
6. Terpasang O² nasal 3 liter/ ↓
menit Gangguan Perfusi Jaringan
7. Capillary refill > 2 detik
8. HR Lead II : 110 x/mnt
9. TTV:
TD :140/90 mmHg
N : 86 x/mnt
S : 36,50C
RR : 30 x/mnt
10. Hasil pemeriksaan foto
rontgen didapatkan
adanya hepatomegali
dengan nilai 65 %
DS : Klien mengatakan “nyeri Hipertensi Heart Gangguan Rasa
pada kepala, nyeri yang Disease Nyaman (Nyeri
dirasakan seperti di ↓ Kepala)
tusuk-tusuk dengan skala Hipertrophy Ventrikel Kiri
nyeri 4 (0-10) terutama ↓
pada saat beraktivitas Tekanan Atrium Kiri
dengan waktu lamanya ↓
tidak menentu ± sekitar Volume sekuncup
15 menit”. menurun
DO : ↓
1. Klien tampak mengalami Terjadinya penurunan
kelemahan. suplai O2 ke miokardium
2. Klien tampak meringis. ↓
3. Klien tampak memegang Nekrosis sel
bagian kepala. ↓
4. Posisi klien semifowler. Gangguan Rasa Nyaman
5. HR Lead II : 110 x/mnt (Nyeri Kepala)
6. TTV:
TD :140/90 mmHg
N : 86 x/mnt
S : 36,50C
RR : 30 x/mnt
7. Hasil pemeriksaan foto
rontgen didapatkan adanya
hepatomegali dengan nilai
65%
DS: Pasien mengatakan tidak Hipertensi primer Kurang pengetahuan
mengetahui tentang ↓
penyakitnya Kurang terpajan informasi
DO:
1. Pasien banyak bertanya.
2. Pasien tampak bingung
ketika ditanya tentang
penyakit.
3. Pasien tidak kooperatif.
3.2 Prioritas Masalah
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan atrium kiri
yang ditandai dengan DS: Pasien mengatakan nafasnya masih terasa terasa sesak
dan tidak bisa tidak menggunakan o2. DO: Pasien nampak lemah, menggunakan
pernafasan dada dan perut, irama pernafasan tidak teratur, suara nafas Vesikuler,
terpasang oksigen 3 Lpm, batuk +, posisi klien semifowler, Suara jantung pasien
terdengar normal (S1 dan S2) dengan suara jantung tambahan gallop, TTV: TD
:140/90 mmHg, N : 86 x/mnt, S : 36,50C, RR : 30 x/mnt, Hasil pemeriksaan foto
rontgen didapatkan adanya heap tomegali dengan nilai 65 %, Balance cairan Tn.
H Input : 500 cc, Output : 900 cc, IWL: 50, Balance: -450 cc,
2) Gangguan Perfusi Jaringan berhubungan dengan peningkatan afterload dan
vasokontriksi yang ditandai dengan DS: Pasien mengatakan “kadang-kadang saya
merasa nyeri kepala” DO: Pasien tampak lemah, pasien tampak sianosis, pasien
tampak pucat, konjungtiva: anemis, akral dingin, terpasang O² nasal 3 liter/ menit,
capillary refill > 2 detik, HR Lead II : 110 x/mnt, TTV: TD :140/90 mmHg, N :
86 x/mnt, S : 36,50C, RR : 30 x/mnt, Hasil pemeriksaan foto rontgen didapatkan
adanya hepatomegali dengan nilai 65 %
3) Gangguan rasa nyaman (Nyeri Kepala) berhubungan dengan nekrosis sel ditandai
dengan: DS : Klien mengatakan “nyeri pada kepala, nyeri yang dirasakan seperti
di tusuk-tusuk dengan skala nyeri 4 (0-10) terutama pada saat beraktivitas dengan
waktu lamanya tidak menentu ± sekitar 15 menit”. DO : Klien tampak mengalami
kelemahan, klien tampak meringis, kKlien tampak memegang bagian kepala,
posisi klien semifowler, HR Lead II : 110 x/mnt, TTV: TD :140/90 mmHg, N : 86
x/mnt, S : 36,50C, RR : 30 x/mnt, Hasil pemeriksaan foto rontgen didapatkan
adanya hepatomegali dengan nilai 65 %
4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit
ditandai dengan DS: Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya
DO: Pasien banyak bertanya, pasien tampak bingung ketika ditanya tentang
penyakit, pasien tidak kooperatif.
3.3 Intervensi Keperawatan
Nama Pasien: Tn. H
Ruang Rawat : ICCU, Rp 3
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda – tanda vila setiap 2 1. Kecepatan biasanya mencapai
efektif berhubungan keperawatan selama 2 x 7 jam jam kedalaman pernafasan bervariasi
dengan Peningkatan diharapkan tidak terjadi tergantung derajat gagal nafas.
tekanan atrium kiri perubahan pola nafas dengan Expansi dada terbatas yang
kriteria hasil: berhubungan dengan atelektasis
1. Klien tidak sesak nafas dan atau nyeri dada.
2. Pasien tidak lemah 2. Auskultasi bunyi nafas dan 2. Ronkhi dan wheezing menyertai
3. Saat beraktivitas tidak catat adanya bunyi nafas obstruksi jalan nafas / kegagalan
mengalami sesak nafas seperti krekels, wheezing. pernafasan.
4. TTV dalam batas normal
TD : Sistole 100 – 130 3. Tinggikan kepala dan bantu 3. Duduk tinggi memungkinkan
mmHg, Diastole 70 – 90 mengubah posisi. ekspansi paru dan memudahkan
mmHg pernafasan.
N : 70 – 100 x/mnt 4. Observasi pola batuk dan 4. Kongesti alveolar mengakibatkan
S : 36.5 – 37.5 C karakter sekret. batuk sering/iritasi.
RR : 18 – 24 x/mnt 5. Dorong/bantu pasien dalam 5. Dapat meningkatkan/banyaknya
5. Tidak ada tanda tanda nafas dan latihan batuk. sputum dimana gangguan
sianosis.
ventilasi dan ditambah ketidak
6. Pola nafas dalam rentan
normal. nyaman upaya bernafas.
6. Kolaborasi 6. Memaksimalkan bernafas dan
Berikan oksigen menurunkan kerja nafas,
memberikan kelembaban pada
membran mukosa dan membantu
pengenceran sekret.

2. Gangguan Perfusi Setelah diberikan asuhan 1. Kaji keluhan pusing/sakit 1. Untuk menetukan tindakan yang
Jaringan berhubungan keperawatan selama 2x7 jam, kepala, catat lokasi dan akan diberikan.
dengan peningkatan perfusi ke jaringan/ke sel intensitas 2. menghilangkan tekanan vena kava
afterload dan efektif dengan kriteria hasil : 2. Anjurkan tirah baring pada inferior dan meningkatkan
vasokontriksi 1. Konjuntiva merah muda posisi miring kiri sirkulasi plasenta atau janin dan
2. Tidak terdapat kebiruan 3. Ajarkan teknik relaksasi napas pertukaran oksigen.
pada kulit dalam dan distraksi (pengalihan 3. Untuk meniingkatkan relaksasi
seperti menonton tv) dan mengurangi kelelahan
3. CRT < 2 detik 4. Anjurkan pasien untuk rutin 4. Untuk memenuhi kebutuhan
minum obatnya setiap hari nutrisi ibu dan janin
5. Anjurkan pasien untuk 5. Mencegah terjadinya kelelahan.
mengurangi aktivitas yang berat. 6. Untuk mengetahui keadaan umum
6. Obsevasi tanda-tanda vital. klien
3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pendekatan pada klien 1. Hubungan yang baik membuat
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 7 jam dan keluarga. klien dan keluarga kooperatif.
nekrosis sel. diharapakan nyeri terkontrol / 2. Kaji tingkat intensitas dan 2. Tingkat intensitas nyeri dan
berkurang dengan kriteria frekuensi nyeri. frekuensi menunjukan nyeri.
hasil: 3. Observasi tanda-tanda vital. 3. Untuk mengetahui perkembangan
1. Nyeri berkurang. 4. Berikan posisi senyaman klien.
2. Klien terlihat tenang mungkin, posisi semi fowler. 4. Posisi yang nyaman dapat
3. Klien secara verbal 5. Ajarkan penggunaan teknik membuat klien merasa tenang dan
mengatakan nyeri berkurang manajemen nyeri (latihan napas mengurangi rasa nyeri yang
4. Skala Nyeri (0-10) dalam, imajinasi visual). dirasakan.
5. TTV dalam batas normal 6. Jelaskan pada klien penyebab 5. Mengalihkan perhatian terhadap
110-130
TD: Sistole /80-90 nyeri. nyeri, meningkatkan kontrol
mmHg, 7. Lakukan kolaborasi dengan tim terhadap nyeri yang mungkin
Nadi: 60-100 x/menit medis dalm pemberian berlangsung lama.
RR : 16-24 x/menit analgesik. 6. Memberikan penjelasan akan
Suhu : 36,5-37,4 ºC menambah pengetahuan klien
tentang nyeri.
7. Merupakan tindakan dependent
perawat. Dimana analgesik
berfungsi untuk memblok
stimulasi nyeri.
4.Kurang pengetahuan Setelah dilakukan pendidikan 1. Kaji kesiapan dan hambatan 1. Kesalahan konsep dan
berhubungan dengan selama 1x20 menit terjadi dalam belajar termasuk orang menyangkal diagnose karena
kurang informasi peningkatan pengetahuan, terdekat. perasaan sejahtera yang sudah
tentang penyakit dan dengan kriteria hasil: lama dinikmati mempengaruhi
perawatan diri. 1. Pasien paham tentang minat pasien untuk mempelajari
proses penyakit. penyakit.
2. Terapkan dan nyatakan batas TD 2. Memberi dasar untuk pemahaman
normal. tentang peningkatan TD dan
mengklarifikasi istilah medis
yang sering digunakan.
3. Hindari mengatakan TD normal 3. Membantu pasien untuk
dan ganti dengan istilah memahami kebutuhan untuk
terkontrol. melanjutkan pengobatan.
3.4 Implementasi Keperawatan
Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi TTD Perawat
1. Mengkaji tanda – tanda vital tiap S: Pasien mengatakan “masih merasakan sesak nafas
2 jam namun berkurang jika memakai oksigen”
2. Menguskultasi bunyi nafas dan O:
catat adanya bunyi nafas seperti 1. Pasien masih nampak lemah
krekels, wheezing. 2. Pasien menggunakan pernafasan dada dan perut
3. Meninggikan kepala dan bantu 3. Irama pernafasan tidak teratur
mengubah posisi. 4. Suara nafas Vesikuler
Rabu, 16 Maret 2016 Novi Kristina
4. Kolaborasi 5. Terpasang oksigen 3 Lpm.
1) Berikan oksigen tambahan 3 6. TTV:
Liter/menit melalui nasal TD :130/90 mmHg
2) Memberikan injeksi Lasix 1x1 N : 88x/mnt
ampl melalui IV S : 36,30C
3) Memberikan obat oral RR : 28 x/mnt
Spironolactone 25 mg 1x1tab 7. Balance cairan Tn. H dalam 7 Jam: Input : 500 cc,
4) Memberikan obat oral Digoxin Output : 900 cc, IWL: 50, Balance: -450 cc.
0,25 mg 1x1tab. A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4
1. Mengkaji keluhan pusing/sakit S: Pasien mengatakan “kadang-kadang nyeri kepala
kepala, catat lokasi dan saya muncul”
intensitas O:
2. Menganjurkan tirah baring pada 1. Pasien tampak pucat
posisi miring kiri 2. Capillary refill > 2 detik
3. Mengajarkan teknik relaksasi 3. TTV:
napas dalam dan distraksi TD :130/90 mmHg Novi Kristina
Rabu, 16 Maret 2016
(pengalihan seperti menonton tv) N : 88x/mnt
4. Menganjurkan pasien untuk rutin S : 36,30C
minum obatnya setiap hari RR : 28 x/mnt
5. Menganjurkan pasien untuk 4. Suara jantung pasien terdengar ada suara tambahan
mengurangi aktivitas yang berat. yaitu: gallop
6. Mengobsevasi tanda-tanda vital. 5. HR Lead II: 110 x/mnt, irama : Ireguler
6. Balance cairan Tn. H dalam 7 Jam Input : 500 cc,
Output : 900 cc, IWL: 50, Balance: -450 cc
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi no 1, 2, 3, 4, 5, dan 6
Rabu, 16 Maret 2016 1. Melakukan pendekatan pada S: Klien mengatakan “masih merasakan Nyeri pada
klien dan keluarga dengan kepala”.
menyapa klien dan keluargannya. O:
2. Mengkaji tingkat intensitas dan 1. Klien masih tampak meringis.
frekuensi nyeri. 2. Skala nyeri 3 (0-10).
3. Mengobservasi tanda-tanda vital. 3. Klien menggunakan tehnik relaksasi dan
4. Menberikan posisi senyaman mengalihkan rasa nyeri dengan mengobrol dengan Novi Kristina
mungkin, posisi semi fowler. istrinya.
5. Mengajarkan penggunaan teknik 4. TTV :
manajemen nyeri (latihan napas TD : 110/80 mmHg N : 86 x/menit
dalam, imajinasi visual). RR : 22 x/menit S : 36,60 C
6. Menjelaskan pada klien penyebab 5. Balance cairan Tn. H dalam 7 Jam Input : 500 cc,
nyeri. Output : 900 cc, IWL: 50, Balance: -450 cc
A: Masalah belum teratasi (Nyeri akut)
P: Lanjutkan Intervensi:
1. Mengkaji tingkat intensitas dan frekuensi nyeri.
2. Mengobservasi tanda-tanda vital.
3. Menberikan posisi senyaman mungkin, posisi semi
fowler.
1. Mengkaji kesiapan dan hambatan S: Pasien mengatakan” saya mengerti tentang HHD
Kamis, 17 Maret 2016 dalam belajar termasuk orang setelah dijelaskan”.
terdekat. O:
7. Menerapkan dan nyatakan batas 1. Pasien sudah tidak tampak bingung.
Novi Kristina
TD normal. 2. Pasien dapat menjelaskan tentang HHD secara
8. Menghindari mengatakan TD garis besarnya.
normal dan ganti dengan istilah A: Masalah teratasi
terkontrol. P:Hentikan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai