Anda di halaman 1dari 6

Nama : Hanun Nabila

Kelas : 260110160105
Shift C2

TUTOR FARKOTER GANGUAN PERNAFASAN

Kasus

Seorang pasien perempuan wanita berusia 30 tahun dibawa kedokter dengan


keluhan sering sesak pada malam hari awalnya pasien sesak jarang terjadi , dan
seminggu dan malam tidak sesak tetapi beberapa bulan ini pasien merasa sesak tiap
hari dan sering terbangun malam karena sesak. Saat ini pasien sedang hamil 5 bulan
dokter melakukan pengujian nilai SPO2 = 80 % dan nilai FEV1 = 75 pasien pernah
mendapatkan obat inhaler tetapi lupa namanya terapi apakah yang disarankan untuk
pasien tersebut ?

Jawaban

Berdasarkan anamnesis pasien datang dengan keluhan sesak napas setiap hari dan
sering sesak nafas di malam hari. Selain itu, pasien tersebut sebelumnya pun pernah
mengalami atau memiliki riwayat asma. Hal tersebut sesuai dengan gambaran klinis
asma yaitu adanya gejala episodik berulang berupa mengi, sesak nafas, dada terasa
berat, dan batuk-batuk terutama pada malam hari dan atau dini hari. Pada saat ini
pun pasien sedang hamil pada trisemester kedua. Pada saat hamil terjadi perubahan
anatomi, fisiologi, dan hormonal sehingga secara alamiah ibu yang sedang hamil
dapat mengalami sesak.

Definisi

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang melibatkan banyak
sel dan elemen seluler yang mengakibatkan terjadinya hiperresponsif jalan napas
yang dapat menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak nafas, dada
berat, dan batuk terutama pada malam dan atau dini hari yang bersifat reversibel
baik dengan atau tanpa pengobatan. (GINA, 2015)
Gejala

(PDPI, 2003)
Dilihat dari gejala yang dikeluhkan oleh pasien yakni pasien merasa sesak
setiap hari dan sering terjadi sesak pada malam hari dengan nnilai VEP 75% maka
pasien ini masuk kedalam asma step 3.
Patofisiologi (mekanisme terjadinya asma)

Mekanisme asma yang teriadi pada pasien ini yakni adanya peningkatan
pada kadar hormon pada ibu, perubahan respon β2-adrenoreseptor dan paparan
terhadap antigen. (Murphy et al, 2005)

Pada sistem pernapasan, perubahan normalsaluran pernapasan selama


kehamilan akan menimbulkan alkalosis respiratorik terkompensasi dengan kadar
pO, yang lebih tinggi dan kadar pCO, yang lebih rendah dibandingkan kondisi tidak
hamil. Kadar pCO, yang rendah ini diperkirakan berfungsi agar janin dapat lebih
mudah membuang zat sisa metabolisme anaerob. Fungsi jalan napas umumnya
tidak berubah selama kehamilan, yang dapat dilihat dengan volume ekspirasi paksa
detik pertama (FEV) dan rasio FEVI/FVC yang tetap. Perubahan minor yang secara
klinis tidak bermakna adalah peningkatan kapasitas difusi karbonmonoksida selama
trimester pertama yang diikuti oleh penurunan kapasitas difusi karbonmonoksida
hingga usia kehamilan 24-27 minggu. uterus yang membesar progresif akan
menimbulkan elevasi diafragma hingga 4 cm di atas posisi sebelum hamil, namun
fenomena ini tidak mengganggu gerakan diafragma selama siklus pernapasan
karena mobilitas dinding dada juga meningkat. Kapasitas residu fungsional
menurun hingga 20 % pada paruh kedua kehamilan karena penurunan volume
cadangan ekspirasi danvolume residual. Perubahan minor pada kapasitas vital dan
kapasitas paru (Sugiman, dan Bernida, 2012 )
Keluhan sesak napas pada saat kehamilan ini timbul saat ukuran uterus
masih relatif kecil sehingga mekanisme timbulnya tidak dapat selalu dikaitkan
dengan peningkatan volume abdomen. Hiperventilasi ini didapat oleh progesteron
diperkirakan turut berperan, mengingat terjadi peningkatan ventilasi di atas tingkat
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Observasi klinis
menguatkan dugaan ini. Keluhan sesak napas yang timbul saat hamil berkaitan
dengan kadar pCO, yang rendah dan perempuan yang akan mengalami sesak napas
selama kehamilan cenderung memiliki kadar pCO, yang relatif tinggi saat tidak
hamil (Sugiman, dan Bernida, 2012 )

Terapi farmakologi

Kerena pasien berada pada asma step 3 (asma persisten sedang) maka obat
yang disaran kan adalah Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid (400-800 ug
BD/hari atau ekivalennya) dan agonis beta-2 kerja lama. (PDPI, 2003)

Untuk obat glukosteroid inhalasi di sarankan menggunkanan


beklometason dipropionate selama kehamilan karena pengalaman yang lebuh
banyak dalam penggunaannya yang telah dipublikasikan. Kortikosteroid hendak
dipergunakan secara selektif, hanya untuk kasus asma berat dan tidak digunakan
secara kontinyu. Karena efek sampingnya beruoa preeklampsi, prematur, berat
badan lahir rendah, dan kelainan kongenital selama trimester pertama kehamilan
(Kostania, 2015) dengan dosis : >80-240 mcg/ hari (Wells,dkk,2015)

Sedangkan untuk bronkodilatornya atau obat agonist B2 yang dengan kerja


lama (LABA) dapat diberikan salmeterol dengan dosis 40 mcg dalam bentuk
nebulizer aerosol atai inhalasi 2 kali sehari untuk terapi rutin penyumbatan saluran
napas dimana kombinasi antara kortikosteroid inhalasi dengan bronkodilator
berguna untuk melebarkan saluran pernapasan sehingga dapat menghilangkan
sesak napas. Sediaan yang beredar adalah Seretide, dengan efek samping
kandidiasis oral (Wells, et al., 2015).

Kesimpulan

Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa pasien ibu ini mengalami asma
step 3 (asma persisten sedang) yang dapat disebabkan karena adanya perubahan
hormon prosgesteron dan perubahan B2 adenoreseptor yang dikarenakan
kehamilannya. Obat yang sarankan kepada ibu ini ada 2 yakni beklometason
dipropionat 80-240 mcg dan salmetrol 40mcg dua kali sehari yang digunakan secara
inhalasi.
Daftar pustaka

Global Initiative for Asthma (GINA). 2015. The Global Strategy For Asthma
Management And Prevention. USA: GINA.

Kostania, Gita. 2015. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Kemenkes RI.


Murphy VE, Gibson PG, Smith R, Clifton VL. Asthma during pregnancy:
mechanisms and treatment implications. Eur Respir. 2005; 25:731- 50.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2006. Asma: Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia.
Sugiman Tantani, dan Bernida, Ida. 2012. Sesak Napas. Jakarta. Penerbit : Badan
Penerbit
Wells B.G., Schwinghammer T.L. DiPiro J.T., and DiPiro C. V. 2015.
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit. Inggris. : McGraw-Hill
Education Companies.

Anda mungkin juga menyukai