Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

HIPERTENSI HEART DISEASE (HHD) DI RUANG ICCU


RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

OLEH :

HERO SUPRAYETNO
NIM : 2012.C.04A.0303

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2016/2017
1.1. Konsep Dasar HHD

1.1.1 Pengertian

Hipertensi heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk


menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit
jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Hipertensi adalah peninggian tekanan darah diatas nilai normal. Ini


termasuk golongan penyakit yang terjadi akibat suatu mekanisme kompensasi
kardiovaskuler untuk mempertahankan metabolisme tubuh agar berfungsi nomal.
Mekanisme tersebut terjadi melalui sistem neurohumoral dan kardiovaskuler.
Apabila hipertensi tidak terkontrol akan menyebabkan kelainan pada organ-organ
lain yang berhubungan dengan sistem-sistem tersebut, misalnya otak, jantung,
ginjal, mata, aorta dan pembuluh darah tepi. Semakin tinggi tekanan darah, lebih
besar kemungkinan timbulnya penyakit-penyakit kardiovaskuler secara prematur.
Penyulit pada jantung dan segala manifestasi kliniknya, dinamakan penyakit
jantung hipertensif atau disebut juga sebagai Hipertensive Heart Disease (HHD).

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan arteri tinggi, berbagai


batasannya berkisar dari tekanan sistolik 140-200 mmhg dan tekanan diastolik 90-
110 mmhg ( Muttaqin, 2014 : 23)

1.1.2 Klasifikasi hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dikelompokan menjadi 2


golongan yaitu:

1. Hipertensi esensial atau primer (tidak diketahui penyebab)


2. Hipertensi renal atau sekunder (diketahui penyebab)
Klasifikasi hipertensi menurut ( Wahdah, 2011) adalah :

Kategori Tekanan sistol (mmhg) Tekanan diastol (mmhg)

Normal < 130 mmhg < 85 mmhg

Normal tinggi 130 – 139 mmhg 85 -89 mmhg

Hipertensi ringan 140 – 159 mmhg 90 – 99 mmhg

Hipertensi sedang 160 – 179 mmhg 100 – 109 mmhg

Hipertensi berat 180 -209 mmhg 110 – 119 mmhg

Hipertensi sangat berat >210 mmhg >120 mmhg

1.1.3 Etiologi
Penyebab hipertensi menurut ( Lanny,2006 : 13) dibedakan menjadi 2
yaitu :

1. Hipertensi Primer ( tidak diketahui )


 Stress
 Genetik
 Lingkungan
 Obesitas
 Alkohol
 Merokok
 Kelainan darah
2. Hiperetensi sekunder ( sudah diketahui )
 Penyakit parenkim ginjal
 Hipertensi renovaskuler/jantung
 Penyakit adrenal ( Aldosteronisme primer, adrenogenital primer).
 Penyakit Neurologis ( tekanan intracranial dengan cepat )
 Taksemia gravidarum
 Koartasio aorta.
 Diabetes melitus
1.1.4 Patofisologi

Hipertensi merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan peningkatan


tekanan perifer. Hal ini menyebabkan penambahan beban jantung ( after load )
sehingga terjadi hipertropi ventrikel kiri sebagai proses kompensasi / adaptasi,
hipertropi ventrikel kiri adalah suatu keadaan yang menggambarkan penebalan
dinding dan penambahan masa ventrikel kiri. Peningkatan tekanan darah secara
sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri,
sehingga beban jantung bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel
kiri untuk meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini ditandai dengan ketebalan
dinding yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk, dan dilatasi ruang
jantung. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung
dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi dan payah
jantung. Jantung semakin terancam seiring parahnya aterosklerosis koroner.
Angina pectoris juga dapat terjadi kerana gabungan penyakit arterial koroner yang
cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang bertambah akibat penambahan massa
miokard.
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel
kiri yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan
pembutuh perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan
hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastol. Pengaruh
beberapa faktor humoral seperti rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan
peningkatan aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui,
mungkin sebagai penunjang saja. Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas.
Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab
hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis koroner.
Web Of Caution (WOC)

Esensial/primer ( stress, genetik, lingkungan, Renal /sekunder ( gormonal, penyakit


obesitas, alkohol, merokok, kelainan darah jantung, diabetes melitur, ginjal)

HIPERTENSI

Pembuluh
Otak Ginjal Retina
darah

Resistensi Suplai O2 Vasokontriksi sistemik Koroner


p.darah otak otak pembuluh darah jantung Spasmus
meningkat menurun ginjal. arteriole
vasokontriksi
CVA
Tekanan p. Gangguan Blood flow Iskhemi
drh otak perfusi menurun miokard diplopia
meningkat sinkop jaringan Afterload
meningkat
Respon RAA
Nyeri
Nyeri Resti injury
dada
kepala
vasokontriksi Rangsang Resti
Penurunan
aldosteron injury
COP
Gangguan rasa
nyaman
edema Retensi Na

Fatigue

Gangguan keseimabangan
cairan
1.1. 5 Mekanisme Klinis

1. Anamnesa

 Sakit kepala hebat tiba-tiba, kebanyakan berlokasi di daerah tengkuk


terutama pada pagi hari.
 Penglihatan kabur
 Anorexia, muntah-muntah
 Kelainan neurologis
2. Pemeriksaan Fisik

 Tekanan darah tinggi, terutama diastol, hemiplegia, apasia,


hemianopsia.
 Gejala payah jantung, jantung dapat membesar.
3. Laboratorium

 Proteinosia, hematusia, mikroskopik.


 Ureum, Creatinin, kalium, fosfor, alkali.
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang/diagnostik

1. Fhoto torax, posisi poster anterior, hipertrofi kensistrik, besar jantung


dalam batas normal.
2. Pemeriksaan laboratorium, darah vaksin, yang diperlukan adalah Hb,
serta ureum dan creatinin untuk menilai fungsi ginjal, Glukosa, Kalium
Serum, Kolestrol, Gliserin Serum.

3. EKG
1.1.7 Penatalaksanaan

1. Modifikasi gaya hidup dengan mengikuti langkah-langkah yang


dianjurkan yaitu :
a. Menurunkan BB bila terjadi kelebihan BB
b. Membatasi/berhenti mengkonsumsi alkohol, merokok, makanan
yang berlemak
c. Meningkatkan aktivitas pisik ( 30-45 menit/hari)
d. Mengurangi asupan natrium
e. Mempertahankan asupan kalium, kalsium dan magnesium yang
adekuat
2. Rawat, istirahat total
3. Pengobatan terhadap penyakit seperti payah jantung, perdarahan otak.
4. Pemberian obat Hipertensi.
1.7.8 Komplikasi

1. Penyakit jantung
2. Gagal jantung kongehestip
3. Stroke
4. Gangguan penglihatan
5. Penyakit ginjal
1.2. Manajemen Keperawatan

1.2.1 Pengkajian
Pengkajian meliputi : (Marilynn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan
Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3,
EGC, Jakarta).

1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung takipnea.

2. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, arteroklerosis, penyakit jantung kroner, katup dan
penyakit serebrovaskuler epide talpasi.

Tanda : - Kenaikan tekanan darah

- Hipertensi postural

3. Eliminasi
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol, Mual, muntah, Perubahan berat badan,
Obesitas, Adanya edema.
4. Neurosensoris
Gejala : Keluhan pusing, Gangguan penglihatan, Peranan kekuatan.

5. Nyeri / Ketidaknyamanan
Gejala : Angina, Sakit kepala, Nyeri abdomen.

1.2.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Hypertensi Heart Disease
menurut Marilynn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta.

1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan


peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi/irigiditas
(kekakuan) ventricular.
2. Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukkan
berlebihan (kebutuhan metabolic), pola hidup monoton, keyakinan budaya.
5. Koping individual inefektif berhubungan dengan krisis
situasional/maturasional, perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat,
sedikit atau tak pernah olahraga.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana
pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis-
intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.
1.2.3 Intervensi / Implementasi
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan Hypertensi Heart
Disease menurut Marilynn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta.

1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan


peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi/irigiditas
(kekakuan) ventricular.
Tujuan : mempertahankan tekanan darah dalam rentang yang dapat diterima
individu.

Kriteria Hasil : -pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan


tekanan darah/beban kerja jantung.

-memperlihatan irama dan frekuensi jajntung stabil.


INTERVENSI / RASIONAL
IMPLEMENTASI

Mandiri:
 Pantau Tekanan Darah.  Perbandingan dari TD memberikan
gambaran yangn lebih lengkap tentang
keterlibatan/bidang masalah vascular.
 Catat keberadaan, kualitas  Denyutan karotis, jugularis, radialis dan
denyutan sentral dan perifer. femoralis mungkin teramati/terpalpasi.
 Auskultasi tonus jantung dan  S4 umum terdengar pada pasein hipertensi
bunyi nafas. berat karena adanya hipertrofi atrium
(peniingkatan volume/tekanan atrium),
perkembangan S3 menunjukkan hipertrofi
ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya
krales, mengi, dapat mengindikasikan
kongesti paru sekunder terhadap terjadinya
atau gagal jantung kronik.

 Amati warna kulit,  Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan


kelembaban, suhu dan masa masa pengisian kapiler lambat mungkin
pengisian kapiler berkaitan dengan
vasokontriksi/mencerminkan
dekompensasi/penurunan curah jantung.

 Catat edema umum/tertentu.  Dapat mengindikasikan gagal jantung,


kerusakan ginjal atau vascular.
 Berikan lingkungan yang  Membantu untuk mengurangi rangsangan
nyaman, batasi simpatis, meningkatkan relaksasi.
aktivitas/keributan, batasi
pengunjung.
 Pertahankan aktivitas  Menurunkan stress dan ketegangan yang
istirahat, Bantu ADL mempengaruhi tekanan darah dan
(Aktivity Dayli Living) perjalanan penyakit hypertensi.
pasien.
Kolaborasi:
 Kolaborasi dengan dokter  Obat-obatan diberikan untuk mengurangi
untuk pemberian obat- kedaruratan hipertensi.
obatan dan therapy.

2. Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler


serebral.
Tujuan : melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.

Kriteria hasil : pasien mampu mengungkapkan metode yang yang


memberikan pengurangan nyeri. DAN mengikuti
regimen farmakologi yang diresepkan.

INTERVENSI / IMPLEMENTASI RASIONAL

Mandiri:

 Mempertahankan tirah baring  meminimalkan stimulasi/


selama fase akut. meningkatkan relaksasi.
 Berikan tindakan  Menurunkan tekanan vascular serebral
nonfarmakologi untuk dan yang memperlambat/memblok
menghilangkan sakit kepala respons simpatis efektif dalam
(tehnik relaksasi). menghilangkan sakit kepala dan
komplikasinya.

 Hilangkan/minimalkan aktivitas  Aktivitas yang meningkatkan


vasokontriksi yang dapat vasokontriksi menyebabkan sakit
meningkatkan sakit kepala, mis ; kepala pada adanya peningkatan
mengejan saat BAB, batuk tekanan vascular serebral.
panjang, membungkuk.
 Bantu ADL sesuai  Pusing dan penglihatan kabur sering
indikasi/kebutuhan. berhubungan dengan sakit kepala.

 Berikan cairan/makanan lunak,  Meningkatkan kenyamanan umum.


perawatan mulut yang teratur.
Kolaborasi:
 Untuk pemberian analgetik atau  Menurunkan mengontrol nyeri dan
antiansietas mis ; diazepam menurunkan rangsangan saraf

sesuai indikasi. simpatis, diazepam mengurangi /


ketidaknyamanan yang diperberat oleh
stress.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.

Kriteria hasil : melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang


dapat diukur. Dan menunjukan penurunan dalam tanda-
tanda intoleransi fisiologis.

INTERVENSI / IMPLEMENTASI RASIONAL

Mandiri:
 Kaji respons pasien terhadap  Menyebutkan parameter membantu
aktivitas, perhatikan vital sign dalam mengkaji respons fisiologis.
sebelum dan sesudah aktivitas.

 Instruksikan kepada pasien tentang Mengurangi penggunaan energi,


tehnik menghemat energi. membantu keseimbangan suplai O2.
 Berikan dorongan untuk melakukan Kemajuan aktivitas bertahap mencegah
aktivitas/perawatan diri bertahap jika peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
dapat ditoleransi.
 Berikan bantuan sesuai kebutuhan.  Memberikan bantuan hanya sebatas
kebutuhan akan mendorong
kemandirian dalam melakukan aktivitas.

4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukkan


berlebihan (kebutuhan metabolic), pola hidup monoton, keyakinan budaya.
Tujuan : mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan.

Kriteria hasil : menunjukakn perubahan pola makan (missal ; pilihan


makanan, kuantitas, dsb). Mempertahankan berat badan
yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan
optimal.melakukan/mempertahankan program olahraga
yang tepat secara individual.

INTERVENSI / IMPLEMENTASI RASIONAL

Mandiri:
 Kaji pemahaman pasien tentang  Kegemukan adalah risiko tambahan pada
hubungan langsung antara tekanan darah tinggi karena disproporsi
hipertensi dan kegemukan antara kapasitas aorta dan penignkatan
curah jantung berkaitan dengan
penignkatan massa tubuh.

 Bicarakan pentingnya menurunkan  Kesalahan kebiasaan makan menunjang


masukan kalori dan batasi terjadinya arterosklerosis dan
masukan lemak, garam dan gula kegemukan yang merupakan
sesuai indikasi. predisposisi hipertensi dan
komplikasinya.
 Tetapkan keinginan pasien  Motivasi untuk penurunan berat badan
menurunkan berat badan. adalah internal. Individu harus
berkeinginan untuk menurunkan berat
badan.

 Kaji ulang masukan kalori dan  Mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan


pilihan diet. dalam program diit terakhir.

Kolaborasi:

 Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.  Memberikan konseling dan bantuan

dengan memenuhi kebutuhan diet.

5. Koping individual inefektif berhubungan dengan krisis


situasional/maturasional, perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat,
sedikit atau tak pernah olahraga.
Tujuan : mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya.

Kriteria hasil : - menyatakan kesadaran kemampuan koping pribadi.

- mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil


langkah untuk menghindari/ mengubahnya.

- mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan/ metode


koping efektif.

INTERVENSI / IMPLEMENTASI RASIONAL

Mandiri:

 Kaji keefektifan koping, dengan  Mekanisme adaftif perlu untuk


mengobservasi perilaku. mengubah pola hidup seseorang
mengatasi hipertensi kronik, dan
mengintegrasikan terapi.
 Catat laporan gangguan tidur,  Manifestasi mekanisme koping mal-
peningkatan keletihan, kerusakan adaptif mungkin merupakan
konsentrasi, peka angsang, indicator marah yang ditekan dan
penurunan toleransi sakit kepala, diketahui telah menjadi menjadi
ketidakmampuan untuk mengatasi penentu utama TD diastolic.
/menyelesaikan masalah.
 Bantu pasien untuk  Pengenalan terhadap stressor adalah
mengidentifikasi stressor spesifik langkah pertama dalam mengubah
dan kemungkinan strategi untuk respons seseorang terhadap stressor.
mengatasinya.
 Motivasi pasien untuk  Fokus perhatian pasien pada realitas
mengevaluasi prioritas/tujuan situasi yang ada relatif terhadap
hidup. pandangan pasien tentang apa yang
diinginkan.
 Bantu pasien untuk  Perubahan yang perlu harus
mengidentifikasi dan mulai diprioritaskan secara realistic untuk
merencanakan perubahan hidup menghindari rasa tidak menentu dan
yang perlu. tidak berdaya.

6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana


pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis-
intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.
Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen
pengobatan.

Kriteria hasil : - mengidentifikasi efek samping obat dan


kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan.

- mempertahankan tekanan darah dalam


parameter normal.

INTERVENSI / IMPLEMENTASI RASIONAL

 Kaji kesiapan dan hambatan dalam  Perasaan sejahtera yang sudah


belajar. Termasuk orang terdekat. lama dinikmati mempengaruhi
minat pasien/orang terdekat untuk
mempelajari penyakit.

 Tetapkan dan nyatakan batas TD  Memberikan dasar pemahaman


normal. Jelaskan tentang hipertensi tentang peningkatan tekanan darah
dan efeknya pada jantung, pembuluh dan mengklarifikasi istilah medis
darah, ginjal dan otak. yang sering digunakan.
 Hindari menggunakan istilah  Karena pengobatan untuk
tekanan darah ‘normal’ tapi gunakan hipertensi adalah sepanjang
istilah terkontrol saat kehidupan, maka dengan
menggambarkan TD pasien dalam mnyampaikan ide terkontrol akan
batas yang diinginkan. membantu pasien untuk
memahami kebutuhan untuk
melanjutkan pengobatan/ medikasi.
 Bantu pasien dalam mengidentifikasi  Faktor-faktor risiko ini telah
faktor-faktor risiko kardiovaskular menunjukkan hubungan dalam
yang dapat diubah, mis ; obesitas, menunjang hipertensi dan penyakit
diet tinggi lemak jenuh, serta kardiovaskular serta ginjal.
perubahan pola hidup sehat.

 Jelaskan tentang obat yang  Informasi yang adekuat dan


diresepkan bersamamn dengan pemahaman tentang efek samping
rasional, dosis, efek samping yang adalah umum dan sering
diperkirakan serta efek yang menghilang dengan berjalannya
merugikan serta idiosinkrasi. waktu dengan demikian
meningkatkan kerjasama rencana
pengobatan.
1.2.4 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya.
Tujuan pemulangan pasien dengan anemia adalah :
1) Mempertahankan / meningkatkan fungsi CU
2) Mencegah komplikasi
3) Memberikan informasi tentang proses / pragnosis dan program
pengobatan.
4) Pendukung kontrol aktif pasien terhadap kondisi.
Daftar Pustaka

Adnil Basha; Penyakit Jantung Hipertensif; Buku Ajar Kardiologi; Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia; 2003; 209-211

Baim, Donald S. Hypertensive vascular disease in: Harrison’s Principles of


Internal Medicine. 7th Ed. USA. The Mcgraw-Hill Companies, Inc. 2008.
p. 241

Katzung, betram. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi VI. Jakarta : EGC. 1997. h.
245

Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta:
Media Aesculapius FK UI: 2001. H. 441-442

Marulam M. Panggabean; Penyakit Jantung Hipertensi; Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam Jilid III Edisi Keempat; Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2006; 1639-1640

Muttaqin A. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskular dan Hematodologi. Jakarta:EGC

Robbins, S.L, Kumar, V. Buku Ajar Patologi. Edisi ke-4. Jakarta : EGC. 1995.
h.45

Robbin, SL, Kumar, V, Cotran, RS. Dasar Patologi Penyakit. Edisi ke-5. Jakarta:
EGC. H.322-323

Price SA, Wilson LM. Fisiologi sistem kardiovaskular, Dalam: Patofisiologi


Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:EGC; 2006.p.530-543.

Yogiantoro, mohammad. Hipertensi esensial, Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B,


Alwi I, et all, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV.
Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.p.610-614.

Anda mungkin juga menyukai